Jumat, 01 November 2024

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Kelas
Dosen Pengampu : Aldila, M.Pd
Disusun Oleh Kelompok 6 Prodi PAI:
1. Chotami Fajrin Lowchin, NIM 218620851 
2. Aisyah, NIM 21862089 9. Aliefiah Putri Dema, NIM 228620055
3. Ega Cahya Ningrum, NIM 228620066 10. Azizah Amatullah, NIM 228620058
4. Efni Redho, NIM 21862097 11. Diah Windiastuti, NIM 228620064
5. Nurul Hasanah, NIM 218620112 12. Partika, NIM 228620110
6. Putri Khairunissa, NIM 228620111 13. Syaffana Azharah, NIM 228620132
7. Yuni Heri Suciasih, NIM 218620100
8. Adilah Az Zahra, NIM 228620052

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan kemudahan kepada kami sehingga mampu menyusun makalah dengan judul “Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas” untuk melengkapi tugas mata kuliah Manajemen Kelas sebagai materi lanjutan dari mata kuliah tersebut.

Harapan kami, semoga dengan hadirnya makalah ini , dapat menjadi bekal untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pribadi dan masyarakat.

Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik, saran dan koreksi sangat kami harapkan agar makalah ini hadir menjadi lebih baik lagi.

Yogyakarta, November 2024

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
1.1. Latar Belakang Masalah.
1.2. Rumusan Masalah.
1.3. Tujuan Penulisan Makalah.
1.4 Manfaat Disiplin bagi Lingkungan Belajar.
BAB II PEMBAHASAN.
A. PENGERTIAN DISIPLIN KELAS.
1. Definisi Disiplin Di Kelas Menurut Berbagai Sumber atau Ahli.
2. Peran Disiplin dalam Menciptakan Suasana Belajar yang Kondusif.
3. Hubungan Disiplin dengan Perilaku Siswa.
B. PRINSIP-PRINSIP DASAR DISIPLIN KELAS.
1. Konsistensi.
2. Kejelasan Aturan dan Harapan.
3. Penguatan Positif.
4. Teguran Efektif.
5. Konsekuensi yang Proposional.
C. PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP DISIPLIN DI KELAS.
1. Lingkungan Fisik Kelas.
2. Lingkungan Sosial.
3. Hubungan antara Lingkungan yang Baik dengan Disiplin Siswa.
D. PERAN GURU DALAM MENERAPKAN DISIPLIN
1. Guru Sebagai Model Perilaku Positif.
2. Cara Guru Memberikan Contoh Dalam Hal Kedisplinan.
3.Strategi Komunikasi yang Baik antara Guru dan Siswa dalam Penerapan Disiplin.
E. TEKNIK PENERAPAN DISIPLIN DI KELAS.
1. Teknik External Control.
2. Teknik Internal Control.
3. Teknik Cooperative Control.
4. Teknik Penggunaan Penghargaan dan Hukuman dengan Seimbang.
F. TANTANGAN DALAM MENERAPKAN DISIPLIN DI KELAS.
1. Tantangan Internal.
2. Tantangan Eksternal.
3. Cara Guru Mengatasi Tantangan Ini.
G. EVALUASI DAN REFLEKSI DALAM PENERAPAN DISIPLIN DI KELAS.
1. Metode untuk Mengevaluasi Efektivitas Penerapan Disiplin.
2. Refleksi Guru terhadap Pelaksanaan Disiplin dan Pengembangan Metode yang Lebih Baik.
3. Saran Perbaikan Disiplin di Masa Depan.
BAB III PENUTUP. 28
KESIMPULAN.
DAFTAR PUSTAKA.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kedisiplinan merupakan hal penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di lingkungan sekolah. Mentaati tata tertib di sekolah, pola hidup dan kegiatan disiplin bagi siswa maupun siswi akan memotivasi dan meningkatkan semangat belajar di sekolah. Hal itu dapat diterapkan dengan tidak melanggar peraturan yang sudah ditetapkan. Peningkatan motivasi belajar siswa bisa dilihat dari kedisiplinan yang diterapkan untuk dirinya sendiri, dipastikan dapat melakukan kedisiplinan sekolah tanpa adanya rasa keterpaksaan.

Memahami dan menyadari kedisiplinan bagi individu maupun lingkungan itu sangat penting. Selain untuk melatih mengendalikan diri, menghormati dan bertanggung jawab terhadap tata tertib di sekolah, kedisiplinan juga memegang peranan penting guna mengendalikan tingkah laku siswa-siswi selama di sekolah. Kedisiplinan di sekolah juga memegang peranan penting, karena jika tanpa disiplin anak akan menjadi orang yang bimbang, tidak terkendali dan tidak bisa mengambil keputusan. Dorongan untuk disiplin diri adalah dorongan dari luar manusia, yaitu pengetahuan kesadaran dan kemauan membuat disiplin seperti adanya perintah, pengawasan, ancaman, larangan, pujian dan hukuman.

Pelanggaran kedisiplinan juga sering terjadi di sekolah, jenis pelanggaran terjadi karena masalah tingkah laku siswa yang bertahan dan kurang membentuk kesanggupan disiplin diri. Pengendalian tingkah laku memerlukan bimbingan guru, seperti keterlambatan, ketidakhadiran tanpa keterangan (alpa), perkelahian, menyontek, yang pada akhirnya akan mempengaruhi motivasi belajar siswa di sekolah.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

Adakah hubungan signifikan antara disiplin belajar dengan motivasi belajar siswa?

I.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan signifikan antara disiplin belajar dengan motivasi belajar siswa.

I.4. Manfaat Penulisan

1. Dari segi teoritis:

a. Memberikan kontribusi teoritis tentang hubungan disiplin belajar dan motivasi belajar siswa.

b. Sebagai pengembangan penelitian di bidang pendidikan sehingga dapat membantu penelitian berikutnya.

2. Bagi penulis:

a. Menambah pengetahuan tentang penelitian dalam bidang pendidikan.

b. Menambah pengalaman bagi calon tenaga pengajar yang professional.

3. Bagi guru

a. Memberikan acuan bahwa pentingnya menerapkan peraturan yang mengatur tentang kedisiplinan siswa.

b. Memberi masukan agar para guru memperhatikan motivasi belajar dalam diri anak sehingga mereka disiplin dalam belajar.

4. Bagi Siswa

Memberi masukan kepada siswa akan pentingnya disiplin belajar dan motivasi belajar dalam upaya pencapaian hasil belajar yang memuaskan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DISIPLIN KELAS

1. Definisi Disiplin Di Kelas Menurut Berbagai Sumber atau Ahli

Disiplin di kelas merupakan upaya pengendalian dan pengaturan perilaku siswa agar sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, guna menciptakan suasana belajar yang efektif.

Menurut Santrock[1], disiplin di kelas mencakup semua tindakan yang diambil oleh guru untuk menjaga keteraturan dan ketertiban, yang pada akhirnya memungkinkan proses pembelajaran berjalan lancar dan efisien.
[1] Santrock, J. W. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sedangkan menurut Emmer dan Evertson[2], disiplin di kelas adalah sebuah proses untuk mempengaruhi tingkah laku siswa melalui pengelolaan rutinitas, aturan, dan harapan yang konsisten.
[2] Emmer, E. T., & Evertson, C. M. (2017). Classroom Management for Middle and High School Teachers. Pearson

2. Peran Disiplin dalam Menciptakan Suasana Belajar yang Kondusif

Disiplin berperan penting dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif. Jika aturan diterapkan secara konsisten, siswa merasa lebih aman dan fokus pada pelajaran[3]. Disiplin yang baik membantu mengurangi gangguan dan memungkinkan guru memberikan perhatian yang lebih merata pada seluruh siswa, sehingga mendorong proses belajar yang lebih optimal[4]. Sebagai contoh, kelas yang dikelola dengan baik akan meminimalkan interupsi, meningkatkan partisipasi aktif siswa, dan membangun suasana yang mendukung pembelajaran kolaboratif.
[3] Jones, V. F., & Jones, L. S. (2016). Comprehensive Classroom Management: Creating Communities of Support and Solving Problems. Pearson
[4] Doyle, W. (2006). Classroom Organization and Management. In M. C. Wittrock (Ed.), Handbook of Research on Teaching. New York: Macmillan

3. Hubungan Disiplin dengan Perilaku Siswa

Terdapat hubungan langsung antara disiplin yang diterapkan dengan perilaku siswa di kelas. Disiplin yang efektif cenderung membentuk perilaku positif dan mendorong tanggung jawab pribadi dalam diri siswa[5]. Ketika siswa memahami aturan dan konsekuensi dari pelanggaran, mereka lebih cenderung mengatur diri mereka sendiri, menghindari perilaku menyimpang, dan lebih fokus dalam mengikuti instruksi guru[6]. Selain itu, disiplin juga dapat berfungsi sebagai alat pembelajaran dalam pengembangan moral dan etika siswa, sehingga membentuk karakter yang baik.
[5] Brophy, J. (2013). Motivating Students to Learn. Routledge
[6] Lewis, R. (2008). Classroom Discipline and Student Responsibility: The Students' View. Teaching and Teacher Education, 24(1), 139-146

B. PRINSIP-PRINSIP DASAR DISIPLIN KELAS

1. Konsistensi

1) Pentingnya Penerapan Aturan Secara konsisten dan Dampaknya terhadap Siswa Aturan harus ditegakkan secara konsisten tanpa kecuali.

Hal ini membantu siswa memahami apa saja yang akan terjadi jika mereka melanggar aturan. Salah satu cara untuk menciptakan lingkungan belajar yang ideal adalah dengan menerapkan aturan secara konsisten. Aturan yang jelas dan ditegakkan dengan sungguh-sungguh dapat membantu meningkatkan disiplin siswa, mempromosikan perilaku yang positif, dan mengurangi konflik di sekolah.

Penerapan aturan secara konsisten membantu meningkatkan disiplin siswa, menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis, mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka, dan melahirkan pembelajaran moral dan etika yang integral dalam kehidupan beragama dan sosial.

2) Dampak Negatif Tidak Konsisten

Jika peraturan tidak ditegakkan secara konsisten, maka siswa mungkin akan menganggap remeh peraturan sekolah. Beberapa dampak negatif yang dapat timbul adalah:

a. Terjadinya Pelanggaran Peraturan

Siswa yang tidak menghormati peraturan sekolah cenderung lebih sering melanggar peraturan karena merasa terkekang atau tidak ada konsekuensi yang jelas. Hal ini dapat menyebabkan siswa menjadi pribadi pemberontak.

b. Menurunnya Motivasi Belajar

Pelanggaran peraturan secara terus-menerus dapat menurunkan motivasi belajar siswa. Ketika siswa merasa bahwa peraturan tidak dipedulikan, mereka mungkin akan kehilangan minat dalam proses belajar dan berkembang.

c. Kejelasan Aturan

Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, peraturan kelas harus jelas dan tertulis. Peraturan kelas merupakan alat untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada peserta didik menjadi lebih baik. Guru harus menjelaskan peraturan secara rinci dan memberikan contoh konkret supaya siswa memahami apa yang diharapkan dari mereka.

2. Kejelasan Aturan dan Harapan

Melibatkan siswa dalam proses penyusunan aturan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab mereka terhadap peraturan tersebut. Diskusi bersama dapat membantu siswa memahami manfaat dari setiap aturan dan meningkatkan partisipasi aktif mereka dalam mengikuti aturan.

Harapan positif dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mencapai tujuannya. Saat memulai tahun ajaran baru, contoh-contoh harapan positif seperti berusaha lebih keras, meraih prestasi akademik, atau meningkatkan partisipasi aktif dalam diskusi dapat menjadi referensi yang berguna. Menyusun aturan dan harapan yang jelas bagi siswa bukan hanya tentang mengatur perilaku, tetapi juga membentuk sikap tanggung jawab, kerjasama, dan kemandirian mereka. Dengan melibatkan siswa dalam proses penyusunan aturan, menggunakan prinsip-prinsip SMART, dan fokus pada harapan positif, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan produktif.

3. Penguatan Positif

Memahami dan menerapkan penghargaan untuk perilaku baik adalah strategi penting dalam disiplin kelas yang dapat meningkatkan motivasi dan membentuk karakter siswa. Penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku positif, memberikan nilai pendidikan, dan mendorong siswa untuk mengulangi perilaku yang diharapkan. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk mengenal siswa dengan baik dan memberikan penghargaan yang tepat agar tujuan pendidikan tercapai.

1) Jenis-Jenis Penghargaan, antara lain:

a. Pujian Verbal : Mengucapkan kata-kata positif untuk menghargai usaha siswa.

b. Penghormatan Publik : Mengumumkan prestasi siswa di depan teman-temannya.

c. Penghargaan Fisik : Memberikan medali atau sertifikat kepada siswa berprestasi.

2) Syarat Pemberian Penghargaan :

a. Objektivitas : Penghargaan harus diberikan berdasarkan prestasi nyata, bukan subjektifitas guru.

b. Proporsionalitas : Memberikan penghargaan secara seimbang, tidak hanya kepada siswa berprestasi tinggi.

c. Hemat dalam Pemberian : Jangan terlalu sering memberikan penghargaan agar tetap bermakna.

3) Penerapan penghargaan yang tepat dapat menghasilkan beberapa dampak positif:

a. Meningkatkan Rasa Percaya Diri : Siswa merasa dihargai dan termotivasi untuk terus berprestasi.

b. Membangun Lingkungan Positif : Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan produktif.

c. Mengurangi Perilaku Negatif : Siswa cenderung menghindari perilaku buruk karena ingin mendapatkan penghargaan.

4. Teguran Efektif

Menghadapi siswa yang berperilaku buruk tanpa merusak hubungan memerlukan pendekatan yang bijaksana. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil :

1) Bersikap Tenang

Selalu jaga ketenangan saat menegur siswa. Hindari teriakan atau emosi berlebihan, karena ini dapat memperburuk situasi.

2) Gunakan Bahasa yang Baik

Pilih kata-kata yang positif dan tidak menyakiti perasaan siswa. Teguran harus disampaikan dengan lembut namun tegas.

3) Berikan Pujian

Apresiasi perilaku baik siswa, meskipun kecil. Ini dapat meningkatkan motivasi mereka untuk berperilaku lebih baik.

4) Ajak Diskusi Pribadi

Bicaralah empat mata untuk memahami masalah yang dihadapi siswa. Ini menunjukkan perhatian dan dapat membantu mereka merasa dihargai.

5) Buat Aturan Bersama

Libatkan siswa dalam pembuatan aturan kelas, sehingga mereka merasa memiliki tanggung jawab terhadap perilaku mereka.

5. Konsekuensi yang Proposional

Menentukan konsekuensi yang tepat untuk setiap pelanggaran di kelas adalah aspek penting dalam manajemen disiplin.

Berikut adalah langkah-langkah dan prinsip yang dapat diterapkan:

1) Identifikasi Jenis Pelanggaran

- Pelanggaran Ringan : Misalnya, keterlambatan atau tidak membawa alat tulis.

- Pelanggaran Sedang : Ketidakpatuhan terhadap instruksi guru.

- Pelanggaran Berat : Tindakan bullying atau merusak fasilitas.

2) Terapkan Konsekuensi Logis

- Sesuai dengan Pelanggaran : Misalnya, jika siswa merusak, maka mereka harus memperbaiki atau mengganti kerugian.

- Kehilangan Hak : Jika siswa tidak menyelesaikan tugas, mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan nilai.

3) Prinsip Penerapan

- Keadilan dan Konsistensi : Konsekuensi harus diterapkan secara adil dan konsisten kepada semua siswa.

- Empati dan Dialog : Ajak siswa berdiskusi tentang dampak tindakan mereka untuk meningkatkan kesadaran.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, guru dapat menegakkan disiplin tanpa merusak hubungan dengan siswa.

C. PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP DISIPLIN DI KELAS

1. Lingkungan Fisik Kelas

1) Pengaruh penataan ruang kelas terhadap disiplin di kelas

Penataan ruang kelas yang baik dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang kondusif dan optimal bagi peserta didik, mendukung peserta didik sesuai latar belakang masing-masing sehingga dengan adanya penataan ruang kelas yang baik maka dapat memotivasi siswa untuk mengeksplor prestasi belajar terhadap siswa.

2) Pengaruh kebersihan lingkungan kelas terhadap disiplin di kelas:

Lingkungan yang bersih membuat kita terhindar dari penyakit. Kuman dan bakteri suka tempat yang kotor, jadi dengan menjaga kebersihan, kita mengurangi risiko terkena penyakit seperti flu, diare, dan lainnya. Kalau sakit, belajarnya jadi nggak maksimal, kan? Ruang kelas yang bersih membuat kita lebih nyaman belajar.

3) Pengaruh kenyamanan lingkungan kelas terhadap disiplin di kelas:

Kenyamanan kelas dapat berpengaruh pada disiplin kelas karena menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan tentram. Berikut beberapa hal yang dapat diwujudkan untuk membuat kelas nyaman:

- Menjaga kebersihan kelas
- Menjamin pencahayaan yang baik
- Menjaga suhu ruang yang nyaman
- Menata tempat duduk dengan ergonomis
- Menggunakan musik instrumental
- Menjaga tingkat kebisingan kelas yang rendah
- Menata komunitas belajar (siswa-guru-orang tua)

2. Lingkungan Sosial

Hubungan antara siswa dan guru memiliki pengaruh besar terhadap disiplin di kelas, karena guru berperan sebagai panutan dan teladan bagi siswa. Berikut adalah beberapa pengaruh hubungan siswa dan guru terhadap disiplin di kelas:

1) Guru sebagai panutan

Guru yang memberikan contoh yang baik, jujur, adil, dan sesuai kata dengan perbuatan akan memengaruhi kedisiplinan siswa.

2) Guru membentuk karakter siswa.

Guru berperan penting dalam membentuk karakter, aspirasi, dan kesuksesan siswa di masa depan.

3) Guru menjaga profesionalisme.

Guru yang disiplin akan menjaga profesionalisme dalam menjalankan tugasnya, sehingga tetap dihormati sebagai tenaga pendidik yang kompeten dan berintegritas.

4) Guru menerapkan disiplin.

Guru yang selalu menerapkan sikap disiplin dalam melakukan kegiatan apapun akan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

3. Hubungan antara Lingkungan yang Baik dengan Disiplin Siswa

Lingkungan yang baik dapat berpengaruh terhadap disiplin di kelas karena disiplin merupakan perilaku yang terbentuk melalui proses binaan dari berbagai lingkungan, termasuk keluarga dan sekolah. Disiplin yang baik akan membantu siswa fokus dalam belajar; menghargai guru dan teman sekelas; serta membantu mengurangi tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

D. PERAN GURU DALAM MENERAPKAN DISIPLIN

1. Guru Sebagai Model Perilaku Positif

Perilaku mengajar guru adalah suatu Tindakan atau Gerakan guru yang dilakukan secara sadar untuk bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Karakteristik guru yang baik biasanya tahu bahwa kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda. Ada yang mampu memahami materi secara cepat, ada juga yang yang harus dijelaskan secara rinci terlebih dahulu baru bisa menyerap materi yang disampaikan.

Banyak perilaku tertentu yang dapat membentuk perilaku positif, sensitif, dan agresif. Untuk anak-anak tertentu pada waktu tertentu dalam mengembangkan hubungan. Ada beberapa perilaku guru yang dapat menumbuhkan hubungan positif dengan peserta didik diantaranya: perilaku guru yang positif, sensitif, responsif dan perhatian individu.

Ada beberapa pilar agar guru dapat mengajar dengan hati yang menekankan pada sikap dan perilaku pendidik untuk mengembangkan potensi peserta didik. Adapun pilar-pilar dalam pembentukan karakter yang harus dimiliki seorang guru, antara lain : kasih sayang, penghargaan, pemberian ruang untuk mengembangkan diri, kepercayaan, Kerjasama, saling berbagi, saling memotivasi, saling mendengarkan, saling beinteraksi secara positif, saling menanamkan nilai-nilai moral, saling mengingatkan dengan ketulusan hati, saling menggali potensi diri, saling mengajari dengan kerendahan hati, saling menginspirasi, dan saling menghargai perbedaan.

Peserta didik adalah manusia yang belum dewasa, oleh karenanya ia membutuhkan pengajaran, pelatihan, dengan orang yang lebih dewasa dan sering disebut “pendidik” dengan tujuan untuk mentansformasi ilmu pengetahuan agar dapat mengantarkannya menuju pematangan diri. Al Rasyidin mengatakan bahwa peserta didik adalah manusia yang memiliki fitrah dan potensi untuk mengembangkan diri, sehingga Ketika fitrah ditangani secara baik maka sebagai eksesnya justru anak didik akan menjadi seorang yang bertauhid kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala.

Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang terdapat dalam bab I pasal 1 point ke empat, dijelaskan bahwa peserta didik itu adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis Pendidikan tertentu. Peserta didik memiliki makna tidak hanya dalam tataran Pendidikan formal saja, juga tidak memberi batasan usia, dan bahkan tekanannya sangat majemuk dengan tidak melihat bentuk perbedaan pada masing-masing peserta didik.

M. Ngalim Purwanto menyebutkan didalam bukunya yang berjudul “Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis” (Hamid, 2017: 280) menuliskan bahwa beberapa sikap dan sifat guru yang baik, yaitu : adil, percaya, sabar dan rela berkorban, memiliki kewibawaan terhadap anak-anak, Penggembira, bersikap baik terhadap guru-guru, bersikap baik terhadap masyarakat, benar-benar menguasai mata pelajarannya, suka kepada mata pelajaran yang diberikannya, serta berpengetahuan luas.

Perilaku positif guru dapat diartikan dengan perilaku pendidik yang cenderung bermanfaat bagi peserta didik serta berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan peraturan yang berlaku dalam dunia Pendidikan. Margiani, dkk (2021) berpendapat bahwa perilaku guru dalam menerapkan pemahamannya dengan menggunakan komunikasi positif terlihat dari beberapa aspek yang sering muncul dalam kegiatan pembelajaran guru bersama anak yakni :

a. Pemahaman guru berdasarkan aspek positif.

b. Pemahaman guru berdasarkan aspek sikap mendukung.

c. Pemahaman guru berdasarkan aspek empati.

Duta, dkk (2015:12) juga menyatakan adanya pengaruh yang sangat besar terhadap penggunaan komunikasi positif dalam kegiatan pembelajaraan oleh guru, komunikasi positif tersebut dapat mempengaruhi minat dan sikap anak dalam menciptakan sebuah atmosfer atau suasana belajar yang menyenangkan. Sedangkan menurut Gourneau (2012) ada lima sikap guru terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran yaitu : pertama, menunjukkan kepedulian dan kebaikan. Kedua, berbagi tanggung jawab. Ketiga, sensitif menerima keragaman. Keempat, meningkatkan instruksi individu. Kelima, mendorong kreativitas. Guru yang dapat diteladani dan ditiru tersebut adalah sosok pendidik yang sangat dihormati. Alangkah tidak idealnya jika seorang guru memperlihatkan sikap dan perilaku yang kurang baik.

2. Cara Guru Memberikan Contoh Dalam Hal Kedisplinan

Upaya guru dalam melatih disiplin siswa salah satunya adalah dengan memberikan stimulus dan respon. Stimulus yang dapat diberikan seperti memberikan dorongan kepada siswa untuk selalu disiplin serta selalu memberikan reward pada siswa yang sudah disiplin. Reward yang diberikan berupa hal yang memotivasi anak untuk selalu berperilaku disiplin. Bentuk reward yang diberikan bisa berupa pujian, memberikan selamat, dan memberikan hadiah. Sedangkan punishment diberikan dengan tujuan untuk mengubah perilaku anak menjadi disiplin. Dan punishment yang diberikan harus bersifat mendidik. Contoh punishment yang bersifat mendidik yaitu jika siswa tidak melaksanakan piket maka guru bisa memberikan punishment berupa anak tersebut harus melaksanakan piket tiga kali berturut-turut, jika tidak disiplin maka akan mendapatkan teguran dan apabila masih diulangi maka akan diberikan pembinaan khusus agar siswa tersebut dapat tetap menerapkan kedisiplinan.

Menurut Harni dan Tarjiah (2018) menyatakan bahwa respon adalah segala sesuatu yang muncul akibat adanya dorongan yang diberikan. Berdasarkan observasi yang sudah dilakukan respon yang diberikan siswa Ketika mendapatkan reward atas sikap disiplin yang sudah diterapkan disekolah yaitu adanya rasa senang dalam diri siswa. Sedangkan siswa yang mendapatkan punishment menunjukkan adanya rasa malu dan tidak percaya diri Ketika menjalankan hukuman dihadapan siswa lainnya.

Kemudian, upaya guru dalam melatih disiplin siswa dengan adanya Peniruan (modelling), dalam teori behaviorisme mengatakan bahwa pembentukan perilaku diperoleh dari proses mengamati, dan meniru. Dalam hal ini maka guru sebagai orang tua siswa disekolah harus memberikan contoh yang baik dalam disiplin seperti selalu berpakaian rapi, datang tepat waktu, dan selalu membuang sampah pada tempatnya dengan harapan siswa dapat meniru apa yang sudah dicontohkan oleh guru disekolah. Anak -anak dalam proses meniru sikap disiplin tidak bisa langsung instan sesuai denga napa yang diharapkan oleh guru tapi butuh yang namanya proses, jadi jika ada anak yang tidak meniru atau tidak sesuai dengan keinginan guru maka guru harus bersabar, terus telaten dalam memberikan contoh yang baik dan selalu mengingatkan anak tentang manfaat dan pentingnya disiplin.

3. Strategi Komunikasi yang Baik antara Guru dan Siswa dalam Penerapan Disiplin

Strategi pada dasarnya merupakan perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan. Namun, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, tetapi juga harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Strategi komunikasi harus dapat menunjukkan secara praktis bagaimana operasionalnya dilakukan, dengan pemahaman bahwa pendekatan dapat berbeda tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Dengan kata lain, strategi komunikasi harus fleksibel dan responsif terhadap perubahan situasi dan keadaan yang terjadi.[7]
[7] M. Miftah, “Strategi Komunikasi Efektif Dalam Pembelajaran “,Jurnal Teknodik,XII.2(2019),084- 094 http://doi.org/10.32550/teknodik.v12i2.473.

Strategi komunikasi yang digunakan oleh guru untuk mendidik dan meningkatkan prestasi belajar siswa melibatkan penggunaan teknik ganjaran. Teknik ganjaran , atau yang dikenal juga sebagai pay off technique, merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain dengan cara memberikan hal yang menguntungkan atau menjanjikan harapan positif.

Dengan menggunakan Teknik ganjaran, guru memberikan insentif atau reward kepada siswa sebagai bentuk apresiasi atau prestasi atau perilaku positif yang mereka tunjukkan. Ini bisa berupa pujian, penghargaan, atau bonus lainnya yang dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dengan lebih baik. Teknik ini membantu menciptakan lingkungan belajar yang positif dan memberikan dorongan kepada siswa untuk terus berusaha. Sebaliknya, Teknik pembangkitan rasa takut cenderung menggunakan hukuman atau punishment sebagai cara untuk mengontrol perilaku siswa. Meskipun dapat memberikan efek jangka pendek dalam menghentikan perilaku yang tidak diinginkan, namun Teknik ini seringkali dianggap kurang efektif dalam jangka Panjang dan dapat menyebabkan dampak negatif pada motivasi dan kesejahteraan psikologis siswa.[8]
[8] Syahrul abidin.

Dengan demikian, penggunaan Teknik ganjaran dalam komunikasi guru-siswa dapat menjadi salah satu strategi yang efektif untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif dan meningkatkan prestasi belajar siswa secara berkelanjutan.

E. TEKNIK PENERAPAN DISIPLIN DI KELAS

Berikut ini beberapa macam teknik yang dapat dilakukan dalam pembinaan dan penerapan disiplin kelas:

1. Teknik External Control

Teknik external control merupakan suatu teknik yang mana sikap disiplin peserta didik dikendalikan dari luar peserta didik. Dalam teknik ini peserta didik senantiasa terus diawasi dan dikontrol agar tidak terbawa dalam kegiatan-kegiatan yang tidak positif dan tidak produktif. Dalam teknik ini juga peserta didik ketika berada di dalam kelas haruslah terus menerus didisiplinkan dan diarahkan. Bagi peserta didik yang disiplin bisa diberikan reward atau hadiah, akan tetapi bagi peserta didik yang melanggar dan enggan untuk disiplin bisa diberikan hukuman atau sanksi yang sesuai.[9]
[9] Wiyani, Novan Ardy, “MANAJEMEN KELAS: Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif”, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2014, hlm 163

Berikut beberapa upaya dalam teknik ini yang dapat diterapkan oleh pendidik kepada peserta didik:

a. Pendidik bisa menetapkan dan mendiskusikan aturan kelas yang jelas dan mudah dimengerti kepada peserta didik di awal tahun ajaran. Contohnya: aturan untuk datang ke kelas tepat waktu, tidak berbicara saat guru sedang menjelaskan, mengangkat tangan sebelum berbicara dan meminta izin kepada guru ketika ingin meninggalkan kelas.

b. Peraturan kelas yang telah disepakati antara pendidik dengan peserta didik hendaknya dituliskan dan ditempel pada papan informasi yang telah disediakan di dalam kelas agar selalu diingat oleh peserta didik.

c. Pendidik bisa memberikan reward atau hadiah sebagai bentuk apresiasi kepada peserta didik yang aktif, rajin, memperhatikan guru dan disiplin terhadap peraturan kelas.

d. Bagi peserta didik yang melanggar aturan kelas, tidak patuh dan enggan mendengarkan nasehat guru maka pendidik berhak memberikan hukuman atau sanksi yang sesuai dengan apa yang mereka perbuat dan sesuai dengan aturan yang berlaku.

e. Pendidik hendaknya menciptakan rutinitas yang terstruktur dan teratur agar peserta didik terbiasa dengan alur kegiatan sehari-hari. Contohnya: membuat kelompok belajar dan jadwal piket kebersihan.

2. Teknik Internal Control

Teknik internal control merupakan teknik yang dilakukan dalam usaha peserta didik agar dapat mendisiplinkan diri sendiri. Dalam teknik ini, peserta didik disadarkan akan pentingnya disiplin diri. Dengan begitu peserta didik akan menyadari, memahami serta berusaha untuk berperilaku disiplin baik ketika di kelas maupun di lingkungan sekolah.

Kunci sukses penerapan dalam teknik ini ada pada keteladanan guru dalam berdisiplin. Guru sebagai manajer kelas tidak akan dapat mendisiplinkan pseserta didiknya di dalam kelas jika guru itu sendiri tidak berperilaku disiplin.[10]
[10] Ibid, hlm 164

Berikut beberapa contoh keteladanan guru dalam berdisiplin:

a. Hendaknya guru datang ke kelas tepat waktu dan tidak terlambat sebagai bentuk komitmen dan menghargai waktu peserta didik.

b. Seorang guru hendaknya berpenampilan rapi, memakai seragam sesuai dengan aturan dan menjaga kebersihan diri.

c. Sebagai seorang guru hendaknya mencerminkan perilaku yang baik, sopan, saling menghormati dan berakhlak mulia.

d. Seorang guru hendaknya terus meningkatkan wawasan keilmuan baik akademis maupun dalam bidang yang lain.

e. Seorang guru hendaknya selalu bersemangat dalam menjalankan aktivitas yang positif, selalu bersahaja dan ceria di hadapan para peserta didik.

3. Teknik Cooperative Control

Dalam teknik cooperative control ini antara pendidik sebagai manajer kelas dengan peserta didik harus saling bekerja sama dengan baik dalam menegakkan disiplin kelas. Pendidik dan peserta didik sebaiknya membuat kontrak perjanjian yang berisi aturan-aturan kedisiplinan yang harus ditaati bersama serta membuat sanksi-sanksi ketidakdisiplinan bagi peserta didik yang melanggar aturan tersebut. Dengan demikian pendidik dan peserta didik dapat bekerja sama dengan baik, dengan adanya kerja sama tersebut membuat peserta didik merasa dihargai dan diperhatikan oleh pendidik.

Dalam penerapan kedisiplinan kelas, guru sebagai manajer kelas dapat menggabungkan ketiga teknik pembinaan dan penerapan tersebut secara efektif dengan mekakukan hal-hal berikut ini:

a. Guru mencontohkan perilaku yang tertib kepada peserta didiknya.

Seorang guru hendaknya mendisiplinkan dirinya sendiri sebelum mendisiplinkan peserta didiknya. Seorang guru seharusnya selalu menunjukkan perilaku yang tertib baik di kelas, lingkungan sekolah maupun masyarakat, dengan demikian guru dapat menjadi contoh atau teladan bagi peserta didik dalam melaksanakan perilaku disiplin.

b. Guru memisahkan peserta didik dari perilakunya.

Terkadang peserta didik sengaja berperilaku buruk hanya untuk membuat kesal dan mencari perhatian gurunya, atau karena adanya sikap kurang dewasa, frustasi saat keinginannya tidak terpenuhi. Saat menghadapi peserta didik yang demikian, hendaknya seorang guru dapat memisahkan peserta didik dari perilakunya, artinya yang tidak disukai oleh guru adalah perilaku buruknya bukan peserta didiknya. Sehingga pendidik dapat membantu peserta didik untuk berperilaku baik bukan malah memberikan hukuman yang tidak bermakna.

c. Guru membuat peserta didik menerima tanggung jawabnya.

Jika didapati peserta didik yang mengganggu dan berbuat rusuh pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas sedang berlangsung hendaknya guru tidak buru-buru untuk memarahinya dan menghukumnya di depan teman-teman kelasnya, sebaiknya ditegur dan dinasehati terlebih dahulu agar peserta didik tersebut menghentikan aksinya. Kemudian setelah pelajaran selesai guru bisa memanggil peserta didik tersebut untuk diajak berbicara dan bertanggung jawab sepenuhnya atas perilaku buruknya agar ia tidak mengulangi perbuatan buruk tersebut.

d. Guru sebaiknya dapat menemukan solusi atas perilaku peserta didik yang tidak diharapkan daripada memberikan konsekuensi.

Jika seorang guru mendapati salah satu peserta didiknya melanggar dan tidak disiplin di kelas sebaiknya tidak langsung memberikan konsekuensi atau hukuman, tetapi hendaknya guru tersebut mengajak sharing untuk mengetahui alasan ia berbuat demikian dan meyakinkan bahwa itu adalah perbuatan yang tidak baik, setelah itu guru dapat memberi solusi bagi peserta didik untuk mengatasi perbuatan buruk tersebut. Contohnya: Ada siswa yang terlambat datang ke kelas, sebaiknya guru tidak langsung menghukumnya, tetapi menanyakan mengapa ia bisa terlambat. Kemudian setelah mengetahui alasannya barulah guru tersebut memberikan solusi agar siswa tersebut tidak terlambat lagi.

e. Guru memberikan umpan balik yang positif ketika perilaku bertambah baik. Peserta didik akan sangat sensitif terhadap perlakuan guru terhadap mereka. Ketika ada peserta didik yang sering melakukan kesalahan dan sering mendapat hukuman, namun setelah ia sadar kemudian ia memperbaiki diri dan perilakunya serta terlihat sudah menjadi pribadi yang lebih baik maka seorang guru jangan segan-segan untuk memujinya serta memberikan motivasi untuk selalu berbuat baik dan istiqamah dalam melakukan perilaku baik tersebut.

f. Guru menghapus bersih daftar kesalahan peserta didik dan mampu berpikir positif kepada peserta didiknya.

Guru maupun peserta didik tentunya tidak luput dari kesalahan. Namun seorang guru diharapkan bisa meyakinkan peserta didiknya agar tidak melakukan kesalahan secara berulang-ulang. Hal ini bisa dilakukan oleh guru dengan cara menghapus bersih daftar kesalahan setelah adanya upaya perbaikan dari peserta didik tersebut, serta selalu berpikir positif kepada peserta didiknya, dan selalu mendo’akan peserta didiknya agar menjadi pribadi yang baik dan disiplin yang akan membuat mereka merasa lebih dihargai oleh gurunya.

g. Guru fokus memberikan penghargaan kepada peserta didik yang berperilaku baik.

Guru hendaknya bekerja sama dengan peserta didik untuk menciptakan lingkungan kelas yang disiplin dengan bersama-sama membuat tata tertib kelas. Sebaiknya guru lebih fokus kepada peserta didik yang disiplin, berperilaku baik, tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya dan taat akan aturan tata tertib kelas dengan selalu memberikan apresiasi berupa pujian, penghargaan, hadiah kecil atau dengan nilai tambahan. Tidak hanya berfokus memberikan hukuman kepada mereka yang melanggar aturan dan tata tertib kelas.

h. Guru bekerja sama dengan kepala sekolah dan wali peserta didik untuk mengatasi perilaku buruk peserta didik.

Ada peserta didik yang dapat dengan cepat melakukan introspeksi diri dan memperbaiki perilaku buruknya, namun ada juga peserta didik yang sulit dan membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan introspeksi diri dan memperbaiki perilakunya padahal guru tersebut sudah berkali-kali menasehati dan sudah berusaha maksimal untuk membantu peserta didik tersebut agar menjadi lebih baik. Jika hal itu terjadi, guru dapat bekerja sama dengan kepala sekolah untuk mengatasi perilaku buruk peserta didik yang sulit diatasi tersebut. Kemudian apabila kepala sekolah tersebut tidak bisa mengatasinya barulah langkah selanjutnya guru dapat bekerja sama kepada wali peserta didik untuk mengatasinya.[11]
[11] Ibid, hlm 164-168

4. Teknik Penggunaan Penghargaan dan Hukuman dengan Seimbang

Penggunaan penghargaan dan hukuman merupakan bagian penting dalam sistem disiplin kelas. Namun, penting menerapkannya secara seimbang agar siswa tidak hanya terdorong ketakutan akan hukuman atau mengejar penghargaan, tetapi memahami nilai dan perilaku yang baik.

1) Penghargaan untuk Mendorong Perilaku Posistif

Penghargaan dapat diberikan dalam bentuk pujian, stiker, atau hadiah kecil untuk mendorong perilaku yang diinginkan. Penguatan positif ini efektif dalam memotivasi siswa untuk terus berperilaku baik.

2) Hukuman yang Mendidik

Hukuman harus diterapkan secara adil dan proposional dengan pelanggaran yang dilakukan. Hukuman yang terlalu keras dapat menimbulkan efek jangka panjang yang negatif, sementara hukuman yang mendidik, seperti tugas tambahan atau refleksi, membantu siswa belajar dari kesalahan mereka.

3) Seimbangkan penghargaan dan Hukuman

Guru harus berhati-hati agar tidak selalu sering menggunakan penghargaan sehingga siswa berperilaku baik hanya untuk mendapatkan hadiah. Di sisi lain, hukuman yang terlalu sering atau berat juga bisa membuat siswa kehilangan motivasi. Keseimbangan antara keduanya membantu siswa memahami nilai dari perilaku yang baik secara intrinsik.

F. TANTANGAN DALAM MENERAPKAN DISIPLIN DI KELAS

1. Tantangan Internal

1) Faktor Internal Guru

Ø Kurangnya kompetensi: Banyak guru yang mungkin tidak memiliki keterampilan manajemen kelas yang memadai, baik dari segi kepribadian maupun pedagogis. Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka dalam mendisiplinkan siswa secara efektif.[12]
[12] (https://www.melintas.id/pendidikan/344449151/tantangan-dan-strategi-manajemen-kelas-yang- bisa-dilakukan-guru-untuk-mengatasi-masalah-disiplin-siswa)

Ø Minimnya Persiapan: Persiapan yang kurang matang dalam merancang pembelajaran dapat menyebabkan situasi kelas yang tidak terkelola dengan baik, sehingga meningkatkan kemungkinan pelanggaran disiplin.[13]
[13] Ibid

2) Faktor Siswa

Ø Rendahnya motivasi: Siswa yang tidak termotivasi atau merasa bosan cenderung lebih sulit untuk diajak berdisiplin. Mereka mungkin tidak memperhatikan pelajaran atau datang terlambat.[14]
[14] Ibid

Ø Perilaku mengganggu : Adanya siswa yang terus-menerus mengganggu proses belajar mengajar dapat menjadi ujian bagi kesabaran guru.[15]
[15] Ibid

2. Tantangan Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Lingkungan yang tidak mendukung dapat membuat siswa merasa tidak nyaman dan kurang fokus.[16]
[16] Ibid

2) Media, Sarana dan Prasarana yang Tidak Memadai

Keterbatasan dalam media pembelajaran dan sarana prasarana yang tidak memadai juga dapat mempengaruhi disiplin siswa.

3) Pendekatan yang Tidak Konsisten

Penerapan metode disiplin yang tidak konsisten dapat membingungkan siswa. Penting bagi guru untuk menerapkan pendekatan yang jelas dan terstruktur agar siswa memahami harapan dan konsekuensi dari perilaku mereka.[17]
[17] Sikap Disiplin sebagai Modal Siswa untuk Menghadapi Tantangan di Era Digital Halaman 2 - Kompasiana.com](https://www.kompasiana.com/kamil300122/64a3aa0908a8b5799c756b82/sikap-disiplin-sebagai-modal-siswa-untuk-menghadapi-tantangan-di-era-digital?page=2&page_images=1)

4) Pengaruh Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial di luar sekolah, termasuk pengaruh teman sebaya dan keluarga, juga dapat memengaruhi sikap disiplin siswa. Siswa yang terbiasa dengan perilaku negatif di luar sekolah mungkin akan sulit untuk beradaptasi dengan aturan di dalam kelas. [18]
[18] idem

3. Cara Guru Mengatasi Tantangan Ini

Menghadapi tantangan-tantangan ini, guru perlu mengembangkan strategi manajemen kelas yang efektif, termasuk penggunaan reinforcement positif untuk membangun kedisiplinan siswa.

Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan siswa dapat memahami pentingnya disiplin dalam mencapai tujuan belajar mereka.


G. EVALUASI DAN REFLEKSI DALAM PENERAPAN DISIPLIN DI KELAS

1. Metode untuk Mengevaluasi Efektifitas Penerapan Disiplin

Metode pemberian tugas merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, yang biasa disebut dengan metode pemberian tugas. Supriatna, Nana, dkk (2007:200) mengemukakan bahwa metode penugasan (pemberian tugas) adalah “suatu penyajian bahan pembelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan memberikan laporan sebagai hasil dari tugas yang dikerjakannya.” Metode ini mengacu pada penerapan unsure-unsur “learning by doing”. Djamarah dkk, (2010:85) mengemukakan “bahwa metode pemberian tugas (resitasi) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas agar siswa melakukan kegiatan belajar”. Metode pemberian tugas merupakan metode yang dapat merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok Nana Sudjana (2013:81).

Tujuan metode pemberian tugas adalah untuk memelihara aktivitas belajar peserta didik dengan segenap potensinya diluar jam pelajaran tatap muka dikelas, agar kedalaman dan keleluasaan bahan pelajaran dapat dikuasai dengan lebih baik.Untuk mengatasi bahan pelajaran yang dirasa terlalu sarat sehingga tidak mungkin dapat dicapai jika hanya berdasarkan alokasi waktu yang tersedia saja. Maka dengan pemberian tugas hal tesebut dapat dipelajari oleh peserta didik tanpa melalui jam pelajaran tatap muka.Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya, yaitu dengan pengetahuan, sikap, dan prilaku. Masalah disiplin yang dibahas dalam penelitian ini adalah disiplin yang dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan belajarnya baik dirumah maupun disekolah. Berdisiplin disini sangatlah penting bagi siswa. Berdisiplin akan membuat seorang siswa memiliki beberapa mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses kearah pembentukan watak yang baik. Disiplin tersebut akan terwujud melalui pembinaan sejak dini, sejak usia muda dimulai dari lingkungan keluarga melalui pendidikan yang tertanam sejak usia muda yang semakin lama semakin menyatu dalam dirinya dengan bertambahnya usia. Sehingga dalam hal ini dalam pendidikan khususnya di dalam sekolah disiplin harus bisa diterapkan kepada para siswa tentu saja dengan proses dan cara penerapan serta pembinaan yang berlanjut yang menjadikan siswa mempunyai kedisiplinan dalam dunia sekolah yang berlaku dalam dunia Pendidikan.

Ada beberapa hal yang harus dikembangkan oleh guru dalam pembinaan disiplin guna terlaksananya tata tertib dengan baik antara lain yaitu:

1. Mengadakan perencanaan secara koopertif dengan murid murid yaitu demi terjaminnya hak dan kewajiban masing-masing dan demi tercapainya tujuan bersama.

2. Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab kepada murid-murid.

3. Membina organisasi dan prosedur kelas secara demokritis.

4. Mengorganisir kegiatan kelompok besar maupun kecil.

5. Memberi kesempatan untuk berdiri sendiri, berfikir krtitis terutama mengemukakan pendapat.

6. Memberi kesempatan untuk mengembangkan kepemimpinan dan kerja sama.[19]
[19] http://jurnal.fkip.unla.ac.id/index.php/educare/article/view/193/167.

2. Refleksi Guru terhadap Pelaksanaan Disiplin dan Pengembangan Metode yang Lebih Baik

Menurut Lestariningsih salah seoarang pelatih ahli menjelaskan kegiatan refleksi diri merupakan kegiatan yang memberikan banyak manfaat dalam pengembangan profesionalisme guru. Manfaat utama yakni membantu guru dalam memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang diri, profesi dan bagaimana mereka dapat menjadi guru yang efektif, efisien, dan membuat siswa berhasil dalam belajar. Di samping itu, refleksi diri juga dapat membantu guru untuk mengeskplorasi potensi- potensi yang ada dalam diri, memperbaiki kelemahan dan mencari solusi-solusi yang mereka butuhkan untuk pengembangan profesi mereka. Refleksi diri memberikan kontribusi yang tinggi untuk membantu guru dalam upaya pengembangan profesionalismenya, dan dampak berikutnya tentu saja akan memberikan pengaruh yang positif terhadap efektivitas kegiatan belajar-mengajar di kelas yang bermuara pada peningkatan kompetensi peserta didik sehingga dapat mencetak peserta didik yang memiliki kemampuan sesuai dengan perkembangan zaman.

Refleksi bisa diterapkan dengan berbagai cara diantaranya refleksi dengan lisan, refleksi melalui jurnal, refleksi dengan video, refleksi menggunakan catatan bisa juga dengan memanfaatkan berbagai aplikasi yang lebih menarik. Pentingnya melakukan refleksi juga didasarkan pada pesan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. yaitu setiap manusia dianjurkan untuk selalu bercermin atau muhasabah diri. Hal ini dikuatkan dalam ayat Al-quran yaitu :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr :18).

Dari terjemahan tersebut, jelas sekali Allah Subhanahu wa ta’ala meminta orang-orang yang beriman untuk merefleksi diri agar selalu menjadi diri yang lebih baik dari waktu ke waktu sebagai bekal hari esok di akhirat.
3. Saran Perbaikan Disiplin di Masa Depan

Disiplin berarti melatih batin dan watak supaya perbuatannya menaati tata tertib. Disiplin diri berarti melatih diri melakukan segala sesuatu dengan tertib dan teratur secara berkesinambungan untuk meraih impian dan tujuan yang ingin dicapai dalam hidup.

Cara untuk dapat hidup dengan disiplin :

1. Kalahkan diri sendiri.

2. Lakukan kegiatan selingan sesekali di luar rutinitas.

3. Fokuskan fikiran pada tujuan akhir yang ingin dicapai. Cara untuk meningkatkan disiplin diri:

1. Tetapkan tujuan atau target yang ingin dicapai dalam waktu dekat.

2. Buat urutan prioritas hal – hal yang ingin kita lakukan.

3. Buat jadwal kegiatan secara tertulis.

4. Lakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang kita buat, tetapi jangan terlalu kaku.

5. Berusahalah untuk selalu dsiplin dengan jadwal program kegiatan yang sudah kita susun sendiri.

Disiplin diri merupakan suatu siklus kebiasaan yang kita lakukan secara berulang-ulang dan terus menerus secara berkesinambungan sehingga menjadi suatu hal yang biasa kita lakukan. Disiplin diri dalam melakukan suatu tindakan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan akan manjadi suatu kebiasaan yang mengarah pada tercapainya keunggulan. Keunggulan membuat kita memiliki kelebihan yang dapat kita gunakan untuk meraih tujuan hidup yang menentukan masa depan kita.[20]
[20]  https://alibrahgresik.or.id/inilah-tips-membangun-kedisiplinan-diri/.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Kedisiplinan merupakan hal penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di lingkungan sekolah. Dalam menjalankan kedisiplinan tentunya mempunyai prinsip- prinsip tertentu yaitu konsistensi dalam menjalankan penerapan aturan disiplin; kejelasan aturan dan harapan mengenai peningkatan motivasi siswa untuk mencapai tujuannya; penguatan positif kepada siswa seperti memberikan penghargaan atas berperilaku baik; teguran efektif yang tidak menjatuhkan siswa seperti bersikap tenang, menggunakan bahasa yang baik, memberi pujian, mengajak diskusi secara pribadi, membuat dan menyepakati aturan bersama; dan membuat konsekuensi yang proposional atau tepat untuk setiap pelanggaran yang dilakukan siswa sesuai dengan langkah- langkah dan prinsip yang telah ditentukan.

Konsitensi dalam menerapkan prinsip-prinsip disiplin sangatlah penting, dimana aturan-aturan yang telah dibuat dan diterapkan untuk siswa harus dijalani secara konsisten tanpa terkecuali hal ini dilakukan agar para siswa memahami apa saja yang akan terjadi jika melanggar aturan. Kejelasan aturan juga harus secara jelas disampaikan kepada para siswa, penting agar siswa mudah dipahami maksud dan tujuan dari aturan- aturan disiplin yang diperuntukkan mereka sendiri, dengan begitu terciptalah lingkungan kondusif yang aman dan harmonis di dalam kelas sehingga terbentuklah cerminan sikap postif pada siswa.

Prosesi penerapan prinsip-prinsip disiplin tentunya memberikan dampak yang positif jika dilakukan secara konsisten, terutama dampak positif terhadap suasana belajar dan hasil akademik. Jika dilakukan penerapan disiplin secara konsisten maka suasana dikelas akan menjadi kondusif, aman dan tentram serta harmonis baik antara siswa maupun antara siswa dengan tenaga pendidik, ketika siswa sudah merasa kondusif, aman dan nyaman dikelas saat kegiatan belajar dan mengajar maka tentunya akan memberi pengaruh positif pula pada hasil bejalar akademik siswa dan kemungkinan besar akan mengalami peningkatan.


DAFTAR PUSTAKA

[PDF] Pertemuan ke-1 & 2 PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN ...

http://silabus.upi.edu/Direktori/KAMPUS_DAERAH/KD- CIBIRU/PGSD/SAP%20&%20SILABUS%20SEMESTER%20GENAP%202012- 2013/Semester%20VI/HANDOUT%20PENGELOLAAN%20KELAS.pdf-

7 Tips Memberikan Konsekuensi dalam Mendisiplinkan Anak https://www.ibupedia.com/artikel/balita/7-tips-memberikan-konsekuensi-dalam- mendisiplinkan-anak

Ana Widyastuti. “Bahasa Positif Guru dalam Bimbingan dan Konseling Membentuk Karakter Positif Anak Usia Dini”.(Jurnal Fokus Konseling, Volume 4, No. 1, 2018). H,107-115. Agustina, Helly. “Dukungan perilaku positif oleh guru untuk mengurangi perilaku mengabaikan tugas pada SMA Negeri 3 Banjarmasin.”(2011)

Anneahira.2012. Pengaruh Disiplin Terhadap Prestasi Belajar Siswa. http://www.anneahira.com/pengaruh-disiplin-terhadap-prestasi-belajar.htm- diakses pada tanggal 6 april 2017 Buchari, Agustini.”Peran guru dalam pengelolaan pembelajaran”. Jurnal Ilmiah Iqra’,2018, 12.2:106-124.

Disiplin Positif, Konsekuensi Logis, Segitiga Restitusi, dan Cara Menggunakan Disiplin Positif di Dalam Membuat Keyakinan Kelas https://www.sman9batam.sch.id/berita/detail/985002/disiplin-positif-konsekuensi-logis- segitiga-restitusi-dan-cara-menggunakan-disiplin-positif-di-dalam-membuat-keyakinan- kelas/-

Disiplin Positif, Konsekuensi Logis, Segitiga Restitusi, dan... https://www.sman9batam.sch.id/berita/detail/985002/disiplin-positif-konsekuensi-logis- segitiga-restitusi-dan-cara-menggunakan-disiplin-positif-di-dalam-membuat-keyakinan- kelas/-

Djamarah. Syaiful Bahri (2010). Prestasi belajar dan kompetensi guru. Surabaya:Usaha Nasional.

http://jurnal.fkip.unla.ac.id/index.php/educare/article/view/193/167-

Guru Perlu Berikan Reward Kepada Anak Didik - Kemenag NTT https://ntt.kemenag.go.id/opini/624/guru-perlu-berikan-reward-kepada-anak-didik-

Hakikat DAN Prinsip Disiplin Kelas - HAKIKAT DAN PRINSIP DISIPLIN KELAS BAB I PENDAHULUAN A. Latar - Studocu https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-semarang/manajemen- sekolah/hakikat-dan-prinsip-disiplin-kelas/44587400-

http://jurnal.fkip.unla.ac.id/index.php/educare/article/view/193/167.

https://alibrahgresik.or.id/inilah-tips-membangun-kedisiplinan-diri/ https://jtpam.org

https://smamda.sch.id/web/berita/4f-salah-satu-model-refleksi-pembelajaran-untuk- pengembangan-profesionalisme-guru-

Microsoft Word - ARTIKEL SKRIPSI titik (Autosaved).docx https://journal.uhamka.ac.id/index.php/permata/article/download/4463/1425/9994-

Miftah, M., “Strategi Komunikasi Efektif Dalam Pembelajaran “, Jurnal Teknodik, XII.2 (2019), 084-094 https://doi.org/10.32550/teknodik.v12i2.473

Nana Sudjana. (2013). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru Algensindo. http://jurnal.fkip.unla.ac.id/index.php/educare/article/view/193/167-

Pentingnya Penerapan Reward dan Punishment dalam Dunia Pendidikan https://edoo.id/2023/03/pentingnya-penerapan-reward-dan-punishment-dalam-dunia- pendidikan/-

Sanksi Pelanggaran - Universitas Padjadjaran https://www.unpad.ac.id/pembelajaran/sanksi-akademik/sanksi-pelanggaran/