Sabtu, 26 Oktober 2024

Pendekatan Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Disusun untuk memenuhi tugas makalah pada mata kuliah Metode Pengajaran Bahasa Arab
Dosen Pengampu : Sabar Siswoyo, M.Pd
Oleh Kelompok 3 Prodi SBA :
1. Agis Sugiana, NIM. 023210069
2. Bagus Herlianto, NIM. 23220024
3. Fandi Aldiansyah, NIM. 23220026
4. Prasetyo, NIM. 23220030
5. Nadhor Khusaini, NIM.023210047

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah melimpahkan banyak karunia dan nikmat-Nya kepada kita semua, dan selayaknya bagi seorang muslim untuk bersyukur atas karunia dan nikmat tersebut, yaitu dengan selalu beribadah kepada-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau, serta orang-orang yang setia mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat nanti.

Puji syukur kami haturkan kepada Allah Ta’ala karena atas kemudahan dan pertolongan-Nya kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Pendekatan Dalam Pembelajaran Bahasa Arab” dan kami juga berharap kepada Allah Ta’ala semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri, mahasiswa kuliah Al-Ma’wa dan kaum muslimin pada umumnya. Dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ustadz Sabar Siswoyo, M.Pd yang telah memberikan ilmu kepada kami, semoga Allah Ta’ala memberikan keberkahan dan kesehatan kepada beliau, Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Bekasi, 25 Oktober 2024

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian.
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pendekatan Bahasa Arab
2.2. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab
2.3. Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab
1. Pendekatan Struktual.
2. Pendekatan Pragmatik.
3. Pendekatan Komunikatif.
4. Pendekatan All In One System Dan System Separated System.
5. Pendekatan Humanitik.
6. Pendekatan Teknologi.
7. Pendekatan Analitik dan Non Analitik.
8. Pendekatan Audio Lingual.
9. Pendekatan Kognitif.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
3.2 Saran.
DAFTAR PUSTAKA.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran adalah suatu proses hubungan antara siswa, guru, dan sumber belajar yang terjadi pada lingkungan pembelajaran. Hal itu dilakukan oleh pengajar dan anak didik guna merubah suatu pemahaman, dari tidak bisa menjadi bisa, sehingga timbullah kesalingan dalam pertukaran suatu informasi.[1] Tak hanya itu, salah satu proses pembelajaran juga bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku anak didik sesuai dengan yang dikehendaki.[2] Dan juga bukan hanya sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan saja, melainkan mengkondisikan siswa untuk belajar.[3]
[1]. Chusnul Chotimah and Muhammad Fathurrohman, Paradigma Baru Sistem Pembelajaran,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2018), hlm. 1
[2]. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 100
[3]. Munir, Pembelajaran Jarak Jauh: Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 1

Seperti halnya pada mayoritas guru Bahasa Arab dalam menyajikan materi bahasa Arab masih banyak menggunakan cara konvensional, yaitu sekedar menggunakan buku dan papan tulis. Dengan cara konvensional ini, mayoritas peserta didik kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran bahasa Arab. Keberhasilan dalam pembelajaran bahasa Arab tidak hanya dipengaruhi oleh media pembelajaran semata, tetapi banyak hal yang terkait di dalamnya, termasuk pendekatan, metode, landasan dan model pembelajaran. Kegiatan yang baik dari proses pembelajaran seyogyanya perlu sebuah kematangan perencanaan agar tujuan dapat tercapai sesuai harapan yang diinginkan.

Tercapainya tujuan pembelajaran, menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Adapun sebagian upaya tersebut adalah dengan ketepatan penggunaan dalam pendekatan pembelajaran. Karena suatu pendekatan pembelajaran menentukan keefektifan suatu proses belajar-mengajar. Istilah pendekatan dalam pembelajaran dipahami sebagai sudut pandang atau tolak ukur pada proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran digunakan sebagai rambu pendidik dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran terlaksana secara maksimal dan terarah. Karena pentingnya pendekatan digunakan, maka seorang pendidik hendaklah menyiapkan terlebih dahulu pendekatan yang akan digunakan sebelum menyusun kerangka pembelajaran, karena dengan pendekatan yang digunakan oleh seorang pendidik, akan menentukan strategi, teknik dan taktik serta komponen-komponen lain yang akan digunakan pendidik pada kegiatan pembelajarannya.

Ketepatan penentuan pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh pendidik akan menentukan berapa besar prosentase tujuan pembelajaran yang telah direncanakan akan bisa tercapai. Sehingga pendidik hendaknya menentukan pendekatan yang digunakan secara tepat, serta memahami makna dan fungsi pendekatan pada sebuah pembelajaran, agar terhindar dari kesalahan selama proses pembelajaran dilaksanakan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Pendekatan Bahasa Arab?
2. Bagaimana Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab?
3. Apa Saja Bentuk Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab?

1.3 Tujuan Penelitian.

1. Memahami Pengertian Pendekatan Bahasa Arab.
2. Mengetahui Pentingnya Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab.
3. Mengetahui Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pendekatan Bahasa Arab

Pendekatan adalah proses, perbuatan, atau cara mendekati. Dapat juga dikatakan bahwa pendekatan merupakan sikap atau pandangan tentang sesuatu, yang biasanya berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berkaitan. Pendekatan artinya cara memperoleh subjek atas objek untuk tercapainya tujuan serta sudut pandang pada suatu objek permasalahan, berupa sekumpulan asumsi tentang proses belajar-mengajar.[4] Pendekatan dalam dunia pembelajaran merupakan pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Merupakan suatu cara pandang dalam suatu bidang ilmu, bagaimana seorang pendidik akan menggunakan suatu cara atau strategi dan metode ketika hendak memulai pembelajaran serta seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar.
[4] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), hlm. 129

Pendekatan (madkhal) dan metode (thariqah) mempunyai kesamaan arti, namun keduanya sangat berbeda ketika diterapkan dalam konteks pembelajaran. Pendekatan berarti sudut pandang atau titik tolak tertentu dalam memandang pembelajaran. Dimulai dari pendekatan pembelajaran akan melahirkan metode yang sesuai dengan prinsip secara filosofis. Jadi, suatu metode itu merupakan proses dalam penerapan rencana yang telah disusun. Sehingga metode pembelajaran berupaya mewujudkan strategi yang sejalan dengan pendekatan pembelajaran.[5] Sedangkan strategi/teknik (uslub) bersifat operasional yang merupakan kegiatan khusus yang diterapkan dalam suatu kelas, selaras dengan pendekatan dan metode yang telah ditentukan guru. Sehingga kreativitas dan imajinasi guru diperlukan dalam rangka meramu materi dan memecahkan problematika di kelas.[6]
[5] Ismail Suardi Wekke, Pembelajaran Bahasa Arab Di Madrasah, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm. 107
[6] Abd Wahab Rosyidi and Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-Maliki Press, 2020), hlm. 34

Adapun pendekatan pada pembelajaran pada dasarnya terbagi menjadi dua macam, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approach). Teacher centred approach (pembelajaran yang berpusat pada pendidik) dikenal dengan pembelajaran konvensional atau tradisional dengan lebih banyak menggunakan metode ceramah pada setiap tahap pelaksanaanya. Dalam melakukan evaluasi pembelajaran, seorang pendidik bisa mengukur sejauh mana peserta didik mampu menguasai materi pelajaran yang diterimanya sebagai kriteria keberhasilan proses pembelajaran.

Sebaliknya dalam pendekatan student centered approach pembelajaran berpusat pada peserta didik), peserta didiklah yang memegang peranan selama proses pembelajaran. Pendidik sebagai fasilitator dalam hal ini bertugas membimbing peserta didiknya agar memiliki kemampuan mengutarakan pendapat dan gagasannya dalam proses pembelajaran.

B. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab

Pada pembelajaran bahasa Arab, pendekatan dikenal dengan istilah al-madkhal yaitu cara memulai pembelajaran bahasa Arab, dengan strategi, metode dan media, teknik dan taktik yang digunakan oleh pendidik bahasa Arab, guna mencapai suatu tujuan pembelajaran bahasa Arab yang dikehendaki. Pendekatan pembelajaran sebagai titik tolak pendidik bahasa Arab dalam memandang proses pembelajaran bahasa Arab yang akan dilaksanakan, berdasarkan situasi dan kondisi kelas yang akan mengikuti pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran bahasa Arab (teaching approach of Arabic) yaitu suatu rancangan atau kebijakan dalam memulai serta melaksanakan pembelajaran bahasa Arab, sehingga memberikan corak dan arah kepada metode dan strategi pembelajarannya. Seorang pendidik bahasa Arab yang meyakini pendekatan tertentu, mempunyai kebebasan memakai beberapa jenis pilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi situasi saat dilaksanakannya pembelajaran bahasa Arab.

Seperti halnya proses pembelajaran yang lain dalam pembelajaran Bahasa Arab juga ditunjang dengan pendekatan yang digunakan yaitu ada teacher centered dan student centered seperti yang dibahas pada materi sebelumnya. Pada pembelajaran Bahasa Arab berbasis pendekatan teacher centered, menuntut seorang pendidik untuk selalu menyampaikan informasi atau pengetahuan dari awal proses pembelajaran, sementara peserta didik hanya berperan sebagai mustami’ (pendengar). Kelemahan pendekatan ini, peserta didik cenderung pasif dan tidak terlatih untuk berani menyampaikan ide dan pendapatnya. Peserta didik cenderung hanya duduk, mendengar, menyalin dan menulis tugas rumah yang diberikan oleh pendidik, sehingga pembelajaran cenderung pasif dan kurang menarik.

Sedangkan, pendekatan student centered menempatkan pendidik sebagai fasilitator, yang bertugas mengawasi, mengarahkan, serta mengevaluasi kegiatan peserta didik dari awal sampai akhir proses pembelajaran. Guru akan memberi bimbingan pada siswa tentang materi yang akan dibahas di kelas, serta meluruskan informasi yang kurang benar dari pemahaman peserta didik.

Pada proses pembelajaran bahasa Arab, pendidik akan mengarahkan dan membimbing peserta didik, agar berani dan mampu berbicara menggunakan bahasa Arab di hadapan teman-teman sekelas. Diawali dengan penguasaan mufradat atau kosakata yang cukup, sehingga peserta didik tidak akan kekurangan kosakata dalam menyusun kalimat berbahasa Arab. Pendidik akan terus memotivasi dan menumbuhkan keberanian agar peserta didik berani menyampaikan ide, pendapat dan gagasannya baik secara kelompok maupun individu. Dari proses kemandirian dan keaktifan tiap siswa akan timbul internalisasi informasi-informasi dalam pembelajaran sehingga menjadikan rasa tanggung jawab pada diri siswa akan keputusan yang diemban mereka.[7]
[7] Umi Machmudah and Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-Maliki Press, 2020), hlm. 221

C. Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab

Berbeda dengan bahasa lain, bahasa Arab memiliki struktur dan susunan kata yang cukup sulit sehingga dibutuhkan metode pembelajaran yang dapat memudahkan mengajarkan bahasa Arab pada anak, terlebih untuk jenjang sekolah tingkat dasar.[8] Kenyataan ini menuntut guru harus memiliki kualifikasi dengan tingkat keuletan, ketelatenan dan kesabaran yang tinggi. Melihat karakter tersebut, guru hendaknya menggunakan pendekatan yang lebih kontekstual, dan dapat menjadi acuan dalam menentukan langkah pembelajaran yang sesuai dengan karakter materi maupun kondisi peserta didik. Materi yang sulit dapat diterima dengan baik oleh peserta didik jika ditopang oleh pendekatan yang tepat.
[8] Dudung Hamdun, “Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Karakter di Sekolah Dasar”, Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 8, No. 1, 2016

Di dalam pembelajaran bahasa Arab, ada bermacam-macam pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk disesuaikan dengan materi dan tingkatan kelas peserta didik. Pendekatanpendekatan dalam pembelajaran bahasa Arab antara lain :

1. Pendekatan Struktual.

Pendekatan Struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dititik beratkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi, morfologi, dan sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting. Dengan struktural, siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya. Pendekatan struktural menuntut para pelajarnya untuk memahami rumus-rumus dan istilah-istilah bahasa, dan pelajar diharuskan untuk menghafalkan model-model kalimat atau fungsi kata. Dalam bahasa Arab bisa kita lihat pembelajaran dengan pendekatan struktural dituntut untuk mengetahui fi’il, faa’il, maf’ul dan masih banyak istilah-istilah ilmu bahasa yang lain. Siswa dapat menghafalkan kaidah-kaidah bahasa dengan baik, namun mereka kurang terampil dalam pemakaian bahasa itu sendiri. Dengan kata lain, siswa menjadi kuat pengetahuan bahasanya. tetapi lemah dalam kemampuan berbahasanya. Tes bahasa dalam kedudukannya memiliki kaitan yang amat erat dengan komponenkomponen lain dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa, terutama komponen pembelajaran yang mendasarinya yaitu kegiatan pembelajaran. Hal serupa berlaku pula pada tujuan pembelajaran untuk menyelenggarakan pembelajaran dengan seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran untuk mengetahui tingkat keberhasilan dilakukan evaluasi atau tes bahasa dengan melihat keempat kemampuan bahasa. [9]
[9] http://arerariena.wordpress.com/2011/02/02/tes-bahasa/, diakses 25-10-2024

Pendekatan Struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Pendekatan struktural menuntut para pelajarnya untuk memahami rumus-rumus dan istilah-istilah bahasa, dan pelajar diharuskan untuk menghafalkan model-model kalimat atau fungsi kata.

Pendidikan bahasa umumnya ada 3 kaidah yang harus dikuasai siswa tidak terkecuali bahasa arab, yang tercakup dalam Fonologi, morfologi, dan sintaksis.

a. Fonologi : Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa disebut fonologi, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu ilmu.

b. Morfologi adalah bagian linguistik yang mempelajari morfem. Morfologi mempelajari dan menganalisis struktur, bentuk, klasifikasi kata-kata. 

c. Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. Ramlan mengatakan kalimat adalah satuan aramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.

2. Pendekatan Pragmatik.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat kata-kata pragmatik, pragmatika, pragmatis, dan pragmatisme[10]. Kata pragmatik dimaknai (i) berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi, (ii) berkenaan dengan negara, pemerintahan. Tampaknya makna pertamalah yang lebih cocok berkaitan dengan pembahasan pada bab ini. Sedangkan kata pragmatika bermakna (i) cabang semiotika tentang asal-usul, pemakaian, dan akibat lambang dan tanda (ii) ilmu tentang pertuturan, konteksnya, dan maknanya.
[10] Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembang Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka , 1999), cet. Ke-10, h. 784

Selanjutnya kata pragmatis diberi makna (i) bersifat praktis dan berguna bagi umum, bersifat mengutamakan segi kepraktisan dan kegunaan (kemanfaatan); mengenai atau bersangkutan dengan nilai-nilai praktis, (ii) mengenai atau bersangkutan dengan pragmatisme. Sedangkan kata pragmatisme diberi makna (i) kepercayaaan bahwa kebenaran atau nilai-nilai ajaran (paham, doktrin, gagasan, pernyataan, ucapan dan sebagainya) bergantung pada penerapannya bagi kepentingan manusia, (ii) paham yang menyatakan bahwa segala sesuatu tidak tetap, melainkaan tumbuh dan berubah terus, (iii) pandangan yang memberi penjelasan yang berguna tentang suatu permasalahan dengan melihat sebab akibat berdasarkan kenyataan untuk tujuan praktis.

Istilah pragmatik yang digunakan dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa sebenarnya berasal dari Charles Morris (1946) yang membagi pengkajian bahasa menjadi tiga, yaitu:
a. Sintaksis, yaitu kajian tentang hubungan antara unsur-unsur bahasa.
b. Semantik, yaitu kajian tentang hubungan unsur-unsur bahasa dengan maknanya.
c. Pragmatik, yaitu kajian hubungan unsur-unsur bahasa dengan pemakai bahasa.[11]
[11] PWJ Nababan, Ilmu Pragmatik: Teori dan Penerapannya (untuk selanjutnya disebut Ilmu Pragmatik), (Jakarta: Dep. P dan K, 1987), h. 1

3. Pendekatan Komunikatif.

Menurut Ahmad Fuad Effendi, pendekatan komunikatif memiliki beberapa asumsi berikut :

1. Setiap manusia memiliki kemampuan bawaan yang disebut dengan language acquisition devide (LAD). Oleh karena itu kemampuan bahasa bersifat kreatif dan lebih ditentukan faktor internal.

2. Pengguna bahasa tidak hanya terdiri atas empat keterampilan: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Tetapi, mencakup beberapa kemampuan dalam kerangka komuniktif yang luas sesuai dengan peran peserta, situasi, dan tujuan interaksi.

3. Belajar bahasa kedua dan bahasa asing sama dengan belajar bahasa pertama, yaitu berangkat dari kebutuhan dan minat siswa. Oleh karena itu, analisis kebutuhan dan minat siswa merupakan landasan pengembangan bahan ajar.[12]
[12] Ahmad Fuad Effendi, op. cit., h. 54-55


Dari asumsi di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajar bahasa asing (Arab) telah memiliki kemampuan bahasa yang bersifat kreatif, yang bisa dibangkitkan dengan pendekatan internal, yaitu memunculkan minat belajar bahasa Arab. Untuk memunculkan minat, diperlukan motivasi eksternal berupa penciptaan peran pebelajar yang lebih luas dan situasi yang mendukung guna mencapai tujuan interaksi dalam komunikasi yang dikehendaki. Karena itu, perlu dirancang kegiatan untuk mengetahui kebutuhan dan minat pebelajar terhadap bahasa, misalnya dengan analisis kebutuhan dan minat.

Tentang prinsip pendekatan komunikatif, Angela Scarino dkk (1994) menyatakan bahwa tujuan utama semua pembelajaran bahasa adalah membantu pebelajar mampu menggunakan bahasa target yang bisa dicapai dengan berbagai cara dan pendekatan. Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang harus diwujudkan ke dalam kegiatan pengajarannya. Secara ringkas, prinsip pendekatan komunikatif menurut Scarino dkk adalah: pembelajar akan belajar bahasa dengan baik apabila berada dalam delapan kondisi berikut:

1. Ia diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat.
2. Ia diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam penggunaan bahasa sasaran secara komunikatif dalam beragam aktivitas.
3. Ia ditunjukkan pada data komunikatif yang bisa dipahami dan relevan dengan kebutuhan dan minatnya.
4. Ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya pada bentuk, keterampilan, dan strategi yang mendukung proses pemerolehan bahasa.
5. Ia dibeberkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan budaya yang menjadi bagian dari bahasa sasaran.
6. Ia menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya.
7. Ia diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan belajarnya.
8. Ia diberi kesempatan untuk mengatur pembelajarannya sendiri.[13]
[13] Furqanul Azies dan A. Chaedar Alwasilah, op. cit., h. 28-32.

Littlewood (1981) lebih merinci prinsip-prinsip pengajaran bahasa dalam pendekatan komunikatif sebagai berikut :

1. Bahasa yang disajikan adalah bahasa yang autentik, dipergunakan dalam realita kontekstual.
2. Bahasa tersebut dapat dipahami maksudnya oleh pembicara atau penulis sebagai bagian dari kompetensi komunikatif.
3. Sasaran bahasa adalah wahana untuk komunikasi kelas, bukan sekadar objek belajar.
4. Satu fungsi dapat memiliki beberapa bentuk bahasa; fokus belajarnya bahasa yang digunakan secara realita; dan varian bentuk bahasa disajikan bersama-sama.
5. Pebelajar mempelajari kalimat dalam suatu wacana, seperti kohesi dan koherensi.
6. Pebelajar dapat menentukan keadaan belajar sesuai dengan realita komunikatif sehingga pembicara dapat langsung menerima umpan balik dari pendengar.
7. Pebelajar diberi kesempatan untuk mengekspresikan ide dan opini mereka.
8. Kekeliruan dapat diterima dan dinilai sebagai hal yang alami dalam pengembangan keterampilan komunikasi.
9. Guru bertanggung jawab dalam menentukan situasi yang disukai untuk pengembangan komunikasi.
10. Interaksi komunikasi mendorong hubungan kerjasama antar pembelajar. Interaksi ini merupakan kesempatan bagi pebelajar untuk memahami atau negosiasi makna.
11. Konteks sosial dalam even komunikasi merupakan hal penting dalam pengungkapan makna yang diberikan.
12. Belajar menggunakan bahasa yang tepat merupakan bagian penting dalam kompetensi komunikatif.
13. Guru berlaku sebagai pembimbing dalam aktivitas komunikasi.
14. Dalam komunikasi, pembicara dapat memilih tentang apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannnya.
15. Para pebelajar mempelajari gramatika dan kosakata melalui fungsi, konteks situasional, dan peran pada teman bicara.
16. Para pembelajar diberikan ruang untuk mengembangkan strategi dalam memahami bahasa sebagaimana yang digunakan para penutur bahasa tersebut.[14]
[14] Diane Larsen-Freeman, Techniques and Principles in Language Teaching (Oxford: Oxford University Press, 1986), h. 128-130.

4. Pendekatan All In One System Dan System Separated System.

Dalam konteks pengajaran bahasa Arab, pendekatan all-in-one system dan separated system mengacu pada cara struktur atau pengaturan materi serta aktivitas pengajaran. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung pada kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa, serta tujuan pembelajaran. Berikut adalah penjelasan dan perbandingan kedua pendekatan tersebut :

- All In One System

Pendekatan all-in-one mengintegrasikan semua aspek bahasa dalam satu sesi atau satu rangkaian materi. Artinya, dalam satu kali pembelajaran, siswa akan mempelajari keterampilan berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis, serta memahami tata bahasa dan kosa kata.

- System Separeted System

Pendekatan separated system, sebaliknya memisahkan setiap aspek bahasa menjadi modul atau sesi pembelajaran yang berbeda. Misalnya, siswa bisa belajar keterampilan berbicara di satu kelas, lalu mendalami tata bahasa di kelas lain, dan seterusnya.

5. Pendekatan Humanitik.

Pendekatan Humanistik adalah pendekatan yang mengutamakan peran siswa. Dalam pengajaran Bahasa Arab harus dilihat suatu totalitas yang melibatkan anak didik secara utuh bukan sekedar sebagai sesuatu yang intelektual semata-mata. Sebagaimana guru, murid merupakan manusia yang mempunyai kebutuhan emosional, spiritual, maupun intelektual. Tidak hanya mengandalkan peran guru, siswa juga hendaknya dapat membantu dirinya dalam proses belajar mengajar. Anak didik bukan hanya sekedar penerima ilmu yang pasif.

Pendekatan ini beranggapan bahwa anak didik adalah seorang manusia yang berbudaya, bukanlah alat atau sekedar “hewan” yang dapat menerima stimulus untuk kemudian memberikan respon. Sebagaimana manusia lainnya, peserta didik juga memiliki daya, minat, bakat, kebutuhan, kecenderungan dan perbedaan-perbedaan individual yang harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar Bahasa Arab. Iaperlu diberikan kesempatan untuk mengekspresikan diri sendiri, perasaan, pengalaman, dan pendapatnya. Partisipiasi anak didik dalam belajar mengajar Bahasa Arab menjadi penting, sebab keterlibatan emosional dapat meningkatkan motivasi serta gairah untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam aplikasi pendekatan humanistic ini disarankan untuk melaksanakan hal berikut;

1). Guru memberikan penjelasan mengenai tujuan Bahasa Arab dan melatih para anak didik agar mempraktikkan bahasa Arab dalam berbagai situasi.

2). Menerapkan teknik bermain peranan (role playing) dengan maksud melatih mereka agar dapat memberikan erspon sesuai dengan situasi dan kondisi yang sesungguhnya, seperti: ekspresi senang, benci, marah, cemas, dan sebagainya.

3). Memberikan contoh berbahasa Arab yang mungkin dan mudah diikuti oleh mereka.

6. Pendekatan Teknologi.

Kemajuan teknologi saat ini banyak sekali memberikan manfaat kepada manusia. Ada banyak kemudahan yang didapatkan dengan teknologi tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Keberadaan teknologi yang semakin canggih ini tidak dapat menggantikan peran guru dan juga tidak sepenuhnya menunjang efektivitas pembelajaran Bahasa Arab karena sangat tergantung pada orientasi, guru yang menggunakan, materi yang diajarkan dan situasi pembelajaran. Namun dengan pendekatan teknologi setidaknya dapat menjadikan proses belajar mengajar menjadi lebih hidup, menarik dan menyenangkan bagi anak didik.

Pemanfaatan atau penggunaan media pembelajaran tidak hanya terbatas pada media audio semata seperti: radio, earphone atau headphone pada laboratorium bahasa, melainkan juga meliputi media visual seperti: slide atau OHP, dan gabung audia-visual, seperti: televisi, computer, multimedia, video, dan sebagainya. Di antara tujuan dan pendekatan ini adalah memberikan konteks yang dapat lebih menjelaskan arti kosakata, struktur kalimat, dan konsep-konsep budaya yang baru dan abstrak melalui penggunaan gambar, peta, skema, contoh yang hidup, kartu, dan banyak lagi macam teknologi yang canggih untuk membantu lancarnya proses belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak didik.

7. Pendekatan Analitik dan Non Analitik.

Pendekatan analitik juga populer dengan sebutan المدخل الشكلي (atau formal approach. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi-asumsi sosiolinguistik, seperti analisis kebutuhan, analisis wacana, dan analisis komunikasi verbal. Pendekatan ini muncul di Amerika pada 1970-an, dan menjadi terkenal pada 1980-an. Namun pada waktu yang hampir bersamaan, di Eropa muncul kontra pendekatan, yaitu non- analutical approach yang lebih menekankan pada analisis isi) تحايل المحتوي hubungan humanistik dan kajian-kajian mengenai pemerolehan bahasa.

Jika pendekatan analitik berbasi pada linguistik, sosiolinguistik, dan semantik, maka pendekatan non-analitik berdasarkan psikolinguistik dan konsep-konsep pembelajaran. Pendekatan analitik menghendaki adanya analisis kebutuhan kebahasaan dan kurikulum bahasa yang baru dan fungsional berdasarkan nosi serta tujuan khusus, maka pendekatan non-analitik menghendaki pembelajaran bahasa dilakukan dalam situasi kehidupan yang alami, berkaitan dengan tema-tema yang berkaitan dengan anak didik dan aspek-aspek kehidupan manusia pada umumnya. Pendekatan non-analitik cenderung bersifat global, integral dan naturlistik, sementara pendekatan analitik mendasarkan diri pada konsep nosi dan fungsi, aksi pembicaraan, dan analisis nazham (verse, structure, versification), sebuah teori mengenai keserasian struktur ungkapan (kalimat) dan bait-bait syair sesuai kaedah-kaedah nahwu.

Pendekatan analitik dan non-analitik sama-sama menghendaki penyiapan materi dan teknik pembelajaran bahasa baru. Pengguna pendekatan pertama mengontrol hampir semua aksi bahasa yang ditampilkan anak didik, sedangkan pengguna pendekatan kedua tidak terlalu memperdulikan hal itu. Karena pembelajaran bahasa merupakan praktik berbahasa secara nyata, bukan rekayasa. Prosedur kerja pendekatan yang pertama berporos pada pendekatan kognitif, bukan pada prinsip-prinsip psikologis dan edukatif siswa, sebaliknya pendekatan yang kedua sangat mempertimbangkan prinsip-prinsip psikologis dan edukatif anak didik, bahkan pembelajaran bahasa dipahami sebagai proses pemberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak didik untuk memperoleh bahasa, bukan sekedar belajar berbahasa. Pendekatan pertama berpendapat bahwa motivasi untuk belajar bahasa lebih dinamis melalui komunikasi langsung dengan dengan penutur asli dan berpartisipasi dalam situasi komunikasi yang sesungguhnya.[15]
[1] Metodologi pengajaran bahasa Arab, h. 65 - 66


A. Pendekatan Analitik

Pendekatan analitik dalam pengajaran bahasa Arab adalah metode yang fokus pada pemecahan unsur-unsur bahasa secara rinci. Pembelajaran bahasa dilakukan dengan menguraikan komponen bahasa seperti tata bahasa (nahwu dan sharaf), struktur kalimat, dan morfologi. Siswa diajak untuk memahami aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa Arab secara terperinci sebelum mereka dapat menggunakannya dalam komunikasi.

Diantara metode yang menggunakan pendekatan ini adalah metode tata bahasa dan terjemah.

Metode tata bahasa dan terjemah (H. Olendorf) secara historis digunakan dalam pengajaran Bahasa Yunani dan Latin. Itu digeneralisasi untuk mengajar bahasa modern. Bahasa latin diajarkan melalui apa yang disebut metode klasik dan fokus pada aturan tata bahasa, menghafal kosakata, terjemahan teks, melakukan latihan tertulis. Pada abad ke-19, metode klasik kemudian dikenal sebagai metode tata bahasa dan terjemah. Prator dan Celce-Murcia (1979:3) mencantumkan karakteristik utama dari metode tata bahasa dan terjemah sebagaimana berikut:

1. Kelas diajarkan dalam bahasa ibu, dengan sedikit penggunaan aktif dari bahasa target.

2. Banyak kosakata diajarkan dalam bentuk daftar kata-kata yang terisolasi.

3. Analisis terperinci tentang aturan tata bahasa.

4. Membaca teks-teks klasik yang sulit dimulai lebih awal.

5. Sedikit perhatian diberikan pada isi teks, yang diperlakukan sebagai latihan dalam analisis tata bahasa.

6. Seringkali satu-satunya latihan adalah latihan dalam menerjemahkan kalimat yang terputus dari bahasa target ke dalam bahasa ibu.

7. Sedikit atau tidak ada perhatian yang diberikan pada pengucapan.[16]
[16] Buku ajar Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, h. 48 - 49


B. Pendekatan Non-Analitik

Sebaliknya, pendekatan non-analitik adalah pendekatan yang lebih komunikatif dan praktis. Metode ini lebih menekankan pada penggunaan bahasa secara langsung dalam konteks komunikasi, tanpa terlalu banyak memfokuskan pada tata bahasa di awal pembelajaran.

Diantara metode yang menggunakan pendekatan ini adalah metode langsung.

Metode Langsung (M. Berlitz) pada awalnya dikembangkan sebagai reaksi terhadap pendekatan penerjemahan tata bahasa dalam upaya untuk mengintegrasikan lebih banyak penggunaan bahasa target dalam instruksi. Richards dan Rodgers (1986:9-10) meringkas prinsip-prinsip metode langsung sebagai berikut.

1. Pengajaran di kelas dilakukan secara eksklusif dalam bahasa target.

2. Bahasa ibu tidak pernah digunakan dan tidak memiliki terjemahan.

3. Proses pembelajaran sebagian besar didasarkan pada imitasi dan hafalan.

4. Hanya kosakata dan kalimat sehari-hari yang diajarkan.

5. Kata kerja digunakan pertama kali dan secara sistematis terkonjugasi, dan juga setelah beberapa penguasaan lisan dari bahasa target.

6. Keterampilan komunikasi lisan diselenggarakan di sekitar pertukaran tanya jawab antara guru dan siswa di kelas kecil dan intensif.

7. Tata bahasa diajarkan secara induktif mengenai aturan digeneralisasi dari praktik dan pengalaman dengan bahasa target.

8. Kosakata konkret diajarkan melalui demonstrasi, objek, dan gambar; kosakata abstrak diajarkan oleh asosiasi ide.

9. Pemahaman berbicara dan mendengarkan yang diajarkan.

10. Pengucapan dan tata bahasa yang benar ditekankan.

11. Siswa tingkat lanjut membaca literatur untuk pemahaman dan kesenangan. Teks sastra tidak dianalisis secara gramatikal.

12. Budaya yang terkait dengan bahasa target juga diajarkan secara induktif. Budaya dianggap sebagai aspek penting dalam mempela- jari bahasa.[17]
[17] Buku ajar Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, h. 49 - 50

8. Pendekatan Audio Lingual.

Pendekatan ini menekankan pembelajaran bahasa sebagai proses pembentukan kebiasaan. Pendekatan ini dilandasi oleh teori Behaviorisme yang cenderung memandang manusia sebagai organisme yang bisa memberikan respon (operant) baik oleh karena adanya stimulus yang Nampak atau tidak. Inti dari pendekatan ini adalah bahwa belajar bahasa harus dimulai dari aspek bunyi dan lisan sebelum yang lain, dengan penggunaan drills (تدريبات atau kaji ulang yang intensif, dan bila perlu dengan penggunaan alat-alat elektronik dan laboratorium, agar tercipta tradisi belajar bahasa yang baik dan variatif.[18]
[18] Metodologi pengajaran bahasa Arab, h. 67

Pendekatan ini didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi perilaku. Ini mengadaptasi banyak prinsip dan prosedur metode langsung. Berdasarkan prinsip bahwa pembelajaran bahasa adalah pembentukan kebiasaan, pendekatan ini menumbuhkan ketergantungan pada mimikri, menghafal frasa yang ditetapkan, dan pembelajaran yang berlebihan. Karakteristik ALM dapat diringkas dalam daftar berikut (diadaptasi dari Prator dan Celce-Murcia, 1979).

1. Struktur diurutkan dan diajarkan satu per satu.

2. Pola struktural diajarkan menggunakan bor berulang.

3. Materi baru disajikan dalam bentuk dialog.

4. Ada ketergantungan pada mimikri, menghafal frasa yang ditetap- kan, dan pembelajaran yang berlebihan.

5. Sedikit atau tidak ada penjelasan tata bahasa yang diberikan; tata bahasa diajarkan secara induktif.

6. Kosakata sangat terbatas dan dipelajari dalam konteks.

7. Keterampilan diurutkan mulai dari mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dikembangkan secara berurutan.

8. Ada periode pra-membaca yang diperpanjang di awal kursus.

9. Ada banyak penggunaan kaset, laboratorium bahasa, dan alat bantu visual.

10. Sangat sedikit penggunaan bahasa ibu oleh guru yang diizinkan, tetapi tidak disarankan digunakan oleh siswa.

11. Sangat penting diberikan pengucapan asli yang tepat.

Secara metode, untuk sejumlah alasan metode audiolingual menikmati popularitas bertahun-tahun, dan bahkan hingga hari ini, adaptasi ALM ditemukan dalam metodologi kontemporer. Total Physical Response James J. Asher (1977), pengembang Total Physical Response (TPR), sebenarnya mulai bereksperimen dengan TPR pada 1960-an, tetapi hampir satu dekade sebelum metode ini banyak dibahas di kalangan profesional. James J. Asher mendefinisikan metode Total Physical Response (TPR) sebagai metode yang menggabungkan informasi dan keterampilan mela- lui penggunaan sistem sensorik kinestetik. Kombinasi keterampilan ini memungkinkan siswa untuk mengasimilasi informasi dan keterampilan dengan kecepatan tinggi. Akibatnya, keberhasilan ini mengarah pada tingkat motivasi yang tinggi. Asher mencatat bahwa anak-anak dalam mempelajari bahasa pertama mereka, tampaknya melakukan banyak mendengarkan sebelum mereka berbicara, dan bahwa mendengarkan mereka disertai dengan respons fisik (meraih, bergerak, melihat, dan sebagainya). Asher juga yakin bahwa kelas bahasa seringkali menjadi fokus dari banyaknya kecemasan, sehingga menimbulkan keinginan untuk merancang metode yang dapat membuat seseorang bebas dari stres, di mana peserta didik tidak akan merasa defensif. Kelas TPR merupakan kelas di mana siswa banyak mendengarkan dan bertindak. Guru sangat direktif dalam mengatur pertunjukan. Instruktur adalah sutradara drama panggung di mana siswa adalah aktornya, kata Asher. Biasanya, TPR sangat memanfaatkan suasana imperatif, bahkan ke tingkat kemahiran yang lebih maju. Perintah adalah cara mudah untuk membuat pelajar bergerak, seperti buka jendela!, tutup pintu!, berdiri!, duduk!, ambil buku!, berikan kepada John!, dan sebagainya. Tidak ada tanggapan verbal yang diperlukan. Sintaks yang lebih kompleks dapat dimasukkan ke dalam imperatif, seperti gambar persegi panjang di papan tulis!, berjalan cepat ke pintu dan pukul!. Interogatif juga mudah ditangani, seperti di mana bukunya?, siapakah Yohanes? (siswa menunjuk pada kitab atau kepada Yohanes). Akhirnya satu per satu siswa akan merasa cukup nyaman untuk memberanikan diri menanggapi pertanyaan secara verbal, kemudian mengajukan pertanyaan sendiri, dan prosesnya dapat berlanjut. Teknik dalam menggunakan metode audiolingual sebagaimana berikut.

1. Guru mengatakan perintah saat dia sendiri melakukan tindakan.

2. Guru mengatakan perintah sebagai guru dan siswa kemudian mela- kukan tindakan.

3. Guru mengatakan perintah tetapi hanya siswa yang melakukan tindakan.

4. Guru memberi tahu satu siswa pada satu waktu untuk melakukan perintah.

5. Peran guru dan siswa dibalik, siswa memberikan perintah kepada guru dan kepada siswa lain.

6. Guru dan siswa memungkinkan perluasan perintah atau mengha- silkan kalimat baru.[19]
[19] Buku ajar Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, h. 50 - 52

9. Pendekatan Kognitif.

Pendekatan Kognitif, atau Memahami Cara Berpikir Mengubah Perilaku. Pendekatan kognitif adalah sebuah paradigma dalam psikologi yang menekankan pentingnya proses mental seperti persepsi, ingatan, pemikiran, dan pemecahan masalah dalam memahami perilaku manusia. Pendekatan ini beranggapan bahwa cara kita berpikir secara langsung mempengaruhi perasaan dan tindakan kita. Dengan kata lain, apa yang kita pikirkan tentang suatu situasi akan menentukan bagaimana kita meresponsinya.

Konsep Dasar Pendekatan Kognitif

Skema: Pola pikir yang terorganisir yang digunakan untuk menginterpretasi informasi baru. Skema ini terbentuk dari pengalaman masa lalu dan memengaruhi cara kita memandang dunia.

Pemrosesan informasi: Proses di mana kita menerima, menyimpan, dan menggunakan informasi.

Kognitif bias: Kecenderungan untuk memproses informasi dengan cara yang tidak objektif, seringkali dipengaruhi oleh emosi atau pengalaman pribadi.

Prinsip-Prinsip Utama

Pikiran mempengaruhi perasaan dan perilaku: Cara kita berpikir secara langsung mempengaruhi emosi dan tindakan kita.

Perubahan kognitif dapat mengubah perilaku: Dengan mengubah cara berpikir, kita dapat mengubah perasaan dan perilaku yang tidak diinginkan.

Terapi kognitif: Terapi yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir yang tidak sehat.

Penerapan Pendekatan Kognitif

Pendekatan kognitif telah banyak diterapkan dalam berbagai bidang, seperti:

Psikologi klinis: Terapi kognitif-behavioral (CBT) adalah salah satu bentuk terapi yang paling efektif untuk mengatasi berbagai gangguan mental, seperti depresi, kecemasan, dan gangguan panik.

Pendidikan: Pendekatan kognitif digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa, seperti strategi belajar yang efektif dan pemecahan masalah.

Organisasi: Pendekatan kognitif digunakan untuk meningkatkan kinerja karyawan, seperti pelatihan keterampilan berpikir kritis dan pengambilan keputusan.

Contoh Penerapan

Misalnya, seseorang yang merasa cemas sebelum presentasi. Dengan pendekatan kognitif, individu tersebut dapat mengidentifikasi pikiran-pikiran negatif yang memicu kecemasan, seperti "Saya pasti akan gagal" atau "Semua orang akan menertawakan saya". Kemudian, individu tersebut dapat mengganti pikiran-pikiran negatif tersebut dengan pikiran yang lebih realistis dan positif, seperti "Saya telah mempersiapkan diri dengan baik" atau "Tidak semua orang akan menghakimi saya".

Pendekatan kognitif memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana pikiran manusia bekerja dan bagaimana pikiran tersebut memengaruhi perilaku. Dengan memahami prinsip-prinsip dasar pendekatan kognitif, kita dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi berbagai masalah yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Saran Pendekatan Kognitif

Terapkan pemikiran yang rasional: Latihlah diri Anda untuk berpikir secara rasional dan objektif.

Identifikasi pikiran negatif: Sadarilah pikiran-pikiran negatif yang sering muncul dan coba untuk menggantinya dengan pikiran yang lebih positif.

Cari dukungan: Jika Anda kesulitan untuk mengubah pola pikir Anda sendiri, jangan ragu untuk mencari bantuan dari seorang profesional.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.

Demikian alternative beberapa pendekatan yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab. Dengan mengetahui beberapa pendekatan tersebut diharapkan seorang guru bisa memastikan langkah berikutnya yaitu dengan memilih metode pembelajaran bahasa Arab.

Seorang guru bahasa Arab harus bisa memilah dan memilih pendekatan yang inovatif dalam stRategi pembelajaran bahasa Arab. Hal ini agar peserta didik mampu terlibat secara aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran melalui kegiatan pembelajaran yang berorentasi pada proses penemuan dan pencarian. Tentunya kegiatan pembelajaran seperti ini, memiliki dampak yang positif pada hasil yang dihasilkan baik yang bersifat pemahaman, sikap, atau berbagai keterampilan yang mesti dikuasai oleh peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA.

Rohayati, Enok. 2017. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Palembang: Rafah Press Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.

Chusnul Chotimah and Muhammad Fathurrohman, Paradigma Baru Sistem Pembelajaran,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2018).

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006).

Munir, Pembelajaran Jarak Jauh: Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2009).

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012).

Ismail Suardi Wekke, Pembelajaran Bahasa Arab Di Madrasah, (Yogyakarta: Deepublish, 2018)

Abd Wahab Rosyidi and Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-Maliki Press, 2020)

Umi Machmudah and Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-Maliki Press, 2020), hlm. 221

Dudung Hamdun, “Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Karakter di Sekolah Dasar”, Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 8, No. 1, 2016

Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembang Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka , 1999), cet. Ke-10.

PWJ Nababan, Ilmu Pragmatik: Teori dan Penerapannya (untuk selanjutnya disebut Ilmu Pragmatik), (Jakarta: Dep. P dan K, 1987)

Diane Larsen-Freeman, Techniques and Principles in Language Teaching (Oxford: Oxford University Press, 1986)

Khoirurrijal, K., & Amrullah, M. K. (2023). Buku ajar metodologi pengajaran bahasa Arab: Cara mengajar dan belajar bahasa Arab. Malang: CV. Literasi Nusantara Abadi.

Rohayati, E. (2017). Metodologi pengajaran bahasa Arab. Palembang: Rafah Press, Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah.

Beck, A. T. (1976). Cognitive therapy and the emotional disorders. New York: International Universities Press.

Ellis, A. (1962). Reason and emotion in psychotherapy. New York: Lyle Stuart.