Jumat, 24 Maret 2023

Metode Pendidikan Tazwiid, Tajriib, Tandziir, Taubiikh, dan Tahriim

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr.(C) Lena Rahmidar,M.Si
Disusun Oleh Kelompok 5 :
1. Siti Nur Jannah (PAUD)
2. Akmala Hayati Rosmada (PAUD)
3. Khairun Nisa Azizah (PAUD)
4. Nanda Nur Azizah (PAI)
5. Nurfahira Sahman (PAI)
6. Nida Labibah (PAI)
7. Jannatul Firdausi Nuzula (PAI)


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah Ta’ala. Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Metode Pendidikan Tadwiid, Tajriib, Tandziir, Taubiikh, Tahriim” dapat kami selesaikan dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan baik pembaca dan penyusun makalah ini. Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing perkulihan mata kuliah metode pendidikan serta do’a dan bantuan para penyusun sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.

Kami menyadari bahwasannya dalam penyusunan masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharap kritik dan sarana untuk memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini. Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Purwokerto, 24 Maret 2023
( Penyusun Makalah )

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR,
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang.
1.2 Rumusan Masalah.
1.3 Manfaat Penelitian.
BAB II PEMBAHASAN.
A. METODE PENDIDIKAN TAZWIID
2.1 Pengertian Tazwiid
2.2 Pola Tazwiid Dalam Pendidikan Islam.
B. METODE PENDIDIKAN TAJRIIB.
2.1 Pengertian Metode Tajriib.
C. METODE PENDIDIKAN TANDZIIR.
2.1 Pengertian Metode Tandzir.
2.2 Pola Tandzir Dalam Pendidikan Islam.
D. METODE PENDIDIKAN TAUBIIKH
2.1 Pengertian Metode Taubikh.
2.2 Penerapan Metode Taubikh.
E. METODE PENDIDIKAN TAHRIIM
2.1 Pengertian Metode Tahriim
2.2 Implementasi Metode Tahriim Dalam Keluarga
BAB III PENUTUP.
3.1 Kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode pendidikan adalah teknik untuk membantu para peserta didik dalam belajar sehingga dapat mendapatkan hasil yang optimal, dalam teknik pembelajaran nantinya seorang pengajar harus mengetahui metode yang tepat untuk mengajarkan kepada peserta didiknya guna dapat belajar dengan optimal. Dalam menentukan metode, pengajar haruslah memahami karakter dan kemampuan peserta didik.

Digunakannya model atau teknik dalam proses ajar mengajar sangatlah penting untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran juga memudahkan proses dan hasil belajar siswa sehingga apa yang telah direncanakan bisa diraih dengan sebaik-baiknya dan dapat diterima semudah mungkin oleh peserta didik.

Keberhasilan dalam proses ajar mengajar sangatlah penting adanya kerja sama yaitu seorang pengajar harus mengetahui metode yang tepat dalam proses ajar mengajarnya juga para peserta didik berkontribusi dengan baik dalam proses belajarnya.

Dalam makalah ini akan dipaparkan penjelasan dari “TAZWIID, TAJRIH, TANDZIR, TAUBIKH, TAHRIIM” semoga dengan dipaparkannya penjelasan dari metode tersebut dapat menambah wawasan serta dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penyusun makalah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Metode Pendidikan Tazwiid.
2. Bagaimana Metode Pendidikan Tajrih.
3. Bagaimana Metode Pendidikan Tandzir.
4. Bagaimana Metode Pendidikan Taubikh.
5. Bagaimana Metode Pendidikan Tahriim.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Mengetahui Metode Pendidikan Tazwiid.
2. Mengetahui Metode Pendidikan Tajrih.
3. Mengetahui Metode Pendidikan Tandzir.
4. Mengetahui Metode Pendidikan Taubikh.
5. Mengetahui Metode Pendidikan Tahriim.

BAB II
PEMBAHASAN

A. METODE PENDIDIKAN TAZWIID

2.1 Pengertian Tazwiid

Tazwiid adalah menyiapkan bekal, baik material maupun moral untuk menghadapi kebutuhan masa depan atau tugas-tugas yang akan datang. Bentuk pembekalan dapat berupa latihan ketrampilan, perluasan wawasan, ataupun pemberian bersifat material, seperti uang dan lain sebagainya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaan yang akan datang.

Metode ini dimaksudkan untuk membekali diri dengan segala yang diperlukan di kemudian hari agar tidak mengalami kerugian atau kegagalan. Dalam membekali anak-anak dengan ilmu dan akhlak bagi masa depannya dalam berkecimpung di tengah masyarakat, orang tua dapat menggunakan metode ini.

2.2 Pola Tazwiid dalam Pendidikan Islam

1. Dalam bidang aqidah, misalnya tentang keimanan kepada kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat adalah kehidupan tempat manusia mendapatkan balasan terhadap segala tingkah lakunya di dunia ini, baik itu balasan surga atau neraka. Orang yang ingin mendapatkan balasan surga harus beramal shalih di dunia ini sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Karena itu, anak didik dinasehati agar membekali dirinya dengan amal shalih yang diridhai Allah supaya kelak di akhirat mendapatkan surga.

2. Dalam bidang ibadah, misalnya tentang puasa Ramadhan. Agar anak dapat melaksanakan puasa Ramadhan dengan baik, dijelaskan kepadanya masalah-masalah yang harus dijaga selama berpuasa dan larangan yang harus dijauhinya agar puasanya diridhai oleh Allah. Selain itu, anak dinasehati agar menjaga kesehatan selama puasa, misalnya dengan banyak istirahat, tidak pergi bermain-main seperti hari-hari biasa, dan pada saat berbuka jangan terburu-buru makan kenyang supaya perutnya tidak sakit.

3. Dalam bidang akhlak, misalnya orang tua menasehati anak tentang adab sopan bertamu dan menerima tamu, berbicara kepada orang yang lebih tua, dan lain sebagainya. Anak dinasehati tentang tata cara mempersilakan tamu masuk ke rumah, menjamu tamu, dan menjawab salam tamu. Begitu juga tata cara bertamu ke tempat orang lain, anak diajari bagaimana mengucapkan salam sebelum masuk rumah, memberi salam ketika hendak meninggalkan rumah, dan adab sopan duduk di rumah orang lain. Hal-hal semacam ini dijelaskan kepada anak didik sebelum mereka bertamu atau menerima tamu. Selain dalam bidang-bidang di atas, metode ini juga bisa diterapkan dalam bidang perjuangan agama atau jihad.

Kepada anak atau anak didik diberitahukan bahwa mereka harus selalu siap memperjuangkan agamanya dengan jalan memberantas kemungkaran dan mengajak orang melakukan kebajikan. Perjuangan ini memerlukan keberanian, ketabahan, kesediaan menderita, dan pengetahuan tentang agama secara benar agar dapat membawa umat ke jalan yang benar. Karena itu, anak didik perlu dibekali hal-hal yang dikategorikan amar ma'ruf dan nahi mungkar menurut Islam supaya mereka berjalan di jalan yang diridhai oleh oleh Allah.

Pola penerapan metode tazwiid dapat dilakukan dengan teori dan praktek. Teorinya adalah penyampaian pengetahuan, sedangkan prakteknya adalah praktek lapangan. Misalnya, untuk menjadi khatib, anak didik dapat diberikan pengetahuan teoritis, kemudian dilanjutkan dengan praktek lapangan.

Selain penyampaian pengetahuan dan praktek lapangan, orang tua juga tidak boleh melupakan bahwa termasuk dalam pengertian pemberian bekal kepada anak adalah menyampaikan pengalaman-pengalaman pahit yang merugikan kehidupan pribadi dan agama kita. Hal-hal ini tidak dapat dilepaskan dari bagian mewujudkan anak yang bertaqwa kepada Allah seperti yang dilakukan oleh Nabi Ya'qub 'alaihissalam. Pembekalan yang dilakukan Nabi Ya'qub kepada putra-putranya yang ditugaskan untuk pergi ke Mesir mengimpor bahan makanan merupakan contoh yang bagus bagi orang tua muslim. Dengan metode Tazwiid ini diharapkan orang tua atau pendidik juga terus bersemangat menuntut ilmu agama agar dapat membekali anak anak nya dengan sebaik baik bekal. [1]
[1] Muhammad Thalib, Pendidikan Islam Metode Pendidikan 30T Baandung : irsyad Baitus salam (IBS), 1996

B. METODE PENDIDIKAN TAJRIB

2.1 Pengertian Metode Tajrib

Tajrib mempunyai arti eksperimen yaitu suatu percobaan yang dilaksanakan serta memiliki sistem dan terencana untuk membuktikan kebenaran suatu teori. Teori tersebut akan diakui kebenarannya apabila benar-benar telah bisa dibuktikan dengan tes uji coba.[2]
[2] http://jurnal.um-tapse.ac.id/index.php/al muaddib/articel/download/787/566

Arti tajribi lainnya adalah eksperimen yang dipakai sebagai metode ilmiah untuk meneliti bidang-bidang empiris jadi termasuk didalamnya metode Observasi. Observasi atau pengamatan adalah aktivitas yang dilakukan makhluk terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian ilmu.

Sebenarnya metode ini sudah dipakai pada masa-masa awal kebangkitan ilmiah islam yakni abad ke 9 dan ke 10. Metode ini sangat penting, mengingat pengamatan terhadap benda-benda melalui alat indra tidak selalu akurat karna terdapat kekurangan yang intrinsik terhadap alat indra kita maka diperlukan observasi. Sebagai contoh kekurangan alat indra manusia : Mata tidak bisa melihat dirinya sendiri, mata tidak bisa melihat hal yang terlalu jauh dan hal yang terlalu dekat, mata tidak bisa melihat hal-hal yang ada di balik tirai sementara akal bisa.

Mengingat ada banyak kekurangan yang ada pada alat indrawi kita, bagaimana kita dapat mendapatkan pengetahuan yang orisinil maka diperlukanlah suatu metode yang digunakan untuk mengamati objek-objek yang ditelitinya terdapat dua metode yang terdapat dalam tradisi islam yang dilakukan dalam objek fisik, yakni level teoritis dimana ilmuan islami mengkaji dengan seksama dan kritis karya-karya ilmiah dari bidang fisika tertentu misal astronomi dan kedokteran. Selanjutnya level praktis dimana para sarjana muslim melakukan berbagai eksprimen untuk membuktikan atau menolak teori misalnya mengenai penglihatan yang akhirnya mereka dapat menyimpulkan bahkan menemukan metode baru.[3]
[3] Mulyadikatanegara, Reaktualisasi Tradisi Ilmiyah Islam,( Jakarta: baitulihsan, 2006) hal 187.

C. METODE PENDIDIKAN TANDZIR

2.1 Pengertian Metode Tandzir

Kata tandzir secara bahasa adalah suatu kata yang menunjukkan penakutan (takhwif). Adapun tandzir menurut istilah dakwah adalah penyampaian dakwah di mana isinya berupa peringatan terhadap manusia tentang adanya kehidupan akhirat dengan segala konsekuensinya.[4]
[4] M.Munir, Metode Dakwah, ( Jakarta : kencana,2009),cet.3, hal 263

2.2 Pola Tandzir

Pendekatan metode tandzir dilakukan melalui ilustrasi sanksi, dengan mengetahui akibat buruk ataupun mendapat ancaman suatu kehidupan yang pahit, gersang, dan sangat menyedihkan, yaitu suatu kehidupan An-Nar (Neraka).

Metode tandzir bertujuan untuk mengingatkan kepada seseorang bahwasanya akan adanya ancaman dari Allah kepada orang-orang yang melanggar ketentuan Allah dan Rosul-Nya Shallalahu alaihi wa sallam yaitu beruupa kehidupan yang sempit atau siksaan yang akan menanti di balik kejahatan ataupun keburukan yang telah dilakukan. Dan dengan metode tandzir ini juga dapat membuat seseorang merasa takut ketika ia hendak melakukan kemaksiatan kepada Allah ta’ala.

D. METODE PENDIDIKAN TAUBIKH

2.1 Pengertian Metode Taubikh

Istilah “taubikhiyah” tidak terlalu populer dalam mufradat (vocabulary) bahasa Arab. Kata itu jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari (al-lughah al-yaumiyah). Dalam kamus bahasa Arab yang paling otoritatif, Lisân Al-Arab karya Ibnu Mandhur dan mu’jam Al-Wasith karya Dr. Ibrahim Unais, dijelaskan “taubikhiyah” adalah bentuk masdar (infinitive) dari bentukan kata-kata wabbakha, yuwabbîkhu, tawbîkhan atau tawbîkhiyyatan yang artinya adalah “teguran” atau “peringatan terus menerus” (sebagai bimbingan intensif) dalam bentuk kata-kata yang tegas dan keras atau nasehat yang mendalam. Dari contoh-contoh yang sering dijelaskan Syekh Endang Somalia, taubikhiyah adalah sebuah level kesadaran yang lebih tinggi di atas kesadaran syari’at atau fiqh. Syekh Endang pernah menjelaskan, “bila fiqh menyangkut kesadaran tentang tatacara, taubikhiyah menyangkut kesadaran tentang tatakrama, yaitu adab, sopan santun, etika, kepatutan dan seterusnya.” Misalnya, fiqh mendefinisikan bahwa ibadah sunnah adalah ibadah yang bila dikerjakan mendapat pahala, bila tidak dikerjakan tidak berdosa. Dalam kesadaran taubikhiyah, memahami ibadah sunnah tidak seperti itu. Segala ibadah sunnah yang dilakukan Nabi adalah perilaku Nabi. Perilaku Nabi adalah contoh tauladan yang mulia. Karena beliau adalah contoh tauladan (uswatun hasanah) maka sunnahnya, kebiasaannya, harus diikuti dan diamalkan semaksimal mungkin oleh pengikutnya.Tidak perlu bicara pahala, dosa, siksa dan sebagainya. Mencontoh perilaku Nabi sehari-harinya, kehidupannya dan amal-amal ibadahnya adalah kepatutan setiap Muslim, karena begitulah tatakrama mengikuti pemimpin yang dicintai, apalagi pemimpin itu adalah Nabi Muhammad SAW.[5]
[5] Jama’ah tausiyah Syaghafan-Endanf Somalia,2018

Makna istifham dalam Al-Quran adalah التوبيخ atau التقريع yang berarti celaan atau teguran. Celaan atau teguran itu seringkali terjadi pada sesuatu hal yang nyata. Dan yang dicela adalah perbuatannya. Contohnya seperti terdapat dalam Q.S. Ash-Shaffat [37]: 125:

أَتَدْعُونَ بَعْلًا وَتَذَرُونَ أَحْسَنَ الْخَالِقِينَ

Artinya: "Patutkah kamu menyembah Ba’l dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta",

Atau celaan tersebut karena meninggalkan perintah Allah Subhanahu Wata’alaa. seperti yang terdapat di dalam Q.S. An-Nisaa’ [4]: 97:

قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا

Artinya: Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?"

2.2 Pola Penerapan Taubikh

1). Mencerca siapa saja yang melakukan hal-hal tidak layak menurut pedoman Islam.

2). Menjatuhkan hukuman secara fisik terhadap orang-orang yang melakukan tindakan tercela, sehingga nama orang yang bersangkuan menjadi tercemar dimata orang banyak dan akhirnya dia jera dan tidak mengulangi perbuatan tercelanya.

3). Mengumumkan secara terbuka kesalahan orang yang berbuat tidak layak, sehingga perbuatannya tersebar dan diketahui oleh orang banyak agar yang bersangkutan malu dan menghentikan perbuatan tercelanya.

Dalam menggunakan metode taubikh, orang tua hendaknya melontarkan atau memberikan cercaan yang tidak kasar atau rendah, karena hal tersebut hanya akan menambah perbendaharaan kata-kata tidak baik bagi putra-putrinya. Misalnya, mengunakan kata-kata : bangsat, anjing, babi atau kata-kata keji lainnya yang tidak patut didengar oleh telinga orang yang beradab. Karena itu, dalam mencerca anak karena perbuatan-perbuatan buruknya, orang tua harus tetap menggunakan kata-kata yang mendidik.

Metode taubikh efektif digunakan untuk orang-orang yang melakukan kesalahan pada tingkat pemula, yaitu sekali dua kali berbuat salah dan masih memiliki rasa malu yang tebal. Sebaliknya, terhadap orang-orang yang sudah berlumur dengan dosa, penggunaan metode taubikh mungkin tidak akan membawa hasil. Jadi, diperlukan metode lain untuk mengatasi dan menjadikan orang-orang semacam itu berhenti dari perbuatan tercelanya.

E. METODE PENDIDIKAN TAHRIM

2.1 Pengertian Metode Tahrim

Tahrim yang berarti mengharamkan atau batasan-batasan yang tidak boleh dilakukan dalam metode pendidikan islam, sebelum menjalankan metode pendidikan islam harus mengetahui batasan-batasan terlebih dahulu tidak boleh asal-asalan hanya karena mengikuti trend.

Hal-hal yang diharamkan :
1. Menyekutukan Allah.
2. Durhaka kepada orang tua.
3. Membunuh anak karena takut miskin.
4. Mendekati perbuatan-perbuatan keji.
5. Membunuh jiwa yang diharamkan Allah.

Allah membolehkan melakukan sesuatu, namun juga melarang sesuatu untuk dilakukan. Sebab larangan-larangan yang Allah tetapkan itu dimaksudkan untuk menyeimbangkan kehidupan manusia di dunia ini.

Tujuannya, ketika kita sudah mulai menjalankan metode pendidikan atau pembelajaran, semua yang terlibat baik pendidik dan anak didik tidak merasa keberatan, mengetahui batasan-batasan sebelum menjalankan metode pendidikan untuk para siswa serta untuk menciptakan suasana ketentraman, kerukunan, dan kedamaian dalam hubungan antar individu maupun masyarakat.[6]
[6] Pendidikan islami, Drs.M Thalib

2.2 Implementasi Metode Tahrim Dalam Keluarga

Metode tahrim ini juga berlaku untuk pendidikan dirumah, sebagaimana yang sudah tercantum dalam surat at-tahrim ayat 6, “wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. Semua anggota keluarga dituntut untuk saling mengingatkan namun perlu digaris bawahi ayah memiliki tanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya, ibu bertanggung jawab atas anak-anaknya, namun setiap dari kita adalah pemimpin untuk diri sendiri.[7]
[7] Tafsir Al Misbah, Quraisy Shihab

Pendidikan yang menyangkut mengenai pemeliharaan keluarga dari api neraka, pendidikan yang harus ada dalam sebuah keluarga yakni adanya pemahaman tentang hak dan kewajiban suami, pemahaman tentang hak dan kewajiban istri, serta hak dan kewajiban anak terhadap orang tua. Adanya relevansi antara pendidikan keluarga dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu untuk mendapatkan keridhaan (kerelaan) dari Allah Swt.

Orang tua tidak bisa membiarkan anak-anaknya berbuat semaunya, orang tua harus mengajarkan norma-norma agama dan pergaulan yang beradab, hal pertama yang harus diajarkan adalah tentang larangan-larangan agama, dan memberikan pengertian bahwa larangan-larangan tersebut jika dilakukan dapat merugikan kita.[8]
[8] Al-nahlawi, Abdurrahman, prinsip-prinsip dan metode pendidikan islam,Bandung,Cv, Diponegoro 1992

Adapun pola atau cara mengimplentasikan metode ini dapat dilakukan dengan tiga cara:
1. Secara tertulis, yaitu hal-hal yang terlarang ditulis secara jelas.
2. Dengan pemberitahuan secara lisan, orang-orang yang dikenai larangan cukup diberi tahu secara lisan.
3. Menjadikannya sebagai adat/kebiasaan, jika diantara kita melanggar larangan tersebut kita merasa bersalah.

Manusia tidak bisa berbuat sesuka hatinya dengan mengabaikan larangan-larangan dalam agama, berikut contoh larangan metode tahrim dibidang keagamaan:
1. Dalam bidang aqidah, misalnya larangan menyembah berhala, minta berkah ke kuburan. Setiap dari kita dilarang melakukan perbuatan tersebut karena menyalahi aqidah.
2. Dalam bidang ibadah, misalnya larangan berpuasa pada hari raya idhul fitri dan hari raya idhul adha.
3. Dalam bidang akhlak, misalnya larang berjabat tangan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya. Adanya larangan yang di berlakukan dalam lingkungan keluarga dimaksudkan untuk mendukung terciptanya jiwa keshalihan mengetahui mana yang haq dan bathil, jadi hal-hal yang dikemukakan sebagai larangan harus sejalan dengan syari’at islam.[9]
[9] Izzati, Dinda Ni’matul (2018) konsep Pendidikan Keluarga dalam surat at tahrim, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa dalam proses belajar mengajar sangatlah penting untuk menggunakan metode yang tepat, serta sebelum menentukan metode para pengajar harus mengetahui karakter peserta didik agar mendapatkan keberhasilan dalam proses pembelajaran.

Metode tazwiid yaitu menyiapkan bekal baik material maupun moral untuk menghadapi kebutuhan masa depan/tugas-tugas yang akan datang, metode tajriib yaitu eksperimen dipakai sebagai metode ilmiah untuk meneliti bidang-bidang empiris termasuk didalamnya observasi, metode tandzir dilakukan melalui ilustrasi sansi dengan mengetahui akibat buruk ataupun mendapat ancaman suatu kehidupan yang pahit, metode taubikh yaitu sebagai teguran (sebagai bimbingan intensif), metode tahriim yaitu mengharamkan atau batasan-batasan yang tidak boleh dilakukan dalam metode pendidikan islam, sebelum menjalankan metode pendidikan islam harus mengetahui batasan-batasan terlebih dahulu tidak boleh asal-asalan hanya karena mengikuti trend.

DAFTAR PUSTAKA

Thalib, Muhammad ,1996, Pendidikan Islam Metode Pendidikan 30T Bandung : irsyad Baitus salam (IBS)

http://jurnal.um-tapse.ac.id/index.php/al muaddib/articel/download/787/566

Mulyadikatanegara,2006 Reaktualisasi Tradisi Ilmiyah Islam, Jakarta: baitulihsan, hal 187

Munir, M ,2009, Metode Dakwah, Jakarta : kencana,cet.3, hal 263

Drs Thalib, Muhammad, Jama’ah tausiyah Syaghafan-Endanf Somalia,2018

Pendidikan islami. Shihab, Quraisy, Tafsir Al Misbah

Al-nahlawi, Abdurrahman, prinsip-prinsip dan metode pendidikan islam, Bandung, Cv, Diponegoro 1992

Izzati, Dinda Ni’matul (2018 ) konsep Pendidikan Keluarga dalam surat at tahrim, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar