Jumat, 27 September 2024

Pendekatan Manajemen Kelas

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pengembangan Mata Kuliah Manajemen Kelas
Dosen Pengampu: Ustadz Aldila, M.Pd
Disusun Oleh Kelompok 1 Prodi PAI :
1. Muhammad Sholih Fauzan NIM. 218620862
2. Arip Septiawan NIM. 21862052
3. Jefri Irsan NIM. 21862058
4. Muhammad Faiz Tholib NIM. 218620121
5. Muhammad Nawaf Bahanan NIM. 023210080
6. Rama Hidayat NIM. 218620107
7. Aldi Okta Riza Saputra NIM. 228620054
8. Muhammad Syamsu Nashrullah NIM. 228620095
9. Farhan Assalam NIM. 228620069
10. Juanda Azwansyah NIM. 228620084

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Pendekatan Manajemen Kelas". Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Manajemen Kelas yang diampu oleh Ustadz Aldila, M.Pd. hafidzahullah.

Dalam makalah ini, penyusun akan membahas tentang Pendekatan Manajemen Kelas, yang mana ini merupakan satu dari sekian aspek penting dalam dunia pendidikan, khususnya dalam konteks pembelajaran di kelas.

Manajemen kelas sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa ia tidak terbatas pada aspek material resourcess semata berupa ruangan dan peralatan atau perlengkapan yang ada didalamnya. Akan tetapi, ia juga menitikberatkan pada pengelolaan interaksi sosial, pengembangan karakter peserta didik dan menciptakan kondusifitas dalam pembelajaran.

Penyusun berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi mahasiswa Pendidikan Agama Islam, serta menjadi referensi dalam praktik manajemen kelas yang lebih baik. Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan dan keberkahan dalam setiap usaha kita untuk mencerdaskan generasi penerus ummat.

Akhir kata, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Aldila, M.Pd. hafidzahullah yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Bekasi, 27 September 2024

Tim Penyusun
Kelompok 1 Prodi PAI 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB 1 PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang.
1.2 Rumusan Masalah.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1.4 Metodologi penelitian.
BAB II PEMBAHASAN.
2.1 Pengertian Pendekatan Manajemen Kelas.
2.2 Macam-macam Pendekatan Manajemen Kelas.
2.3 Pengaruhnya terhadap Efektivitas Pembelajaran.
BAB III PENUTUP.
3.1 Kesimpulan.
3.2 Kritik dan saran.
DAFTAR PUSTAKA.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Conny Setiawan (2006 : 173) menyebutkan “Masalah yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang sering didiskusikan oleh penulis professional dan pengajar adalah juga pengelolaan kelas”[1].
[1] Suardi M., “Urgensi Pengelolaan Kelas Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di SMA Negeri 15 Bulukumba”, Jurnal Pendidikan, Vol.1 (2023), Hal. 59.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah disebutkan bahwa pengelolaan kelas termasuk pada strategi pembelajaran sebagaimana yang dimaksud pembelajaran interaktif dan inspiratif yaitu menggunakan pendekatan, strategi, model dan metode yang tertuju pada karakteristik merupakan cara pandang guru yang digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan. Pengelolaan kelas tidak hanya mengacu pada segi fisik saja seperti kondisi ruang kelas dan fasilitasnya, tetapi juga segi emosional dan intelektual peserta didik (Widiasworo, 2018).[2]
[2] Wahyu Widhi Setyawan dan Hidar Amarudin, “Pengaruh Pengelolaan Kelas Melalui Pendekatan Manajerial Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas III di SD NU Sleman”, Sangkalemo: The Elementary School Teacher Education Jurnal Vol.2 No.2 (2023), Hal 42.

Tantangan dalam manajemen kelas semakin kompleks dengan adanya keragaman karakteristik siswa, baik dari segi latar belakang sosial, budaya, maupun kemampuan akademik. Oleh karena itu, pendekatan manajemen kelas yang efektif dan adaptif sangat diperlukan untuk menjawab tantangan tersebut. Pendekatan ini harus mempertimbangkan nilai-nilai Islam sebagai landasan moral dan etika dalam proses pembelajaran.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu pendekatan manajemen kelas?
2. Apa saja macam-macam Pendekatan Manajemen Kelas?
3. Bagaimana Pengaruhnya terhadap Efektivitas Pembelajaran?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Memahami tentang apa itu Pendekatan Manajemen Kelas.
2. Memahami berbagai Pendekatan Manajemen Kelas
3. Menganalisis pengaruh Pendekatan Manajemen Kelas terhadap efektivitas pembelajaran

1.4. Metodologi penelitian

Metodologi penyusunan makalah ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Data dikumpulkan melalui analisis dokumen dari berbagai sumber, termasuk jurnal Pendidikan dan buku elektronik yang relevan dengan topik dan dengan beberapa perubahan penulisan yang insya Allah bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Manajemen Kelas

Istilah pendekatan berasal dari bahasa inggris ”approach” yang memiliki beberapa arti diantaranya diartikan dengan ’pendekatan’. Dalam dunia pembelajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of beginning something yang artinya adalah cara memulai sesuatu. Karena itu, istilah pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran.

Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu, keyakinan yang tidak selalu mudah membuktikannya.[3]
[3] Rahmaini, “Pendekatan Asesmen Pembelajaran Bahasa Arab”, ITTIHAD, Vol.1 No.1 (2017), Hal.87.

Sementara itu, manajemen kelas telah kita ketahui bersama pada pertemuan sebelumnya dari pendapat berbagai ahli bahwa bisa kita simpulkan ia adalah suatu Upaya yang dilakukan oleh guru sebagai manajer kelas dalam mengelola siswa atau peserta didik yang berada didalam ruangan kelas yang dilakukan untuk merancang atau mendesain sehingga mampu menciptakan dan juga mempertahankan suasana kelas yang menyenangkan, serta menimbulkan motivasi belajar untuk siswa atau peserta didik guna mendukung tercapainya tujuan pembelajaran secara efektiv.

Sebagai pekerja profesional, seorang guru atau tenaga pendidik harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaannya ia harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk menangani sesuatu kasus manajemen kelas merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan sesuatu pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu tidak dimaksudkan mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap kali ia menangani kasus manajemen kelas. Sebaliknya, keprofesionalan cara kerja seorang guru adalah demikian, sehingga apabila alternatif tindakannya yang pertama tidak memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ia masih mampu melakukan analisis ulang terhadap situasi, untuk kemudian tiba pada alternatif pendekatan yang kedua, dan seterusnya (Abu Ahmadi, Ahmad Rohani, 1991 :142)[4]
[4] Afriza, S.Ag., M.Pd., Manajemen Kelas, (Pekanbaru: Kreasi Edukasi, 2014), 29.

Di dalam uraian ini akan dikemukakan berbagai macam pendekatan manajemen kelas yang diharapkan mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran secara efektiv yang bisa digunakan oleh guru atau tenaga pendidik.

2.2. Macam-macam Pendekatan Manajemen Kelas

1. Pendekatan Managerial

Pendekatan Managerial atau lebih umum dengan istilah pendekatan manajemen adalah sebuah pendekatan yang bersifat sistematis, karena pengelolaannya yang teratur dalam melibatkan unsur-unsur yang terpadu didalam proses pembelajaran.Manajemen kelas merupakan salah satu kegiatan yang perlu dipersiapkan sedemikian rupa untuk mendukung pembelajaran aktif. Dalam buku Pendekatan Keterampilan Proses, Prof. Dr. Cony Semiawan, dkk. Membagi manajemen kelas menjadi tiga bagian, yaitu:

(1) Pengaturan kelas

Tugas utama guru adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi belajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Untuk itu guru seyogyanya memiliki kemampuan untuk melakukan interaksi belajar mengajar yang baik. Salah satu kemampuan yang sangat penting adalah kemampuan mengatur kelas. Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam pembelajaran, diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai. Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif, yang meliputi:

(2) Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan pangkal tolak keberhasilan dalam mengajar. Makin jelas rumusan tujuan, makin mudah menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan belajar siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar siswa di bawah bimbingan guru.

(3) Pengaturan penggunaan waktu yang tersedia

Waktu yang tersedia dalam jadwal untuk setiap pelajaran, untuk setiap caturwulan, dan untuk satutahun pelajaran yang sangat terbatas. Karena itu diperlukan pengaturan waktu yang yang tersedia.Melalui pengaturan waktu yang tersedia, diharapkan siswa dapat melakukan berbagai kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(4) pengaturan ruang dan perabot pelajaran di kelas

Agar tercipta suasana yang menyenangkan dan menggairahkan dalam belajar, perlu diperhatikan pengaturan ruang belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan siswa duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar,Dalam pengaturan ruang belajar, beberapa hal yang berikut perlu diperhatikan:

1. Ukuran dan bentuk kelas.

2. Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa.

3. Jumlah siswa di dalam kelas.

4. Jumlah siswa di dalam setiap kelompok.

5. Jumlah kelompok di dalam kelas.

6. Komposisi siswa dalam kelompok (siswa pandai dengan siswa kurang pandai, pria dengan wanita).

(5) Pengelompokan dalam belajar.

Dalam belajar, siswa melakukan berbagai kegiatan belajar. kegiatan belajar siswa disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa. Ada siswa yang dapat belajar sendiri dan ada pula yang dapat belajar secara berkelompok. Oleh karena itu perlu pengelompokan belajar. di dalam penyusunan anggota kelompok, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Kegiatan belajar apa yang akan dilaksanakan (individual, berpasangan, kelompok atau klasikal)?

2. Siapa yang menyusun anggota kelompok (guru, siswa, atau guru dan siswa)

3. Atas dasar apa kelompok itu selalu tetap atau berubah-ubah sesuai kebutuhan siswa dalam belajar?

2) pengelompokan siswa melayani kegiatan belajar mengajar

Untuk mewujudkan suasana belajar di mana siswa menjadi pusat kegiatan belajar, perlu organisasi kelas yang luwes. Bangku, kursi, dan alat-alat lainnya mudah dipindahkan untuk kepentingan bekerja kelompok. Ruangan kelas dan segala fasilitas yang disediakan perlu diatur untuk melayani kegiatan belajar. penempatan papan tulis tidak harus menetap di suatu tempat. Fasilitas kelas hendaknya dapat melayani pemajangan hasil-hasil pekerjaan kelas.

Dalam melayani kegiatan belajar aktif, pengelompokan siswa mempunyai arti tersendiri. Jadi dibedakan dari pengelompokan yang sederhana sampai yang kompleks, maka pengelompokan siswa dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu:

1. pengelompokan menurut “kesenangan berkawan”,

2. pengelompokan menurut kemampuan,

3. pengelompokan menurut minat.

3) tutor sebaya (Cony Semiawan, dkk, 1987: 71).

Tutor sebaya, siswa befungsi sebagai guru di negara maju, percobaan menggunakan siswa sebagai guru atau tutor sebaya telah berlangsung dan menunjukkan keberhasilan. Di Indonesia sedang dicobakan. Dasar pemikirannya adalah siswa yang pandai dapat memberikan bantuan kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada teman sekelasnya di sekolah atau kepada teman sekelasnya di luar sekolah (AchmadSapari, Supriono S, 2001: 24-26).

2. Pendekatan Psikologikal

Pendekatan manajemen kelas berdasarkan perubahan tingkah laku bertolak dari sudut pandang psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi sebagai berikut :

a. Semua tingkah laku yang baik dari yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.

b. Dalam proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental berupa penguat positif (positive reinforcement), hukuman (Punishment), penghapusan (extinction) dan penguat negatif (negatif reinforcement).Asumsi pertama mengharuskan guru kelas berusaha menyusun program kelas dan suasana yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang memungkinkan siswa mewujudkan tingkah laku murut norma yang berlaku di lingkungan sekitar. Asumsi kedua menunjukkan bahwa ada empat proses yang perlu diperhitungkan dalam belajar bagi semua orang pada segala tingkatan umur dan dalam segala keadaan (situasi). Proses belajar itu sebagian atau seluruhnya dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan. Dengan demikian tugas guru ialah menguasai dan menerapkan keempat proses yang telah terbukti merupakan pengontrol tingkah laku manusia, yaitu:

(1). Penguatan positif (positive reinforcement)

Dalam kegiatan belajar mengajar, penghargaan (penguat positif) mempunyai arti penting. Tingkah laku dan penampilan siswa yang baik, diberi penghargaan dalam bentuk senyuman atau pun kata-kata pujian yang merupakan penguat terhadap tingkah laku dan penampilan siswa.Penguat adalah respons terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulang kembali tingkah laku tersebut. Adapun komponen-komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh guru agar ia dapat memberikan penguat secara bijaksana adalah sebagai berikut :

a. Penguat verbal yaitu penguat berupa kata-kata pujian,pengakuan, dorongan yang dipergunakan untuk menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa.

b. Penguat non verbal yaitu penguat berupa mimik dan gerakan badan, penguat dengan cara mendekati,penguat dengan bentukan, penguat dengan kegiatanyang menyenangkan dan penguat brupa simbol atau benda.

Penguat berupa mimik dan gerakan-gerakan badan seperti acungan ibu jari, anggukan, senyuman, kadangkadang dilaksanakan bersama-sama dengan penguat verbal. Misalnya ketika guru memberikan penguat verbal “bagus sekali” kepada seorang siswa, pada saat itu juga guru mengacungkan jempolnya ke arah siswa itu. Namun demikian, penguat non verbal ini tidak harus selalu dilaksanakan pada saat yang sama dengan penguat verbal. Penguat dengan cara mendekati ialah mendekatnya guru kepada siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap pekerjaan, tingkah laku atau penampilan siswa.

Cara tersebut dapat dilaksanakan antara lain dengan cara duduk dekat seorang atau kelompok siswa, berdiri disamping siswa, berjalan disisi siswa, dan sebagainya. Penguat dengan sentuhan dapat dilaksanakan guru dengan menyatakan persetujuan dan penghargaannya terhadap usaha atau penampilan siswa dengan menepuk bahu atau menjabat tangan siswa. Penggunaan jenis penguat ini harus dipertimbangkan dengan seksama, agar sesuai dengan jenis kelamin siswa, umur siswa dan latar belakang kebudayaan setempat. Penguat berupa menepuk bahu siswa misalnya, mungkin tidak tepat dilakukan guru laki-laki kepada siswa perempuan atau sebaliknya. Selain komponen-komponen pemberian penguat tersebut diatas, ada beberapa prinsip yang melandasi penggunaan penguat yaitu:

1. Kehangatan dan keantusiasan

2. Kebermaknaan

3. Menghindari penggunan respons yang negatif

Dalam memberikan penguat, guru patut menampakkan kehangatan dan keantusiasan. Gaya dan sikap guru termasuk mimik, suara dan gerakan badan, akan menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguat. Siswa perlu memahami hubungan antara tingkah laku dan penampilannya dengan penguat yang diberikan kepadanya. Ia harus dapat mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguat itu karena sesuai dengan tingkah laku dan penampilannya.

Dengan demikian penguat itu bermakna baginya. Walaupun teguran dan hukuman tetap dapat digunakan untuk mengontrol dan membina tingkah laku siswa, tetapi respons negatif yang diberikan guru berupa komentar bernada menghina atau ejekan yang kasar perlu dihindari, karena akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan dirinya. Karena iitu bila siswa tidak memberikan jaaban yang diharapkan, janganlah guru langsung menyalahkannya, tetapi memindahkan giliran menjawab oleh siswa lain. Jika pertanya tersebut terjawab oleh siswa lain, siswa yang tidak dapat menjawabtadi dapat menyadari kesalahannya.

Dengan demikian guru menghindari pemberian respons negatif, sambil tetap berusaha dengan bijaksana memberikan balikan kepada siswa yang membutuhkan bantuan guru.

(2). Hukuman

Dalam mempergunakan hukuman sebagai suatu upaya pendidikan, guru harus mengenali dan memahami keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman. Beberapa keuntungannya adalah:

a. Hukuman dapat menghentikan dengan segera tingkah laku siswa yang menyimpang dan dapat mencegah berulangnya kembali tingkah laku itu dalam waktu yang cukup lama.

b. Hukuman berfungsi sebagai pemberi petunjuk kepada siswa dengan kenyataan bahwa siswa dibantu untuk segera mengetahui tingkah laku mana yang dapat diterima.

c. Hukuman berfungsi sebagai pembelajaran bagi siswa-siswi lain dengan kenyataan bahwa hukuman itu mungkin mengurangi kemungkinan siswa-siswi lain meniru tingkah laku yang mendapat hukuman itu,Beberapa kerugian penggunaan hukuman meliputi:

1. Hukuman dapat ditafsirkan salah.

2. Hukuman dapat menyebabkan siswa yang bersangkutan menarik diri sama sekali.

3. Hukuman dapat menyebabkan siswa agresif.

4. Hukuman dapat mempengaruhi kejiwaan siswa yang berangkutan.

Dalam menghukum, guru hendaklah berpedoman pada “punitur, qunia peccatum est” (dihukum karena telah bersalah) dan “punitur no peccatum” (dihukum agar tidak lagi berbuat kesalahan) Namun guru harus menyadari bahwa hukuman tidak boleh diberikan sebagai pembalasan dendam, tidak diberikan dalam keadaan marah dan hukuman itu akan memberikan efek yang positif terhadap perubahan tingkah laku siswa. Selain dari itu, dalam melaksanakan hukuman guru harus memperhatikan beberapa faktor sebagai berikut :

a. Hubungan sosial antara guru dan siswa sangat menentukan akibat-akibat dari hukuman.

b. Hukuman harus dilaksanakan berbeda-beda sesuai dengan jenis kelamin dan kepribadian siswa masing-masing.

c. Hukuman itu hendaknya ada sangkut-pautnya dengan pelanggaran.

d. Guru hendaknya berusaha mengadakan penilaian terhadap pandangan siswa-siswi mengenai hukuman yang dijatuhkannya.

e. Dalam memberikan hukuman hendaknya ditinjau dari seluruh situasi kegiatan belajar mengajar.

(3). Penghapusan (extinction) dan penundaan (time out)

Penghapusan adalah menahan (tidak lagi memberikan) ganjaran yang diharapkan akan diberikan seperti yang sudah-sudah (menahan pemberian penguat positif). Penghapusan ini menghasilkan penurunan frekuensi tingkah laku yang semula mendapat penguat. Penundaan (time out) merupakan tindakan tidak jadi memberikan ganjaran atau mengecualikan pemberian ganjaran untuk siswa tertentu.

Penundaan seperti ini menurunkan frekuensi penguat dan menurunkan frekuensi tingkah laku siswa. Misalnya, para siswa di kelas Ibu Fatimah (guru Bahasa Inggris) yakin baha guru mereka itu akan menyelenggarakan permainan kata-kata (word game) jika para sisa mengerjakan tugas dengan baik. Permainan ini digemari oleh para siswa. Ternyata siswa-siswi memang mengerjakan tugas dengan baik kecuali Totok. Ibu fatimah mengatakan pada Totok tidak diperkenankan ikut serta dalam permainan itu dan duduk sendiri dari kelompoknya (mengecualikan pemberian ganjaran untuk siswa tertentu). Selanjutnya, Totok mengerjakan tugas-tugas dengan lebih baik.

(4). Penguat negatif (Negative Reinforcement)

Penguat negatif adalah peniadaan perangsang yang tidak mengenakkan (hukuman) setelah ditampilkannya suatu tingkah laku yang mengakibatkan menurunnya frekuensi tingkah laku yang dimaksud. Peniadaan hukuman itu memperkuat tingkah laku yang ditampilkan dan meningkatkan kecenderungan diulanginya tingkah laku tersebut. Misalnya, Neneng adalah salah seorang siswa yang terus-menerus menyerahkan kepada guru laporan yang ditulis tidak rapi. Meskipun guru terus-menerus menegur dan memarahinya, laporam-laporan nenenng itu tetap tidak lebih baik. Pada suatu ketika Neneng menyerahkan laporan agak rapi, guru menerima laporan Neneng itu tanpa komentar dan tanpa teguran (marah) yang selama ini ditempakan kepadanya (peniadaan hukuman). Selanjutnya, laporan neneng menjadi lebih rapi (frekuensi tingkah laku meningkat (Mulyadi..2009 :35-45) Dalam pendekatan psikologikal selain dari buku Mulyadi yang berjudul Classroom Management. Penjelasan yang di jelaskan tidak jauh dari yang sudah dijelaskan di atas, ini adalah sebagai penambahan pengetahuan kepada kita, bahwa pendekatan psikologikal sangat penting dalam manajemen kelas yang harus diketahui oleh seorang guru, penjelasannya adalah sebagai berikut:

3. Behaviour-Modification Approach

Pendekatan ini bertolak dari psikologi behaviral yang mengemukakan asumsi bahwa : - Semua tingkah laku, yang “baik” maupun “yang kurang baik” merupakan hasil proses belajar -Ada sejumlah proses psikologi yang fundamental yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud, adapun proses psikologi yang dimaksud adalah penguatan positif (positive reinforcement), hukuman, penghapusan (extinction), dan penguatan negative (negative reinforcement) Penguatan ini sendiri ada dua macam, yaitu penguatan primer (primary or unconditioned reinforcers yang menjadi penguat sebagai hasil proses belajar), dan penguatan sekunder (secondary or conditioned reinforcers yang menjadi penguat sebagai hasil dari proses belajar). Hukuman merupakan sarana manajemen kelas yang kontroversial. Sebagian menganggap bahwa hukuman merupakan alat yang efektif untuk dengan segera menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki di samping sekaligus bisa merupakan suri tauladan bagi murid lain secara tegas mendefinisikan tingkah laku yang tidak dikehendaki, akan tetapi akibat sampingan bisa serius.

Misalnya, hubungan pribadi antara guru (penghukum) dan murid (terhukum) dapat terganggu murid terhukum dan mungkin juga yang lain mungkin menggeneralisasikan tingkah laku yang dihukum, misalnya murid kapok mengemukakan pendapat: atau murid yang dihukum justru menjadi “pahlawan” dimata kawan-kawannya.

4. Socio – Emotional-Climate Approach

Dengan berlandaskan Psikologi Klinis dan Konseling, pendekatan manajemen kelas ini mengasumsikan bahwa:

a. Proses belajar mengajar yang efektif mempersyaratkan iklim sosio-personal yang baik dalam arti terdapat hubungan inter-personal yang baik antar guru murid dan antar murid.

b. Guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik.

Carls A. Rogers menekankan pentingnya guru bersikap tulus di hadapan murid (roalness, genueness and congruence); menerima dan menghadapi murid sebagai manusia (acceptance, prizing, caring, and trust); dan mengerti murid dari sudut pandangan murid sendiri (emphatio understanding). Selanjutnya Halm C. Ginott mengaggap sangat penting kemampuan guru melakukan komunikasi yang efektif dengan murid dalam arti dalam mengusahakan pemecahan masala, guru membicarakan situasi, dan bukan pribadi pelaku pelanggaran. Dengan perkataan lain, William Glasser memusatkan perhatiannya pada pentingnya guru membina rasa tanggung jawab sosial dan harga diri murid dengan cara setiap kali mengarahkan murid untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi (Hadari Nawawi, 1989 :140-142).

5. Group-Processess Approach

Pendekatan ini didasarkan pada Psikologi Sosial dan Dinamika Kelompok. Oleh karena itu maka asumsi pokoknya adalah :

a. Pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam kontek kelompok social

b. Tugas guru yang terutama dalam manamejen kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.

6. Eclectic Approach

Apabila dianalisa ketiga pendekatan yang telah diuraikan di muka adalah ibarat sudut pandangan yang berbeda-beda terhadap obyek yang sama. Oleh karena itu maka seorang guru seyogyanya :

1. menguasai pendekatan manajemen kelas yang potensional, dalam hal ini pendekatan perubahan tingkah laku. Penciptaan Iklim Sosio- Emosional dan proses Kelompok; dan

2. dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah manajemen kelas. Pada gilirannya kemampuan guru memilih strategi manajemen kelas yang tepat sangat terganting pada kemampuannya menganalisis masalah manajemen kelas yang dihadapinya.

Pendekatan perubahan tingkah laku dipilih bila tujuan tindakan pengelolaan yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah laku murid yang baik dan/atau menghilangkan tingkah laku murid yang kurang baik; pendekatan Penciptaan Iklim Sosio-Emosional dipergunakan apabila sasarn tindakan pengelolaan adalah peningkatan hubungan antar pribadi guru murid dan antar murid, sedangkan pendekatan Proses Kelompok dianut bila seorang guru ingin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif (Abu Ahmadi, Ahmad Rohani, 1991 :148)

7. Pendekatan Sistem

Pada dasarnya proses pembelajaran terkait dengan berbagai komponen yang sangat kompleks. Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, media, siswa, guru dan komponen lainnya. Masing-masing komponen tersebut saling terkait sebagau suatu sistem. Oleh sebab itu, penyusunan perencanaan pembelajaran perlu didasarkan pada pendekatan sistem. Sistem berarti gabungan dari beberapa komponen sebagai satu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan. Suatu sistem dapat menjadi supra atau subsistem dari sistem lainnya. Supra sistem adalah suatu sistem yang berada di atasnya. Sedangkan subsistem adalah sistem yang berada dalam sistem.

Misalnya, sistem pembelajaran dapat menjadi supra dari sistem metode metode pembelajaran dan dapat menjadi su sistem dari sistem sekolah. Suatu sistem merupakan keterkaitan antara (masukan), proses, dan (keluaran). Misalnya, masukan dari pembelajaran dapat berupa siswa, guru, materi, dan media. Proses pembelajaran adalah aktivitas kegiatan pembelajaran. Keluaran dapat berupa perubahan diri siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran. ( Suwardi, 2007: 31-32)

8. Pendekatan Analitik Pluralistik

Berbeda dengan pendekatan eklektik, pendekatan analitik pluralistik memberi kesempatan kepada guru memilih strategi manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi dari berbagai pendekatan yang mempunyai potensi terbesar mampu menanggulangi masalah manajemen kelas dalam situasi yang telah dianalisis. Ada empat tahap pendekatan analitik pluralistic:

1. Menentukan kondisi kelas yang diinginkan.Dalam hal ini, guru perlu mengetahui dengan jelas dan mendalam tentang kondisi – kondisi yang menurut penilaianya akan memungkinkan mengajar secara efektif.Keuntungan dari pendekatan ini adalah:

a. Guru tidak memandang kelas semata – mata hanya sebagai reaksi atas masalah yang timbul.

b. Guru akan memiliki seperangkat tujuan yang mengarahkan dan yang menjadi tolak ukur penilaian atas hasil upayanya.

2. Menganalisis kondisi kelas yang nyata.Dengan mengadakan analisis ini, akan memungkinkan guru mengetahui:

a. Kesenjangan antara kondisi sekarang dan yang diharapkan.

b. Kesenjangan yang timbul jika guru gagal mengambil tindakan pencegahan.

c. Kondisi sekarang yang perlu dipelihara dan dipertahankan karena dianggap kurang baik.

3. Memilih dan menggunakan strategi pengelolaan. Guru yang efektif adalah guru yang menguasai berbagai strategi manajerial yang tergantung dalam berbagai pendekatan manajemen kelas dan mampu memilih dan menggunakan strategi yang paling sesuai dalam situasi tertentu yang dianalisis sebelumnya.

4. Menilai keefektifan pengelolaan. Proses penilaian ini memusatkan perhatian kepada 2 perangkat perilaku, yaitu:

a. Perilaku guru yaitu sejauh mana guru telah menggunakan perilaku manajemen yang direncanakan akan dan dilakukan.

b. Perilaku peserta didik yaitu sejauh mana peserta didik berperilaku yang sesuai, yakni apakah mereka telah melakukan apa – apa yang diharapkan untuk dilakukan.

Kesimpulannya, Seorang guru adalah tenaga profesional yang berperan sebagai pengelola aktivitas yang harus bekerja berdasarkan pada kerangka acuan pendekatan manajemen kelas. Guru harus memiliki, memahami dan terampil dalam menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam manajemen kelas supaya bisa menyesuaikan sehingga dapat mengangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang dihadapinya.

9. Pendekatan Penguatan

Teori pengubahan menyatakan bahwa penguatan prilaku tertentu sejalan dengan usaha belajar yang hasilnya memperoleh ganjaran.perilaku yang diperbuat berupa prilaku yang disukai.prilaku tertentu yang diberi ganjaran cenderung untuk diteruskan.umumnya penguatan diberikan kepada pembelajaran yang menampilkan tingkah laku yang baik dengan harapan agar prilaku tertentu yang dikuasai pembelajaran disebut penguatan positif,sebaliknya penguatan dengan jalan mengurangi atau menghilangkan perangsang yang tidak menyenangkan atau tidak memberi hasil kepada diri pembelajaran disebut penguatan negatif.

10. Pendekatan Kekuasaan

Manajemen kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.

11. Pendekatan Ancaman

Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, manajemen kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.

12. Pendekatan Kebebasan

Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.

13. Pendekatan Resep

Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.

14. Pendekatan Pengajaran

Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.

15. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Sesuai dengan namanya, manajemen kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.

Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.

16. Pendekatan Keterampilan Proses

Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses, aktifitas, dan kreatifitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari. Pendekatan ini khusus pada cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Pendekatan keterampilan proses ini menekankan pada bagaimana siswa belajar, bagaimana mengelola perolehannya, sehingga dipahami dan dapat dipakai seabagai bekal untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya di masyarakat.

Pembelajaran berdasarkan pedekatan keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal berikut yaitu:

a. Keaktifan peserta didik didorong oleh kemauan untuk belajar karena adanya tujuan yang ingin dicapai.

b. Keaktifan peserta didik akan berkembang jika dilandasi dengan pendayagunaan potensi yang dimilikinya.

c. Suasana kelas dapat mendorong atau mengurangi aktifitas peserta didik . Suasana kelas harus dikelola dengan baik agar dapat merangsang aktifitas dan kreatifitas belajar peserta didik.

d. Dalam kegiatan pembelajaran, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar melalui bimbingan dan motivasi untuk mencapai tujuan.

17. Pendekatan Lingkungan

Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik, jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungannya.

Dalam pendekatan lingkungan, pelajaran disusun sekitar hubungan dan faedah. Isi dan prosedur disusun hingga mempunyai makna dan ada hubungannya antara peserta didik dengan lingkungannya. Pengetahuan yang diberikan harus memberi jalan keluar bagi peserta didik dalam menanggapi lingkungannya. Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti peserta mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada dilingkungan sekitar, baik dilingkungan rumah maupun dilingkungan sekolah. Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara berikut:

a. Membawa peserta didik kelingkungan untuk kepentingan pembelajaran.

b. Membawa sumber-sumber belajar dari lingkungan ke sekolah.

18. Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning / CTL)

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual ini adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.

Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Pendekatan kontekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pendekatan kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat., makna, dan manfaat belajar sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat mepraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya,Contohnya:

Guru memulai pembelajaran yang dimulai atau dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali dengan bercerita atau tanyajawab lisan tentang kondisi aktual dalam kehidupan siswa (daily life).

19. Pendekatan Tematik.

Pendekatan tematik ialah cara pengemasan pelajaran dalam sebuah tema dari mata pelajaran. Sebuah tema bisa memuat beberapa bidang keahlian yang dipelajari. Hasil akhir bukanlah hal yang utama melainkan pemaparan, pembukaan cakrawala. Kemampuan yang diperoleh oleh anak bisa jadi beragam, tidak harus sama pada setiap anak didik tersebut. Keunikan masing-masing anak harus dihargai. Beberapa anak mungkin bisa membaca lebih dahulu dari anak lain, dan sebagainya.

Pendekatan tematik adalah sebuah cara untuk tidak membatasi anak dalam sebuah mata pelajaran dalam mempelajari sesuatu, misalnya: sambil belajar mengenal hewan ia juga belajar mewarnai.

20. Pendekatan Instruksional

Manajemen kelas melalui pendekatan ini mengacu pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Dengandemikian peranan guru adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa. Pendekatan instruksional dalam manajemen kelas memandang perilaku instruksional guru agar mempunyai potensi untuk mencapai tujuan utama manajemen kelas, yaitu mencegah timbulnya masalah manajerial dan memecahkan masalah manajerial kelas.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan strategi manajemen kelas dalam pendekatan ini antara lain:

1. Menyampaikan kurikulum dan pelajaran dengan cara yang menarik, relevan, dan sesuai secara empiris dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang siswa di dalam kelas.

2. Menerapkan kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo kegiatan kelas oleh banyak orang sehingga mencegah siswa melalaikan tugasnya.

3. Menyiapkan kegiatan rutin kelas adalah kegiatan sehari-hari yang perlu dipahami dan dilakukan siswa.

4. Memberikan pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengomunikasikan harapan-harapan yang diinginkan guru.

5. Memberikan dorongan yang bermakna adalah suatu proses usaha guru dalam menunjukkan minat yang sungguh-sungguh terhadap perilaku siswa yang menunjukkan tanda-tanda kebosanan dan keresahan.

6. Memberikan bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan oleh guru untuk membantu siswa menghadapi persoalan yang mematahkan semangat, pada saat mereka benarbenar memerlukannya.

7. Merencanakan perubahan lingkungan dalah proses mempersiapkan kelas atau lingkungan dalam menghadapi perubahan-perubahan situasi.

8. Mengatur kembali struktur situasi adalah strategi manajerial kelas dalam memulai suatu kegiatan atau mengerjakan tugas dengan cara yang berbeda.

21. Pendekatan Transaksional

Dalam pendekatan ini, pembelajaran lebih bersifat fleksibel, sebab pembelajaran dikelola bersama guru dan siswa dalam bentuk pembagian tugas-tugas yang harus diselesaikan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam aplikasinya, guru merinci tujuan pembelajaran khusus dalam bentuk tugas-tugas yang dibicarakan bersama antara guru dan siswa. Dengan demikian, pendekatan ini dapat dikatakan sebagai pengembangan konsep cara belajar siswa aktif. Keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan sosial, emosi, dan intelektual.

22. Pendekatan Psikologikan

Pendekatan psikologikal lebih menitikberatkan pada pertimbangan bagaimana siswa di kelas dapat dikelola dengan suatu pendekatan tertentu.

2.3 Pengaruhnya terhadap Efektivitas Pembelajaran

Pada proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok (Erayati, Thomas & Syahrudin, 2014). Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional, bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas.[5]
[5] Lusiana Wirastuti, Manajemen Kelas dan Pembelajaran : Dampaknya Terhadap Efektivitas Proses Pembelajaran, Edum Jurnal, Vol.3 No.1, (2020), Hal.11.

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengelolaan manajemen kelas dan manajemen pembelajaran seperti Suryana (2017) mengatakan bahwa manajemen kelas yang dilakukan guru guna mencapai tujuan pembelajaran perlu direncanakan terlebih dahulu dengan langkah-langkah yang jelas dan operasional sebagai bahan persiapan mengajar dan dalam manajemen kelas agar terpelihara kondisi belajar yang optimal diperlukan beberapa keterampilan dan pendekatan mengajar yang dilakukan guru dalam melayani kebutuhan siswa.[6]
[6] Lusiana Wirastuti, Manajemen Kelas dan Pembelajaran : Dampaknya Terhadap Efektivitas Proses Pembelajaran, Edum Jurnal, Vol.3 No.1, (2020), Hal.12.

Pendekatan manajemen kelas secara khusus, dalam hal ini pengaruhnya terhadap efektivitas pembelajaran sangat terkait dengan tujuan dari manajemen kelas, yaitu :

1. Situasi dan kondisi kelas baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin;

2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran;

3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabotan belajar yang mendukung dan memungkinkan Siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial emosional dan intelektual siswa dalam kelas; dan

4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya.[7]
[7] Sermal Pohan, Manajemen Kelas dan Efektivitas Pembelajaran, BUNAYYA, Vol I No.2, (2020), Hal.117-118.

Sehingga pendekatan manajemen kelas berperan penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Pendekatan manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, baik yang berfokus pada aspek fisik, sosial, emosional, maupun perilaku siswa.

Menerapkan pendekatan yang tepat akan meningkatkan keterlibatan siswa, meningkatkan interaksi siswa-guru, dan memastikan kelancaran proses pembelajaran. Efektivitas pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan yang tepat sesuai dengan situasi pengajaran dan karakteristik siswa.

Pendekatan manajemen kelas yang baik memungkinkan guru menciptakan suasana pembelajaran yang terstruktur dan harmonis. Hal ini mendorong siswa untuk belajar, mengurangi gangguan di kelas, dan meningkatkan hasil belajar secara keseluruhan.

Manajemen kelas yang efektif mencakup, namun tidak terbatas pada, pengelolaan sumber daya fisik seperti ruang, waktu, dan materi pembelajaran. Pendekatan yang juga mempertimbangkan aspek psikologis dan sosial siswa, seperti manajemen perilaku dan penguatan hubungan interpersonal, akan meningkatkan kenyamanan siswa dalam belajar. Ini membantu siswa berkonsentrasi, merasa termotivasi, dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Selain itu, pendekatan manajemen kelas yang fleksibel dan mudah disesuaikan memungkinkan guru mengatasi berbagai tantangan kelas, mulai dari perbedaan karakteristik siswa hingga dinamika proses pembelajaran yang berbeda.

Dengan menyesuaikan pendekatannya sesuai kebutuhan, guru dapat mengatasi potensi masalah seperti masalah perilaku dan penurunan motivasi siswa.

Secara keseluruhan, manajemen kelas yang baik membantu guru menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, mendukung perkembangan intelektual dan emosional siswa, serta memastikan proses pembelajaran yang efisien dan efektif menyediakan kerangka kerja.

Hal ini pada akhirnya diharapkan meningkatkan prestasi siswa dan menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang disampaikan dalam tulisan ini, dapat disimpulkan bahwa pendekatan manajemen kelas merupakan salah satu unsur penting yang menunjang efektivitas proses pembelajaran.

Pendekatan ini tidak hanya membahas aspek fisik kelas, seperti manajemen ruang dan waktu, namun juga mencakup aspek sosial, emosional, dan perilaku siswa.

Manajemen kelas yang baik akan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, memungkinkan terjadinya interaksi positif antara guru dan siswa, serta mendorong partisipasi aktif siswa.

Dengan menerapkan pendekatan yang tepat, guru dapat mengatasi berbagai tantangan manajemen kelas dan meningkatkan hasil belajar siswa.

3.2 Kritik dan saran

Makalah ini membahas pendekatan manajemen kelas yang merupakan aspek penting dalam pendidikan.

Dari penjabaran yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas tidak hanya mencakup desain fisik kelas, tetapi juga manajemen interaksi sosial dan pengembangan kepribadian siswa.

Meskipun dalam makalah ini penyusun berusaha memberikan gambaran komprehensif mengenai pendekatan manajemen kelas, beberapa bagian tidak memberikan informasi rinci mengenai penerapan praktis dari pendekatan ini. Misalnya, masih sedikit contoh nyata penerapan pendekatan psikologis dalam lingkungan pendidikan sebenarnya.

Untuk meningkatkan kualitas pekerjaan ini, kami merekomendasikan agar penyusun menyertakan studi kasus dan contoh kehidupan nyata yang menerapkan pendekatan manajemen kelas dalam lingkungan pendidikan yang berbeda.

Selain itu, penyusun juga mampu memasukkan perspektif guru yang telah menerapkan pendekatan ini, sehingga memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai tantangan dan keberhasilan yang mereka hadapi.

Oleh karena itu, makalah ini dapat menjadi referensi yang lebih berguna bagi pendidik untuk memahami dan menerapkan manajemen kelas secara efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Afriza, S. A. (2014). Manajemen Kelas. Pekanbaru: Kreasi Edukasi.

Amaruddin, W. W. (2023). Pengaruh Pengelolaan Kelas Melalui Pendekatan Manajerial Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas II di SD NU Sleman. SANGKALEMO: THE ELEMENTARY SCHOOL TEACHER EDUCATION JOURNAL , 42.

M., S. (2023). Urgensi Pengelolaan Kelas Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Di SMA Negeri 15 Bulukumba. Jurnal Pendidikan, Vol 1, 59.

Pohan, S. (2020). Manajemen Kelas dan Efektivitas Pembelajaran. BUNAYYA, Vol.1 No.2, 117.

Rahmaini. (2017). Pendekatan Asesmen Pembelajaran Bahasa Arab. ITTIHAD, Vol.1 No.1, 87.

Wirastuti, L. (2020). Manajemen Kelas dan Pembelajaran : Dampaknya Terhadap Efektivitas Proses Pembelajaran. Edum Journal, Vol.3 No.1, 11-12.