Sabtu, 07 Oktober 2023

Penyiapan Tujuan Instruksional

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Evaluasi Pendidikan
Dosen pengampu : Sabar Siswoyo, MPd.
Oleh Kelompok 06 Angkatan 5:
1. Fitrianti. A (PAI)
2. Khairun Nisa Nurpratiwi (PAUD)
3. Neng Hindi Hadiyani (SBA)

KATA PENGANTAR

الـحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ ، الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِيْنَ ،سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَ نَبِيِّنَا مُـحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَعِيْنَ ، وَ عَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ، أَمَّا بَعْدُ

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah Subhanahu wa ta’ala. Atas izin-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa juga kami panjatkan shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad shallahu alaihi wa salam beserta keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sistem Evaluasi Pendidikan yang berjudul “Penyiapan Tujuan Intruksional“. Dalam makalah ini kami menguraikan mengenai dari mana tujuan pendidikan diturunkan, pernyataan tujuan dalam terminologi perilaku, mengkontruksi tujuan intruksional, taksonomi pengetahuan dan kelebihan dan kelemahan dalam penyusunan tujuan intruksional.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak sekali kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Penyiapan Tujuan Intruksional“ ini dapat memberikan manfaat untuk para pembacanya.

Banjarnegara, 06 Oktober 2023

Penyusun Makalah
Kelompok 6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang.
1.2 Rumusan Masalah.
1.3 Manfaat Penelitian.
BAB II PEMBAHASAN.
2.1 Dari manakah tujuan Pendidikan diturunkan?
2.2 Pernyataan tujuan dalam terminology perilaku.
2.3 Mengkontruksi tujuan instruksional.
2.4 Taksonomi Pengetahuan.
2.5 Kelemahan dan kelebihan penyusunan tujuan instruksional.
BAB III PENUTUP.
3.1 Kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu merupakan jalan utama untuk meraih segala kesuksesan di dunia dan di akhirat, dan pendidikan merupakan wasilah inti dari kesuksesan. Pola dan proses pembelajaran sangat penting untuk masa depan generasi umat ini.

Merupakan kewajiban bagi kita sebagai umat islam untuk menuntut ilmu baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat. Pendidikan selalu mengalami perubahan, perkembangan dan juga perbaikan sesuai dengan perkembangan disegala aspek kehidupan.

Perubahan dan perbaikan dalam bidang pendidikan meliputi berbagai komponen yang terlibat di dalamnya baik itu pelaksana pendidikan di lapangan (kompetensi guru dan kualitas tenaga pendidik), mutu pendidikan, perangkat kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan dan mutu menejemen pendidikan termasuk perubahan dalam metode dan strategi pembelajaran yang lebih inovatif. Upaya perubahan dan perbaikan tersebut bertujuan membawa kualitas pendidikan Indonesia lebih baik.

Dalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk dapat mewujudkan dan menciptakan situasi yang memungkinkan siswa untuk aktif dan kreatif. Pada sistem ini diharapkan siswa dapat secara optimal melaksanakan aktivitas belajar sehingga tujuan instruksional yang telah ditetapkan dapat tercapai secara maksimal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Dari manakah tujuan Pendidikan diturunkan?
2. Apa saja pernyataan tujuan dalam terminoologi perilaku?
3. Bagaimana mengkontruksi tujuan intruksional?
4. Apa itu taksonomi pengetahuan?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan penyusunan tujuan intruksional

1.3 Manfaat Penelitian

1. Mengetahui dari mana tujuan pendidikan itu diturunkan.
2. Mengetahui pernyataan tujuan dadlam terminologi perilaku.
3. Mengetahui tujuan Intrksional.
4. Mengetahui taksonomi pengetahuan.
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan penyusunan tujuan intruksional.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dari Manakah Tujuan Pendidikan Diturunkan ?

Pada mulanya tujuan pendidikan dimulai dari tujuan pendidikan nasional dimana tujuan pendidikan nasional ini adalah tujuan dari keseluruhan satuan, jenis dan kegiatan pendidikan, baik pada jalur pendidikan formal, informal dan non formal dalam konteks pembangunan nasional.

Definisi pendidikan menurut UU No 22 Tahun 2003 Pendidikan “merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Makna dari pengertian khusus dan umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan serta mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki sejak lahir baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan. Pendidikan merupakan suatu usaha membantu para peserta didik agar mereka dapat mengerjakan tugasnya dengan mandiri dan melaksanakan tanggung jawabnya.

Dengan demikian Pendidikan adalah segala sesuatu yang mempengaruhi pertumbuhan, perubahan dan kondisi setiap manusia. Perubahan yang terjadi adalah pengembangan potensi anak didik, baik pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap dalam kehidupannya. [1]
[1] Pristiwanti D, Badariah B, Hidayat S, & Dewi R. S (2022). “Pengertian Pendidikan”. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(6), 7911–7915.

Undang-Undang Republik Indonesia (UURI) No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 dijelaskan bahwa Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kata kunci yang perlu dicermati dalam uraian tujuan pendidikan nasional tersebut adalah “pengembangan potensi peserta didik.”[2]
[2] Subagia, I. Wayan. "Implementasi Pendekatan Ilmiah dalam Kurikulum 2013 untuk Mewujudnyatakan Tujuan Pendidikan Nasional." Prosiding Seminar Nasional MIPA. 2013.

Kemudian setelah dari tujuan pendidikan nasional ini turun menjadi tujuan Institusional atau lembaga, dimana tujuan ini adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap sekolah atau lembaga Pendidikan.

Kemudian dari tujuan institusional atau lembaga diturunkan kembali menjadi tujuan kurikuler dimana tujuan kurikuler ini adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang study.

Dari tujuan kurikuler diturunkan ke tujuan Intruksional dimana tujuan intruksional itu akan dibagi menjadi dua, yaitu tujuan intruksional umum dan khusus.

Tujuan intruksional umum (TIU) adalah standard kompetensi inti, kemudian Tujuan intruksional khusus (TIK) ini adalah kompetensi dasar. Dimana TIU dan TIK akan mempengaruhi isi dari kompetensi dasar, sehingga TIU semakin mengerucut menjadi TIK. Kemudian dari TIU dan TIK inilah akan menentukan tujuan dari pembelajaran.

Bagan dari turunan Pendidikan :
2.2 Pernyataan Tujuan dalam terminologi perilaku

a. Tujuan intruksional umum ( Standart Kompetensi Inti)

Adalah tujuan pengajaran yang perubahan perilaku siswa yang belajar masih merupakan perubahan internal yang belum dapat dilihat dan diukur. Kata kerja dalam tujuan umum pengajaran masih mencerminkan perubahan perilaku yang umum terjadi pada manusia sehingga masih menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda.

Contohnya : setelah melakukan Pelajaran siswa diharapkan dapat memahami penjumlahan dengan benar, kata kerja memahami penjumlahan merupakan kata kerja yang bersifat umum karena pemahaman penjumlahan dapat ditafsirkan berbeda.

b. Tujuan intruksional khusus adalah turunan dari tujuan umum dengan beberapa indikator. Yaitu tujuan pengajaran dimana perubahan perilaku telah dapat dilihat dan diukur. Kata kerja yang menggambarkan perilaku telah spesifik sehingga memungkinkan dilakukan pengukuran tanpa menimbulkan lagi berbagai perbedaan penafsiran.

Tujuan intruksional khusus ini memiliki indikator “SMART” yang dapat diuraikan sebagai berikut :

Specific : Menekan pada kejelasan tujuan

Measurable : Menekan pada pentingnya kriteria yang digunakan untuk mengukur besarnya kemajuan yang dibuat dalam mencapai tujuan, contoh dengan memakai satu penilaian dengan standart-standart yang telah disepakati.

Achievveble : Menekankan pada pentingnya target, sehingga jangan sampai tujuannya tidak sampai pada obejk tujuannya

Relevant : Menekan pada pentingnya memilih target yang tepat

Time based : Menekankan kapan tujuan tersebut harus dicapai, harus ada limited waktunya. [3]
[3] Muhammad Wildan Hikmatul Fajar, “ Resume Buku Evaluasi Pendidikan Prinsip Operasionalnya “ diakses 06 Oktober pukul 22:07 (6) Resume Buku Evaluasi Pendidikan Prinsip Operasionalnya | muhammad wildanHF - Academia.edu

Manfaat dari tujuan intruksional khusus adalah kita dapat menentukan tujuan proses belajar dan mengajar, menentukan persyaratan awal intruksional, merancang strategi intruksional, menyusun instrumen tes evaluasi pembelajaran, melakukan kegiatan tindakan perbaikan pembelajaran, serta dapat memilih media ajar dalam proses pembelajaran perlu dijelaskan persyaratan yang berlaku, bila siswa akan melakukan sesuatu, sesuai dengan tujuan intruksional khusus. Dengan kata lain, tujuan intruksional khusus merupakan hasil yang diinginkan guru untuk dimiliki oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.[4]
[4] Jurnal Edukasi dan Sains Volume 3, Nomor 3, Oktober 2021; 417-433, diakses pada hari Jumat, 6 Oktober 2023 pukul 22:11, https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi

2.3 Mengontruksi Tujuan Instruksional

Materi yang terdapat pada bidang studi tidak akan kita dapatkan, tanpa kita pelajari terlebih dahulu, baik sendiri ataupun yang diajarkan oleh guru. Proses mempelajari materi ini terjadi saat situasi kegiatan belajar mengajar atau (instruksional). Dari perkataan pengajaran atau instruksional inilah maka timbul istilah tujuan instruksional, yaitu tujuan yang menggambarkan kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa. [5]
[5] Suharsimi Arikanto.2008.”Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan”.Jakarta: Bumi Aksara.hal. 145

Di dalam menyusun tujuan instruksional harus diusahakan bahwa setelah tercapainya tujuan itu adanya perubahan pada diri anak yang meliputi kemampuan intelektual, sikap dan minat maupun keterampilan yang Bloom dan beberapa aspek yang dikenal sebagai aspek kognitif, aspek afektif, dan psikomotor.

Mengontruksi atau menyusun tujuan instruksional sangatlah perlu, dikarenakan mengajar tanpa diketahui arahnya sama halnya dengan berlayar tanpa diketahui mau ke mana kapal akan di arahkan. Kapal itu hanya akan berputar-putar di tengah lautan luas dan akhirnya tidak diketahui apa hasil yang telah dilakukan. Demikian pula halnya dengan mengajar, guru yang tidak mengetahui apa tujuan mengajarnya tidak akan jelas setiap kegiatan yang dilakukan.

Dalam pembaruan sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, setiap guru dituntut untuk menyadari tujuan dari kegiatannya mengajar dengan titik tolak kebutuhan siswa. Oleh karena itu dalam merancang sistem belajar yang akan dilakukannya, Langkah pertama yang di lakukan adalah membuat tujuan instruksional. Dengan tujuan instruksional :

1) Guru mempunyai arah untuk memilih bahan mengajar dan memilih metode mengajar.

2) Siswa mengetahui arah belajarnya.

3) Setiap guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenangnya mengajarkan suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup (overlap) antara guru.

4) Guru mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa.

5) Guru sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision maker) meuanmpunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efisiensi pengajaran.

Tujuan instruksional adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat tentang makna tujuan pembelajran atau tujuan instruksional.

▪️ Magner (1962) mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik sesuai kompetensi.

▪️ Dejnozka dan Kavel (1981) mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spesifik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

▪️ Percival dan Ellington (1984) mendefiniskan tujuan instruksional adalah suatu pertanyaan yang jelas menunjukan penampilan/keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar.

▪️ Slavin (1994) menyebutkan, tujuan pembelajaran adalah pernyataan mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir periode pembelajaran.[6]
[6] Nery, “ Tujuan Intruksional “ https://id.scribd.com/document/362905834/TUJUAN-INSTRUKSIONAL , 29 Oktober 2017, Diakses pada hari Selasa tanggal 03 Oktober 2023 pukul 20.40

Penyusunan tujuan pembelajran merupakan tahapan penting dalam rangkaian pengembangan desain pembelajaran. Dari tahap inilah ditentukan apa dan bagaimana harus melakukan tahap lainnya. Apa yang disusunkan dalam tujuan pembelajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis materi, strategi, metode dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa focus dan menjadi tidak efektif.

2.4 Taksonomi Pengetahuan

Taksonomi pengetahuan menurut Lee Schulman :

a) Content Knowledge

(Pengetahuan tentang isi), atau pengetahuan tentang subjek tertentu yang akan diajarkan, misalkan matematika, bahasa inggris, dan sejarah.

b) Pedagogical content knowledge:

(Pengetahuan tentang kandungan/isi pedagogis) artinya, campuran khusus antara isi dan pedagogi yang secara unik menjadi wilayah kewenangan guru, bentuk khusus pemahaman professional mereka sendiri.

c) Knowladge of learners :

(Pengetahuan tentang siswa) dan karakteristiknya.

d) General pedagogical knowledge :

(Pengetahuan tentang pedagogi secara umum), dengan referensi khusus tentang berbagai prinsip dan strategi besar dari manajemen dan organisasi kelas yang tampaknya melampaui subjek yang diajarkan.

e) Knowledge of educational contexts:

(Pengetahuan tentang konteks pendidikan), yang berkisar mulai pekerjaan kelompok atau kelas, pengaturan dan pembiayaan sekolah, sampai karakter masyarakat dan budaya.

f) Curriculum Knowledge :

(Pengetahuan tentang kurikulum), dengan pengetahuan khusus tentang materi dan program yang berfungsi sebagai “alat perdagangan” bagi guru.

g) Knowledge of educatinonal ends, purpose, and values :

(Pengetahuan tentang sasaran, maksud, dan nilai-nilai pendidikan) dan dasar filosofis dan historisnya. [7]
[7] Taksonomi Pengetahuan, 05 Maret 2011 https://issuu.com/download-bse/docs/taksonomi-pengetahuan ,Diakses pada Selasa tanggal 03 Oktober 2023 pukul 21.14

Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956 menyusun klasifikasi (taxonomy) tujuan pendidikan/belajar. Menurut mereka Tujuan Pendidikan/Belajar dibagi menjadi tiga ranah(domain), yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Namun demikian hingga sekarang mereka hanya dapat mengembangkan ranah kognitifdan afektif. Sedangkan ranah psikomotor dikembangkan orang lain,yaitu Simson pada tahun 1967 dan Harrow pada tahun 1972.

1. Taksonomi Tujuan Kognitif

Ranah Kognitif berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual atau pengetahuan. Berikut beberapa kategori dalam ranah kognitif :

a. Mengingat

Tujuan pembelajarannya adalah menumbuhkan kemampuan untuk meretensi materi pelajaran sama seperti materi yang diajarkan, kategori proses kognitif yang tepat adalah Mengingat. Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan ini boleh jadi Pengetahuan Faktual, Koseptual, Prosedural, atau Metakognitif, atau kombinasi dari beberapa pengetahuan ini.

▪️ Mengenali

Proses Mengenali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang untuk membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima. Dalam mengenali, siswa mencari di memori jangka panjang suatu informasi yang identik atau mirip sekali dengan informasi yang baru diterima (seperti terjadi dalam memori kerja). Istilah lain dari mengenali adalah mengidentifikasi.

▪️ Mengingat Kembali

Proses mengingat kembali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang ketika soalnya menghendaki demikian. Dalam mengingat kembali, siswa mencari informasi di memori jangka panjang dan membawa informasi tersebut ke memori kerja untuk diproses. Istilah lain untuk mengingat kembali adalah mengambil.

b. Memahami

Seperti yang disinggung sebelumnya, jika tujuan utama pembelajarannya adalah menumbuhkan kemampuan retensi, fokusnya ialah Mengingat. Akan tetapi, bila tujuan pembelajarannya adalah menumbuhkan kemampuan transfer, fokusnya ialah lima proses kognitif lainnya, Memahami sampai Mencipta. Dari kelimanya, proses kognitif yang berpijak pada kemampuan transfer dan ditekankan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi ialah Memahami. Siswa dikatakan Memahami bila mereka dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer.

▪️ Menafsirkan

Menafsirkan terjadi ketika siswa dapat mengubah informasi dari satu bentuk ke bentuk lain. Menafsirkan berupa pengubahan kata-kata jadi kata-kata lain, gambar dari kata-kata, kata-kata jadi gambar, angka jadi kata-kata, kata-kata jadi angka. Nama-nama lainnya adalah menerjemahkan, memparafrasakan, menggambarkan, dan mengklarifikasi.

▪️ Mencontohkan

Proses kognitif mencontohkan terjadi manakala siswa memberikan contoh tentang konsep atau prinsip umum. Mencontohkan melibatkan proses identifikasi ciri-ciri pokok dari konsep atau prinsip umum. Nama-nama lain untuk mencontohkan adalah mengilustrasikan dan memberi contoh.

▪️ Mengklasifikasikan

Proses kognitif mengklasifikasikan terjadi ketika siswa mengetahui bahwa sesuatu (misalnya, suatu contoh) termasuk dalam kategori tertentu (misalnya, konsep atau prinsip). Mengklasifikasikan melibatkan proses mendeteksi ciri-ciri atau pola-pola yang “sesuai” dengan contoh dan konsep atau prinsip tersebut. Mengklasifikasikan adalah proses kognitif yang melengkapi proses mencontohkan. Nama-nama lain dari mengklasifikasikan adalah mengategorikan dan mengelompokkan.

▪️ Merangkum

Proses kognitif merangkum terjadi ketika siswa mengemukakan satu kalimat yang merepresentasikan informasi yang diterima atau mengabstraksikan sebuah tema. Merangkum melibatkan proses membuat ringkasan informasi, misalnya maksa suatu adegan drama, dan proses mengabstraksikan ringkasannya, misalnya menentukan tema atau point-point pokoknya. Nama-nama lain untuk merangkum adalah menggeneralisasi dan mengabstraksi.

▪️ Menyimpulkan

Proses kognitif menyimpulkan menyertakan proses menemukan pola dalam sejumlah contoh. Menyimpulkan terjadi ketika siswa dapat mengabstraksiskan sebuah konsep atau prinsip yang menerangkan contoh-contoh tersebut dengan mencermati ciri-ciri setiap contohnya dan yang terpenting, dengan menarik hubungan diantara ciri-ciri tersebut.

Proses menyimpulkan melibatkan proses kognitif membandingkan seluruh contohnya. Misalnya, untuk menentukan angka berapa pada urutan selanjutnya, siswa harus mengidentifikasi polanya. Proses kognitif lain yang terkait adalah menggunakan pola itu untuk menciptakan contoh baru. Inilah contoh mengeksekusi, yang merupakan proses kognitif dalam kategori Mengaplikasikan. Menyimpulkan dan mengeksekusi sering dipakai secara bersamaan dalam tugas-tugas kognitif.

Menyimpulkan berbeda dengan mengatribusikan (proses kognitif yang terdapat dalam kategori Menganalisis). Mengatribusikan hanya berpusat pada sisi pragmatisnya, yaitu menentukan sudut pandang atau tujuan pengarang, sedangkan menyimpulkan berpusat pada penarikan pola informasi yang disuguhkan. Cara lain untuk membedakan antara kedua proses ini adalah bahwa mengatribusikan dapat diterapkan secara luas dalam situasi yang didalamnya siswa harus “membaca antarbaris”, terutama ketika mereka berusaha menentukan sudut pandang pengarang. Sementara itu, menyimpulkan terjadi dalam konteks yang memberikan harapan akan apa yang disimpulkan. Nama-nama lain dari menyimpulkan adalah mengekstrapolasi, menginterpolasi, memprediksi, dan menyimpulkan.

▪️ Membandingkan

Proses kognitif membandingkan melibatkan proses mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi, seperti menentukan bagaimana suatu peristiwa terkenal (misalnya, skandal politik terbaru) menyerupai peristiwa yang kurang terkenal (misalnya, skandal politik terdahulu). Membandingkan meliputi pencarian korespondensi satu-satu antara elemen-elemen dan pola-pola pada satu objek, peristiwa atau ide dan elemen-elemen dan pola-pola pada satu objek, peristiwa, atau ide lain. Nama-nama lainnya adalah mengontraskan, memetakan, mencocokkan.

▪️ Menjelaskan

Proses kognitif menjelaskan berlangsung ketika siswa dapat membuat dan menggunakan model sebab-akibat dalam sebuah sistem. Model ini dapat diturunkan dari teori (sebagaimana sering kali terjadi dalam sains) atau didasarkan pada hasil penelitian atau pengalaman (sebagaimana kerap kali terjadi dalam ilmu sosial dan humaniora). Penjelasan yang lengkap melibatkan proses membuat model sebab-akibat, yang mencakup setiap bagian pokok dari suatu sistem atau setiap peristiwa penting dalam rangkaian peristiwa, dan proses menggunakan model ini untuk menentukan bagaimana perubahan pada satu bagian dalam sistem tadi atau sebuah “peristiwa” dalam rangkaian peristiwa tersebut memengaruhi perubahan pada bagian lain. Nama lain dari menjelaskan adalah membuat model.

▪️ Mengaplikasikan

Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses kognitif yakni mengeksekusi (ketika tugasnya hanya soal latihan) dan mengimplementasikan (ketika tugasnya merupakan masalah).

▪️ Mengeksekusi

Dalam mengeksekusi, siswa secara rutin menerapkan prosedur ketika menghadapi tugas yang sudah familiar.Mengeksekusi lebih sering diasosiasikan dengan penggunaan keterampilan dan algoritme ketimbang dengan teknik dan metode.

▪️ Mengimplementasikan

Mengimplementasikan belangsung saat siswa memilih dan menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familiar.Mengimplementasikan lebih sering diasosiasikan dengan penggunaan tehnik dan metode ketimbang keterampilan dan algoritme.

c. Menganalisis

Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis ini meliputi proses-proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengantribusikan. Tujuan pendidikan yang diklasifikasikan dalam menganalisis mencakup belajar untuk menentukan potongan-potongan informasi yang relavan atau penting, menentukan cara-cara untuk menata potongan-potongan informasi tersebut, dan menentukan tujuan dibalik informasi itu.

▪️ Membedakan

Membedakan melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang relavan atau penting dari sebuah struktur. Membedakan terjadi sewaktu siswa mendiskriminasikan informasi yang relavan dan tidak relavan, yang penting dan tidak penting.

▪️ Mengorganisasi

Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen ini membentuk sebuah struktur yang keheren. Dalam mengorganisasi, siswa membangun hubungan-hubungan yang sistematis dan koheren antar potongan informasi.

▪️ Mengantribusikan

Mengantribusikan terjadi karena siswa dapat menentukan sudut pandang, pendapat, nilai, atau tujuan, di balik komunikasi. Mengantribusikan melibatkan proses deskonstruksi yang di dalamnya siswa menentukan tujuan pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh guru.

d. Mengevaluasi

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar.Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.Kriteria-kriteria ini ditentukan oleh siswa.Standar-standarnya bisa bersifat kuantitatif.

▪️ Memeriksa

Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal dalan suatu operasi atau produk. Misalnya, memeriksa terjadi ketika siswa menguji apakah suatu kesimpulam sesuai dengan premis-premisnya atau tidak.

▪️ Mengkritik

Mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Dalam mengkritik, siswa mencatat ciri-ciri positif dan negatif dan negatif dari suatu produk dan membuat keputusan setidaknya sebagian berdasarkan ciri-ciri tersebut.

e. Mencipta

Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuh keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan- tujuan yang diklasifikasikan dalam mencipta meminta siswa membuat produk baru dengan mengorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya.

▪️ Merumuskan

Merumuskan melibatkan proses menggambarkan maslaah dan membuat pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu.

▪️ Merencanakan

Merencanakan melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahanya, yakni membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. Merencanakan adalah mempraktikkan langkah-langkah untuk menciptakan solusi yang nyata bagi suatu masalah.

▪️ Memproduksi

Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu. Tujuan yang memasukkan orisinalitas atau kekhasan merupakan tujuan memproduksi.

2. Taksonomi Tujuan Afektif

Krathwohl, Bloom dan Maisa (1964) mengembangkan taksonomi tujuan yang berorientasikan kepada perasaan atau afektif. Taksonomi ini menggambarkan proses seseorang di dalam mengenali dan mengadopsi nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman baginya dalam bertingkah laku. Krathwohl mengelompokkan tujuan afektif ke dalam lima kelompok yaitu:

a. Pengenalan/penerimaan (Receiving)

Tujuan pembelajaran kelompok ini mengharapkan peserta didik untuk mengenal, bersedia menerima dan memperhatikan berbagai stimulus.Dalam hal ini peserta didik bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan saja.

b. Pemberian Respon (responding)

Tujuan pembelajaran kelompok ini menekankan keinginan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap suatu gagasan, benda atau sistem nilai lebih dari sekedar pengenalan saja. Dalam hal ini peserta didikdiharapkan untuk menunjukkan perilaku yang diminta, misalnya: berpartisipasi, patuh, atau memberikan tanggapan secara sukarela bila diminta.

c. Penghargaan Terhadap Nilai (Valuing)

Penghargaan terhadap nilai merupakan perasaan, keyakinan atau tanggapan bahwa suatu gagasan, benda atau cara berpikir tertentu memiliki nilai (worth). Dalam hal ini peserta didik secara konsisten berperilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun tidak ada pihak lain yang meminta atau mengharuskan. Nilai dan value ini dapat saja dipelajari dari orang lain, misalnya: instruktur, dosen, teman, atau keluarga.

d. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian menunjukkan saling berhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi daripada nilai yang lain. Dalam hal ini peserta didik menjadi committed terhadap suatu nilai. Dia diharapkan untuk mengorganisasikan berbagai nilai yang dipilihnya ke dalam satu sistim nilai dan menentukan hubungan diantara nilai-nilai tersebut.

e. Pengamalan (characterization)

Pengamalan berhubungan dengan pengorganisasian dan pngintegrasian nilai-nilai ke dalam suatu sistem nilai pribadi.Hal ini diperlihatkan melalui perilaku yang konsisten dengan sistem nilai tersebut.Pada tingkat ini peserta didik bukan saja telah mencapai perilaku-perilaku pada tingkatan-tingkatan yang lebih rendah, tetapi telah mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan. Perilaku yang ditunjukkan peserta didik akan selalu konsisten dengan filsafat hidup tersebut. Filsafat hidup tersebut merupakan bagian dari karakter.

Pengelompokan tujuan-tujuan afektif tersebut bersifat hierarkhis, dengan pengenalan sebagai tingkat yang paling rendah (sederhana) dan pengamalan sebagai tingkat paling tinggi.Makin tinggi tingkat tujuan dalam hierarkhi semakin besar pula keterlibatan dan komitmen seseorang terhadap tujuan tersebut.

3. Taksonomi Tujuan Psikomotor

Tujuan pembelajaran kawasan psikomotor dikembangkan oleh Harrow (1972), terdiri dari lima tingkat sebagai berikut:
a. Meniru (Limitation), Tujuan pembelajaran pada tingkat ini mengharapkan peserta didik untuk dapat meniru suatu perilaku yang dilihatnya.

b. Manipulasi (Manipulation), Pada tingkat ini peserta didik diharapkan untuk melakukan suatu perilaku tanpa bantuan visual sebagaimana perilakau pada tingkat meniru. Peserta didik diberi petunjuk berupa tulisan atau instruksi verbal dan diharapkan melakukan tindakan yang diminta.

c. Ketetapan Gerakan, (Precision) Pada tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan suatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang, dan akurat.

d. Artikulasi (Articulation), Pada tingkat ini peserta didik diharapkan untuk menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat.

e. Naturalisasi (Naturalization), Pada tingkat ini peserta didik diharapkan melakukan gerakan tertentu secara spontan atau otomatis. Peserta didik melakukan gerakan tersebut tanpa berpikir lagi cara melakukan dan urutannya. [8]
[8] Risma Nur Annisa, ” Tujuan Intruksional Umum dan Tujuan Intruksional Khusus Pendidikan ”19 Oktober 2015, https://blog.unnes.ac.id/seputarpendidikan/2015/10/19/tujuan-instruksional-umum-dan-tujuan-instruksional-khusus-pendidikan/. Diakses pada hari Selasa tanggal 03 Maret 2023 pukul 21.35

2.5 Kelemahan dan Kelebihan Penyusunan Tujuan Instruksional

Beberapa kelemahan dalam menyatakan tujuan perilaku diantaranya sebagai berikut :

1. Perilaku yang kompleks melibatkan kegiatan proses memaknai yang cukup sulit.

2. Tujuan perilaku yang dinyatakan terlalu berserak untuk dinyatakan secara tertulis.

3. Keterampilan atau perilaku seseorang siswa tidak dapat dinyatakan seperti objek yang konkret.

Kelebihan tujuan perilaku dinyatakan secara jelas dalam evaluasi pembelajaran di antaranya :

1. Tujuan perilaku akan mendorong guru tetap memerhatikan manajemen pendidikan dalam kelas agar menjadi lebih baik, lebih efektif.

2. Umpan balik kepada siswa dapat lebih dipertanggungjawabkan pada public. [9]
[9] Ayu Purnami Irma,”Klasifikasi Tujuan Intruksiona”l. Diakses pada 08 Maret 2016. http://irmaayupurnami.blogspot.com/2016/03/makalah-klasifikasi-tujuan.html?m=1

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pemaparan diatas dapat kami simpulkan bahwa, tujuan pendidikan pada mulanya dimulai dari tujuan nasional dimana tujuan nasional ini mencakup segala aspek untuk pembangunan nasional. Dari tujuan nasional kemudian turun menjadi tujuan institusional yang berfokus pada tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah lembaga, kemudian diturunkan Kembali menjadi tujuan kurikuler yang berfokus pada tujuan yang ingin dicapai dalam masing-masing bidang study, dari tujuan kurikuler kemudian diturunkan lagi kepada tujuan intruksionan umum dan tujuaan intruksional khusus.

Tujuan instruksional adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Mengontruksi atau menyusun tujuan instruksional sangatlah perlu, di karenakan mengajar tanpa diketah ui arahnya sama halnya dengan berlayar tanp diketahui mau ke mana kapal akan di arahkan. Kapal itu hanya akan berputar-putar di tengah lautan luas dan akhirnya tidak diketahui apa hasil yang telah dilakukan. Demikian pula halnya dengan mengajar, guru yang tidak mengetahui apa tujuan mengajarnya tidak akan jelas setiap kegiatan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu Purnami Irma,”Klasifikasi Tujuan Intruksiona”l. Diakses pada 08 Maret 2016. http://irmaayupurnami.blogspot.com/2016/03/makalah-klasifikasi-tujuan.html?m=1

Jurnal Edukasi dan Sains Volume 3, Nomor 3, Oktober 2021; 417-433, diakses pada hari Jumat, 6 Oktober 2023 pukul 22:11, https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi

Muhammad WildanHF, “ Resume Buku Evaluasi Pendidikan Prinsip Operasionalnya “ diakses 06 Oktober pukul 22:07 (6) Resume Buku Evaluasi Pendidikan Prinsip Operasionalnya | muhammad wildanHF - Academia.edu

Nery, “ Tujuan Intruksional “, Diakses pada hari Selasa tanggal 03 Oktober 2023 pukul 20.40, https://id.scribd.com/document/362905834/TUJUAN-INSTRUKSIONAL

Pristiwanti, D, Badariah B., Hidayat S, & Dewi R. S (2022). “Pengertian Pendidikan”, Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(6), 7911–7915.

Risma Nur Annisa, ” Tujuan Intruksional Umum dan Tujuan Intruksional Khusus Pendidikan ” , Diakses pada hari Selasa tanggal 03 Maret 2023 pukul 21.35, https://blog.unnes.ac.id/seputarpendidikan/2015/10/19/tujuan-instruksional-umum-dan-tujuan-instruksional-khusus-pendidikan/ .

Subagia, I. Wayan. "Implementasi Pendekatan Ilmiah dalam Kurikulum 2013 untuk Mewujudnyatakan Tujuan Pendidikan Nasional." Prosiding Seminar Nasional MIPA. 2013.

Suharsimi Arikanto.2008.”Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan”.Jakarta: Bumi Aksara.

Taksonomi Pengetahuan,Diakses pada Selasa tanggal 03 Oktober 2023 pukul 21.14

https://issuu.com/download-bse/docs/taksonomi-pengetahuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar