Jumat, 11 Agustus 2023

Persyaratan Validasi Instrumen Evaluasi

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Evaluasi Pendidikan
Dosen Pengampu : Sabar Siswoyo, M.Pd
Disusun Oleh Kelompok 3 Angkatan 5 :
1. Agis Sugiana (SBA)
2. Hadni (PAI)
3. Uu Ubaidillah (MPI)
4. Yopi Son Haji (SBA)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhaanahu wa ta’aala yang telah melimpahkan petunjuk, kesehatan, ketabahan, dan kesabaran kepada kami penulis makalah “Persyaratan Validasi Instrumen Evaluasi” ini terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi Mahasiswa pada umumnya, dan tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini. Sesungguhnya penulis pun belum memahami secara lebih mendalam mengenai materi ini, dan terus mencari referensi lainnya untuk menambah pengetahuan penulis. Dan sebagai penulis kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya.

Bekasi, 8 September 2023
Penyusun Makalah
Kelompok 03

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang.
1.2 Rumusan Masalah.
1.3 Manfaat Penelitian.
BAB II PEMBAHASAN.
A. Pengertian Validitas Instrumen Evaluasi.
B. Beberapa Kaidah Instrumen Evaluasi Dalam Pembuatan Soal.
C. Validitas Instrumen.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Instrumen.
BAB III PENUTUP.
1.1 Kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu Instrumen dikatakan valid jika instrument yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Apabila seorang guru hendak melakukan tes untuk melakukan penilaian apakah para siswa dapat menguasai pengetahuan yang telah disampaikan di dalam kelas. Untuk memperoleh hasil yang baik, perlu diadakannya pengembangan tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Sekaligus sebagai alat untuk mengukur kemampuan peserta didik. Dari kegiatan ini, seorang guru dapat mengetahui seluk beluk siswa yang diajarkannya, sehingga pembuatan instrument tes dapat dibuat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dilakukan.

Validitas dalam suatu instrument penelitian adalah untuk menunjukkan ketercapaian atau keberhasilan suatu alat dalam mengukur apa yang hendak diukur. Prinsip instrument tes adalah valid tetapi tidak bersifat universal. Derajat validitas hanya berlaku untuk satu kelompok tertentu yang memang telah direncanakan pemakaiannya oleh si peneleti. Misalnya instrument tes ini akan valid jika diujikan dalam kelom A, tetapi belum tentu valid jika diujikan kepada kelompok B.

Mengingat begitu pentingnya pengetahuan tentang validasi instrumen ini dalam proses evaluasi, serta sangat menentukan dalam penentuan keputusan akhir, maka sangat penting kiranya setiap komponen pendidikan juga mengetahui tentang ilmu validasi instrumen ini.    

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan validasi?
2. Bagaimana Kaidah Instrumen Evaluasi Dalam Pembuatan Soal?
3. Apa saja yang termasuk validitas instrumen?
4. Faktor apa saja yang memengaruhi instrumen?

1.3 Manfaat Penelitian

1. Memahami Pengertian Validitas Instrumen Evaluasi.
2. Mengetahui Kaidah Instrumen Evaluasi Dalam Pembuatan Soal.
3. Mengenal validitas instrumen.
4. Mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi instrumen.

BAB II
PEMBAHASAN

Dalam dunia penelitian, instrumen evaluasi memegang peranan krusial dalam mengukur variabel-variabel tertentu yang menjadi fokus studi. Sebelum data dapat diandalkan untuk mendukung temuan dan kesimpulan, instrumen evaluasi harus melalui serangkaian uji validasi yang cermat. Validasi instrumen evaluasi merupakan langkah penting dalam memastikan bahwa alat ukur yang digunakan dapat memperoleh data yang akurat dan dapat diandalkan.

Tujuan utama validasi instrumen evaluasi adalah untuk mengukur sejauh mana instrumen tersebut benar-benar mengukur konstruk yang dimaksud. Oleh karena itu, sejumlah persyaratan harus dipenuhi untuk memastikan bahwa instrumen evaluasi tersebut valid dan dapat diandalkan. Persyaratan tersebut meliputi validitas konten, validitas konstruk, validitas kriteria, reliabilitas, serta pengujian terhadap konstrukta serupa. Memahami dan menerapkan persyaratan validasi ini merupakan langkah awal yang penting dalam menjaga kualitas data dan kesesuaian interpretasi hasil penelitian.

A. Pengertian Validitas Instrumen Evaluasi

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan juga kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam fungsi ukurannya (Azwar, 2000). Validitas merujuk pada suatu ukuran yang menjamin bahwa suatu variabel yang diukur, benar-benar merupakan variabel yang memang diteliti. (Cooper & Schindler, 2006). Validitas dikaitkan dengan suatu perubah dapat mengukur sesuatu yang memang harus diukur. Dalam penelitian validitas menyatakan suatu derajat ketepatan alat ukur dalam suatu instrument penelitian terhadap isi atau variabel yang sebenarnya diukur. Untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur yang dalam hal ini adalah instrumen penelitian dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, maka dilakukan uji validitas atau memberi bukti validitas instrumen penelitian. 

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu instrumen sah atau valid untuk mengukur suatu variable, misalnya pada kuesioner. Angket atau kuesioner dinyatakan valid jika variabel yang akan diukur dapat diunggap melalui angket tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel dapat diukur secara tepat oleh instrumen tersebut. Validitas dalam instrumen penelitian menunjukkan derajat ketepatan instrumen sebagai alat ukur terhadap isi atau apa yang diukur. 

Suatu tes akan mempunyai validitas yang tinggi jika mampu menjalankan fungsinya sebagai alat ukur. Mampu memberikan hasil pengukuran yang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan dari dikembangkannya instrument tersebut. Jika suatu instrument tes misalnya mempunyai validitas yang rendah maka data yang dihasilkan melalui tes tersebut akan diterima sebagai hasil yang tidak relevan atau tidak akurat. Selain merujuk pada ketepatan dalam melakukan pengukuran, validitas instrumen juga dapat merujuk pada keakuratan instrumen. Instrumen yang valid akan memiliki tingkat kecermatan yang tinggi dalam pengukuran. Kecermatan dalam hal ini adalah kemampuan instrumen mendeteksi perbedaan-perbedaan pada atribut yang diukur walaupun perbedaan itu sangat kecil. 

Suatu tes bisa dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika suatu tes tersebut memberikan hasil ukur secara akurat dan tepat. Atau tes tersebut mampu menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan tujuan tes itu dibuat. Jika suatu tes menghasilkan data yang tidak sesuai atau tidak relevan dengan tujuannya maka tes tersebut dikatakan sebagai tes yang tidak valid atau memiliki validitas rendah. Tes yang valid adalah tes yang tepat mengukur secara cermat. Arti kecermatan dalam hal ini adalah mampu mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut yang diukurnya.

Instrumen atau tes sebagai alat pengumpulan data penelitian perlu memenuhi tiga diantara persyaratan penting, yaitu valid reliabel, dan bermanfaat. Instrumen penelitian dikatakan valid apabila hasil interprestasi instrumen dapat mengukur apa yang hendak diukur, reliabel jika mempunyai hasil yang konsisten.

Karakteristik pertama dan memiliki peranan sangat penting dalam instrumen evaluasi, yaitu karakteristik valid. Valid menurut Gronlund (1985) dapat diartikan sebagai ketepatan interprestasi yang dihasilkan dari skor tes atau instrumen evaluasi. Dalam evaluasi pendidikan, validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi:

a. validitas isi yaitu darajat di mana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan substansi yang ingin diukur;

b. validitas konstruk adalah derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk sementara;

c. validitas konkuren adalah derajat di mana skor dalam suatu tes dihubungkan dengan skor lain yang telah dibuat;

d. validitas prediksi adalah derajat yang menunjukkan suatu tas dapat memprediksi tantang bagaimana baik seseorang akan melakukan suatu prospek tugas yang direncanakan.

Validitas suatu evaluasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang berasal dari dalam tes, dari administrasi dan skor, dan dari jawaban siswa.

B. Beberapa Kaidah Instrumen Evaluasi Dalam Pembuatan Soal

Instrumen evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain:

1. Validitas

Sebuah instrumen evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang dimaksud Validilitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu aspek kognitif, psikomotor dan efektif. Tinggi rendahnya validilitas instrumen dapat dihitung dengan uji validilitas dan dinyatakan dengan koefisien validilitas.

2. Reliabilitas

Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapat menghasilkan hasil pengukuran yang tepat. Ketepatan disini tidak diartikan selalu sama tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Jika keadaan seseorang si Upik berada lebih rendah dibandingkan orang lain misalnya si Badu, maka jika dilakukan pengukuran ulang hasilnya si Upik juga berada lebih rendah terhadap si Badu. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat dihitung dengan uji reliabilitas dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.

3. Objectivitas

Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subyektifitas pribadi dari sievaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subyektifitas yang tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman terutama manyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif.

Evaluasi harus dilakukan secara kontinue (terus-menerus). Dengan yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memeperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan audience yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara on the spot dan hanya satu atau dua kali,tidak akan dapat memberikan hasil yang obyektif tantang keadaan audience yang di evaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.

4. Praktibilitas

Sebuah instrumen evaluasi dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memilki ciri : mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audience mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapay dilaksanakan oleh oarang lain.

5. Ekonomis

Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama. Hal ini di sesuaikan dengan kemampuan dan mengukur sasaran hasil evaluasi yang ingin di capai.

6. Taraf kesukaran

Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak mampu merangsang audience putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Di dalam istilah evaluasi index kesukaran ini diberi simbol p yang dinyatakan dengan “proporsi”. Instrumen yang dibuat lebih mudah dapat lebih memicu percepatan hasil evaluasi dan mendorong audience lebih berminat dan tertarik mengikuti alur yang dibuat.  

7. Daya pembeda

Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan antara audience yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audience yang tidak pandai (berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan index Deskriminasi.

C. Validitas Instrumen

Validitas instrumen adalah salah satu aspek kritis dalam mengembangkan dan menggunakan instrumen evaluasi. Validitas merujuk pada sejauh mana instrumen tersebut benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Dalam konteks validitas instrumen evaluasi, terdapat beberapa jenis validitas yang perlu diperhatikan guna memastikan instrumen memiliki kemampuan mengukur konstruk atau variabel yang dituju dengan akurat.

Berikut uraian singkat dari empat macam jenis validitas yang sering digunakan dalam melakukan validitas terhadap instrument suatu penelitian:

1. Validitas Konten

Validitas konten atau biasa disebut juga dengan istilah validasi isi, berkaitan dengan sejauh mana isi dari instrumen mencakup semua aspek penting dari konstruk yang ingin diukur. Validitas ini didasarkan pada penilaian para ahli di bidang tersebut. Pada tahap pengembangan instrumen, para ahli akan menilai apakah pertanyaan-pertanyaan atau item-item dalam instrumen mencerminkan konsep yang ingin diukur. Misalnya, jika instrumen bertujuan mengukur "motivasi belajar," validitas konten akan melibatkan penilaian apakah item-item dalam instrumen memang mencakup berbagai aspek motivasi belajar seperti tujuan belajar, minat, dan usaha.

Validitas isi adalah derajat dimana sebuah tes dapat mengukur kecakupan substansi yang ingin diukur. Dua aspek yang sangat penting untuk memperoleh validitas isi ialah valid isi itu sendiri dan valid teknik dalam melakukan sampling. Validitas isi mencakup hal-hal yang berkaitan dengan suatu item yang bertujuan untuk menggambarkan pengukuran dalam suatu cakupan yang hendak diukur. Sedangkan validitas sampling merupakan istrumen yang berkaitan dengan pengujian bagaimanakah baiknya suatu sampel tes dapat mempresentasikan total cakupan isi yang diteliti.

Validitas isi mempunyai peran yang sangat penting untuk tes pencapaian. Validitas isi pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan para ahli. Tidak ada formula matematis untuk menghitung dan tidak ada cara untuk menunjukkan secara pasti. Melainkan fungsi validitas isi adalah untuk menggambarkan bagaimana suatu tes divalidasi dengan menggunakan validitas isi. Langkah melakukan pertimbangan para ahli untuk melakukan validitas isi seperti beriktu. Pertama, para ahli diminta untuk mengamati secara cermat semua item dalam tes yang hendak divalidasi. Kemudian mereka diminta untuk mengkoreksi semua item yang telah dibuat. Pada akhir perbaikan, mereka diminta untuk memberikan pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut dapat menggambarkan cakupan isi yang hendak diukur. Pertimbangan para ahli tersebut biasanya juga menyangkut kemampuan instrument tersebut dalam mengukur semua aspek yang diwakilkan oleh item soal terhadap apa yang hendak diukur. Atau dengan kata lain, membandingkan antara apa yang harus dimasukkan dengan apa yang hendak diukur dan direfleksikan menjadi tujuan tes.

2. Validitas Konstruk

Validitas konstruk mengukur sejauh mana instrumen tersebut benar-benar mengukur dimensi atau konstruk yang lebih luas. Ini melibatkan penggunaan analisis statistik untuk menguji apakah instrumen dapat memisahkan individu berdasarkan perbedaan dalam konstruk yang diukur. Misalnya, jika instrumen bertujuan mengukur "kepuasan kerja," validitas konstruk akan melibatkan analisis statistik untuk memastikan bahwa instrumen dapat membedakan antara individu yang memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda.

Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk sementara atau hypothetical construct. Secara definitive, konstruk adalah suatu sifat yang tidak dapat diobservasi tetapi dapat dirasakan pengaruhnya melalui satu atau dua indara tubuh. Dalam ruang lingkup pendidikan teknologi kejuruan misalnya, implikasi orang terampil atau memiliki skil dapat dilihat dengan melalui tingkah laku dia ketika dia melakukan pekerjaannya. Konstruk merupakan sebuah temuan atau suatu pendekatan untuk menerangkan tingkah laku.

Proses melakukan validitas konstruk dapat dilakukan dengan cara melibatkan hipotesis testing yang dideduksi dari teori yang menyangkut dengan konstruk yang relevan. Misalnya jika suatu teori kecemasan menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kecemasan yang lebih tinggi akan bekerja lebih lama untuk menyelesaikan suatu masalah, dibandingkan dengan orang yang memiliki tingkat kecemasan yang rendah. Tetapi jika yang berlaku malah sebaliknya, bukan berarti bahwa tes yang sudah baku tadi berarti tidak melakukan pengukuran terhadap kecemasan seseorang. Atau dengan kata lain hipotesis yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang dengan kecemasan tinggi tidak benar. Dari kasus tersebut mengindikasikan bahwa konstruk yang berhubungan dengan orang yang memiliki kecemasan tinggi memerlukan kajian ulang guna mendapatkan koreksi dan untuk melakukan penyesuaian kembali.

3. Validitas Kriteria

Validitas kriteria atau disebut juga dengan validasi konkuren mengukur sejauh mana instrumen dapat memprediksi hasil dari kriteria eksternal yang sudah ada. Ini melibatkan perbandingan antara hasil instrumen dengan hasil dari instrumen lain atau ukuran objektif lainnya yang sudah diakui. Misalnya, jika instrumen digunakan untuk mengukur "kemampuan matematika," validitas kriteria akan melibatkan perbandingan hasil instrumen dengan hasil ujian matematika yang sudah ada.

Validitas konkuren adalah derajat dimana skor dalam suatu tes dihubungkan dengan skor lain yang telah dibuat. Tes dengan validasi konkuren biasanya diadministrasikan dalam waktu yang sama dengan criteria valid yang sudah ada. Seringkali terjadi bahwa pembuatan dan pengembangan tes digunakan untuk pekerjaan yang sama seperti beberapa tes yang lainnya tetapi dengan cara yang lebih mudah dan lebih cepat.

Dalam membuat validitas konkuren dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti dibawah ini:
a. Administrasikan tes yang baru dilakukan tehadap guru atau anggota kelompok.
b. Catatan tes baku yang ada termasuk beberapa koefisien validitasnya jika ada.
c. Hubungkan atau korelasikan dua tes skor tersebut.


4. Validitas Prediksi

Validitas prediksi adalah derajat yang ditunjukkan suatu tes dapat memprediksi tentang bagaimana seseorang akan melakukan suatu prospek tugas atau pekerjaan yang direncanakan. Instrumen validitas prediksi mungkin bervariasi bentuknya bergantung dari beberapa faktor misalnya kurikulum yang digunakan, buku pegangan tang dipakai, intensitas mengajar, dan letak geografis atau daerah sekolah. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan tes prediksi adalah perlunya memperhatikan proses dan cara membandingkan instrument yang divalidasi dengan tes yang telah dibakukan.

Validitas prediksi suatu tes pada umumnya ditentukan dengan membangun hubungan antara skor tes dan beberapa ukuran keberhasilan atau disebut dengan istilah predictor. Sedangkan tingkah laku yang hendak diprediksi pada umumnya disebut dengan istilah criterion. Sekuensi dalam membuat validasi prediksi suatu tes diantaranya mengidentifikasi dan mendefinisikan secara teliti criteria yang akan dicapai. Criteria yang dipilih harus dapat mengukur validitas terhadap tingkah laku yang akan diprediksi.Dan yang perlu diperhatikan oleh seorang peneliti ketika sebuah kriteria telah ditentukan adalah mengenai ketercapaian suatu kriteria terhadap apa yang telah ditentukan.

Dalam menentukan kriteria suatu obyek, sebaiknya hindari jika suatu rata-rata kriteria dasarnya terlalu tinggi. Rata-rata yang terlalu tinggi menandakan bahwa sebuah tes yang telah dilakukan memiliki instrumen soal yang sangat mudah. Ketika kriteria sudah ditentukan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan validitas prediksi suatu tes dengan cara seperti dibawah ini:
a. buat item tes sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai;
b. tentukan grup yang dijadikan subyek dalam pilot study;
c. identifikasi criteria prediksi yang hendak dicapai;
d. tunggu sampai tingkah laku yang diprediksi atau variabel kriteria muncul dan terpenuhi dalam grup yang telah ditentukan;
e. capai ukuran-ukuran kriteria tersebut;
f. korelasikan dua set skor yang dihasilkan.

Dalam menjaga validitas instrumen evaluasi, penting untuk menggunakan kombinasi metode-metode validitas yang relevan sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan memastikan validitas instrumen, peneliti dapat memiliki keyakinan bahwa data yang diperoleh akurat dan dapat dipercaya, sehingga memungkinkan pembuatan kesimpulan yang lebih kuat.


D. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Instrumen

Dalam mengembangkan dan menggunakan instrumen evaluasi, terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi kualitas instrumen serta proses validasinya. Memahami faktor-faktor ini penting untuk menghindari bias dan kesalahan yang dapat mengurangi validitas instrumen.

Berikut adalah beberapa faktor yang perlu diperhatikan:

1. Bahasa dan Kejelasan Pertanyaan

Bahasa yang digunakan dalam instrumen harus jelas, mudah dipahami, dan sesuai dengan pemahaman target populasi. Pertanyaan yang ambigu atau sulit dipahami dapat menghasilkan jawaban yang tidak akurat atau bervariasi. Oleh karena itu, penting untuk menguji instrumen dengan kelompok uji coba dan memperbaiki pertanyaan yang membingungkan.

2. Konteks Budaya dan Sosial

Instrumen evaluasi yang dikembangkan di satu budaya atau konteks sosial mungkin tidak sepenuhnya relevan atau valid jika diterapkan pada budaya atau konteks sosial yang berbeda. Nilai-nilai, norma, dan asumsi budaya dapat mempengaruhi cara orang memahami dan merespons instrumen. Oleh karena itu, instrumen perlu disesuaikan atau diadaptasi agar relevan dalam konteks yang berbeda.

3. Efek Kognitif dan Sikap Responden

Efek kognitif seperti efek halo (seseorang memberikan penilaian yang serupa terhadap semua aspek dalam instrumen) atau efek puas (responden cenderung memberikan penilaian positif) dapat memengaruhi validitas instrumen. Selain itu, sikap dan pandangan pribadi responden terhadap topik yang diukur juga dapat mempengaruhi jawaban yang diberikan. Upaya perlu dilakukan untuk mengurangi efek-efek tersebut.

4. Pengaruh Format Pertanyaan

Format pertanyaan, seperti skala likert, skala semantik diferensial, atau pertanyaan terbuka, dapat memengaruhi cara responden merespons. Pemilihan format yang tepat dan konsisten dengan konstruk yang diukur adalah hal penting untuk menjaga validitas instrumen.

5. Penyusunan Item dan Persepsi Responden

Cara item-item disusun dalam instrumen dan bagaimana responden memahaminya dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Item yang terlalu mirip atau ambigu dapat menghasilkan data yang tidak akurat. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus saat menyusun item serta pengujiannya melalui kelompok uji coba.

6. Karakteristik Populasi Responden

Karakteristik demografis seperti usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, dan pengalaman sebelumnya dapat memengaruhi cara responden merespons instrumen. Variabilitas ini perlu dipertimbangkan saat menganalisis hasil dan menginterpretasikan data.

7. Metode Administrasi

Cara instrumen diberikan kepada responden, apakah melalui wawancara, survei online, atau kuesioner tertulis, dapat mempengaruhi cara responden merespons. Metode ini juga dapat memengaruhi tingkat kejujuran dan keterbukaan responden dalam memberikan jawaban.

8. Pengaruh Lingkungan dan Waktu

Lingkungan fisik dan situasi saat responden mengisi instrumen juga dapat mempengaruhi respons yang diberikan. Faktor-faktor ini dapat mencakup kebisingan, gangguan, atau situasi emosional yang memengaruhi konsentrasi responden.

9. Perubahan Konstruk dan Fenomena

Konstruk yang diukur dalam instrumen evaluasi dapat berubah seiring waktu atau terjadi fenomena baru. Instrumen perlu diuji ulang atau disesuaikan agar tetap relevan dan valid dalam mengukur konstruk yang terus berkembang.

Memahami faktor-faktor yang memengaruhi instrumen evaluasi adalah langkah penting dalam menjaga validitas dan keandalan instrumen. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, peneliti dapat merancang instrumen yang lebih akurat dan relevan serta menghindari bias yang dapat merugikan validitas instrumen.

Bagian di atas memberikan gambaran umum tentang faktor-faktor yang memengaruhi instrumen evaluasi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam pengembangan dan penggunaan instrumen evaluasi, pemahaman terhadap persyaratan validasi dan faktor-faktor yang memengaruhi instrumen menjadi kunci dalam memastikan kualitas dan keandalan data yang dihasilkan. Validitas instrumen adalah elemen inti yang menentukan sejauh mana instrumen mampu mengukur konstruk yang dimaksud. Validitas konten, validitas konstruk, validitas kriteria, dan validitas konstrukta serupa merupakan aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan dalam memvalidasi instrumen.

Namun, validitas instrumen tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor yang memengaruhi instrumen itu sendiri. Bahasa dan kejelasan pertanyaan, konteks budaya dan sosial, efek kognitif, format pertanyaan, serta karakteristik populasi responden semuanya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil akhir instrumen. Metode administrasi, pengaruh lingkungan dan waktu, serta perubahan konstruk dan fenomena juga merupakan faktor penting yang memengaruhi validitas instrumen.

Oleh karena itu, pengembangan instrumen evaluasi yang valid dan andal melibatkan upaya kolaboratif, metode uji coba yang tepat, serta perhatian terhadap konteks penggunaan instrumen. Penerapan prinsip-prinsip validasi dan pengakuan akan kompleksitas faktor-faktor yang memengaruhi instrumen akan membantu meminimalkan bias dan kesalahan yang mungkin timbul, sehingga data yang diperoleh dapat memberikan gambaran yang lebih akurat dan mendalam terhadap konstruk yang diukur.

Dalam penelitian dan pengembangan instrumen, kualitas dan validitas instrumen tidak hanya mencerminkan profesionalisme peneliti, tetapi juga menghormati waktu dan partisipasi responden. Dengan mematuhi persyaratan validasi dan memahami faktor-faktor yang memengaruhi instrumen, kita dapat memastikan bahwa penelitian dan evaluasi yang dilakukan memberikan kontribusi yang berarti terhadap pemahaman dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Kesimpulan di atas mencakup poin-poin utama yang telah dibahas sebelumnya dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

DeVellis, R. F. (2017). Scale Development: Theory and Applications (Fourth Edition). SAGE Publications.

Streiner, D. L., & Norman, G. R. (2015). Health Measurement Scales: A practical guide to their development and use (Fifth Edition). Oxford University Press.

Carmines, E. G., & Zeller, R. A. (1979). Reliability and Validity Assessment (Quantitative Applications in the Social Sciences). SAGE Publications.

Bolarinwa, O. A. (2015). Principles and methods of validity and reliability testing of questionnaires used in social and health science researches. Nigerian Postgraduate Medical Journal, 22(4), 195-201.

Hinkin, T. R. (1995). A review of scale development practices in the study of organizations. Journal of Management, 21(5), 967-988.

https://eurekapendidikan.com/validitas-instrumen/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar