Disusun untuk memenuhi tugas makalah pada mata kuliah Metode Pengajaran Bahasa Arab
Dosen Pengampu : Sabar Siswoyo, M.Pd
Oleh Kelompok 3 Prodi SBA :
1. Agis Sugiana, NIM. 023210069
2. Bagus Herlianto, NIM. 23220024
3. Fandi Aldiansyah, NIM. 23220026
4. Prasetyo, NIM. 23220030
5. Nadhor Khusaini, NIM.023210047
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah melimpahkan banyak karunia dan nikmat-Nya kepada kita semua, dan selayaknya bagi seorang muslim untuk bersyukur atas karunia dan nikmat tersebut, yaitu dengan selalu beribadah kepada-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau, serta orang-orang yang setia mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat nanti.
Puji syukur kami haturkan kepada Allah Ta’ala karena atas kemudahan dan pertolongan-Nya kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Berbagai Metode Pengajaran Bahasa Arab (Bagian 1)” dan kami juga berharap kepada Allah Ta’ala semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri, mahasiswa kuliah Al-Ma’wa dan kaum muslimin pada umumnya. Dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ustadz Sabar Siswoyo, M.Pd yang telah memberikan ilmu kepada kami, semoga Allah Ta’ala memberikan keberkahan dan kesehatan kepada beliau, Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Bekasi, 30 Oktober 2024
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prespektif Metode Pengajaran Bahasa Arab
2.2 Indikator Penerapan Metode Pengajaran Bahasa Arab yang Berhasil
2.3 Model-Model Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab
2.3.1 Metode Struktural.
2.3.2 Metode Langsung (Direct Method).
2.3.3 Metode Alami (Tajwid Method).
2.3.4 Metode Berdasarkan Kejiwaan (Psicologic Method)
2.3.5 Metode Mendengarkan Dan Mengucapkan (Phonetic Method).
2.3.6 Metode Membaca (Reading Method).
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
3.2 Saran.
DAFTAR PUSTAKA.
BAB I
PENDAHULUAN
Metode pembelajaran Bahasa Arab telah mendapatkan perhatian dari para ahli pembelajaran Bahasa dengan melakukan berbagai kajian dan peneitian untuk mengetahui efektifitas dan kesuksekan berbagai metode pembelajaran. Yaitu bahwa metode menjadi hal yang sangat penting dalam studi Bahasa Asing termasuk didalamnya adalah belajar Bahasa Arab. Kesuksesan belajar ini sangat barkaitan dengan berbagai faktor yang mendukungnya yaitu faktor antara siswa dengan guru, karena hal ini adalah metode atau cara yang dipakai dalam pembelajaran untuk mempermudah seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan kebahasaan, tetapi ada kalanya juga seseorang mendapatkan kesulitan jika dalam belajarnya tidak sesuai dengan karakteristik metodenya atau tidak tepat sasaran. Oleh karena itu metode yang tepat dalam belajar sebaiknya melihat konsep dari sebuah metode belajar Bahasa Arabnya.
Dengan metode pembelajaran yang digunakan dapatlah memudahkan siswa belajar sesuatu yang berguna dan bermanfaat, bagaimana memadukan antara isi dan nilai yang terkandung dalam pembelajaran, dan belajar diharapkan dapat membentu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut :
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Prespektif Metode Pengajaran Bahasa Arab?
2. Apa Saja Indikator Penerapan Metode Pengajaran Bahasa Arab yang Berhasil?
3. Apa Saja Model-Model Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab?
1.3 Tujuan Penelitian.
1. Mengetahui Prespektif Metode Pengajaran Bahasa Arab.
2. Mengetahui Indikator Penerapan Metode Pengajaran Bahasa Arab yang Berhasil.
3. Mengetahui Model-Model Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perspektif Metode Pengajaran Bahasa Arab
Dalam proses pengajaran bahasa Arab, tahapan selanjutnya setelah melewati tahapan pen dekatan maka langkah berikutnya adalah menentukan metode yang tepat dalam pembelajaran.
Metode yang baik dan efektif adalah metode yang memenuhi, setidaknya empat syarat.
Pertama, kesesuaian metode dengan materi yang akan dibelajarkan. Jika kita akan mengajarkan materi muthola’ah misalnya, maka thoriqoh Al-istiqraiyyah (metode induktif) dan atau thoriqoh Al-qyasyiyah (metode deduktif) bukanlah metode yang tepat untuk digunakan, melainkan metode membaca, metode gramatika, dan metode menerjemahkan, sesuai dengan karakteristik materi itu sendiri. Sementara itu, metode yang diasumsikan relevan untuk mengajarkan hiwar dialog dan muhadatsah (percakapan) adalah metode langsung atau metode audiolingual dan metode bermain peranan (demonstrasi).
Kedua, kesesuaian metode dengan tema atau topik bahasan yang hendak dibelajarkan. Jika topik bahasanya adalah ‘jumlah jumlah fi’liyah’ misalnya, maka metode yang dapat dipilih untuk menjelaskannya, antara lain adalah at-thoriqoh Al istiqraiyyah (metode induktif).
Ketiga, metode yang digunakan diniscayakan dapat memberikan motivasi dan penciptaan situasi belajar yang kondusif dan produktif. Misalnya, kita mengawali pembelajaran dengan menggunakan metode langsung dalam beberapa menit antara lain dengan menanyakan kabar mereka, atau apa yang sudah dipelajari minggu lalu, atau apa topik pelajaran hari ini agar Pelajar lebih tertarik dan merasa dilibatkan.
Keempat, metode yang dipilih hendaknya dapat mengakomodasi berbagai perbedaan individual (al-furuq al-fardiyah), seperti tingkat kemampuan, minat, bakat, pengalaman, latar belakang pelajar, dan sebagainya. Karena itu direkomendasikan agar kita tidak secara monoton menggunakan satu pendekatan dan metode saja, melainkan kita dapat meramu dan mensinergikan beberapa metode dalam satu proses pembelajaran.
Selain situasi atau suasana belajar mengajar (pagi, siang, sore, konteks peristiwa; perkembangan yang sedang hangat, dan sebagainya) juga perlu mendapat perhatian dalam pemilihan metode agar proses pembelajaran tidak kehilangan konteks dan agar pelajar merasa terlibat dalam perkembangan yang sedang terjadi.[1]
[1] Ulfah Susilawati, Dra., M.SI, METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB Teori dan Aplikasi, Total Media, Cetakan Pertama, Oktober 2020, HAL. 95-98.
2.2 Indikator Penerapan Metode Pengajaran Bahasa Arab yang Berhasil
Idealnya setiap pengajaran bidang studi apapun itu berlangsung sesuai dengan yang diharapkan, yakni tepat dalam pemilihan pendekatan, metode dan tekniknya. Disisi lain juga memperhatikan ketepatan waktu, tepat sasaran, tepat tujuan, dan sesuai kebutuhan. Namun demikian, terkadang antara teori dan praktik seringkali terdapat perbedaan yang cukup tajam, sehingga harapan itu tidak tercapai sepenuhnya. Meskipun demikian, ada beberapa indikator penting yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur ketepatan dalam pemilihan pendekatan metode dan teknik olih guru akan berimbas pada keberhasilan atau efektivitas pembelajaran bahasa Arab. Diantara indicator keberhasilan tersebut adalah:
Pertama, tujuan pengajaran secara umum (keseluruhan) dan khusus (setiap topik bahasan) tercapai secara optimal. Ukurannya adalah pelajar dapat mengikuti dan memahami pelajaran bahasa Arab dengan baik nilai rata-rata bahasa Arab memuaskan (minimal 75).
Kedua, pelajar belajar bahasa Arab dengan penuh minat, kesungguhan, rasa senang, dan memperlihatkan partisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini antara lain dapat dilihat dari respon mereka ketika diajak berdialog perhatian mereka terhadap pelajaran, kesungguhan mereka dalam mengerjakan tugas latihan, respon mereka yang tinggi dengan mengajukan pertanyaan juga prestasi mereka baik, dan sebagainya.
Ketiga, guru mampu menunjukkan profesionalitasnya dalam pembelajaran bahasa Arab, diantaranya:
a. memiliki penguasaan materi yang luas dan mendalam,
b. mempunyai, visi, misi, orientasi, pendekatan dan metode secara memadai,
c. memiliki komitmen tinggi dan mencintai profesinya sebagai pendidik,
d. memiliki kreativitas, kurioritas tinggi, dan semangat kuat untuk terus mengembangkan ilmu (bahasa Arab),
e. selalu berusaha memotivasi dan memajukan anak didik,
f. mempunyai integritas moral dan keteladanan yang baik, dan
g. berjiwa demokratis responsif terhadap perkembangan zaman, reformis, dan mampu menyelesaikan persoalan.
Keempat, proses pembelajaran bahasa berlangsung secara manusiawi (humanis), dinamis, menyenangkan dan produktif, tidak menonton dan membosankan, sehingga pelajar merasa termotivasi, ingin terus belajar dan terpacu untuk berprestasi. Kondisi demikian dapat diciptakan jika guru dapat memahami karakteristik dan linguistik bahasa Arab, prinsipprinsip pembelajaran bahasa Arab yang tepat psikologis belajar, psikologis perkembangan pelajar, dan sebagainya secara memadai dan penuh apresiatif.
Kelima, hasil pengajaran bahasa Arab dirasakan bermanfaat bagi perkembangan kepribadian pelajar, dapat membantu meningkatkan penguasaan ilmu, yang dibutuhkan pelajar dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Dan guru dapat menunjukkan signifikansi antara bahasa Arab dengan pelajaran lain, seperti al-quran, hadits, akidah, akhlak, fiqih, dan SPI. Dengan kata lain, pembelajaran bahasa Arab harus fungsional dan bermuara pada nilai teoritis (penguatan dan pengembangan ilmu) dan nilai pragmatis (kegunaan praktis).[2]
[2] Ulfah Susilawati, Dra., M.SI, METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB Teori dan Aplikasi, Total Media, Cetakan Pertama, Oktober 2020, HAL. 98-100.
2.3 Model-Model Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab :
Makalah ini membahas beberapa metode dalam pembelajaran bahasa arab:
2.3.1 Metode Struktural.
Menurut Sholah Abdul Majid (1981: 40) Karakteristik metode ini diantaranya adalah bahwa kegiatan kebahasaan terfokus pada kaidah bahasa serta menghafal tasrifnya saja, memperhatikan cara baca, tulisan dan terjemah yang detail dari teks bahasa asing ke bahasa pembelajar. Sementara pengajar hanya memberikan penjelasan kaidah bahasa yang terdapat dalam bacaan, memberikan mufrodat baru yang terkait dengan materi, dan juga bersama pelajar menterjemahkan kedalam bahasa asli.
Ahmad Fuad Effendy (2009: 41-42) memberikan penjelasan secara detail tentang langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan metode gramatika-terjemah sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan definisi butir-butir tata bahasa (grammar) kemudian memberikan contoh-contohnya secara aplikatif dan buku teks yang dipakai sebagai referensi memang menggunakan metode deduktif.
b. Guru menuntun peserta didik dalam menghafalkan daftar mufrodat (mufrodat) dan terjemahannya, atau meminta peserta didik mendemonstrasikan hafalan mufrodat yang telah diajarkan sebelumnya.
c. Guru meminta peserta didik membuka buku teks bacaan ke mudian menuntun peserta didik mamahami isi bacaan dengan cara menerjemahkannya kata per kata atau kalimat per kalimat. Atau guru meminta peserta didik mem baca dalam hati (qiro’ah shamitah) kemudian mencoba menerjemah kannya per kata atau kalimat; guru membetulkan terjemahan yang salah dan menerangkan beberapa segi ketatabahasaan (nahwu-sharaf) dan keindahan bahasanya (balaghah).[3]
[3] Ulfah Susilawati, Dra., M.SI, METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB Teori dan Aplikasi, Total Media, Cetakan Pertama, Oktober 2020, HAL. 101.
Beberapa kelebihan metode ini antara lain:
a. Pelajar menguasai secara mendalam di luar kepala kaidahkaidah tata bahasa bahasa obyek atau bahasa target.
b. Pelajar memahami isi detail bahan bacaan yang dipelajarinya dan mampu menerjemahkannya.
c. Pelajar memahami karakteristik bahasa target dan banyak hal lainnya yang bersifat teoritis, dan dapat membandingkannya dengan karakteristik bahasa ibu.
d. Metode ini memperkuat kemampuan pelajar dalam mengingat dan menghafal.
e. Bisa dilaksanakan dalam kelas besar dan tidak menuntut kemampuan guru yang ideal.
Kelemahan metode ini adalah sebagai berikut:
a. Metode ini lebih banyak mengajarkan “tentang bahasa” bukan mengajarkan ”keterampilan berbahasa”.
b. Metode ini hanya mengajarkan keterampilan membaca, sedang tiga keterampilan yang lain (menyimak, berbicara, menulis) kurang diperhatikan.
c. Terjemahan harfiah sering mengacaukan makna kalimat dalam konteks yang luas, dan hasil terjemahannya tidak lazim menurut cita rasa bahasa ibu peserta didik.
d. Pelajar hanya mempelajari satu ragam bahasa, yaitu ragam bahasa tulis klasik, sedangkan bahasa tulis modern dan bahasa percakapan tidak diperoleh.
e. Mufrodat, struktur dan ungkapan yang dipelajari oleh peserta didik mungkin sudah tidak dipakai lagi atau dipakai dalam arti yang berbeda dalam bahasa modern.
f. Karena otak peserta didik dipenuhi oleh masalah-masalah tata bahasa maka tidak tersisa lagi tempat untuk berekspresi dan berkreasi. Demikian beberapa sisi kelemahan metode gramatika terjemah yang semestinya harus dipertimbangkan bagi para pengajar ketika memilih metode gramatika-terjemah.
2.3.2 Metode Langsung (Direct Method)
Metode ini dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses belajar bahasa kedua atau bahasa asing sama dengan belajar bahasa ibu yaitu, dengan penggunaan bahasa secara langsung dan intensif dalam komunikasi, dan dengan menyimak dan berbicara.[4] Adapun ciri-ciri metode langsung adalah sebagai berikut :
[4] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran … hlm.45
1). Tujuan utamanya ialah penguasaan bahasa target secara lisan agar siswa dapat berkomunikasi dengan bahasa tersebut.
2). Materi pelajaran berupa : buka teks yang berisi daftar kosa kata dan penggunaannya dalam kalimat, kosa kata itu umumnya kongkrit dan ada dilingkungan siswa. Ciri buku teksnya dipenuhi dengan tasmiyah “ ma : ha : dza... ma : dza : lika, yang selalu diperagakan.
3). Kaidah-kaidah bahasa diajarkan secara induktif, yang berangkat dari contoh-contoh kemudian diambil kesimpulan.
4). Kata-kata kongkrit diajarkan melalui demonstrasi, peragaan, benda langsung, dan gambar, sedangkan kata-kata abstrak melalui asosiasi, konteks dan definisi.
5). Kemampuan komunikasi lisan dilatihkan secara cepat melalui tanya jawab yang terencana dalam pola interaksi yang bervariasi.
6). Kemampuan berbicara dan menyimak kedua-duanya dilatih.
7). Guru dan siswa sama-sama aktif, tapi guru berperan memberikan stimulus berupa contoh ucapan, peragaan dan pertanyaan, sedangkan siswa hanya merespon dalam bentuk menirukan, menjawab pertanyaan, memeragakan, dan sebagainya.
Ciri-ciri lain dari metode ini yaitu sebagai berikut:
1) Materi pelajaran terdiri dari kata-kata dan struktur kalimat yang banyak atau biasa digunakan sehari-hari.
2). Mengajarkan grammar tidak harus menghafalkan kaidah-kaidah gramatika, tetapi dibentuk situasi yang sedemikian rupa dan dipraktekkan secara lisan langsung.
3). Menjelaskan arti yang konkrit dengan benda-benda langsung atau membuat gambar benda yang bias difahami murid sedangkan arti yang masih abstrak dengan melalui asosiasi.
4). Harus banyak menggunakan latihan mendengarkan dan menirukannya secara spontan dengan tujuan agar murid dapat mencapai penguasaan bahasa secara otomatis.
5). Aktifitas belajar banyak dibimbing guru langsung praktek dalam kelas, sedangkan di luar kelas murid sudah terbiasa mempraktekkannya dengan kawan-kawan setingkat.
6). Mengajarkan bacaan harus diberikan secara lisan terlebih dahulu, dengan jalan menunjukkan atau menuliskan kata-kata yang sukar satu demi satu, kemudian menghubungkannya dalam bentuk kalimat dan alinea. Dari alinea yang satu ke alinea yang lain terbentuklah menjadi satu judul cerita dan bacaan.
7). Sejak awal murid dilatih berfikir dalam bahasa asing.[5]
[5] Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar …. hlm. 111
Adapun langkah-langkah penyajian metode ini:
1). Guru memulai penyajian materi secara lisan, mengucapkan satu kata dengan menunjukkan bendanya atau gambar benda itu, memeragakan sebuah gerakan atau mimik wajah. Pelajar menirukan berkali-kali sampai benar pelafalannya dan faham maknanya.
2). Latihan berikutnya berupa tanya jawab dengan kata ” ma, hal, ayna ” dan sebagainya, sesuai dengan tingkat kesulitan pelajaran, berkaitan dengan kata-kata yang telah disajikan. Model interaksi bervariasi, biasanya dimulai dengan klasikal, kemudian kelompok, dan akhirnya individual, baik guru-siswa maupun antar siswa.
3). Setelah guru yakin bahwa siswa menguasai materi yang disajikan, baik dalam pelafalan maupun pemhaman makna, siswa diminta membuka buku teks. Guru memberikan contoh bacaan yang benar kemudian siswa diminta membaca secara bergantian.
4). Kegitan berikutnya menjawab secara lisan pertanyaan atau latihan yang ada didalam buku, dilanjutkan dengan mengerjakannya secara tertulis.
5). Bacaan umum yang sesuai dengan tingkatan siswa diberikan sebagai tambahan, misalnya berupa cerita humor, cerita yang mengandung hikmah, dan bacaan yang mengandung ucapan-ucapan indah. Karena pendek dan menarik biasanya siswa dapat menghafalnya diluar kepala.
6). Tata bahasa diberikan diberikan pada tingkat tertentu secara induktif.[6]
[6] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi …, hlm.49
Kelebihannya metode ini, diantaranya :
1). Siswa trampil menyimak dan berbicara.
2). Siswa menguasai pelafalan dengan baik bagikan penutur asli.
3). Siswa mengetahui banyak kosa kata dan pemakainnya dalam kalimat.
4). Pelajar memiliki keberanian dan spontanitas dalam berkomunikasi karena dilatih berpikir dalam bahasa target tidak terhambat oleh proses penerjemahan.
5). Siswa menguasai tata bahasa secara fungsional tidak sekedar teoritik, artinya berfungsi untuk mengontrol kebenaran ujarannya.[7]
[7] Ibid, hlm. 49
Adapun kelemahannya metode ini, yaitu :
1). Siswa lemah dalam kemampuan membaca pemahaman karena materi dan latihan ditekankan pada bahasa Latin.
2). Memerlukan guru yang ideal dari segi kertrampilan berbahasa dan kelincahan dalam penyajian pelajaran.
3). Tidak bisa dilakukan dalam kelas yang besar.
4). Tidak diperbolehkananya pemakaina bahasa ibu, siswa bisa berakibat terbuangnya waktu untuk menjelaskan makna satu kata abstrak, dan terjadinya kesalahan persepsi atau penafsiran pada siswa.
5). Model latihan menirukan dan menghafal kalimat-kalimat yang kadangkala tidak bermakna atau tidak realistis karena tidak kontekstual, baisa membosankan bagi siswa.
2.3.3 Metode Alami (Tajwid Method)
Pada hakikatnya metode ini banyak menunjukkan persamaan dengan metode langsung, menurut metode ini bahasa didik sama sekali tidak boleh digunakan termasuk menerjemahkannya, dinamakan metode alamiah karena dalam proses belajar mengajar anak didik dibawa ke alam seperti halnya belajar bahasa ibu[8], karena itu menurut penulis metode ini sebenarnya adalah metode yang digunakan untuk mengajarkan bahasa arab untuk anak didik arab dan metode langsung merupakan analog dari metode amalami untuk mengajarkan bahasa kedua bagi anak didik.
[8]. Mukti Ali, Pedoman pengajaran Bahasa Arab, ( Jakarta : Departemen Agama 1976 ) hlm 96
Ciri-Ciri Penggunan Metode Alami
1). Metode ini berdasarkan teorinya kepada kebiasaan anak-anak dalam mempelajari bahasa ibunya, oleh karena itu metode ini juga disebut metode kebiasaan.
2). Yang pertama-tama diajarkan adalah bunyi dan kemudian kata-kata dan kalimat secara lisan, dengan memperkenalkan benda-benda dan gambar-gambar.
3). Kata-kata baru diajarkan melalui kata-kata yang telah dikenal sebelumnya.
4). Gramatika digunakan untuk membetulkan kesalahan-kesalahan.
5). Untuk membantu mengingat kata-kata yang dilupakan kamus.
6). Penyajian pelajaran mengikuti urutan, menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), menulis (writing) baru kemudian gramatika.
7). Sebagai halnya si anak pada waktu belajar bahasa ibu selain dengan cara pengulangan, juga tidak selalu mendengar bunyi, kata dan kalimat itu dari orang yang sama, oleh karena itu dianjurkan untuk menggunakan beberapa pengajar secara bergantian.
Keungulan Metode Alami
1). Pada tingkat lanjutan metode ini sangat efektif, karena setiap individu siswa dibawa kedalam suasana lingkungan sesungguhnya untuk aktif mendengarkan dan menggunakan percakapan dalam bahasa arab.
2). Pengajaran membaca dan berbicara dalam bahasa arab sangat diutamakan, sedangkan pelajaran gramatika diajarkan sewaktu-waktu saja.
3). Pengajaran menjadi bermakna dan mudah diserap oleh siswa, karena setiap kata dan kalimat yang diajarkan memiliki konteks (hubungan) dengan dunia (kehidupan sehari-hari) anak didik.
Kelemahan Metode Alami
1). Siswa merasa kesulitan belajar apabila belum memiliki bekal dasar bahasa asing terutama pada tingkat-tinkat pemula, sehingga penggunaan/pemakaian bahasa asli siswa tidak dapat dihindari dengan demikian tujuan semula dari metode ini untuk membaca dan berbicara selalu dalam bahasa asing sulit diterapkan secara murni tapi harus diterapkan secara konsekuen.
2). Pada umumnya anak didik dan guru bersikap tradisional mengutamakan gramatika lebih dahulu daripada membaca dan percakapan sesuatu yang salah secara ilmiah yang amat perlu dirubah.
3). Pada umumnya pengajaran bahasa asing di sekolah sangat terasa kurang dalam pengadaan macam-macam media/alat peraga yang diperlukan.
4). Guru yang memiliki kekurangan dalam mengajar dan pengalaman berbahasa asing menjadi faktor sulitnya diterapkan dan berhasilnya metode ini, Guru haruslah aktif dalam berbicara bahasa asing tersebut, barulah muridnya akan mampu berbahasa asing dengan aktif.
2.3.4 Metode Berdasarkan Kejiwaan (Psicologic Method)
Psikolinguistik dalam metode pengajaran bahasa Arab dapat menjadi dasar untuk meningkatkan proses pembelajaran di ruang kelas, sehingga menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung.[9] Dalam konteks praktis, psikolinguistik berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasi bahan yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Selanjutnya, metode pengajaran bahasa Arab harus disesuaikan dengan tahap perkembangan psikologis siswa tersebut. Psikolinguistik dapat memberikan panduan kepada guru dalam menentukan materi bahasa yang akan diajarkan dan memahami bahasa Arab.
[9] Muhammad Yusuf, “Psikolinguistik Dalam Metode Pembelajaran Bahasa Arab Di Era Postmetode,” Al Mi’yar: Jurnal Ilmiah Pembelajaran Bahasa Arab dan Kebahasaaraban 2, no. 2 (August 30, 2019): 183.
Sosiolinguistik, faktor eksternal mencakup keadaan filosofis, keadaan psikis, intelegensi, bakat dan minat, dan daya komprehensi seseorang.[10] Dari beberapa faktor eksternal tersebut faktor minat atau bakat dijadikan faktor yang paling dominan karna minat bakat menjadi pendukung utama dalam proses belajar.[11] Sepertihalnya orang yang kurang memiliki ketertarikan dalam pembelajaran bahasa Arab akan kesulitan mengoptimalkan manfaat dari hasil belajar. Dari perspektif ini, bahasa dapat dianggap sebagai sekelompok tindakan berbicara dalam masyarakat. Dengan demikian, peran seorang guru memiliki integritas yang tak dapat dipungkiri, mengingat perannya yang sangat signifikan dalam proses pembelajaran. Peran ini terkait dengan cara seorang guru secara kreatif memanfaatkan proses pembelajaran bahasa Arab di dalam kelas.
[10] Fikni Mutiara Rachma, “Tinjauan Sosiolinguistik Terhadap Proses Pembelajaran Bahasa Arab,” Tatsqifiy: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab 1, no. 1 (February 13, 2020): 1–9
[11] I Made Adi Mahardika, Lulup Endah Tripalupi, and I Wayan Suwendra, “FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Menjadi Guru Pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi Angkatan 2014 Universitas Pendidikan Ganesha,” Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha 11, no. 1 (2019): 160–271.
Peran psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilihat ketika guru memperhatikan perbedaan individu dalam gaya belajar, preferensi belajar, dan tingkat motivasi siswa. Guru menggunakan berbagai metode pengajaran, seperti penggunaan audiovisual, permainan, atau aktivitas kelompok, untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa secara individu. Dengan memahami karakteristik psikologis siswa, guru dapat menyusun strategi pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan bahasa Arab mereka
2.3.5 Metode Mendengarkan Dan Mengucapkan (Phonetic Method)
Selain disebut sebagai metode fonetik metode ini juga sering disebut dengan istilah oral method karena dianggap sebagai usaha penyempurnaan dari metode langsung, ia juga bisa dinamakan reform method. Jadi metode ini berhubungan erat dengan metode langsung dengan kata lain rumpun metode langsung.
Menurut metode fonetik, pelajaran sebaiknya diawali oleh latihan-latihan pendengaran (ear training) bunyi. Setelah itu diikuti oleh latihan-latihan pengucapan bunyi terlebih dahulu, diteruskan kemudian oleh kata, kalimat pendek, dan akhirnya kalimat yang lebih panjang.
Langkah-langkah penggunaan metode fonetik:
1). Guru membacakan bacaan-bacaan bahasa Arab di depan kelas, atau membuka/ menghidupkan cara bacaan berupa radio kaset/video, anak didik mendengarkan dan memperhatikan baik-baik program bacaan itu dengan cermat, serius (tanpa adanya kesan main-main saat berlangsungnya kegiatan membaca), anak didik harus memperhatikan betul langgam dan intonasi, serta gerak-gerik bentuk mimik tertentu dalam bacaan.
2). Seri-seri bacaan itu hendaknya disusun sedemikian rupa hingga menjadi bahan bacaan yang sempurna/berkelanjutan.
3). Guru dapat menghentikan seri-seri pelajaran tertentu jika seri pelajaran tersebut sudah dianggap selesai dan dikuasai oleh anak didik, kemudian dapat dilanjutkan pada seri berikutnya.
4). Setelah pelajaran membaca selesai, maka latihan percakapan dapat dilakukan. Misalnya percakapan-percakapan yang sifatnya mula- mula sederhana, setelah itu menuju pada percakapan yang kompleks/lebih sulit.
5). Untuk memperjelas ucapan dan percakapan, maka metode ini dianjurkan untuk menggunakan alat peraga/media pengajaran.
6). Pada setiap akhir materi pelajaran, guru hendaknya memberikan latihan-latihan praktis membaca dan latihan percakapan pada masing-masing anak didik, dan jangan lupa guru dapat memberikan berbagai catatan-catatan khusus, kesimpulan-kesimpulan juga motivasi terhadap anak didik.
Keunggulan metode fonetik:
1). Metode ini mengajarkan kemampuan membaca anak didik dengan lancer dan fasih sekaligus kemampuan percakapan, banyak drill berupa dialog dan tulisan.
2). Anak didik menyimak kesalahan bacaan dan percakapan dari guru atau teman sekelasnya, untuk kemudian diubah dan diperbaiki letak-letak kesalahannya.
Kelemahan metode fonetik
1). Metode ini memerlukan kesungguhan dan keahlian atau professional dari pihak guru, disamping perencanaan dan waktu harus matang.
2). Pada tingkat-tingkat pemula, metode ini masih sulit diterapkan terutama bagi anak didik yang belum memiliki bekal bahasa arab yang memadai, sebab itu perlu memotivasi anak didik dan mengajarkannya secara komunikatif.
3). Kalau seri-seri pelajaran tidak disusun dan direncanakan sedemikian rupa, maka pelajaran dan penguasaan materi bagi anak didik menjadi mengambang sebagai contoh materi pelajaran mambaca diberikan sedikit, juga percakapan pun serba tanggung. Oleh sebab itu, pengaturan waktu dan materi diatur sedemikian rupa untuk mencapai hasil yang optimal.[12]
[12] Metodologi pengajaran bahasa Arab, h. 79 - 81
2.3.6 Metode Membaca (Reading Method)
Metode membaca (Reading Method) yaitu menyajikan materi pelajaran dengan cara lebih dulu mengutamakan membaca, yakni guru mula-mula membacakan topik-topik bacaan, kemudian diikuti oleh siswa anak didik. Tapi kadang-kadang guru dapat menunjuk langsung anak didik untuk membacakan pelajaran tertentu lebih dulu, dan tentu siswa lain memperhatikan dan mengikutinya.
Teknik metode membaca (Reading Method) ini dapat dilakukan dengan cara guru langsung membacakan materi pelajaran dan siswa disuruh memperhatikan/ mendengarkan bacaan-bacaan gurunya dengan baik, setelah itu guru menunjuk salah satu di antara siswa untuk membacakannya, dengan jalan berganti-ganti (bergiliran).
Setelah masing-masing siswa mendapat giliran membaca, maka guru mengulangi bacaan itu sekali lagi dengan diikuti oleh semua siswa hal ini terutama pada tingkat-tingkat pertama; lalu kemudian guru mencatatkan kata-kata sulit atau baru yang belum diketahui siswa di papan tulis untuk dicatat di buku catatan untuk memperkaya perbendaharaan kata-kata dan begitulah selanjutnya, hingga selesai topik-topik yang telah ditetapkan/ditentukan.
Kebaikan Metode Reading/Membaca
Jika dibandingkan dengan metode-metode lain, maka metode ini memiliki segi kelebihan/kebaikan-kebaikan antara lain :
1). Siswa dapat dengan lancar membaca dan memahami bacaan-bacaan berbahasa asing dengan fasih dan benar
2). Siswa dapat menggunakan intonasi bacaan bahasa asing sesuai dengan kaidah membaca yang benar
3). Tentu saja dengan pelajaranmembaca tersebut siswa diharapkan mampu pula menerjemahkan kata-kata atau memahami kalimat-kalimat bahasa asing yang diajarkan, dengan demikian pengetahuan dan penguasaan bahasa anak menjadi utuh
Kekurangan Metode Reading/Membaca
1). Pada metode membaca ini, untuk tingkat-tingkat pemula terasa agak sukar diterapkan, karena siswa masing sangat asing untuk membiasakan lidahnya, sehingga kadang-kadang harus terpaksa untuk berkali-kali menuntun dan mengulang-ulang kata dan kalimat yang sulit ditiru oleh lidah siswa yang bukan dari bahasa asing yang sedang diajarkan. Dan dengan demikian metode ini relatif banyak menyita waktu.
2). Dilihat dari segi penguasaan bahasa, metode reading lebih menitikberatkan pada kemampuan siswa untuk mengucapkan/melafalkan kata-kata dalam kalimat-kalimat bahasa asing yang benar dan lancar. Adapun arti dan makna kata dan kalimat kadang-kadang kurang diutamakan. Hal ini dapat berarti pengajaran terlalu bersifat Verbalisme
3). Pengajaran sering terasa membosankan, terutama apabila guru yang mengajarkan tidak simpatik/metode diterapkan secara tidak menarik bagi siswa. Dari segi tensi suarapun kadang-kadang cukup menjenuhkan karena masing-masing guru dan siswa terus-menerus membaca topik-topik pelajaran. Oleh karena metode ini memiliki segi kekurangan yang berarti, maka perlu diperhatikan hal-hal yang berikut :
- Hendaknya pokok-pokok materi yang akan disajikan senantiasa disesuaikan dengan taraf perkembangan dan kemampuan siswa pada tingkat tertentu. Pilih topik dan materi pelajaran yang menarik hati bagi para siswa/yang sesuai dengan keinginan jiwa mereka
- Untuk menghindari verbalisme dalam pengajaran maka guru hendaknya dapat mengartikan/menerjemahkan kata-kata atau kalimat-kalimat yang belum dimengerti/pahami siswa dalam bacaan-bacaan tersebut
- Pada umumnya alat peraga/media pengajaran berupa pengeras suara, radio tape/kaset, video dan alat-alat sejenisnya sangat membantu mempercepat/ memperlambat lidah/bacaan siswa. Disamping itu dengan alat peraga, pengajaran menjadi menarik dan tidak membosankan.
- Buku-buku bacaan dapat dipilih dan disusun sedemikian rupa hingga menarik/menyenangkan siswa. Pada umumnya bacaan berupa novel, cerpen (cerita-cerita), pepatah, hikmah-hikmah dalam bahasa asing, ilmu pengetahuan dan lain-lain sangat menarik untuk bahan bacaan, terutama pada tingkat-tingkat pemula; pada tingkat-tingkat lanjutan bacaan-bacaan dapat diarahkan pada yang bersifat ilmiah/pemikiran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Dari penjelasan yang penulis paparkan diatas, dapat simpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang sistematis dalam menyampaikan materi kepada siswa guna mencapai tujuan yang diinginkan, Memberi jalan untuk mencapai suatu tujuan pengajaran yang ditempuh oleh guru dan siswa dalam belajar bahasa arab.
Jadi, dengan adanya Metode Pembelajaran Bahasa Arab yang baik maka
akan mewujudkan hasil yang baik juga, untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Artinya
Metode dalam pembelajaran akan mempengaruhi segala macam bentuk aktifitas
yang dilakukan oleh siswa sehingga proses dalam pembelajaran menentukan
sikap dan perubahan yang terjadi khususnya pada sebuah target dan tujuan
menuju keberhasilan yang sempurna dan menjadikan manusia yang beradab dan
bermoral.
Dalam makalah ini hanya ditugaskan untuk menjelaskan tentang 6 (enam) metode pembelajaran, yaitu :
1. Metode Struktural.
2. Metode Langsung (Direct Method).
3. Metode Alami (Tajwid Method).
4. Metode Berdasarkan Kejiwaan (Psicologic Method).
5. Metode Mendengarkan Dan Mengucapkan (Phonetic Method).
6. Metode Membaca (Reading Method).
Masih terdapat beberapa metode lain yang akan dilanjutkan pemaparannya pada makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA.
Muljanto Sumardi, dkk, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Islam, (Jakarta: PPSPA Depag RI, 1976)
Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab,Cet. I ( Surabaya : Usaha Nasional, 1992 ),
Ulfah Susilawati, Dra., M.SI, METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB Teori dan Aplikasi, Total Media, Cetakan Pertama, Oktober 2020
Rohayati, Enok. 2017. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Palembang: Rafah Press Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.
Muhammad Yusuf, “Psikolinguistik Dalam Metode Pembelajaran Bahasa Arab Di Era Postmetode,” Al Mi’yar: Jurnal Ilmiah Pembelajaran Bahasa Arab dan Kebahasaaraban 2, no. 2 (August 30, 2019).
Fikni Mutiara Rachma, “Tinjauan Sosiolinguistik Terhadap Proses Pembelajaran Bahasa Arab,” Tatsqifiy: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab 1, no. 1 (February 13, 2020).
I Made Adi Mahardika, Lulup Endah Tripalupi, and I Wayan Suwendra, “FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Menjadi Guru Pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi Angkatan 2014 Universitas Pendidikan Ganesha,” Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha 11, no. 1 (2019):
Rosyidi, Abdul Wahab, Media Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: UIN Malang Press, 2009.