Sabtu, 26 Oktober 2024

Tanggung Jawab dan Komitmen Guru

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pengembangan Mata Kuliah Etika Profesi Dan Keguruan
Dosen Pengampu: Ustadzah Syarifaeni Fahdiah, M.Hum
Disusun Oleh Kelompok 06 Prodi PAI:
1. Alberza, NIM.21862088
2. Joko Ari Widodo, NIM.228620083
3. Luki Abdulrohman, NIM.228620089
4. Mochammad Umar Agustian, NIM.228620091
5. Muhammad Yusuf Mahendra, NIM.228620097
6. Muhammad Sugiarto, NIM.218620849
7. Wakhit Syaifudin, NIM.21862050

KATA PENGANTAR

Puji serta Syukur kehadirat Allah  yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Tanggung Jawab dan Komitmen Guru”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan yang diampu oleh Ustadzah Syarifaeni Fahdiah, M.Hum. Hafidzahallah.

Dalam makalah ini, penyusun akan membahas tentang kemampuan berkarakter yang harus dipahami dan dimiliki oleh seorang guru, yang mana kemampuan ini merupakan satu dari sekian aspek penting dalam dunia pendidikan, terutama dalam kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa guru bukan hanya sebagai pengajar yang hanya menyampaikan materi dari sebuah buku, melainkan sebagai pendidik agar siswa mempunyai karakter yang baik dan menjadi seorang pembimbing dengan menjadi teladan moral untuk siswa.

Penyusun berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi mahasiswa Pendidikan Agama Islam yang sedang menjadi seorang guru maupun yang akan menjadi seorang guru. Semoga Allah  senantiasa memberikan kemudahan dan keberkahan dalam setiap usaha kita untuk mencerdaskan generasi penerus ummat.

Akhir kata, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ustadzah Syarifaeni Fahdiah, M.Hum. hafidzahallah yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Bogor, 24 Oktober 2024

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
D. Metode Penelitian.
BAB II PEMBAHASAN.
A. GURU SEBAGAI TELADAN MORAL.
a. Penanaman Moral Terhadap Siswa Menurut Para Ahli.
b. Teladan Moral dalam Perspektif Agama Islam.
c. Teladan Moral dari Salah Satu Pahlawan Pendidikan Indonesia.
d. Teladan Moral dari Guru Pendidikan Agama Islam.
B. GURU SEBAGAI PEMBINA KARAKTER SISWA.
a. Guru Sebagai Pilar Utama Pembentukan Karakter.
b. Tahapan Pembentukan Karakter.
BAB III PENUTUP.
A. Kesimpulan.
B. Kritik dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bukan hanya terjadi di sebuah lingkungan sekolah yang seperti kita lihat dan ketahui, melainkan pendidikan bisa terjadi dalam lingkungan apa pun selagi ada suatu pemahaman yang menginginkan perubahan yang lebih baik, itulah makna dari sebuah pendidikan. Bicara pendidikan yang terjadi di lingkungan sekolah dan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, tidak terlepas dari kontribusi seorang guru selain orang tua dan masyarakat. Guru berperan aktif dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar sebagai agen perubahan terhadap siswa. Guru dituntut untuk menguasai berbagai kompetensi mulai dari kompetensi sosial, profesional, pedagogik dan kepribadian.

Coba kita amati dan cermati kondisi pendidikan di zaman ini, sering kali kita lihat bahkan alami banyak seorang guru yang hanya menunaikan kewajibannya tanpa memperhatikan kemampuan lain yang wajib dimiliki oleh seorang guru. Guru datang hanya memberikan materi, tugas dan nilai di atas sebuah kertas, padahal menjadi seorang guru bukan hanya demikian. Guru harus bisa mendidik karakter siswa menjadi lebih baik, artinya guru harus memiliki kepribadian yang lebih baik, karena guru harus menjadi suri tauladan bagi siswa.

Untuk itulah penulis menulis makalah ini, penulis ingin mengajak pembaca untuk mengetahui apa saja teladan moral yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam mendidik karakter-karakter siswa yang beragam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Guru Sebagai Teladan Moral?
2. Apa itu Guru Sebagai Pembina Karakter Siswa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Mengetahui dan memahami apa saja teladan moral seorang guru.
2. Mengetahui dan memahami seperti apa guru sebagai pembina karakter.
3. Mengetahui dan memahami tinjauan keduanya dalam perspektif Islam.
4. Mengetahui dan memahami teladan moral dari salah satu pahlawan pendidikan.
5. Mengetahui dan memahami tahapan pembentukan karakter.

D. Metode Penelitian

Metodologi penyusunan makalah ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Data dikumpulkan melalui analisis dokumen dari berbagai sumber, termasuk jurnal Pendidikan dan buku elektronik yang relevan dengan topik dan dengan beberapa perubahan penulisan yang insyaa Allah bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. GURU SEBAGAI TELADAN MORAL

Penanaman moral dalam pendidikan merupakan fondasi dan modal utama dalam mengembangkan karakter masyarakat dan mengokohkan jati diri bangsa. Maka pendidikan moral dan karakter saat ini menjadi hangat untuk diperbincangkan dalam setiap kegiatan pendidikan. Pentingnya pembahasan pendidikan moral dan karakter ini sebagai respon dari banyaknya tindakan tidak bermoral dalam lingkungan pendidikan dan masyarakat luas. Adanya degradasi moral yang saat ini dirasakan oleh para pakar pendidikan sehingga bahasan pendidikan moral dan karakter menjadi hal yang urgent dan harus terus di kaji.

Peneliti merangkum beberapa kasus yang bertolak belakang dengan cita-cita dalam UU Sisdiknas Tahun 2019 misalnya, dilansir dari sebuah berita ada seorang siswa sekolah dasar ditangkap karena mencuri ponsel, siswa tersebut mencuri ponsel karena membutuhkan biaya untuk terus sekolah. Masih pada kasus serupa, Polisi melakukan penangkapan terhadap siswa kelas 4 SD saat mereka sedang bermain. Diketahui anak tersebut melakukan perbuatan mencuri alat ibadah di Vihara demi untuk bermain game online dan masih banyak contoh yang terjadi pada kerusakan moral dan karakter peserta didik. Untuk itu perlu pendekatan moral seperti di bawah ini:[1]
[1] Aiman Faiz dan Purwati, “Peran Guru Dalam Pendidikan Moral dan Karakter”, Jurnal Education and Development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan, Vol. 10 No. 2 (Mei 2022), hal. 315.

a. Penanaman Moral Terhadap Siswa Menurut Para Ahli

Menurut Lickona di tahun 2012, Sekolah memiliki peran besar dalam mendidik moral siswa ketika banyak siswa yang mendapatkan sedikit pendidikan moral dari lingkungan keluarga mereka. Tentunya peran guru menjadi hal yang sangat fundamental dan vital dalam penanaman nilai moral kepada siswa, guru sebagai motor penggerak berjalannya pendidikan moral dan karakter di sekolah.

Peran guru dalam membangun hubungan dengan siswa untuk memberikan masukan moral, salah satunya melalui interaksi yang dibangun antara guru dan siswa.

Sedangkan menurut Koesoema pada tahun 2012 juga, seorang guru harus memperlakukan siswa dengan penuh cinta dan penuh hormat, menjadikan dirinya teladan yang baik agar dapat memperbaiki perilaku siswa yang tidak baik menjadi baik. Pendidikan moral dan karakter akan semakin efektif jika guru dapat berperan sebagai figur keteladanan bagi para siswa.[2]
[2]. Aiman Faiz dan Purwati, Op.Cit., hal. 316.

b. Teladan Moral dalam Perspektif Agama Islam

Guru sebagai panutan atau suri tauladan bagi anak didik atau siswa yang mana peserta didik akan mencontoh kepribadian guru baik itu kepribadian yang positif atau negatif, agar memiliki kepribadian yang baik dan mempunyai kepribadian yang luhur guru harus mencontoh qudwah hasanah dalam agama Islam yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Guru sebagai seorang pendidik harus mampu melihat kondisi psikologi siswa, karena seorang guru memiliki andil yang sangat besar dalam pembentukan moral siswa. Oleh karena itu, keteladanan, kepribadian dan kewibawaan yang dimiliki oleh guru akan memberikan dampak yang positif ataupun dampak yang negatifnya dalam pembentukan kepribadian dan watak anak. Hal ini sesuai dengan firman Allah ,

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baiknya manusia yang patut dijadikan suri tauladan bagi orang-orang yang mengharap rahmat dari Allah , maka sudah seharusnya guru memiliki kepribadian yang baik seperti apa yang ada pada diri Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam kegiatan belajar mengajar guru adalah orang pertama yang berinteraksi langsung dengan siswa, oleh karena itu tentu guru harus memberikan uswah hasanah (contoh yang baik) terhadap siswa. Positif dan negatifnya kepribadian guru dapat memberikan dampak secara signifikan terhadap siswa.[3] Oleh karena itu jika kita tinjau secara Islam maka peran guru terkait dengan pembentukan moral siswa sangat penting dan dijelaskan melalui berbagai dalil yang dapat dijadikan pedoman. Berikut adalah beberapa dalil-dalil yang mendukung peran guru dalam mendidik moral siswa dalam Islam:
[3]. Kandiri dan Arfandi, “Guru Sebagai Model dan Teladan Dalam Meningkatkan Moralitas Siswa”, Jurnal Studi Pendidikan dan Pedagogi Islam Universitas Ibrahimy, Vol. 6 No. 1 (Jul (dkk, 2024) (dkk A. S., 2021) (dkk N. M., 2024)i 2021), hal. 2.

1. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering kali menekankan pentingnya ilmu dan pendidikan. Beliau bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap Muslim”. (HR. Ibnu Majah No. 224)

Hal ini menunjukkan bahwa sebagai guru, tugasnya adalah menyebarkan ilmu yang benar dan juga membimbing siswa dalam memahami nilai-nilai moral dalam Islam.

2. Al-Qur'an juga menegaskan pentingnya mendidik generasi muda dalam hal moral, Allah  berfirman .

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim: 6)

Inti kandungan dalam surat ini yaitu sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim yang beriman menjaga keluarga dari segala bentuk penyelewengan yang bisa menjadi sebab masuknya ke Neraka.

3. Selain itu, guru dalam Islam diharapkan menjadi teladan yang baik bagi siswa. Dengan perilaku dan tindakan yang sesuai dengan ajaran Islam, guru dapat menginspirasi siswa untuk mengikuti jejaknya dalam berperilaku dan berakhlak karena salah satu tujuan diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan menjadi suri tauladan maka hendaknya guru dapat juga memberikan bagian dari peran penting untuk menanamkan akhlak yang mulia kepada siswa.

4. Guru juga diajarkan untuk membimbing siswa dalam berdoa dan mencari pertolongan dari Allah l senantiasa diberikan kekuatan dalam menjaga akhlak dan moral yang baik.

Dengan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai ini, seorang guru dalam Islam dapat memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk moral siswa sesuai dengan ajaran agama Islam.

c. Teladan Moral dari Salah Satu Pahlawan Pendidikan Indonesia

K.H. Dewantara atau lebih dikenal sebagai pendiri pendidikan Taman Siswa, meyakini bahwa seorang guru bukan sekadar pemegang pengetahuan dan pengajar, tetapi juga teladan moral bagi para muridnya. Menurut beliau, seorang guru yang baik harus memiliki integritas, kepribadian yang mulia dan kemampuan untuk menginspirasi serta membimbing siswa dengan teladan yang baik.

Dalam konsep pendidikan ala beliau, guru tidak hanya bertanggung jawab dalam menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga membentuk karakter dan moral siswa. Sebagai teladan, seorang guru diharapkan dapat menunjukkan sikap jujur, disiplin, hormat, tanggung jawab dan nilai-nilai luhur lainnya dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, beliau juga mengajarkan pentingnya kesetaraan dalam pendidikan, di mana guru tidak hanya mengajarkan kepada siswa, tetapi juga belajar dari mereka, sehingga tercipta hubungan yang saling menghormati dan membangun. Dengan memahami filosofi guru sebagai teladan moral menurut K.H. Dewantara, diharapkan setiap pendidik dapat menjadi panutan yang baik bagi generasi muda, membentuk karakter yang kuat, serta mendorong pertumbuhan tidak hanya secara intelektual, tetapi juga moral dan etika.

Sesuai dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam mendirikan lembaga pendidikan Ki Hadjar Dewantara mencetuskan konsep pendidikan yang dinamakan Trilogi Pendidikan yang terdiri dari Ing Ngarso Sung Tuladha (di depan memberikan teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah-tengah membangkitkan atau memberikan semangat) dan Tut Wuri Handayani (dari belakang memberi dorongan). Trilogi pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara tersebut erat kaitannya dengan sosok kepemimpinan kepala sekolah, guru sebagai sosok penting dalam pembentukan moral dan karakter siswa.[4]
[4]. Reksa Adya Pribadi, dkk, “Implementasi Konsep Ing Ngarso Sung Talado, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani Dalam Perspektif Kepemimpinan Kepala Sekolah”, Jurnal Transformasi Universitas Pendidikan Mandalika, Vol. 10 No. 1 (Maret 2024), hal. 60-65.

d. Teladan Moral dari Guru Pendidikan Agama Islam

Salah satu mata pelajaran yang memiliki andil yang sangat penting yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI) karena mata pelajaran tersebut mengajarkan moral sesuai dengan tuntunan agama Islam yang seutuhnya. Dalam agama akan mengajarkan tentang moral yang baik karena moral yang baik itu yang akan menjadi pijakan tanpa adanya unsur paksaan dari luar mengingat nilai moral itu sendiri terdapat dari keyakinan agama dan kesadaran diri sendiri.

Dalam lingkungan sekolah inilah pemahaman nilai-nilai agama Islam yang benar lahir dari proses pelatihan dan pembiasaan atau pembinaan moral dengan memberikan suri tauladan yang baik, kultum, sanksi serta sikap tegas dari seorang guru tersebut. Dalam pembinaan moral yang baik tidak didasarkan pada ajaran- ajaran yang sifatnya perintah atau larangan semata. Akan tetapi harus berdasarkan pada pemberian contoh yang baik dari seorang guru yang berada di lingkungan sekolah. Dengan demikian sangat urgen bagi seorang guru untuk memberikan bimbingan secara khusus agar siswa bisa memiliki moralitas yang baik salah satunya adalah dengan melalui pendidikan agama Islam. Hal inilah yang kemudian dijadikan sebuah alasan oleh penulis untuk memformasikan pembahasan pada peran dan tanggung jawab guru pendidikan agama Islam dalam peningkatan moral siswa.[5]
[5] Kandiri dan Arfandi, Op.Cit., hal. 2.

Oleh karena itu guru harus memiliki kepribadian yang baik di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Sebagai makhluk ciptaan Allah , seorang guru memiliki kewajiban untuk meningkatkan iman dan ketaqwaannya sesuai dengan agama Islam. Sebagaimana yang telah Allah ﷻ  firmankan:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS. Ali-Imran: 102)

2. Seorang guru memiliki keunggulan dibandingkan dengan orang lain, maka, perlu untuk mengembangkan rasa percaya diri dan mengakui bahwa ia memiliki potensi besar dalam bidang pendidikan dan mampu untuk menangani berbagai masalah yang dihadapinya.

3. Seorang guru selalu berinteraksi dengan komunitas yang berbeda dan harus beradaptasi dengan keunikan dari siswa dan masyarakatnya, oleh karena itu, guru perlu mengembangkan sikap toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan yang dia temui saat berinteraksi dengan siswa dan masyarakat.

4. Seorang guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam mendorong budaya berpikir kritis di masyarakat.

B. GURU SEBAGAI PEMBINA KARAKTER SISWA

Sudah disebutkan sebelumnya bahwa guru adalah sosok yang menjadi teladan bagi peserta didiknya dalam hal keilmuannya maupun kepribadiannya. Oleh karena itu seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu yang akan diajarkan dan mampu untuk mengajarkannya dengan baik, tetapi guru juga dituntut memiliki akhlak, karakter dan kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam. Guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang kompleks karena guru menjadi sumber inspirasi dan motivasi baik dalam pendidikan maupun karakter bagi peserta didik.

a. Guru Sebagai Pilar Utama Pembentukan Karakter

Karakter adalah suatu pembawaan individu berupa sifat, kepribadian, watak serta tingkah laku yang diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari. Muslich Masnur dalam bukunya menyatakan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, dan adat istiadat.

Menurut Agus Wibowo “pendidikan karakter adalah suatu pendidikan yang digunakan untuk menanamkan dan mengembangkan karakter kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur yang dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat”. Guru membantu dalam membentuk karakter siswa yang meliputi sikap religius, jujur, toleransi, demokratis, cinta tanah air, tidak mudah putus asa ataupun stres, dll. Oleh karena itu, pendidikan karakter sangat diperlukan pada lembaga pendidikan yang diintegrasikan ke seluruh aspek kehidupan sekolah, agar tercipta peserta didik berakhlakul karimah yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

Seorang guru diharapkan dapat memperlihatkan karakter yang mulia kepada peserta didik tidak hanya sebatas teori saja dan peserta didik mampu mempersonalisasikan akhlakul karimah atau karakter yang sesuai dengan nilai moral Pancasila dan ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Karakter siswa tidak bisa dilepaskan dari kemampuan guru untuk menumbuhkan kepercayaan kepada siswa sehingga siswa mengerti mana yang bermanfaat dan mana yang merugikan dirinya. Ada beberapa hal sederhana tetapi sangat penting untuk dilakukan seorang guru dalam membina karakter siswanya, di antaranya :

1. Menjadi contoh bagi siswa

Siswa akan mencontoh gurunya dalam bersikap dan berperilaku, hal ini menuntut guru harus pandai dalam menjaga sikap dan perilaku guna memberikan contoh terbaik.

2. Menjadi Apresiator

Sebagai pengajar, menilai siswa dari segi akademis memang penting, namun juga perlu diingat bahwa menghargai dan mengapresiasi atas kebaikan yang dilakukan siswa juga sangat perlu.

3. Menanamkan nilai moral/karakter yang baik pada setiap pelajaran

Alangkah baiknya seorang guru menyisipkan nilai moral yang bisa dijadikan pelajaran akan kehidupan pada materi yang diajarkan.

4. Bersikap jujur dan terbuka pada kesalahan

Guru harus berani mengakui kesalahan dan meminta maaf, misalnya datang terlambat atau salah dalam melakukan koreksi jawaban siswa.

5. Mengajarkan sopan santun

Mungkin terdengar sederhana, tetapi ini merupakan hal penting yang layak diajarkan kepada siswa untuk menjaga adab dan mengetahui mana yang benar dan salah.

6. Memberi kesempatan siswa belajar menjadi pemimpin

Saat ini, mempunyai karakter memimpin merupakan hal yang krusial untuk dimiliki. Oleh karena itu, ada baiknya guru juga bisa membantu siswa untuk melatih jiwa kepemimpinan mereka.

7. Berbagi pengalaman inspiratif

Tidak ada salahnya, sesekali menceritakan pengalaman personal yang dimiliki guru untuk dibagikan kepada para siswa. Tidak harus cerita yang hebat untuk menginspirasi, sekecil apa pun pengalaman yang diceritakan tetap bisa menjadi pembelajaran yang berguna untuk para siswa.[6]
[6]. Azka Salmaa Salsabilah, dkk, “Peran Guru Dalam Mewujudkan Pendidikan Karakter”, Jurnal Pendidikan Tambusai Universitas Pendidikan Indonesia, Vol. 5 No. 3 (2021), hal. 7167-7168.


b. Tahapan Pembentukan Karakter

Menurut Ratna Megawangi setidaknya ada sembilan karakter yang harus ditumbuhkan dalam diri siswa, yaitu:

1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaannya.

2. Kemandirian dan tanggung jawab.

3. Kejujuran/amanah dan bijaksana.

4. Hormat dan santun.

5. Dermawan suka menolong dan gotong royong.

6. Percaya diri, kreatif dan pekerja keras.

7. Kepemimpinan dan keadilan.

8. Baik dan rendah hati.

9. Toleransi.

Kesembilan karakter tersebut diajarkan dalam tiga tahapan, yakni:

1. Moral Knowing

Memahamkan dengan baik kepada siswa tentang arti kebaikan.

2. Moral Feeling

Menumbuhkan kecintaan berperilaku baik pada siswa yang akan menjadi sumber energi untuk berperilaku baik, sebagai bentuk penguatan emosi dan kesadaran jati diri sebagai manusia yang berkarakter.

3. Moral Action

Bagaimana membuat pengetahuan moral menjadi tindakan nyata sebagai hasil dari dua tahapan sebelumnya dan harus dilakukan berulang-ulang agar menjadi moral behavior.[7]
[7]. Nurul Musfirah, dkk, “Guru Sebagai Pilar Utama Pembentukan Karakter”, Jurnal Ilmiah Multidisiplin Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Vol. 2 No. 6 (Juli 2024), hal. 483.

Begitu pula dalam Islam tahapan-tahapan pendidikan karakter dimulai dari usia sedini mungkin dan terbagi dalam beberapa fase, sebagaimana hadist

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:

مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ ،
وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

"Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun! Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat)! Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)!". (HR. Abu Dawud No. 495)

Berdasarkan hadist tersebut maka pendidikan karakter harus disesuaikan dengan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, sebagaimana berikut ini:

1. Tauhid (Usia 0 – 4 Tahun)

Hal ini berdasarkan hadist Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:

حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ
 
Telah menceritakan kepada kami [Adam] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Dza'bi] dari [Az Zuhriy] dari [Abu Salamah bin 'Abdurrahman] dari [Abu Hurairah a] berkata; Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?”. (HR. Bukhari No.1296)

Oleh karena itu pada saat bayi lahir sangat penting untuk memperdengarkan kalimat-kalimat tauhid ini dalam rangka tetap menjaga ketauhidan, sampai bayi menginjak usia 2 tahun sudah diberi kemampuan untuk berbicara, maka kata-kata yang akan keluar dari mulutnya adalah kata-kata tauhid/kalimat thayyibah sebagaimana yang sering diperdengarkan kepadanya. Kemudian kita tanamkan dasar-dasar tauhid dalam usia balita ini.

2. Adab (Usia 5-6 Tahun)

Pada fase ini anak dididik budi pekerti, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter jujur (tidak berbohong), mengenal yang baik-buruk, benar-salah, halal-haram, yang diperintahkan dan yang dilarang. Sebagaimana hadist Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam  berikut ini:

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَهَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا قَالَ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ فِي رِوَايَتِهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] dan [Hannad Bin As-Sari] keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Abu Al-Ahwash] dari [Manshur] dari [Abu Wail dari 'Abdullah bin Mas'ud] dia berkata: Rasulullah n bersabda: “Sesungguhnya kejujuran itu adalah kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Dan sesungguhnya dusta itu adalah kejahatan. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan menggiring ke neraka. Seseorang yang memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah”. Ibnu Abu Syaibah berkata dalam meriwayatkan hadits. (HR Muslim No.4720).

3. Tanggung Jawab (7-10 Tahun)

Berdasarkan hadits sebelumnya tentang perintah shalat pada usia tujuh tahun menggambarkan bahwa pada fase ini anak dididik untuk bertanggung jawab. Jika perintah shalat itu tidak dikerjakan maka akan mendapat sanksi yaitu dipukul (pada usia sepuluh tahun).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sekolah memiliki peran besar dalam mendidik moral siswanya, tentu peran guru menjadi faktor utama dalam penyelenggaraan ini. Masukan moral yang diberikan guru dapat dibangun melalui interaksi yang dibangun antara guru dan siswa maupun sebaliknya, hal ini ditinjau dari pendapat Lickona di tahun 2012. Sedangkan menurut Koesoema di tahun yang sama, peran guru itu memberikan keteladanan dengan figur yang positif, hal inilah yang menjadi pengaruh keberhasilan moral untuk siswa.

Salah satu tokoh pahlawan pendidikan di Indonesia Ki Hadjar Dewantara dengan julukan bapak pendidikan Indonesia karena atas jasanya mendirikan sekolah dengan nama “Taman Siswa”, mengemukakan bahwa guru yang baik itu harus memiliki integritas, kepribadian yang mulia dan kemampuan untuk menginspirasi serta membimbing siswa dengan teladan yang baik. Guru harus menunjukkan sikap jujur, disiplin, hormat, tanggung jawab dan nilai-nilai luhur lainnya dalam kehidupan sehari-hari.

Jauh sebelum datangnya penjajah dan agama Islam ke Indonesia, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan tokoh yang paling utama dan nomor satu untuk dijadikan teladan dari segi apa pun, baik dari ketaqwaan beliau terhadap Allah  semata, keilmuan beliau, adab dan akhlak beliau, kedisiplinan beliau dan semisalnya, hal ini juga dibuktikan dengan adanya dalil Al-Qur'an Surat Al-Ahzab ayat 21 seperti yang telah ditulis di pembahasan bahwa “Beliau sebaik-baiknya suri tauladan bagi orang yang mengharapkan rahmat dari Allah ”. Bukan hanya itu saja masih banyak lagi pernyataan-pernyataan dan contoh dari Al-Qur'an ataupun hadits yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, namun satu dalil saja sudah cukup membuktikan bahwa beliau betul-betul manusia yang patut dijadikan teladan untuk kita selaku umat Islam.

Semua guru wajib memerhatikan kompetensi “guru menjadi tauladan”, terutama di sekolah-sekolah yang memiliki mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, guru tersebut harus menjadi suri tauladan di garis depan. Guru harus bisa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah  semata, guru harus bisa mengembangkan kepercayaan diri siswa, guru juga harus bisa berinteraksi dengan komunitas yang berbeda dan seorang guru juga dituntut untuk menjadi fasilitator dalam budaya berpikir kritis di masyarakat, karena guru sendiri memiliki keunggulan yang beda dengan profesi lain.

Bukan hanya menjadi suri tauladan dalam pembinaan perkembangan karakteristik siswa, guru pun harus menjadi apresiator, selalu bersikap jujur dan terbuka, selalu menanamkan nilai moral dalam pelajaran, mengajarkan sopan santun kepada siswa, melatih siswa untuk menjadi seorang pemimpin serta bisa berbagi pengalaman inspiratif untuk meningkatkan karakteristik yang baik terhadap siswa. Dari Ratna Megawangi setidaknya ada sembilan karakter yang harus ditumbuhkan dalam diri siswa yaitu, cinta tuhan dan segenap ciptaannya, kemandirian dan tanggung jawab, kejujuran atau amanah dan bijaksana, hormat dan santun. Dermawan, suka menolong dan gotong royong, percaya diri, kreatif dan pekerja keras, kepemimpinan dan keadilan serta baik dan rendah hati.

B. Kritik dan Saran

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, guru itu sebagai teladan moral dan pembina karakteristik siswa sebagai wujud dari tanggung jawab dan komitmen seorang guru. Meskipun dalam makalah ini penyusun berusaha memberikan gambaran komprehensif seperti apa teladan moral dan pembinaan karakter siswa oleh seorang guru, tetapi beberapa bagian tidak memberikan informasi rinci dan juga penulisan materi yang masih bersifat umum tidak tertata rapi yang membentuk kesatuan yang jelas.

Untuk itu, demi meningkatkan kualitas makalah ini, direkomendasikan juga untuk memberikan studi kasus nyata atau contoh lebih banyak yang ada di dalam Al-Qur’an maupun hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  yang dapat diterapkan dalam lingkungan dan jenjang pendidikan yang berbeda. Selain itu, penulis juga hendaknya memasukkan contoh-contoh fenomena yang terjadi di masyarakat akan krisis moral dan karakter karena kurangnya kualitas pengajaran yang diberikan atau faktor lain yang memengaruhi adanya krisis tersebut.

Maka, makalah ini dapat menjadi referensi yang lebih berguna bagi guru dan lembaga untuk memahami dan menerapkan langkah-langkah atau contoh teladan moral dan pembinaan karakteristik siswa yang dapat dilakukan dari Al-Qur’an maupun hadits serta solusi dari kasus yang nyata, supaya tujuan pembelajaran yang sebenarnya dapat tercapai dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'an. (t.thn.).

Arfandi, K. d. (2021, Juli). Guru Sebagai Model dan Teladan dalam Meningkatkan Moralitas Siswa. Jurnal Studi Pendidikan dan Pedagogi Islam, Vol. 6 No. 1.

dkk, A. S. (2021, Oktober). Peran Guru Dalam Mewujudkan Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol. 5 No. 3.

dkk, N. M. (2024, Juli). Guru Sebagai Pilar Utama Pembentukan Karakter. Jurnal Ilmiah Multidisiplin, Vol. 2 No. 6.

dkk, R. A. (2024, Maret). Implementasi Konsep Ing Ngarso Sung Talado, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani Dalam Perspektif Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jurnal Transformasi, Vol. 10 No. 1.

Purwati, A. F. (2022, Mei). Peran Guru dalam Pendidikan Moral dan Karakter. Jurnal Education and Development, Vol. 10 No. 2.