Rabu, 04 Oktober 2023

Tantangan Dalam Perencanaan Sistem Pendidikan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Sistem Pendidikan
Dosen Pengampu : Syarifaini, M.Hum
Disusun Oleh Kelompok 6 Angkatan 5 :
1. Alberza (PAI)
2. Rama Hidayat (PAI)
3. Willy Rahman (SBA)
4. M. Nawaf Bahanan (PAI)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Perencanaan Sistem Pendidikan tentang “Tantangan dalam Perencanaan Pendidikan”. Shalawat serta salam senantiasa saya curahkan kepada Rasulullah shallahu alaihi wa sallam, Nabi dan Rasul terakhir yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar dan sekaligus menyempurnakan akhlak melalui petunjuk wahyu illahi.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi yang saya gunakan, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam makalah ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini khususnya kepada dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Bogor, 6 Oktober 2023
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah.
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan.
BAB II PEMBAHASAN.
A. Hambatan dalam Perencanaan Sistem Pendidikan.
B. Tantangan dalam Perencanaan Sistem Pendidikan.
C. Solusi dalam menghadapi hambatan dan tantangan.
BAB III PENUTUP.
A. Kesimpulan.
B. Saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sumber yang paling utama dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas baik secara akademis dan non akademis, lembaga pendidikan juga merupakan instrumen penting dalam mencerdaskan manusia serta mendidik adab dan sikap yang baik kepada setiap individu siswa.

Pembangunan pendidikan memerlukan rencana yang perlu diatur secermat mungkin. Pernyataan ini berkaitan dengan misi dan tujuan pembangunan pendidikan, arah pembangunan pendidikan, orientasi pembangunan pendidikan, keseluruhan prioritas, jenisdan jenjang pendidikan serta fasilitas yang diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan. Keseluruhan aspek tersebut perlu dirancang secara komprehensif, akurat, cermat dan efisienserta berdasarkan perhitungan yang matang. Perencanaan sebagai faktor kunci utama untuk efektivitas keterlaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan bagi setiap jenjang dan jenis pendidikan pada tingkat lokal maupun nasional.

Akan tetapi didalam perencanaan akan didapatkan sebuah hambatan atau masalah yang harus dihadapi. Diantaranya masalah yang menjadi kendala tersendiri dalam mencapai tujuan pendidikan dalam proses perencanaan pendidikan adalah rendahnya sarana prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan juga dengan mahalnya biaya pendidikan.

Selain masalah, terdapat pula tantangan dalam proses perencanaan pendidikan yang berbeda-beda pada setiap lembaga pendidikan karena aspek lingkungan dan tujuan pendidikan di setiap

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja hambatan dalam perencanaan sistem pendidikan?
2. Apa saja tantangan dalam perencanaan sistempendidikan ?
3. Apa solusi dari hambatan yang dihadapi dan tantangan yang ditemukan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam perencanaan pendidikan.
2. Untuk mengetahui tantangan yang akan dihadapi dalam perencanaan pendidikan.
3. Untuk mengetahui solusi dari hambatan dan tantangan dalam perencanaan pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hambatan Dalam Perencanaan Pendidikan

Dalam proses perencanaan ini seringkali dapat ditemukan berbagai masalah maupuntantangan didalamnya. Diantaranya masalah yang menjadi kendala tersendiri dalammencapai tujuan pendidikan dalam proses perencanaan pendidikan adalah rendahnya sarana prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar, rendahnya kualitas guru, rendahnyakesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan juga mahalnya biaya pendidikan. Sebagaicontoh, data dari Kemendikbud menyebutkan untuk satuan SD baik negeri maupun swasta diJawa Barat tahun ajaran 2017/2018, terdapat 141,721 ruang kelas, dengan jumlah 30,681 dalam kondisi baik, 82,965 dalam kondisi rusak ringan, 13,038 dalam kondisi rusak sedang, 9,314 dalam kondisi rusak berat, dan 5,723 ruang kelas dalam kondisi rusak total.

1. Rendahnya Sarana Fisik

Salah faktor yang mendukung keberhasilan program pendidikan dalam proses pembelajaran yaitu sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi tolak ukur mutu sekolah yang perlu peningkatan terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Sarana prasarana adalah salah satu bagian input, sedangkan input merupakan salah satu subsistem.

Sarana prasarana sangat perlu dilaksanakan untuk menunjang keterampilan siswa agar siap bersaing terhadap pesatnya teknologi. Sarana prasarana merupakan bagian penting yang perlu disiapkan secara cermat dan berkesinambungan, sehingga dapat dijamin selalu terjadi KBM yang lancar.

Dalam penyelengaraan pendidikan, sarana prasaran sangat dibutuhkan untuk menghasilkan KBM yang efektif dan efisien. Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan menyediakan fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib mendapatkan pendidikan. [1]
[1] Whisnu Hananta, “rendahya sarana fisik pendidikkan di indonesia”, research gate, April 2018, https://www.researchgate.net/publication/324181394_Rendahnya_Kualitas_Sarana_Fisik_Pendidikan_di_Indonesia.

2. Rendahnya Kualitas Guru

Salah satu yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia rendah adalah rendahnya kualitas guru. Hasil dari UKG atau Uji Kompetensi Guru dari tahun 2012 sampai 2015, sekitar 81% guru di Indonesia nilainya bahkan tidak mecapai nilai minimum. UKG sendiri merupakan salah satu evaluasi untuk mengukur kompetensi guru dan yang dinilai adalah penguasaan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kemampuan guru dalam menyiapkan strategi belajar untuk siswa dan mengelola kelas, pemahaman atas mata pelajaran yang diampu serta kemampuan guru dalam mengevaluasi pembelajaran. Faktor utama yang menyebabkan kualitas guru di Indonesia rendah adalah kurang maksimalnya manajemen sumber daya manusia dalam perekrutan guru.

Menurut RISE atau Research on Improving Systems of Education melalui studi kualitatifnya menunjukkan bahwa fokus perekrutan guru adalah untuk memenuhi kebutuhan menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara) atau sekolah bukan profesionalitas guru tersebut. Lebih dari 50% guru di Indonesia adalah pegawai negeri dan 90% tumpuan belajar ada pada mereka padahal kualitas mereka tidak dapat terjamin dengan baik.

Kurang baiknya manajemen sumber daya manusia dalam perekrutan ASN sebagai tenaga pendidik mengakibatkan sulit dibedakannya guru yang benar-benar ingin mengajar atau sekadar ingin memperoleh jabatan sebagai pegawai pemerintah. Perekrutan ASN tidak begitu memperhatikan kecapakan guru yang mana harusnya guru dituntut mempunyai keinginan tinggi untuk mendidik siswa secara baik dan mengajar dengan efektif. Guru yang memiliki skor tinggi dalam seleksi yang akan lulus dan hal tersebut tidak efektif dalam hal penyaringan guru untuk menghasilkan guru yang benar-benar profesional.[2]
[2] Queen Firdausi, “kualitas guru pengaruhi kualitas pendidikkan di indonesia”, kastara.id, juni 29, 2021, https://kastara.id/09/06/2021/kualitas-guru-pengaruhi-kualitas-pendidikan-di-indonesia/.

3. Rendahnya Kesejahteraan Guru

Tugas mulia seorang guru sebagai pendidik terkadang harus terbebani dengan permasalahan-permasalahan yang seharusnya tidak menjadi beban pikiran mereka. Seperti masalah kesejahteraan. Rendahnya kesejahteraan guru di Indonesia dapat dilihat dari gaji yang diterima masih rendah.

Saat ini Indonesia masih kekurangan guru dan pemerintah atau sekolah swasta tidak memiliki anggaran yang cukup untuk menggaji mereka. Solusi sementara yang diambil adalah dengan mempekerjakan guru dengan system berjangka atau yang kita kenal sebagai guru honorer dengan gaji sangat jauh dari pendapatan minimum suatu daerah. Guru honorer adalah guru yang menjadi pegawai tidak tetap disekolah, umumnya di sekolah negeri atau swasta.

Tidak bisa dipungkiri jika manusia mempunyai kebutuhan untuk memenuhi pangan, sandang, dan papan, sama halnya dengan guru. Untuk memenuhi itu semua, dengan gaji rendah banyak guru-guru yang memutar otak untuk mencari pemasukan lain, bahkan ia harus merelakan waktu istirahatnya untuk berkerja mencari sampingan.

Jika sudah seperti ini, konsentrasi guru akan mudah terpecah, mudah lelah, dan menjadikan guru tidak professional dalam tanggung jawabnya. Dan tentunya itu akan membawa pengaruh negatif kepada murid-muridnya. Hal inilah yang memengaruhi kualitas pendidikan terhadap rendahnya kesejahteraan guru di Indonesia.

Kesejahteraan guru sangat diperlukan untuk meningkatkan semangat dan motivasi dalam mengajar. Dalam hal ini pemerintah atau ketua yayasan atau lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat penting guna meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia. Ada beberapa opsi yang dapat menjadi solusi dalam permasalahan ini, seperti mengangkat guru honorer melalui proses CPNS yang masih memenuhi syarat dari segi usia maupun kualifikasi, mengangkat guru honorer melalui jalur Pegawai Pemerintahan dengan Perjanjian Kerja (PPPK), dan memberikan tunjangan setara dengan UMR dan bagi sekolah swasta memberikan gaji dengan aturan yang jelas dan setara pengajian UMR. [3]
[3] Syaziatun nadhofah, “rendahnya kesejahteraan guru terhadap pendidikkan di indonesia”, kompasiana, oktober 26, 2022, https://www.kompasiana.com/syaziatunnadhofah4815/6358fb5ea198757e96058a72/rendahnya-kesejahteraan-guru-terhadap-pendidikan-di-indonesia.

4. Rendahnya Prestasi Siswa

Rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, faktor tersebut yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri siswa, sedangkan yang termasuk dalam faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri misalnya faktor kelelahan (kelelahan jasmani maupun kelelahan rohani), faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), dan juga faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, keterampilan, dan kesiapan belajar).

Muhibin Syah menyatakan bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

a) Faktor internal yaitu keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa,

b) Faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa, dan

c) Faktor pendekatan belajar (approach to lerarning) yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi srtategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.[4]
[4] Aning Evitasari, “rendahnya prestasi siswa”, research gate, april 2018, https://www.researchgate.net/publication/324209680_RENDAHNYA_PRESTASI_SISWA.

5. Rendahnya Kesempatan Pemerataan Pendidikan

Pengertian dari masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembanguan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan. Pemerataan pendidikan telah mendapat perhatian sejak lama terutama di negara-negara berkembang.

Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga Negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di tampung dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Saat ini kondisi pendidikan di Indonesia masih belum merata. Misalnya saja di kota-kota besar sarana dan prasarana pendidikan disana sudah sangat maju. Sedangkan di desa-desa hanya mengandalkan sarana dan prasarana seadanya. Bukan hanya masyarakat di desa saja yang masih tertinggal pendidikannya. Daerah-daerah di Indonesia timur bukan hanya sarana dan prasarana yang kurang tapi juga kurangnya tenaga pengajar sehingga sekolah-sekolah disana masih membutuhkan guru-guru dari daerah-daerah lain. Walaupun ada warga negara Indonesia yang tinggal di kota-kota besar tapi karena mereka termasuk ke dalam warga negara yang kurang mampu sehingga mereka tidak bisa merasakan pendidikan. Banyak anak-anak yang masih di bawah umur sudah bekerja untuk membantu orang tua mereka dalam mempertahankan hidupnya.[5]
[5] Asti Aprilia, “kurangnya pemerataaan pendidikkan di dindonesia”, kompasiana, agustus 29, 2014, https://www.kompasiana.com/astiaprilia/54f5fe87a333116a7d8b477c/kurangnya-pemerataan-pendidikan-indonesia.

6. Mahalnya Biaya Sekolah

Biaya pendidikan di Indonesia terus meningkat dari waktu ke waktu, dan ini menjadi masalah besar bagi banyak orang. Biaya pendidikan yang mahal dapat menghambat akses ke pendidikan yang berkualitas, terutama bagi keluarga dengan penghasilan rendah. Berikut adalah beberapa fakta dan masalah yang berkaitan dengan mahalnya biaya pendidikan di Indonesia:

1. Biaya pendidikan yang tinggi dapat menjadi beban keuangan bagi keluarga dengan penghasilan rendah. Meskipun pemerintah telah memberikan subsidi untuk sekolah-sekolah di Indonesia, namun biaya sekolah swasta dan universitas swasta masih sangat tinggi. Beberapa orang bahkan harus mengambil pinjaman atau menjual aset mereka untuk membayar biaya pendidikan.

2. Tidak semua orang di Indonesia memiliki akses ke pendidikan yang berkualitas. Sebagian besar sekolah negeri di Indonesia masih kekurangan fasilitas yang memadai dan guru yang berkualitas. Ini menyebabkan banyak orang mencari pendidikan di sekolah swasta yang harganya lebih tinggi, sehingga semakin menambah beban biaya pendidikan.

3. Biaya pendidikan yang mahal juga dapat menyebabkan kesenjangan pendidikan yang lebih besar antara orang kaya dan orang miskin. Orang kaya mampu membayar biaya pendidikan yang lebih tinggi, sedangkan orang miskin cenderung memilih sekolah atau universitas yang biayanya lebih rendah meskipun kualitas pendidikan yang diberikan tidak sebaik sekolah atau universitas yang lebih mahal.[6]
[6] Roby irzal maulana, “mahalnya biaya pendidikkan di indonesia”, kompasiana, febuari 22, 2023, https://www.kompasiana.com/roby56522/63f5acb44addee100f653672/mahalnya-biaya-pendidikan-di-indonesia.

B. Tantangan Dalam Perencanaan Pendidikan dan Solusinya

Jika ditelaah dari segi fungsi, maka istilah pendidikan menurut UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggungjawab. Program yang bagus memang, hanya sayang, ketika hal itu diturunkan dalam praktek nyata, pada umumnya pendidikan di Indonesia masih terjadi berbagai hal yang mengakibatkan terjadinya ketimpangan dan ketidaksuksesan pendidikan yakni antara lain :

1. Terlalu Cepatnya Perubahan Kurikulum.

Seiring dengan semakin meningkatnya keinginan untuk memajukan pendidikan bangsa, terkadang unsur-unsur dunia pendidikan berlomba-lomba untuk menciptakan suatu kreasi dan penciptaan baru di dunia pendidikan yang akan membawa perubahan dan kemajuan termasuk salah satunya adalah perubahan kurikulum. Hanya sayang, perubahan kurikulum yang terlalu cepat terkadang malah menjadikan Dunia Pendidikan sendiri menjadi tidak mampu meraih hasil maksimal.

Guru yang merupakan unsur terpenting dalam dunia ini malah kerap merasa kebingungan untuk menentukan sikap,lantaran mereka jadi dituntut harus menyesuaikan diri dengan cepat dengan perubahan kurikulum tersebut. Akibatnya, waktu pelaku utama pendidikan yang seharusnya bertugas utama menyebarkan ilmu pengetahuan kepada murid ini malah menjadi tersita akibat terlalu lamanya mereka berkutat atau berkecimpung dengan administrasi yang disyaratkan dalam tiap perubahan kurikulum.

2. Kesulitan Mempraktekan Ilmu Dalam Kegiatan Sehari-hari.

Sudah bukan rahasia lagi, negara kita ini lebih terkenal dengan sistem ilmu teori-nya daripada praktek nyata. Padahal, kebutuhan sejati dari ilmu pengetahuan yang dituntut dalam sekolah adalah bagaimana cara mendidik tunas bangsa agar ketika mereka nanti ketika sudah lulus dari sekolah bisa mengembangkan keterampilan sekaligus pengetahuan yang mereka dapatkan di sekolah agar bisa tampil handal dalam masyarakat umum.

3. Penggunaan Tekhnologi Tinggi Dalam Pendidikan.

Teknologi diperlukan dalam pembangunan. Pembangunan adalah segala kegiatan manusia untuk memenuhi keperluan dan meningkatkan taraf hidupnya. Karena untuk meningkatkan taraf hidup tersebut, melalui pendidikan manusia mengembangkan tekhnologi.

Kemudian memakai hasil tekhnologi yang didapat dan dikembangkannya untuk membantu dan mengembangkan pendidikan. Jadi, melalui pendidikan, manusia menghasilkan teknologi; dan dengan tekhnologi manusia mengembangkan pendidikan. Artinya, setiap institusi pendidikan akan berusaha dapat mempergunakan hasil tekhnologi dalam pendidikan.

4. Pendidikan Berdampak Perubahan Positif Pada Manusia.



5. Pendidikan harus selaras dan mampu mengembangkan iptek

Iptek menghasilkan aneka barang atau benda serta jasa untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan manusia dan masyarakat.

6. Memberi Perhatian Besar Terhadap Segala Sesuatu yang berkaitan dengan HAM.

Hal tersebut dilakukan agar peserta didik terpanggil utnuk memperjuangkan HAM untuk pribadinya, bangsa dan negara, serta umatmanusia secara keseluruhan.

7. Institusi pendidikan [formal dan informal] harus mampu memberikan informasi yang benar dan tepat serta menyeluruh sehingga mampu melindungi peserta didik dari ekses-ekses informasi negatif.

8. Adanya upaya mencari keuntungan melalui pendidikan.

Pada masa kini [dan mungkin akan terus berlangsung] setiap manusia menginginkan apapun yang dilakukannya menghasilkan keuntungan secara ekonomi. Hal itu pun terjadi pada pendidikan; sehingga menjadiindustri pendidikan.

Ini berarti, penyelenggara pendidikan [yang berinvestasi pada insitusi pendidikan] berusaha mendapat keuntungan dari institusi yang dikelolanya. Dan upaya untuk mendapat keuntungan tersebut, menjadikan peserta didik akan membayar mahal kepada penyelengara pendidikan.

9. Minimnya fasilitas, prasarana, sarana pendukung pendidikan. 

Minimnya anggaran negara untuk perbaikan pendidikan dan kesejahteraan para pendidik, juga merupakaan sumbangan kepada ketidakmajuan pendidikan pada berbagai daerah di Indonesia.

Pada banyak tempat di Indonesia, ditemukan sekolah-sekolah yang rusak serta minim fasilitas; hanya mempunyai dua atau tiga guru yang mengajar untuk semua kelas; anak-anak usia sekolah tidak mempunyai kesempatan belajar, karena berbagai kendala sosial dan ekonomi; dan lain sebagainya.

10. Pendidikan harus menghasilkan ilmuwan yang bertanggungjawab kepada kesejahteraan semua umat manusia; artinya ia harus mengaplikasikan semua pengetahuannya dalam bentuk hal-hal positip dan membangun demi kelangsungan hidup dan kehidupan.

Bisa disimpulkan bahwasnya terdapat beberapa tantangan masa depan pendidikan di Indonesia, antara lain:
a. Kualitas pendidikan.
b. Kualitas kurikulum.
c. Guru.
d. Relevansi pendidikan.
e. Pemerataan pendidikan.

C. Solusi/Strategi Untuk Mengatasi Tantangan Tersebut.

Setiap perencanaan sering kali berhadapan dengan berbagai permasalahan. Masalah pun terjadi dalam proses perencanaan pendidikan, dan menjadi kendala tersendiri untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada beberapa masalah dalam perencananaan pendidikan yang dilihat dari berbagai aspek yang telah dijelaskan.

Maka untuk mengatasi masalah perencanaan pendidikan tersebut, maka dibutuhkan problem solving (penyelesaian masalah) yang tepat, yaitu :

1. Secara Sistemik. Adanya perombakan dalam sistem sosial yang berkaitan dengan pendidikan. Sistem pendidikan dangat berkaitan dengan ekonomi,dengan sistem ekonomi sekarang menyebabkan adanya stratifikasi dalam pendidikan. Maka haruslah menciptakan sistem yang menghilangkan adanya stratifikasi dalam pendidikan. Tidak ada lagi kesenjangan fasilitas pendidikan untuk masyarakat ekonomi kuat dan lemah.

2. Secara Teknis. Solusi secara teknis adalah adanya perubahan dalam aspek kualitas saran prasarana, kualitas guru dan kualitas siswa. Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya. Dengan problem solving atau penyelesaian masalah pendidikan, maka proses perencanaan pendidikan pun harus berfungsi dalam merancang sebuah sistem pendidikan yang layak dan tepat untuk masyarakat Indonesia

Adapun solusi menghadapi tantangan masa depan pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menghadapitantangan pendidikan ialah dengan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yaitu usaha peningkatan mutu dengan perubahan kurikulum dan peningkatan lain: Perpustakaan, Pengadaan Buku Paket, Peningkatan Mutu Guru, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus Murid/BSM dll. Selain itu juga memberikan penghargaan kepada insan pendidikan, meningkatkan profesionlisme guru dan pendidik, sebisa mungkin kurangi dan berantas korupsi karena sangat merugikan negara.

2. Dalam konteks pembangunan sektor pendidikan, pendidik merupakan pemegang peran yang amat sentral. Guru adalah jantungnya pendidikan. Tanpa denyut dan peran aktif guru, kebijakan pembaruan pendidikan secanggih apa pun tetap akan sia- sia. Sebagus apa pun dan semodern apa pun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis pendidikan dirancang, jika tanpa guru yang berkualitas, tidak akan membuahkan hasil optimal. Artinya, pendidikan yang baik dan unggul tetap akan tergantung pada kondisi mutu guru.

3. Beberapa upaya untuk meningkatkan mutu atau kualitas guru adalah sebagai berikut:

a. Sertifikasi guru.
b. Continuous Professional Development (CPD).

Seperti halnya dikemukakan oleh teori “human capital” bahwa pendidikan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsanya. Penelitian para ahli pada masa neoklasik terhadap teori human capital memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi semakin kuat setelah mempertimbangkan efek interaksi antara pendidikan dan investasi fisik lainnya. Artinya, investasi modal fisik akan berlipat ganda nilai tambahnya di kemudian hari jika pada saat yang sama dilakukan juga investasi SDM, yang secara langsung akan menjadi pelaku dan pengguna dalam investasi fisik tersebut.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembangunan pendidikan memerlukan rencana yang perlu diatur secermat mungkin. Pernyataan ini berkaitan dengan misi dan tujuan pembangunan pendidikan, arah pembangunan pendidikan, orientasi pembangunan pendidikan, keseluruhan prioritas, jenisdan jenjang pendidikan serta fasilitas yang diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan. Keseluruhan aspek tersebut perlu dirancang secara komprehensif, akurat, cermat dan efisienserta berdasarkan perhitungan yang matang. Perencanaan sebagai faktor kunci utama untuk efektivitas keterlaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan bagi setiap jenjang dan jenis pendidikan pada tingkat lokal maupun nasional.

Dalam proses perencanaan ini seringkali dapat ditemukan berbagai masalah maupuntantangan didalamnya. Diantaranya masalah yang menjadi kendala tersendiri dalammencapai tujuan pendidikan dalam proses perencanaan pendidikan adalah rendahnya sarana prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan juga mahalnya biaya pendidikan.

Selain masalah, terdapat pula tantangan dalam proses perencanaan pendidikan. Diantaranya tantangan tersebut adalah pengaruh lingkungan seperti kurikulum yang lemah, teknologi yang tidak mendukung, visi misi yang tidak kuat dan lain-lain

Maka didalam proses atau tahap perencanaan dalam bidang pendidikan terdapat beberapa fungsi yang saling terintegrasi, diantaranya fungsi-fungsi perencanaan dalam lingkup pendidikan adalah mendefinisikan permasalahan perencanaan pendidikan. Analisis bidang dengan metelaah permasalahan perencanaan, mengkonsepsikan dan merancang rencana, evaluasi rencana, menentukan rencana, implementasi rencana, dan yang terakhir adalah evaluasi implementasi rencana dan umpan baliknya yang merupakan kunci dari mendapatkan solusi dari setiap permasalahan. Untuk itu, perencanaan menempati posisi strategis dalam keseluruhan proses pendidikan, dimana perencanaan merupakan langkah awal merumuskan strastegi, dengan mempertimbangkan kemampuan sumber daya organisasi dengan melihat atau mengidentifikasi aspek kekuatan, kelemahan, peluang, hambatan dan tantangan untuk memperkirakan hal itu terjadi dalam mengapai kesuksesan di masa mendatang pada sistem pendidikan.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sudah berusaha memaparkan dan menjelaskan materi dengan semaksimal mungkin, tapi tidak menutup kemungkinan adanya kekeliruan dalam penyusunannya, baik dari segi materi, maupun penyusunannya, oleh karena itu penyusun mengharapakan sumbangsih pembaca untuk penyempurnaan makalah selanjutnya, dan harapan bagi penyusun, semoga makalah ini dapat memberi manfaat dalam proses evaluasi pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

Aprili, Asti. 2014. Kurangnya Pemerataaan Pendidikkan di Indonesia. Website kompasian.

Evitasari, Aning. 2018. Rendahnya Prestasi Siswa , Akses https://www.researchgate.net/publication/324209680_RENDAHNYA_PRESTASI_SISWA.

Firdausi, Queen. 2021. Kualitas Guru Pengaruhi Kualitas Pendidikkan di Indonesia. Di Website kastara.id.

Hananta, Whisnu. April 2018. Rendahya Sarana Fisik Pendidikkan di Indonesia. https://www.researchgate.net/publication/324181394_Rendahnya_Kualitas_Sarana_Fisik_Pendidikan_di_Indonesia.

Nadhofah, Syaziatun. 2022. Rendahnya Kesejahteraan Guru Terhadap Pendidikkan di Indonesia. Kompasiana. https://www.kompasiana.com/syaziatunnadhofah4815/6358fb5ea198757e96058a72/rendahnya-kesejahteraan-guru-terhadap-pendidikan-di-indonesia.

Maulana, Roby Irzal . 22 febuari 2023. Mahalnya Biaya Pendidikkan di Indonesia. Website kompasiana.

Sa’ud, Udin Syaefudin & Makmun, Abin Syamsudin. (2005).Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif .Bandung: Remaja Rosdakarya. Akses

Tidak ada komentar:

Posting Komentar