Sabtu, 09 November 2024

Etika dalam Hubungan dengan Pemangku Kepentingan.

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan
Dosen Pengampu : Syarifaeni Fahdiah, M.Hum
Disusun Oleh Kelompok 9 Prodi PAI :
1. Irma Suryani, NIM. 228620082
2. Laila Shofiyatus Shidiq, NIM. 228620087
3. Lutfi Andaristin, NIM. 218620105
4. Nadiya Zulfa, NIM. 228620115
5. Nindy Kurnianingrum, NIM. 228620143
6. Nurhidayati Putri, NIM. 228620105
7. Puteri Agatha Mahardika, NIM. 21862067
8. Riana Mutia Sari, NIM. 228620115
9. Silmi Aulia Rahmadika, NIM. 228620087

KATA PENGANTAR

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah Subhannahu wa Ta'ala yang telah memberikan rahmat dan ridhonya serta nikmat sehat sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Yang berjudul "Etika Dalam Hubungan Dengan Pemangku Kepentingan".

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wassalam beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memberikan suri tauladan yang baik dan berjuang demi agama islam, yaitu agama yang diridhoi oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah "Etika Dan Profesi Keguruan"

Kami mengucapkan Terima Kasih kepada Ustadzah. Syarifaeni Fahdiah, M.Hum. selaku dosen mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan dan kepada semua rekan-rekan mahasiswa Kalam. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi mahasiswa pada umumnya dan kami mohon maaf apabila ada penyusunan makalah ini terdapat kesalahan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Allah Subhannahu wa Ta'ala senantiasa meridhoi segala urusan kita, Aamiin.

Wassalamu'alaikum wa rahmatullah wa barokaatuh.

Ahad, 3 November 2024

Penyusun Makalah

Kelompok 9

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
B. Rumusan Masalah.
C. Manfaat Penelitian.
BAB II PEMBAHASAN.
A. Pengertian Pemangku Kepentingan.
B. Macam-macam Pemangku Kepentingan.
C. Hubungan Etis dengan Pemangku Kepentingan dalam Pembelajaran.
BAB III KESIMPULAN.
A. Kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika adalah ilmu yang mempelajari nilai-nilai kesusilaan, dan perilaku yang baik dan buruk, serta hak dan kewajiban moral. Etika juga merupakan aturan atau norma yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan tindakan dan perilaku.

Maka sebagai makhluk sosial yang pasti berinteraksi dengan orang lain kita perlu menerapkan etika dalam kehidupan bersosial begitu juga ketika berinteraksi dengan para pemangku kepentingan. Dalam makalah ini kita akan mempelajari apa itu pemangku kepentingan, siapa saja yang termasuk pemangku kepentingan, dan seperti apa etika yang baik ketika berinteraksi dengan pemangku kepentingan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa rumusan masalah diantaranya :

1. Apa pengertian pemangku kepentingan?
2. Apa saja macam-macam pemangku kepentingan?
3. Apa saja hubungan etis dengan pemangku kepentingan?

C. Manfaat Penelitian

1. Mengetahui pengertian pemangku penelitian.
2. Mengetahui macam-macam pemangku pengertian.
3. Mengetahui hubungan etis dengan pemangku penelitian.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemangku Kepentingan

Stakeholder pada awalnya digunakan dalam dunia usaha, istilah ini berasal dari bahasa inggris terdiri atas dua kata; stake dan holder. Stake berarti to give support to, holder berarti pemegang. Jadi stakeholder adalah siapapun yang memiliki kepentingan dari sebuah usaha. (Tia Aulia, 2014, dalam Muhammad Tholut, 2018). Stakeholder dapat berfungsi sebagai “tokoh kunci” atau “key person” dan merupakan orang yang menjadi panutan bagi mayarakat sekitarnya.

Definisi lain dari stakeholder adalah pemegang atau pemangku kepentingan. Orang per orang atau kelompok tertentu yang mempunyai kepentingan apapun terhadap sebuah objek disebut stakeholder (Pamadi Wibowo, 2008, dalam Muhammad Tholut, 2018). Menurut Hatry stakeholder adalah salah satu kategori masyarakat sekolah, yang merupakan unsur-unsur sekolah yang jika salah satu unsur tersebut tidak ada, maka proses persekolahan tersebut menjadi terganggu. Definisi ini lebih diperjelas dalam kamus Manajemen Mutu, stakeholder adalah kelompok atau individu di dalam atau luar organisasi yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi oleh pencapaian misi, tujuan dan strategi organisasi biasanya terdiri atas pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemerintah dan peraturannya.(Suharti, 2021). Diantara pemangku kepentingan dalam pendidikan adalah sekolah, (termasuk di dalamnya para guru, kepala sekolah, dan murid) pemerintah , dan masyarakat.[1]
[1] Sundari & Tiara Eka, "Stakeholders Dalam Pendidikan",Vol.5 (Oktober,2024)

B. Macam-macam Pemangku Kepentingan

Dunia pendidikan melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) yang berkontribusi terhadap keberhasilan pendidikan secara langsung maupun tidak langsung. Pemangku kepentingan dalam pendidikan adalah individu atau kelompok yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan. Pemangku kepentingan utama dalam dunia pendidikan di antaranya adalah guru, siswa, orang tua, pemerintah, dan masyarakat. Masing-masing memiliki peran, tanggung jawab, dan hubungan etis yang membentuk sistem pendidikan yang efektif dan berkelanjutan.[2]
[2] Wibowo, Agus. Profesionalisme Guru dalam Membangun Karakter Siswa. Jakarta: Pustaka Edukasi, 2019, 125.

Pendidikan yang berkualitas tidak hanya dihasilkan oleh upaya satu pihak, tetapi oleh sinergi dari semua pemangku kepentingan yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan potensi siswa menjadi manusia yang berilmu, berkarakter, dan bermoral.

a. Guru

Guru adalah pemangku kepentingan utama dalam pendidikan yang berperan sebagai pendidik, fasilitator, dan pembimbing bagi siswa. Tugas utama seorang guru adalah menyampaikan ilmu dan keterampilan akademik kepada siswa, namun lebih dari itu, guru juga bertanggung jawab untuk membentuk karakter siswa melalui nilai-nilai moral dan etika.[3]
[3] Ibid., 126.

Dalam menjalankan perannya, seorang guru diharapkan memiliki profesionalisme tinggi yang mencakup kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Kompetensi-kompetensi ini mendukung guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung.[4]
[4] Setiawan, Arif. "Peran Etika dalam Membangun Pendidikan Karakter." Jurnal Pendidikan Moral 12, no. 1 (2020): 34

Profesionalisme guru juga meliputi kemampuan menjaga etika dalam interaksi dengan siswa, kolega, dan orang tua siswa, serta kemampuan menghindari diskriminasi dan perilaku yang merugikan siswa.[5]
[5] Nugraha, Rini. Komunikasi Pendidikan: Hubungan Guru-Orang Tua. Bandung: Literasi Press, 2021, 62.

Di samping mengajar, guru juga bertindak sebagai teladan bagi siswa. Contoh yang diberikan oleh guru dalam hal kejujuran, kedisiplinan, dan kerja keras memiliki dampak besar dalam membentuk perilaku siswa. Menurut Wibowo (2019), guru memiliki peran sentral dalam pembangunan karakter siswa, karena siswa sering kali meniru sikap dan perilaku yang mereka lihat dari guru mereka[6]. Dengan demikian, guru memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi panutan yang baik bagi siswa mereka.
[6] Ibid., 63.

b. Siswa

Siswa adalah objek utama dalam proses pendidikan, namun mereka juga berperan aktif sebagai peserta dalam kegiatan belajar-mengajar. Peran siswa bukan hanya sebagai penerima materi, tetapi juga sebagai individu yang aktif terlibat dalam proses pendidikan dengan menunjukkan sikap belajar yang baik dan rasa tanggung jawab terhadap perkembangan diri mereka.[7]
[7] Hidayat, Deni. "Konflik Kepentingan dalam Pendidikan dan Solusinya."Jurnal Etika Pendidikan 10, no. 3 (2020): 45.

Siswa bertanggung jawab untuk mematuhi aturan dan etika di sekolah, seperti menghormati guru dan sesama teman. Mereka juga diharapkan mengembangkan sikap saling menghargai, serta kesediaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan akademik dan ekstrakurikuler yang dapat mendukung pengembangan karakter[8]. Etika dalam interaksi siswa dengan guru dan teman-temannya sangat penting karena membantu membangun lingkungan belajar yang harmonis.
[8] Pratama, Deni. "Etika Kerja dalam Pendidikan dan Tantangannya." Jurnal Edukasi dan Etika, Vol. 6, no. 2 (2019): 56.

Siswa juga memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil dari guru dan pihak sekolah. Diskriminasi atau perlakuan tidak adil terhadap siswa dapat merusak motivasi dan semangat belajar mereka[9]. Oleh karena itu, siswa memiliki hak untuk didengarkan dan dihargai sebagai individu yang unik dalam proses pendidikan.
[9] Marlina, Dewi. Peran Sekolah dalam Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: EduPustaka, 2020, 89.

c. Orang Tua

Orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka. Sebagai pemangku kepentingan yang terlibat langsung dalam kehidupan anak, orang tua bertanggung jawab menciptakan lingkungan belajar yang kondusif di rumah dan memberikan dukungan emosional dan finansial untuk pendidikan anak[10]. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak meningkatkan keberhasilan siswa di sekolah, karena mereka dapat memberikan bimbingan tambahan yang tidak diperoleh di sekolah.
[10] Ibid., 90

Hubungan antara orang tua dan guru harus didasari komunikasi yang baik dan transparan untuk memastikan perkembangan optimal anak[11]. Orang tua perlu memahami kebutuhan pendidikan anak dan bekerja sama dengan guru dalam mengatasi tantangan belajar yang mungkin dihadapi anak. Menurut Nugraha (2021), hubungan yang baik antara orang tua dan guru akan membantu siswa merasa lebih didukung dan termotivasi untuk belajar.[12]
[11] Setiawan, Arif. "Peran Etika dalam Membangun Pendidikan Karakter," 35
[12] Nugraha, Rini. Komunikasi Pendidikan: Hubungan Guru-Orang Tua, 64.

Selain itu, orang tua juga bertanggung jawab dalam membentuk nilai-nilai moral dan etika di rumah, yang menjadi dasar bagi perilaku anak di sekolah. Melalui kolaborasi dengan guru, orang tua dapat memperkuat pendidikan karakter yang diberikan di sekolah. Dukungan orang tua dalam kegiatan sekolah juga menciptakan keterikatan emosional yang lebih kuat antara anak dan proses pembelajarannya[13].
[13] Marlina Dewi. Peran Sekolah dalam Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: EduPustaka, 2020, 91.

Pemerintah merupakan pemangku kepentingan utama dalam pengelolaan sistem pendidikan. Sebagai pembuat kebijakan, pemerintah bertanggung jawab dalam menetapkan regulasi, kurikulum, dan standar pendidikan yang akan diimplementasikan oleh sekolah[14]. Pemerintah juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa semua anak memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas tanpa adanya diskriminasi.
[14] Wibowo, Agus. Profesionalisme Guru dalam Membangun Karakter Siswa, 127.

Melalui kementerian pendidikan, pemerintah juga menyediakan anggaran untuk operasional sekolah, gaji guru, serta pengadaan fasilitas pendidikan seperti laboratorium, perpustakaan, dan bahan ajar[15]. Pemerintah harus menyusun kebijakan yang inklusif dan merata agar setiap anak, termasuk mereka yang berada di daerah terpencil, dapat memperoleh pendidikan.
[15] Setiawan, Arif. "Peran Etika dalam Membangun Pendidikan Karakter," 36.

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk menciptakan sistem pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Misalnya, dalam menetapkan kurikulum, pemerintah dapat bekerja sama dengan sekolah, orang tua, dan praktisi pendidikan untuk memastikan bahwa kurikulum tersebut mampu mempersiapkan siswa menghadapi tantangan global[16].
[16] Nugraha, Rini. Komunikasi Pendidikan: Hubungan Guru-Orang Tua, 65.

d. Masyarakat

Masyarakat adalah pemangku kepentingan yang berfungsi sebagai lingkungan pendukung bagi sekolah dan siswa. Masyarakat dapat memberikan dukungan bagi sekolah melalui program-program sosial, penyediaan fasilitas umum, dan kemitraan yang mendukung kegiatan pendidikan[17]. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan menciptakan sinergi antara pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal di lingkungan sosial.
[17] Marlina, Dewi. Peran Sekolah dalam Pembangunan Masyarakat, 92.

Masyarakat juga berperan dalam menyediakan wadah bagi siswa untuk belajar nilai-nilai sosial dan keterampilan hidup. Kegiatan-kegiatan seperti kerja bakti, program magang, dan pelatihan keterampilan dari organisasi sosial memberikan peluang bagi siswa untuk belajar di luar kelas dan mengembangkan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan[18]. Marlina (2020) menyatakan bahwa peran masyarakat dalam pendidikan memberikan pengalaman belajar yang lebih luas kepada siswa dan membantu mereka memahami peran sosialnya[19].
[18] Ibid., 93.
[19] Pratama, Deni. "Etika Kerja dalam Pendidikan dan Tantangannya," 57.

Selain itu, masyarakat juga dapat mengawasi kebijakan pendidikan dan mengkritisi jika ada keputusan pemerintah yang dianggap merugikan siswa. Partisipasi masyarakat dalam pembahasan kebijakan pendidikan akan memastikan bahwa sistem pendidikan yang dibangun relevan dengan kebutuhan dan budaya setempat[20].
[20] Hidayat, Deni. "Konflik Kepentingan dalam Pendidikan dan Solusinya," 46.

Pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan, seperti guru, siswa, orang tua, pemerintah, dan masyarakat, memiliki peran, tanggung jawab, dan hubungan etis yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Kolaborasi yang baik di antara mereka akan menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif dan mendukung pengembangan siswa sebagai individu yang cerdas, bermoral, dan berdaya saing. Pendidikan yang berhasil tidak hanya bergantung pada kemampuan akademik siswa, tetapi juga pada sinergi antara semua pemangku kepentingan yang terlibat.

C. Hubungan Etis dengan Pemangku Kepentingan dalam Pembelajaran

Apa itu pemangku kepentingan dalam pembelajaran?

Pemangku kepentingan dalam pembelajaran mencakup semua individu atau kelompok yang memiliki kepentingan dan pengaruh dalam proses belajar-mengajar. Ini bisa termasuk:

1. Peserta didik: Mereka yang secara langsung terlibat dalam proses belajar.

2. Guru/dosen: Mereka yang memfasilitasi pembelajaran.

3. Orang tua/wali: Mereka yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan peserta didik.Lembaga pendidikan: Sekolah, universitas, atau lembaga pelatihan.

4. Masyarakat: Lingkungan di sekitar lembaga pendidikan.

Mengapa Etika Penting dalam Hubungan dengan Pemangku Kepentingan?

Etika menjadi fondasi dalam membangun hubungan yang sehat dan produktif dengan semua pemangku kepentingan. Beberapa alasan mengapa etika penting:

1. Kepercayaan: Etika membangun kepercayaan antara semua pihak, menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman.

2. Keadilan: Etika memastikan bahwa semua pemangku kepentingan diperlakukan secara adil dan setara.

3. Integritas: Etika menjaga integritas proses pembelajaran, sehingga hasil yang diperoleh dapat diandalkan.

4. Kolaborasi: Etika memfasilitasi kerja sama yang efektif antara semua pihak.

Penerapan Etika dalam Hubungan dengan Pemangku Kepentingan.

Beberapa contoh penerapan etika dalam hubungan dengan pemangku kepentingan:

1. Terhadap peserta didik: Memberikan perlakuan yang adil, menghormati perbedaan individu, menjaga kerahasiaan informasi pribadi, dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.

2. Terhadap guru/dosen: Memberikan penghargaan atas kerja keras mereka, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan mendukung pengembangan profesional mereka.

3. Terhadap orang tua/wali: Terbuka dalam berkomunikasi, melibatkan mereka dalam proses pembelajaran, dan menghormati keputusan mereka.

4. Terhadap lembaga pendidikan: Menjaga aset lembaga, mengikuti aturan yang berlaku, dan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan lembaga.

5. Terhadap masyarakat: Berpartisipasi dalam kegiatan sosial, menjaga lingkungan, dan menjadi warga negara yang baik.

Tantangan dan solusi

Dalam penerapan etika, tentu ada tantangan yang dihadapi, seperti:

1. Konflik kepentingan: Terkadang kepentingan individu atau kelompok dapat bertentangan.

2. Tekanan untuk mencapai target: Tekanan untuk mencapai target tertentu dapat mengorbankan nilai-nilai etika.

3. Perubahan zaman: Perubahan zaman dan teknologi dapat menimbulkan tantangan baru dalam menjaga etika.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan komitmen dari semua pihak untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai etika, serta adanya mekanisme yang jelas untuk menyelesaikan konflik dan masalah yang muncul.

Hubungan etis dengan pemangku kepentingan dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang berkualitas dan berkelanjutan. Dengan menerapkan nilai-nilai etika, kita dapat membangun hubungan yang saling percaya, menghormati, dan mendukung satu sama lain.

BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Pemangku kepentingan, atau stakeholders, merupakan individu atau kelompok yang memiliki kepentingan dalam sebuah usaha atau objek tertentu. Mereka dapat berperan sebagai tokoh kunci atau panutan dalam masyarakat. Dalam dunia pendidikan, pemangku kepentingan utama meliputi guru, siswa, orang tua, pemerintah, dan masyarakat. Guru memiliki peran penting sebagai pendidik, fasilitator, dan pembimbing siswa. Mereka bertanggung jawab tidak hanya dalam menyampaikan ilmu akademik, tetapi juga dalam membentuk karakter siswa melalui nilai-nilai moral. Siswa, sebagai objek utama dalam pendidikan, juga memiliki peran aktif dalam proses pembelajaran. Mereka harus menunjukkan sikap belajar yang baik dan bertanggung jawab terhadap perkembangan diri. Orang tua memiliki peran penting dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka. Mereka bertanggung jawab menciptakan lingkungan belajar yang kondusif di rumah dan memberikan dukungan emosional dan finansial. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan memiliki tanggung jawab dalam menetapkan regulasi, kurikulum, dan standar pendidikan. Masyarakat berperan sebagai lingkungan pendukung bagi sekolah dan siswa. Mereka dapat memberikan dukungan melalui program sosial, fasilitas umum, dan kemitraan yang mendukung kegiatan pendidikan. Hubungan etis dengan pemangku kepentingan sangat penting dalam proses pembelajaran untuk membangun kepercayaan, keadilan, integritas, dan kolaborasi. Penerapan etika dalam hubungan dengan pemangku kepentingan melibatkan memberikan perlakuan adil, menghormati perbedaan individu, menjaga integritas proses pembelajaran, dan memfasilitasi kerja sama efektif. Tantangan yang dihadapi meliputi konflik kepentingan, tekanan untuk mencapai target, dan perubahan zaman. Solusi untuk mengatasi tantangan tersebut adalah dengan komitmen dalam menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan memiliki mekanisme yang jelas untuk menyelesaikan konflik. Dengan menjalin hubungan etis yang baik dengan pemangku kepentingan, lingkungan belajar yang berkualitas dan berkelanjutan dapat tercipta. Ini akan membantu membangun hubungan yang saling percaya, menghormati, dan mendukung satu sama lain dalam proses pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Sundari & Tiara Eka, "Stakeholders Dalam Pendidikan",Vol.5 (Oktober,2024)

Wibowo, Agus. Profesionalisme Guru dalam Membangun Karakter Siswa. Jakarta: Pustaka Edukasi, 2019, 125.

Setiawan, Arif. "Peran Etika dalam Membangun Pendidikan Karakter." Jurnal Pendidikan Moral 12, no. 1 (2020): 34

Nugraha, Rini. Komunikasi Pendidikan: Hubungan Guru-Orang Tua. Bandung: Literasi Press, 2021, 62.

Hidayat, Deni. "Konflik Kepentingan dalam Pendidikan dan Solusinya."Jurnal Etika Pendidikan 10, no. 3 (2020): 45.

Pratama, Deni. "Etika Kerja dalam Pendidikan dan Tantangannya." Jurnal Edukasi dan Etika, Vol. 6, no. 2 (2019): 56.

Marlina, Dewi. Peran Sekolah dalam Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: EduPustaka, 2020, 89.

Setiawan, Arif. "Peran Etika dalam Membangun Pendidikan Karakter," 35

Nugraha, Rini. Komunikasi Pendidikan: Hubungan Guru-Orang Tua, 64.

Marlina Dewi. Peran Sekolah dalam Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: EduPustaka, 2020, 91.

Wibowo, Agus. Profesionalisme Guru dalam Membangun Karakter Siswa, 127.

Setiawan, Arif. "Peran Etika dalam Membangun Pendidikan Karakter," 36.

Nugraha, Rini. Komunikasi Pendidikan: Hubungan Guru-Orang Tua, 65.

Marlina, Dewi. Peran Sekolah dalam Pembangunan Masyarakat, 92.

Pratama, Deni. "Etika Kerja dalam Pendidikan dan Tantangannya," 57.

Hidayat, Deni. "Konflik Kepentingan dalam Pendidikan dan Solusinya," 46.