Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Pengajaran Bahasa Arab
Dosen Pengampu : Ustadz Sabar Siswoyo, M. Pd.
Disusun Oleh Kelompok 4 Prodi SBA :
1. Netti Hidayati Lestari NIM: 023210044
2. Binty Sholikhah NIM: 023210074
3. Tanti Rahmi Apadu NIM: 023210089
4. Neng Hindi Handiyani NIM: 023210083
5. Sherly Febriana NIM: 23220034
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Puji serta Syukur kehadirat Allah yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Berbagai Metode Bahasa Arab”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Metode Pengajaran Bahasa Arab yang diampu oleh Ustadz Sabar Siswoyo, M.Pd. Hafidzahullah.
Dalam makalah ini, penyusun akan membahas tentang Berbagai metode dalam pengajaran Bahasa Arab yang mana merupakan satu dari sekian aspek penting dalam pengajaran Ilmu Bahasa Arab, Penyusun berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat bagi pembaca, serta menjadi referensi dalam mengajarkan ilmu bahasa arab. Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan dan keberkahan dalam setiap usaha kita untuk mencerdaskan generasi penerus ummat.
Akhir kata, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Sabar Siswoyo, M.Pd. Hafidzahullah yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah Ta’ala memberikan keberkahan serta kesehatan kepada beliau. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Balikpapan, 03 November 2024
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
BAB II PEMBAHASAN.
A. Metode Grammatical(Grammar Method).
B. Metode Translation(Translation Method).
C. Metode Percakapan( Conversation Method).
D. Metode Dikte/Imla’ (Dictation Method).
E. Metode Unit (Unit Method).
F. Metode Bahasa Dengar (Audio Lingual Method).
BAB III PENUTUP.
KESIMPULAN.
DAFTAR PUSTAKA.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode pengajaran bahasa Arab telah berkembang seiring dengan kebutuhan dan konteks pendidikan yang berbeda. Dalam latar belakang ini, penting untuk memahami berbagai metode yang digunakan dalam pengajaran bahasa Arab. Bahasa Arab tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai bahasa agama yang sangat penting dalam Islam, digunakan dalam Al-Qur'an dan Hadits. Oleh karena itu, pemahaman bahasa Arab menjadi krusial bagi umat Islam, terutama di negara-negara dengan populasi Muslim yang besar seperti Indonesia. Di Indonesia, bahasa Arab diajarkan sejak usia dini di berbagai tingkat pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.
Pengajaran bahasa Arab memerlukan pendekatan yang beragam untuk memenuhi kebutuhan siswa yang berbeda. Dengan memahami sejarah, metode, dan prinsip dasar pengajaran, pendidik dapat merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan kemampuan berbahasa Arab siswa tetapi juga memperkaya pemahaman mereka terhadap budaya dan nilai-nilai yang terkandung dalam bahasa tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Metode Grammatical (Grammar Method)?
2. Bagaimana Metode Translation (Translation Method)?
3. Bagaimana Metode Percakapan (Conversation Method)?
4. Bagaimana Metode Dikte/Imla’ (Dictation Method)?
5. Bagaimana Metode Unit( Unit Method)?
6. Bagaimana Metode Bahasa Dengar(Audio Lingual Method)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Mengetahui Metode Grammatical (Grammar Method)
2. Mengetahui Metode Translation (Translation Method)
3. Mengetahui Metode Percakapan (Conversation Method)
4. Mengetahui Metode Dikte/Imla’ (Dictation Method)
5. Mengetahui Metode Unit( Unit Method)
6. Mengetahui Metode Bahasa Dengar(Audio Lingual Method)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Grammatical (Grammar Method)
Metode gramatika yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan menghafal aturan-aturan atau kaidah-kaidah tata bahasa Arab yang mencakup nahwu sharaf. Metode gramatika ini sangat kuat berpegang pada disiplin mental dan pengembangan intelektual. Pada metode gramatikal ini, guru tidaklah mengajarkan kemahiran berbahasa, tetapi terfokus pada pembelajaran gramatika (Nahwu dan sharaf). Dalam pengajarannya, guru berasumsi bahwa gramatika atau kaidah-kaidah bahasa lebih pentuing dibandingkan dengan kemahiran berbahasa. Hal ini dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pembelajaran tentang menggunakan bahasa (menyimak, mendengar dan berbicara) sama sekali diabaikan dalam kegiatan pembelajaran bahasa (Nuha, 2012: 195).
Ada beberapa ciri utama yang dimiliki metode ini. Pertama,menitik beratkan keterampilan membaca, menulis, dan terjemah. Tetapi kurang memperhatikan keterampilan membaca. Kedua, menggunakan bahasa ibu peserta didik sebagai bahasa pengatar dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain, metode ini menggunakan penerjemahan sebagai strategi utama dalam mengajar. Ketiga, memperhatikan sisi gramatikal sebagai sarana pembelajaran bahasa asing. Keempat, guru sering kali memfokuskan analisis gramatika atau tata bahasa pada kalimat-kalimat bahasa yang dipelajari (Ali Al-Khuli, 2010: 23).
Kelebihan dari metode gramatikal adalah sebagai berkut:
a. Peserta didik terbiasa menghafal kaidah-kaidah tata bahasa asing yang sangat diperlukan untuk mampu bercakap-cakap dalam bahasa asing yang benar, dan mampu menulis dengan betul.
b. Melatih mental disiplin dan ulet dalam mempelajari bahasa.
Bagi guru tidak terlalu sulit menerangkan metode ini, karena kemampuan percakapan tidak diutamakan, dengan kata lain guru asalkan ia menguasai gramatika atau tata bahasa yang baik maka pengajaran dapat dilaksanakan (Izzan, 2009: 98).
B. Metode Translation(Translation Method)
Metode translation yaitu metode menerjemahkan dengan kata lain menyajikan pelajaran dengan menerjemahkan buku-buku bacaan berbahasa asing ke dalam bahasa sehari- hari, dan buku bacaan tersebut tentunya telah direncanakan sebelumnya. Dalam menggunakan metode ini, seorang guru tidak perlu untuk menguasai kemahiran berbahasa, karena yang difokuskan adalah pada kegiatan menerjemahkan, bukan pada kemahiran berbahasa. Metode ini memberikan gambaran umum berkenaan dengan kaidah-kaidah bahasa, kata yang akan diterjemahkan, kata-kata yang akan dihafalkan serta tentu saja adalah cara menerjemahkan dengan baik (Nuha, 2012: 199). Artinya ada keterkaitan antara metode gramatikal, meskipun tidak dititikbertakan pada gramatikalnya.
Pada umumnya paling tidak, ada 3 syarat yang harus dimiliki jika ingin menjadi penerjemah yang baik dan berbobot yaitu:
a. Menguasai gramatika (kaidah-kaidah tata bahasa) dan kaidah-kaidah menerjemahkan.
b. Kaya pembendaharaan kata-kata (mufradat).
c. Memiliki pengetahuan sosial dan wawasan luas (Ali Al-Khuli, 2010: 25).
Metode terjemah ini berisi praktik penerjemahan naskah-naskah, dari yang mudah sampai yang sulit. Salah satu variasi dari metode terjemahan ialah metode terjemahan harfiah. Dalam metode terjemahan harfiah ini dilakukan sekaligus terjemahan dari kata ke kata dan terjemahan idiomatik atau terjemahan ungkapan-ungkapan. Sebagaimana metode tata bahasa,metode terjemah dapat diajarkan dalam kelas yang besar atau kecil, jumlah jam pengajaran tidak ditentukan: boleh banyak boleh sedikit, tergantung pada tujuan dan pengelolaan.
Langkah-langkah pelaksanaan metode terjemah ini dapat dilakukan dengan cara guru menunjuk atau menentukan bahan-bahan bacaan yang akan diterjemahkan itu kepada anak didik dan menetapkan pula pokok-pokok atau seri-seri pelajaran yang akan dipelajari (diterjemahkan). Jika sudah diketahui bersama oleh peserta didik topik yang akan diterjemahkan itu, langkah berikutnya guru memulai membuka seri pertama pelajaran baru itu dan menerjemahkannya. Pada tingkat-tingkat dasar sebaik-baiknya peserta didik terlebih dahulu diperkenalkan dengan diajarkan kaidah-kaidah (aturan-aturan) dalam menerjemahkan. Jangan langsung menerjemahkan, namun setelah pengetahuan dasar menerjemahkan ini telah dikuasai peserta didik barulah pelajaran menerjemahkan dapat dimulai.[1]
[1]. Kusnadi. 2019. Metode Gramatika Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Jurnal Kajian Pendidikan dan Bahasa Arab1(1) : 9-10
C. Metode Percakapan( Conversation Method)
Metode percakapan adalah metode mengajarkan bahasa asing(Arab) dengan cara langsung mengajak anak didik untuk berbicara dalam bahasa Arab yang sedang diajarkan. Metode percakapan harus juga dibarengi dengan media dan textbook yang lengkap, guru yang professional, dan murid-murid yang mempunyai motivasi yang tinggi. Berikut metode yang dapat dilakukan dalam menerapkan pengajaran percakapan:
1. Guru harus memilih topik yang sesuai dengan tingkat pemikiran anak didik.
2. Guru memilih kata-kata dan kalimat-kalimat yang sesuai dengan pengetahuan dan kosakata yang mereka miliki.
3. Menyiapkan alat peraga dan mampu menggunakannya.
4. Guru harus menyertai ucapannya dengan isyarat dan praktek.
5. Setiap akhir pelajaran guru mengadakan Tanya jawab mengenai materi yang diajarkan Ada beberapa keunggulan pada metode percakapan sebagai berikut:
1. Anak didik terampil menyimak dan berbicara.
2. Anak didik menguasai pelafalan dengan baik seperti mendekati penutur asli.
3. Anak didik mengetahui banyak kosakata dan penerapannya dalam kalimat.
4. Anak didik memiliki keberanian dan spontanitas dalam berkomunikasi karena dilatih dan berikir dalam bahasa target.
5. Anak didik menguasai tata bahasa secara fungsional tidak sekadar teoritas, artinya berfungsi untuk mengontrol kebenaran ujarannya.
Adapun kelemahan dalam metode percakapan ialah:
1. Anak didik lemah kemampuan membaca karena materi dan latihan ditekankan pada bahasa lisan.
2. Memerlukan guru yang ideal dari segi keterampilan berbahasa dan kelincahan dalam penyajian pelajaran.
3. Tidak bisa dilaksanakan dalam kelas besar dan tidak diperbolehkannya pemakaian bahasa peserta didik.
4. Bisa terbuangnya waktu karena menjelaskan makna satu kata abstrak, dan terjadinya kesalahan persepsi atau penafsiran pada anak didik.
5. Model latihan meniru dan menghaalkan kalimat-kalimat yang kurang bermakna atau tidak realistis membosankan bagi orang dewasa.
D. Metode Dikte/Imla’ (Dictation Method)
Imla’ adalah adalah bahasa Arab yag berasal dari kata Amla yang artinya mendiktekan/dikte. Dikte merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai dalam ilmu bahasa, seorang guru menerapkan metode ini dengan meminta murid-murid dengan cara menulis apa yang dibacakan oleh sang guru. Tujuannya untuk melatih murid agar mahir atau terampil dalam menulis bahasa Arab dengan benar. Adapun langkah-langkah penggunaan metode imla’ sebagai berikut :
1. Tiap anak didik satu per satu disuruh maju ke papan tulis menuliskan kata-kata penting/kalimat-kalimat tertentu dalam bahasa Arab secara bergantian.
2. Semua murid disuruh menyiapkan buku tulis dan pena. Guru membacakan kata-kata tertentu atau kalimat-kalimat tertentu dalam bahasa Arab secara jelas dan tenang berulang-berulang 2 atau 3 kali atau secukupnya, setelah itu anak menuliskan apa yang telah ia lafalkan.
E. Metode Unit (Unit Method)
Poerwadarminta menjelaskan bahwa metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik- baik untuk mencapai suatu maksud.[2] Marrison mengemukakan, bahwa Unit itu adalah suatu bentuk mengajar untuk mengadakan hubungan-hubungan yang erat dan serasi antara faktor luar dan faktor dalam siswa. Faktor luar dalam arti mata pelajaran dan serta pengalaman yang didapat oleh siswa. Faktor dalam dengan arti kesanggupan serta proses belajar yang dapat dilakukan oleh siswa.[3]
[2]. Purwadarminta, Metode dan Tehnis Pembelajaran Partisipatif, Bandung: Falah Prodotion, 2010, hlm. 7
[3]. Oemar Hamalik, Pengajaran Unit, Bandung: Mandar Maju, 1989, hlm. 19
Jadi, metode unit adalah pengajaran yang dilakukan oleh peserta didik dalam pemecahan masalah yang dikerjakan secara bersama di dalam kelompok terlebih dahulu dirumuskan oleh pendidik. Menurut Sumantri Sumarna, metode unit itu juga dinamakan pembelajaran terpadu. Terdapat beberapa jenis keterpaduan dalam pembelajaran terpadu:
1. Keterpaduan antara dua atau lebih masalah, konsep keterampilan, tugas atau ide-ide lain didalam satu bidang studi.
2. Keterpaduan antara beberapa topik atau sub tema dalam berbagai bidang studi (model jaring laba-laba).
3. Lintas bidang studi yaitu pemecahan masalah yang melibatkan adanya prioritaskurikuler dan menemukan pengetahuan.
Dalam pelaksanaan metode pengajaran unit, sebaiknya guru menyadari bahwa adanya prinsip-prinsip pemakaian yang meliputi prinsip kerjasama, prinsip integrasi disiplin ilmu danprinsip berorientasi pada siswa.Hakekat metode ini adalah aplikasi dari sistem mengajar menurut Herbart, yang terdiri atas lima langkah, yaitu:
1) Persiapan dari pihak anak didik atau student preparation,
2) Penyajian materi atau presentation of material,
3) Bimbingan melalui induksi atau guidance through induction,
4) Generalisasi, dan
5) Aplikasi atau pelaksanaan.[4]
[4]. Muljanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi. (Jakyta: Bulan Bintang, 1975), hlm.37
1. Langkah persiapan, langkah ini mula-mula guru meyiapkan bahan/topik yang menarik yang akan disajikan, yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan penguasaan kemampuan anak didik.
2. Langkah penyajian materi, guru menghidangkan topik yang telah disiapkan sebelumnya sedemikian rupa kepada anak didik, misalnya mengajarkan unit (bagian tertentu) dari struktur grammar bahasa Arab, unit-unit gramatika itu disusun/disistematisir sedemikian rupa, untuk kemudian disajikan secara berurut dari unit termudah sampai ke unit tersulit.
3. Langkah asosiasi, pada tahap ini guru menyatukan unit-unit pengetahuan yang telah dikuasai siswa untuk dilakukan secara utuh dan sempurna.
4. Langkah generalisasi, pada langkah ini siswa membaca, menyusun dan mengorganisir pengetahuan dan pengalaman bahasanya itu dengan kemampuan dan kelihaiannya sendiri.
Tujuan pemakaian metode pengajaran unit dalam kegiatan belajar mengajar adalah :
1. Melibatkan para siswa mengkaji dan memecahkan suatu masalah dari berbagai disiplinilmu atau berbagai aspek, sehinga mereka pada akhirnya memiliki pemikiran yangkomprehensif (menyeluruh) dalam memecahkan masalah.
2. Meningkatkan keterampilan siswa dalam merencanakan, mengorganisasikan danmemimpin suatu kegiatan.
3. Membekali dan meningkatkan kemampuan para siswa dalam menerapkan keterampilan-keterampilan proses atau metode ilmiah untuk memecahkan suatu masalah.
4. Mengembangkan sikap kritis, kerjasama, keingintahuan, menghargai waktu danmenghargai pendapat orang lain.
5. Mengembangkan keterampilan berkomunikasi antar-pribadi (intrapersonalcommunication) pada diri siswa.
F. Metode Bahasa Dengar (Audio Lingual Method)
Metode Audiolingual pertama kali dikenalkan oleh Nelson Broos pada tahun 1964 M. Dianggap sebagai metode pembelajaran bahasa asing yang paling efektif dan efisien. Metode ini merevolusi pengajaran bahasa dengan mengubahnya dari sekedar metode pembelajaran keilmuan bahasa, hasil perpaduan prinsip dan pandangan-pandangan linguistik struktural, psikologi behavoristik dan analisis kontrastif.
Metode Audiolingual didasarkan pada asumsi bahwa bahasa itu pertama-tama merupakan ujaran. Oleh karena itu, sebelum pembelajaran keterampilan membaca dan menulis, dalam pembelajaran bahasa Arab harus diawali dengan mendengarkan bunyi- bunyi bahasa dalam bentuk kata atau kalimat kemudian mengucapkannya. Dalam bahasa Arab, metode Audiolingual disebut dengan metode al-Sami’yyah al- Syafawiyyah.
Suja'i menjelaskan bahwa metode al-Syamiyyah al-Syafawiyah memiliki akar dari bahasa Arab "Sam'iyyah" yang berarti menyimak, bahwa dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa kedua dimulai dari kosakata ke kosakata dan dari kalimat ke kalimat. Saat mendengar pembicaraan dengan kalimat yang runtut, pemahaman tidak langsung terjadi secara spontan, seseorang harus melalui proses berfikir terlebih dahulu untuk memahaminya. Sementara itu, kata "alSyafawiyah" berasal dari bahasa Arab yang berarti berbicara. Bahwa kemampuan menyampaikan pemikiran adalah aspek penting dalam memperoleh bahasa. Berbicara merupakan kemampuan bahasa yang berkembang dalam kehidupan manusia, yang merupakan hasil dari kemampuan mendengar.[5]
[5]. Budi Santoso Wibowo, Irfan, “Metode Audiolingual Dalam Pembelajaran Bahasa Arab”, Journal on Education Volume 06, No. 04, Mei-Agustus 2024
Metode ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang seimbang dari empat Kemahiran dalam berbahasa, yaitu keterampilan mendengar االستماعatau listening skills, keterampilan bicara الكالم( atau speaking skills, keterampilan membaca ) القرآة( atau reading skills, dan keterampilan menulis ) الكتابة( atau writing skills.[6] Prinsip pengajaran metode ini harus banyak mendengar baik melalui ucapan- ucapan sendiri, kaset-kaset, video, radio, dan sebagainya. Adapun langkah-langkah penggunaan metode bahasa dengar:
[6]. AG. Widdawson, Teaching Language as Communication, (London: Oxford University Press, 1978), hal. 57
1. Penyajian dialog atau bacaan pendek, dengan cara guru membacanya berulang-ulang, dan anak didik menyimak tanpa melihat teks.
2. Peniruan dan pengahafalan dialog atau bacaan pendek, dengan menirukan bacaan guru kalimat per kalimat secara klasikal.
3. Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog atas bacaan pendek, terutama yang dianggap sukar, karena terdapat struktur atau ungkapan yang berbeda dengan struktur dalam Bahasa anak didik. Hal ini dilakukan dengan teknik drill atau latihan.
4. Dramatisi dialog atau bacaan pendek yang sudah dilatihkan.
5. Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola kalimat yang sudah dipelajari.
Ada beberapa keunggulan dari metode bahasa dengar ialah ,
1. Para anak didik memiliki keterampilan pelafalan yang bagus.
2. Anak didik terampil membuat pola-pola kalimat yang sudah dilatihkan.
3. Suasana kelas hidup, karena para anak didik tidak tinggal diam, harus terus menerus merespon stimulus guru.[7]
[7]. Enok Rohayati, Metode Pengajaran Bahasa Arab, Palembang: Rafah Press, 2017, Hal.89
Sedangkan kelemahan dalam metode bahasa dengar sebagai berikut:
1. Peserta didik cenderung untuk meniru atau mengikuti kata-kata yang diucapkan oleh pengajar tanpa memahami maknanya.
2. Anak didik bisa berkomunikasi dengan lancar hanya apabila kalimat yang digunakan telah dilatihkan sebelumnya di dalam kelas.
3. Makna kalimat yang diajarkan biasanya terlepas dari konteks, sehingga anak didik hanya memahami satu makna, padahal suatu kalimat atau ungkapan bisa mempunyai beberapa makna tergantung konteksnya.
4. Dalam prakteknya, peserta didik tidak aktif dalam pembelajaran tetapi hanya bereaksi terhadap instruksi pengajar
5. Karena kesalahan dianggap sebagai “pelanggaran”, maka pelajar tidak dianjurkan berinterksi secara lisan atau tulis sebelum menguasai pola kalimat yang cukup banyak. Akibatnya siswa takut menggunakan bahasa.
6. Latihan-latihan pola bersifat manipulatif
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara keseluruhan, keberhasilan pengajaran bahasa Arab terletak pada pemilihan metode yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran serta karakteristik siswa. Dengan mengintegrasikan berbagai metode dan prinsip dasar pengajaran, pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif, menarik, dan relevan bagi siswa.
Untuk lembaga pendidikan yang ingin menerapkan metode pengajaran bahasa Arab, harus mempertimbangkan empat keterampilan utama dalam bahasa Arab—mendengar, bicara, membaca, dan menulis—andai hanya dengan satu macam metode atau teknik pembelajaran bahasa Arab. Oleh karena itu, perlulah strategi pembelajaran bahasa Arab yang matang sebelum pembelajaran dimulai.
Dengan demikian, kombinasi antara prinsip-prinsip dasar, langkah-langkah aplikasi, dan strategi-strategi pembelajaran dapat meningkatkan efektivitas pengajaran bahasa Arab dan mempersiapkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dunia internasional yang kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
AG. Widdawson, Teaching Language as Communication, (London: Oxford University Press, 1978), hal. 57
Budi Santoso Wibowo, Irfan, “Metode Audiolingual Dalam Pembelajaran Bahasa Arab”, Journal on Education Volume 06, No. 04, Mei-Agustus 2024
Enok Rohayati, Metode Pengajaran Bahasa Arab, Palembang: Rafah Press, 2017, Hal.89
Kusnadi. 2019. Metode Gramatika Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Jurnal Kajian Pendidikan dan Bahasa Arab1(1) : 9-10
Muljanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi. (Jakyta: Bulan Bintang, 1975), hlm.37
Oemar Hamalik, Pengajaran Unit, Bandung: Mandar Maju, 1989, hlm. 19
Purwadarminta, Metode dan Tehnis Pembelajaran Partisipatif, Bandung: Falah Prodotion, 2010, hlm. 7