Jumat, 10 Maret 2023

Metode Pendidikan Taqriib, Tahkiim, Ta'syiir, Taqriir, dan Talwiih.

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. (C) Lena Rahmidar,M.Pd
Disusun Oleh Kelompok 2 Angkatan 5:
1. Yuni Heri Suciasih (PAI)
2. Lutfi Andaristin (PAI)
3. Nurul Hasanah (PAI)
4. Azka Hasanah (SBA)
5. Aisyah (PAI)
6. Efni Redho (PAI)
7. Putri Rahemah (SBA)

KATA PENGANTAR
بسم لله الرحمن الرحيم

إنّ الحمد لله، نحمده م نستعينه و نستغفره، و نعوذ بالله من شرور أنفسنا و من سيّئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضلّ له، و من يضْللْ فلا هادي له، و أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، و أشهد أن محمّدا عبده و رسوله.

يا أيّها الذين ءامنوا اتّقوا الله حقَّ تقاته و لا تموتون إلا و أنتم مسلمون. يا أيّها النّاس اتّقوا ربّكم الذي خلقكم من نفس واحده و خلق منها زوجها و بثّ منهما رجالا كثيرا و نساء و اتّقوا الله الذي تسآءلون به و الأرحام، إنّ الله كان عليكم رقيبا. يا أيّها الذين ءامنوا اتّقوا الله و قولوا قولا سديدا. يصلح لكم أعمالكم و يغفر لكم ذنوبكم، و من يطع الله و رسوله فقد فاز فوزا عظيما. أمّا بَعْدُ

فإنّ أصدق الحديث كتاب الله، و خير الهدي هدي محمّد صلى الله عليه و سلّم و شرّ الأمور محدثاتها، كلّ محدثة بدعة، و كلّ بدعة ضلالة، و كلّ ضلالة في النار. و ُبَعْدُ

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan kemudahan kepada penulis sehingga mampu menyusun makalah dengan judul “Metode Pendidikan (Taqrib, Tahkim, Ta’syir, Taqrir, dan Talwih” untuk melengkapi tugas mata kuliah Metode Pendidikan Islam sebagai materi lanjutan dari mata kuliah tersebut.

Harapan penyusun semoga dengan hadirnya makalah ini, dapat menjadi bekal untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi diri penulis dan para pembaca.

Penyusun menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik, saran dan koreksi sangat penulis harapkan agar makalah ini hadir menjadi lebih baik lagi.

Yogyakarta, Maret 2023
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
I.1. Latar Belakang Masalah.
I.2. Rumusan Masalah.
I.3 Manfaat Penelitian.
BAB II PEMBAHASAN.
A. METODE PENDIDIKAN TAQRIB.
1. Mengenal Kata Matode, Metodologi Dan Taqrib.
1.1 Pendekatan Expository.
1.2 Pendekatan Inquiri.
2. Macam-Macam Metode Pendekatan Pembelajaran.
3. Macam-Macam Metode Pendekatan Komunikasi.
B. METODE PENDIDIKAN TAHKIM.
C. METODE PENDIDIKAN TA’SYIR
Tujuan Metode Pendidikan Dengan Jari.
D. METODE PENDIDKAN TAQRIR.
1. Pengertian Metode Taqrir.
2. Implementasi Metode Taqrir.
3. Proses Implementasi Metode Taqrir.
E. METODE PENDIDIKAN TALWIH.
1. Pengetian Metode Talwih.
2. Contoh Penggunaan Talwih.
BAB II PENUTUP.
KESIMPULAN.
DAFTAR PUSTAKA.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Metode pembelajaran di dalam dunia pendidikan sangatlah bervariasi. Termasuk juga di dalam mengajarkan materi pendidikan islam beserta ilmu alatnya. Seorang guru dituntut untuk menggunakan berbagai macam metode pengajaran. Meskipun demikian, masih ada para pengajar yang belum mengetahui, mengenal dan juga belum menerapkan berbagai macam metode pembelajaran tersebut.

Sebagian besar pengajar mapel pendidikan islam beserta ilmu alatnya hanya fokus menggunakan satu metode saja. Sehingga mengakibatkan adanya sikap kurang semangat bagi peserta didik dalam menjalani proses pembelajaran. Di samping itu, proses pembelajaran yang monoton juga akan menciptakan suasana yang menjenuhkan bagi para peserta didik. Terutama pada sekolah-sekolah berbentuk pondok/pesantren yang mengharuskan menerapkan hijab (pembatas) bila peserta didik adalah kaum wanita dan pengajar adalah laki-laki.

Berawal dari kejenuhan tersebut, tidak menutup kemungkinan peserta didik akan menjadi malas. Malas untuk menyimak, mendengarkan, dan memperhatikan penjelasan dari guru, malas untuk mencatat dan berat untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah diberikan. Bahkan tidak menutup kemungkinan peserta didik bisa tertidur di kelas atau enggan untuk berangkat ke sekolah. Oleh karena itu, agar hal tersebut tidak terjadi maka diperlukan berbagai macam metode pengajaran.

Di dalam metode pendidikan islam terdapat banyak metode yang dapat digunakan. Akan tetapi penulis hanya fokus membahas beberapa metode, yaitu metode taqrib, tahkim, ta’syir, taqrir, dan talwih.

I.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kata metode, metodologi dan taqrib?
2. Apa macam-macam metode pendekatan pembelajaran ?
3. Apa macam-macam metode pendekatan komunikasi?
4. Apa pengertian metode tahkim ?
5. Apa pengertian metode ta’syir ?
6. Apa macam macam metode ta’syir ?
7. Apa pengertian metode taqrir?
8. Apa implementasi metode taqrir?
9. Bagaimana proses implementasi metode taqrir?
10. Apa pengertian metode talwih?
11. Bagaimana penggunaan metode talwih?

I.3. Manfaat Penelitian

1. Mengetahui makna kata metode, metodologi dan taqrib.
2. Mengetahui macam-macam metode pendekatan pembelajaran.
3. Mengetahui macam-macam metode pendekatan komunikasi.
4. Mengetahui pengertian metode tahkim.
5. Mengetahui pengertian metode ta’syir.
6. Mengetahui macam macam metode ta’syir.
7. Mengetahui pengertian taqrir.
8. Mengetahui implementasi metode taqrir.
9. Mengetahui proses implementasi metode taqrir.
10. Mengetahui pengertian metode talwih.
11. Mengetahui penggunaan metode talwih.

BAB II
PEMBAHASAN

A. METODE PENDIDIKAN TAQRIB

1. Pengertian Kata Metode, Metodologi dan Taqrib

Kata method berasal dari methodos yang berarti cara, teknik dan strategi. Sedangkan metodologi berasal dari dua suku kata, method dan logos. Logos adalah ilmu dan keilmuan. Jadi secara istilah, metodologi adalah cara atau teknik dan strategi untuk mendapatkan ilmu. Ilmu dalam bingkai ini dimaksudkan untuk menemukan dan mendapatkan ilmu yang ilmiah melingkupi kajian ontologis, epistemologis, dan aksiologis dari bidang kajian/ilmu yang dipelajari.

Secara bahasa taqrib berasal dari Bahasa Arab, yaitu mashdar dari fi’il tsulatsy mazid dengan tambahan 1 huruf pada ‘ain fi’ilnya (قَرَّبَ - يُقَرِّبُ) yang bermakna pendekatan, perkiraan (kira-kira), sekitar, hampir, mendekati, atau sekeliling. Secara istilah taqrib adalah upaya menyelesaikan masalah melalui pendekatan-pendekatan persuasif maupun normatif.

Sedangkan pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.

Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1), Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach) disebut pendekatan expository.
2). Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) disebut pendekatan inquiry.

1.1. Pendekatan Expository

Pendekatan expository menekankan pada penyampaian informasi yang disampaikan oleh sumber belajar (pendidik/ guru/ ustadz/ mentor/ tutor) kepada peserta didik. Melalui pendekatan ini sumber belajar dapat menyampaikan materi sampai tuntas. Pendekatan expository lebih tepat digunakan apabila jenis bahan belajar yang bersifat informatif yaitu berupa konsep-konsep dan prinsip dasar yang perlu difahami peserta didik secara pasti. Pendekatan ini juga tepat digunakan apabila jumlah peserta didik dalam kegiatan belajar itu relatif banyak.

Pendekatan expository dalam pembelajaran cenderung berpusat pada sumber belajar, dengan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) adanya dominasi sumber belajar dalam pembelajaran,
2) bahan belajar terdiri dari konsep-konsep dasar atau materi yang baru bagi peserta didik,
3) materi lebih cenderung bersifat informasi,
4) terbatasnya sarana pembelajaran.

Langkah-langkah penggunaan pendekatan expository:

a. Sumber belajar menyampaikan informasi mengenai konsep, prinsip-prinsip dasar serta contoh-contoh kongkritnya. Pada langkah ini sumber belajar dapat menggunakan berbagai metode yang dianggap tepat untuk menyampaikan informasi

b. Pengambilan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan baik dilakukan oleh sumber belajar atau peserta didik atau bersama antara sumber belajar dengan peserta didik.

Keuntungan dari penggunaan pendekatan expository adalah sumber belajar dapat menyampaikan bahan belajar sampai tuntas sesuai dengan rencana yang sudah ditentukan, bahan belajar yang diperoleh peserta didik bersifat seragam yaitu diperoleh dari satu sumber, melatih peserta didik untuk menangkap, menafsirkan materi yang disampaikan oleh sumber belajar, target materi pembelajaran yang perlu disampaikan mudah tercapai, dapat diikuti oleh peserta dalam jumlah relatif banyak.

Disamping kebaikan ada juga kelemahannya yaitu pembelajaran terlalu berpusat kepada sumber belajar sehingga terjadi pendominasian kegiatan oleh sumber belajar yang mengakibatkan kreatifitas peserta didik terhambat dan tidak berkembang. Kelemahan lain yaitu sulit mengetahui taraf pemahaman peserta didik tentang materi yang sudah diberikan, karena dalam hal ini tidak ada kegiatan umpan balik.

Untuk mengatasi kelemahan pendekatan ini harus ada usaha dari sumber belajar tentang jenis metode yang digunakan yaitu setelah penyampaian informasi selesai harus ada tindak lanjutnya yaitu dengan menggunakan metode bervariasi yang sekiranya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan permasalahan atau gagasannya yang ada kaitannya dengan materi yang sudah diberikan.

1.2 Pendekatan Inquiry

Istilah inquiry mempunyai kesamaan konsep dengan istilah lain seperti discovery, problem solving dan reflektif thinking. Semua istilah ini sama dalam penerapannya yaitu berusaha untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat belajar melalui kegiatan pengajuan berbagai permasalahan secara sistimatis, sehingga dalam pembelajaran lebih berpusat pada keaktifan peserta didik.

Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inquiry, sumber belajar menyajikan bahan tidak sampai tuntas, tetapi memberi peluang kepada peserta didik untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan menggunakan berbagai cara pendekatan masalah. Bahwa landasan yang mendasari pendekatan inquiry ini adalah hasil belajar dengan cara ini lebih mudah diingat, mudah ditransfer oleh peserta didik. Pengetahuan dan kecakapan peserta didik yang bersangkutan dapat menumbuhkan motif intrinsik karena peserta didik merasa puas atas penemuannya sendiri.

Pendekatan inquiry ditujukan kepada cara belajar yang menggunakan cara penelaahan atau pencarian terhadap sesuatu objek secara kritis dan analisis, sehingga dapat membentuk pengalaman belajar yang bermakna. Peserta didik dituntut untuk dapat mengungkapkan sejumlah pertanyaan secara sistematis terhadap objek yang dipelajarinya sehingga ia dapat mengambil kesimpulan dari hasil informasi yang diperolehnya. Peran sumber belajar dalam penggunaan pendekatan inquiry ini adalah sebagai pembimbing/fasilitator yang dapat mengarahkan peserta didik dalam kegiatan pembelajarannya secara efektif dan efisien.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh dengan menggunakan pendekatan inquiry yaitu sebagaimana berikut ini:

1. Stimulation : Sumber belajar mulai dengan bertanya, mengajukan persoalan atau memberi kesempatan kepada peserta belajar untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.

2. Problem Statement : Peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. Permasalahan yang dipilih selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis.

3. Data Collection : Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis itu, peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objeknya, mewawancarai nara sumber, uji coba sendiri dan sebagainya.

4. Data Processing : Semua informasi itu diolah, dilacak, diklasifikasikan, ditabulasikan kalau mungkin dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

5. Verification : Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada tersebut, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek terbukti atau tidak.

6. Generalization : Berdasarkan hasil verifikasi maka peserta didik menarik generalisasi atau kesimpulan tertentu.

Adapun langkah secara keseluruhan mulai dari perencanaan sampai evaluasi tentang penggunaan pendekatan inquiry adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan pemberian dorongan : Kegiatan ini ditujukan untuk menarik perhatian peserta didik dan mengungkapkan hubungan bahan belajar yang akan dipelajari dengan bahan belajar yang sudah dikuasai atau dalam keseluruhan bahan belajar secara utuh.

2. Kegiatan penyampaian rencana program pembelajaran. Kegiatan ini ditujukan untuk mengungkapkan rencana program pembelajaran, termasuk prosedur pembelajaran yang harus diikuti oleh peserta didik.

3. Proses inquiry. Pelaksanaan pembelajaran dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1). Pengajuan permasalahan
2). Pengajuan pertanyaan penelitian atau hipotesis
3). Pengumpulan data
4). Penarikan kesimpulan
5). Penarikan generalisasi

4. Umpan balik. Kegiatan ini ditujukan untuk melihat respon peserta didik terhadap keseluruhan bahan belajar yang telah dipelajari.

5. Penilaian. Kegiatan penilaian dilakukan oleh sumber belajar baik secara lisan maupun tertulis dan atau penampilan.

Dalam penggunaan pendekatan inquiry, Sumber belajar perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Peserta didik sudah memiliki pengetahuan konsep dasar yang berhubungan dengan bahan belajar yang dipelajari.
2. Peserta didik memiliki sikap dan nilai tentang keraguan terhadap informasi yang diterima, keingintahuan, respek terhadap penggunaan fikiran, respek terhadap data, objektif, keingintahuan dalam pengambilan keputusan, dan toleran dalam ketidaksamaan.
3. Memahami prosedur pelaksanaan penggunaan strategi pembelajaran inquiry.

Apabila pendekatan inquiry digunakan dalam kegiatan pembelajaran maka banyak kelebihan yang diperoleh, diantaranya yaitu :
1. Menumbuhkan situasi keakraban diantara peserta didik, karena diberi kesempatan untuk saling berkomunikasi dalam memecahkan suatu permasalahan.
2. Membiasakan berfikir sistematis dan analisis dalam mengajukan hipotesis dan pemecahan masalah.
3. Membiasakan berfikir objektif dan empirik yang didasarkan atas pengalaman atau data yang diperoleh.
4. Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran.
5. Dapat menambah wawasan bagi peserta didik dan sumber belajar karena terjadi saling tukar pengalaman.

Disamping kelebihan dari pendekatan ini juga tidak lepas dari kelemahan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran yaitu apabila tidak ada kesiapan dan kemampuan dari peserta didik untuk memecahkan permasalahan maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai, juga kemungkinan akan terjadi pendominasian oleh beberapa orang peserta didik yang sudah biasa dalam hal mengemukakan pendapat.

Untuk mengurangi permasalahan yang mungkin muncul, sumber belajar dituntut memiliki kemampuan dalam hal membimbing dan mengarahkan peserta didik supaya mereka dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan potensi yang sudah dimilikinya.

2. Macam-macam Metode Pendekatan Pembelajaran

1. Pendekatan Konstekstual

Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapainya.

Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting,yaitu:

a. Mengaitkan
Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian,mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.

b. Mengalami
Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

c. Menerapkan
Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistik dan relevan.

d. Kerjasama
Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya,siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar,tetapi konsisten dengan dunia nyata.

e. Mentransfer
Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hapalan.

2. Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.

Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.

Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam memberikan arti,serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial.

Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme ,tetapi terdapat beberapa pendekatan konstruktivisme, misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial), sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu (konstruktivisme individu) yang utama.

a. Konstruktivisme Individu

Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya.

b. Konstruktivisme sosial

Berbeda dengan Piaget, Vigotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar individual.

Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme:

1). Dengan adanya pendekatan konstruktivisme,pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.

2). Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.

3). Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.

4). Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari

3. Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum kepada sesuatu yang khusus.

Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus.

4. Pendekatan Induktif

Pendekatan induktif menekankan kepada pengamatan terlebih dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.

5. Pendekatan Konsep

Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.

Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Ciri-ciri suatu konsep adalah:
1. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu.
2. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung.
3. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya.
4. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman.
5. Konsep yang benar membentuk pengertian.

Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu. Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep adalah:
a. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai dengan unsur lingkungan.
b. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
c. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai konsep yang komplek.
d. Penjelasan secara perlahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.

Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu:

1. Tahap enaktik

Tahap enaktik dimulai dari:
a. Pengenalan benda konkret.
b. Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.
c. Pengamatan, penafsiran tentang benda baru

2. Tahap simbolik

Tahap simbolik diperkenalkan dengan:
a. Simbol, lambang, kode seperti angka,huruf. kode,seperti (?=,/) dll.
b. Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya.
c. Memberi nama dan istilah serta definisi.

3. Tahap ikonik

Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti: Menyebut nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.

6. Pendekatan Proses

Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.

Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses, peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya.

7. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat

Pendekatan Science,Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains,Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, CBSA, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan. Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat.

Meskipun istilahnya banyak, namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains,teknologi,dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya.

Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.

3. Macam-macam Metode Pendekatan Komunikasi

Komunikasi adalah hal yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan. Termasuk dalam kegiatan belajar mengajar tentunya, seorang guru tidak hanya sekedar berbicara atau menyampaikan materi/informasi. Guru juga dituntut harus mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan orang lain atau peserta didik untuk menghindari kesalahpahaman. Terkadang, kesalahpahaman dalam berkomunikasi dapat mengakibatkan masalah yang jauh lebih besar. Hal ini karena setiap individu memiliki karakter masing-masing yang tidak bisa disamakan satu sama lain.

Untuk itu, penting bagi seorang guru untuk mengetahui beberapa jenis pendekatan dalam berkomunikasi. Terdapat setidaknya 4 jenis pendekatan, yaitu sebagai berikut:

1. Pendekatan aktor atau subjek

Pendekatan ini juga disebut sebagai pendekatan pihak pertama karena didasarkan pada persepsi si pembicara. Dalam pendekatan aktor, seseorang melakukan komunikasi dengan mempertimbangkan tujuan dan manfaat bagi dirinya sendiri. Dengan melakukan pendekatan ini, maksud dan tujuan si pembicara akan tersampaikan serta mendapatkan respon yang diharapkan.

2. Pendekatan objek

Dalam hal ini, yang diperhatikan oleh pihak penutur adalah persepsi atau sudut pandang lawan bicara. Penutur mempertimbangkan perasaan serta pemikiran lawan bicara sehingga komunikasi yang dilakukan dapat dimengerti dengan baik serta tidak menimbulkan kesalahpahaman. Dalam hal ini, pihak penutur perlu untuk mengetahui siapa lawan bicaranya, apakah dia tua atau muda, latar belakang keluarga, daerah, pendidikan, dan lain sebagainya.

Dalam praktiknya, pendekatan objek sering diabaikan sehingga komunikasi tidak terjalin dengan baik atau bahkan menyebabkan salah satu pembicara tersinggung.

3. Pendekatan emosional

Pendekatan emosional dalam komunikasi adalah kemampuan untuk memposisikan diri di pihak lawan bicara. Tujuannya hampir sama dengan pendekatan objek yang disebutkan di atas, yaitu melihat dari sudut pandang lawan bicara apakah cara komunikasi kita dapat diterima. Namun, dalam hal ini situasi emosi yang lebih ditekankan. Sebagai penutur, seseorang harus mampu berpikir apakah kata-kata yang diucapkan dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara. Selain itu, harus dipastikan pula apakah kata-kata tersebut tidak menyinggung perasaan. Tentunya, penutur harus mempelajari latar belakang lawan bicara dan sebagainya agar hal tersebut dapat dihindari.

4. Pendekatan eksplisit

Manusia memiliki keterbatasannya dalam hal pengetahuan serta untuk memahami manusia lainnya termasuk lawan bicara kita. Maka, pengetahuan eksplisit diperlukan untuk memperkaya pengetahuan kita tentang orang lain. Pengetahuan eksplisit bisa didapatkan dari berbagai sumber misalnya dengan membaca buku, membaca artikel lewat internet, menonton berita, dan lain sebagainya.

Referensi yang diperoleh dari sumber-sumber di atas dapat digunakan untuk memahami orang lain serta melakukan komunikasi dengan mereka dengan cara yang lebih baik lagi. Dengan demikian, tujuan berkomunikasi dapat dicapai sepenuhnya tanpa masalah.

B. METODE PENDIDIKAN TAHKIM

Kata Tahkim berasal dari bahasa Arab التحكيم yang berarti "Penyelesaian Perkara". Bila kedua belah pihak yang bertikai mengadukan perkaranya kepada seseorang yang dipilh dan disenangi orang itu disebut hakam (penengah atau juru damai), antara keduanya. Bertahkim mencari keadilan melalui hakim atas perselisihan yang timbul diantara dua golongan atau lebih. Islam menganjurkan untuk bertahkim jika timbul perselisihan antara sesama.

Peristiwa tahkim yang terjadi antara Ali bin Abi Thalib dan Mu'awiyah memegang peranan penting dalam sejarah politik pemerintahan Islam. Namun di dalam sejarah terkesan bahwa peristiwa tahkim ini banyak berisi konflik antara sesama umat Islam karena di dalamnya terjadi banyak peperangan, peristiwa tahkim perang Shiffin memuat berbagai materi tentang pendidikan Islam salah satunya adalah nilai-nilai edukatif. Ada beberapa peristiwa dalam tahkim perang Shiffin ini yang ternyata hal tersebut mengandung nilai-nilai edukatif, seperti misalnya usaha para Sahabat untuk mengutamakan Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber hukum utama dalam menyelesaikan suatu masalah, adanya sikap-sikap toleransi dan juga tenggang rasa yang terjalin dari para Sahabat. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap tujuan pendidikan Islam yaitu membentuk kepribadian muslim, yaitu pribadi seluruh aspek, baik tingkah laku, kegiatan-kegiatan jiwanya, filsafat hidup dan kepercayaan menunjukkan pengabdian terhadap Allah Subhanahu Wata’ala.

Ada 4 nilai-nilai edukatif dalam peristiwa tahkim perang Shiffin, yaitu: Nilai agama, salah satu contoh adalah bagaimana para Sahabat yang bertikai waktu itu mengembalikan segala urusan kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Nilai Ukhuwah Islamiyah, salah satu contoh adalah bagaimana tawaran perdamaian dengan cara tahkim ini diterima oleh Ali bin Abi Thalib, agar tidak semakin banyak umat Islam yang menjadi korban akibat konflik perang Shiffin, dan demi kemaslahatan umat Islam. Padahal pada waktu itu kubu Ali bin Abi Thalib sudah akan menang. Nilai Toleransi, salah satu contoh adalah bagaimana para Sahabat sebetulnya sama sekali tidak menginginkan timbulnya pertikaian antar sesama. Nilai Moral, salah satu contoh adalah bagaimana banyaknya cerita palsu atau dhaif yang beredar tentang peristiwa tahkim tersebut yang isinya merendahkan atau mendiskreditkan para Sahabat dan kaum muslimin harus bersikap ekstra teliti dalam menerima cerita tersebut.

Implikasi nilai-nilai edukatif peristiwa tahkim perang Shiffin terhadap kajian Ilmu Pendidikan Islam yaitu peristiwa tahkim perang Shiffin telah melahirkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, Keempat nilai dalam peristiwa tahkim perang Shiffin tersebut dapat mempengaruhi terhadap tujuan dari ilmu pendidikan Islam yaitu membentuk akhlak mulia, menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik, terwujudnya insan akademik yang beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala., terwujudnya insan kamil yang memiliki akhlakul karimah, dan sebagai upaya untuk meraih kesuksesan hidup di dunia dan akhirat.[1]
[1] Nilai-Nilai Edukatif Peristiwa Tahkim Perang Shiffin (Kajian Ilmu Pendidikan Islam) , Husnan Sulaiman1 , Aji Mochammad Pradana2 Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Musaddadiyah Garut.

C. METODE PENDIDIKAN TA’SYIR

Sebagai manusia kita mempunyai panca indera yang lengkap yang bisa digunakan untuk memberikan isyarat kepada objek didik untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Hal itu bisa dilakukan dengan menggunakan kedipan mata, gelengan kepala, kepalan tangan atau lainnya.

Metode ini kadang juga menemui kendala karena bukan perkara gampang memberikan pesan dari isyarat tersebut, terlebih kepada anak didik yang kurang memilki saraf kepekaan komunikasi dengan orang lain. [2]
[2] https://www.santrikampung.com/2021/12/metodologi-pendidikan-islam-yang-ideal.html

Abuddin Nata mengutip M.Thalib mengemukakan 30 metode Pendidikan islam yang dirangkum dalam istilah metode 30 T. dan metode Ta’syiir termaksud juga kedalam metode 30 T. Medote Ta’syiir adalah menggunakan benda atau isyarat dalam menyampaikan sesuatu. [3]
[3] http://repository.iainkudus.ac.id/1894/5/5.%20BAB%20II.pdf

Salah satu contoh metode ta’syiir yaitu menggunakan isyarat jari..

Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita untuk mengikuti dan meneladani Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ….

Artinya:
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS.al-Hasyr (59) : 7)

Islam juga menyeru kita untuk meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada [diri] Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu [yaitu] bagi orang yang mengharap [rahmat] Allah dan [kedatangan] hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” {QS.al-Ahzab (33) : 21}

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik teladan bagi peradaban manusia dalam seluruh sisi kehidupan, di mana beliau disifati dengan berbagai perangai yang mulia, dan diutus sebagai pemberi petunjuk, pemberi kabar gembira, pemberi peringatan dan pemberi cahaya penerang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan metode terbaik dalam pengajaran dan metode paling efektif dalam memberikan pengaruh terpuji.

Dari beberapa ayat Al-Qur’an yang terkait dengan penggunaan jari ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan suatu informasi kepada para sahabat, maka kita mendapati bahwa ada beberapa bentuk isyarat jari/gesture yang dipergunakan. Di antaranya dilihat dari jari jemari yang digunakan, maka ada beberapa bentuk, yaitu:
1. Menggunakan sepuluh jari.
2. Menggunakan lima jari.
3. Menggunakan dua jari.
4. Menggunakan salah satu jari.

Jika dilihat dari posisi dan bentuk penggunaan isyarat jari maka dapat kita klasifikasi sebagai berikut:
1. Menggabungkan seluruh jari jemari.
2. Membuat gerakan dengan jari.
3. Menghitung jari.
4. Menunjuk dengan satu jari.
5. Berisyarat dengan dua jari.
6. Membuat lingkaran.

Tujuan Metode Pendidikan dengan Jari

Ketika seseorang berbicara, mereka memberi isyarat, dan isyarat itu sering mengungkapkan informasi yang tidak dapat ditemukan dalam pembicaraan. Pelajar pun tidak terkecuali, Gerakan pelajar dapat mengindeks momen ketidakstabilan konseptual, dan guru dapat menggunakan gerakan tersebut untuk mendapatkan akses ke pemikiran siswa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan isyarat jari dalam menyampaikan informasi, di mana isyarat tersebut dapat menjadi penjelasan bagi permasalahan yang timbul akibat mispersepsi dari informasi yang terkandung dalam hadits lainnya. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam hadits pertama, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jumlah dengan kelima jari beliau. Abu al-Fadl berkata Kemudian Muslim menyebutkan dalam hadits Jibril ini dan shalatnya dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan di dalamnya beliau menghitung dengan jari jemarinya lima shalat, dan begitu pula dalam kebanyakan riwayat dari Ibnu Syihab, begitu pula zhahir hadits Malik dalam al-Muwatha’, dan bukan maksudnya mengulang shalat-shalat tersebut dalam dua waktu, dan telah diriwayatkan tentang Jibril mengimami Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasannya dia shalat dengannya sepuluh kali shalat. Dalam hadits kedua Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan isyarat jari untuk menunjuk ke arah dada yang memberikan informasi tempat atau kedudukan. Muhammad al-Amin al-‘Alawy berkata : Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berisyarat menunjuk, pada sabda beliau : “kepada hati-hati kalian” dengan jari beliau ke arah dadanya, sebabnya karena hati letaknya di dalam dada.

Adanya visualisasi berupa isyarat memberikan tambahan informasi dan juga menjelaskan ataupun menekankan makna lebih dari sekedar ucapan tanpa diikuti gerakan, yang menyebabkan tersampaikannya informasi ataupun maknanya secara sempurna kepada peserta didik.[4]
[4] file:///C:/Users/Hp/Downloads/165-File%20Utama%20Naskah-462-1-10-20220125.pdf

D. METODE PENDIDIKAN TAQRIR

1. Pengertian Metode Taqrir

Kata Taqrir memiliki beberapa makna dan pengertian: تقریر dengan arti ketetapan/kenyataan dan قرار- یقر- قر dengan arti tinggal/diam.[5] Sedangkan dalam istilah ilmu nahwu pengertian tetap selalu bersamaan dengan kontinyuitas (dawam wa istimrar) sehingga pengertian ini dalam pendidikan lebih dekat dengan usaha kontinyuitas dalam belajar untuk dapat meraih hasil yang maksimal.
[5] Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 198 , hal. 334-335.

Pengertian yang telah dikemukakan, baik berdasarkan pengertian bahasa maupun yang dijelaskan dalam al-Qur'an al-Karim bahwa Taqrir mempunyai pengertian diam/tetap dan senang. Dari pengertian ini, penulis memahami pengertian tetap ini merupakan istiqamah/konsekuen yang membutuhkan kontinyuitas dalam sebuah metode pendidikan sehingga dengan ketekunan dan keistiqamahan seseorang dalam belajar akan membuat ilmunya meresap lebih lama dalam dadanya[6]. Hal ini sesuai dengan sebuah syair bahwa istiqamah/ketetapan merupakan bukti kesungguhan seseorang yang belajar, dan dengan ketekunan tersebut merupakan sebagai prasarat keberhasilan. Sebagaimana yang dikatakan dalam kata mutiara: "Siapa bersungguh hati mencari sesuatu, pastilah ketemu; dan siapa mengetuk pintu bertubi-tubi, pastilah memasukinya". Hal ini sesuai dengan sebuah syair bahwa istiqamah/ketetapan merupakan bukti kesungguhan seseorang yang belajar, dan dengan ketekunan tersebut merupakan sebagai prasarat keberhasilan. Sebagaimana yang dikatakan dalam kata mutiara: "Siapa bersungguh hati mencari sesuatu, pastilah ketemu; dan siapa mengetuk pintu bertubi-tubi, pastilah memasukinya".[7]
[6] Dicky Wirianto “Metode Taqrir Sebuah Pendekatan yang Menyenangkan’’ Jurnal Ilmiah VOL. XIII NO. 1, 14-30
[7] Aliy As'ad, Terjemah Ta'limul Muta'alim, Yogyakarta: Menara Kudus, 2007, hal. 53
[
2. Implementasi Metode Taqrir

Metode taqrir mempunyai korelasi dengan metode pendidikan akhlak yang dikemukakan oleh al-Ghazali yaitu pengertian Taqrir dengan pembiasaan dan riyaḍhah (latihan-latihan) dalam membentuk akhlak.

Mujahadah dan riyaḍhah-nafsiyah (ketekunan dan latihan kejiwaan) menurut al-Ghazali ialah membebani jiwa dengan amal-amal perbuatan yang ditujukan kepada akhlak yang baik, sebagaimana kata beliau: ”Maka barang siapa ingin menjadikan dirinya bermurah hati, maka caranya ialah membebani dirinya dengan perbuatan yang bersifat dermawan yaitu mendermakan hartanya. Maka jiwa tersebut akan selalu cenderung berbuat baik, dan ia terus menerus melakukan mujahadah (menekuni) dalam perbuatan itu, sehingga hal itu akan menjadi watak. Di samping itu ia ringan melakukan perbuatan baik yang akhirnya ia akan menjadi orang yang dermawan. Demikian juga orang yang ingin menjadikan dirinya berjiwa tawaḍu’ (rendah hati) kepada orang-orang yang lebih tua, maka caranya ia harus membiasakan diri bersikap tawaḍu’ terus-menerus, dan jiwanya benar-benar menekuni, terhadap perbuatan tersebut sampai hal ini menjadi akhlak dan wataknya sehingga mudah berbuat sesuai dengan akhlak dan wataknya itu. Semua akhlaq terpuji dibentuk melalui cara-cara ini yang akhirnya perilaku yang diperbuatnya benar-benar dirasakan kenikmatannya”[8]
8] Sardiman A.M,Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005, hal. 30.

Taqrir selain memiliki pengertian tetap juga bermakna senang. Dalam penggunaan metode Taqrir seperti yang penulis korelasikan dengan statemen al-Ghazali tentang latihan-latihan atau sekarang juga disebutkan dengan metode drill dan pembiasaan yang kemudian membentuk pengalaman seperti yang diungkapkan oleh John Dewey, memiliki pengertian senang di mana metode ini apabila telah terbiasa dan kontinyu dilakukan akan menimbulkan anak menjadi gemar dan senang dalam belajar sehingga termotivasi dalam menerapkan metode taqrir ini.

Uraian-uraian di atas, baik itu statement dari ahli pendidikan Islam maupun Barat tentang metode-metode pendidikan, sehingga penulis merumuskan bahwa yang dimaksud dengan metode taqrir ataupun apa yang dinamakan dengan taqrir sebagai sebuah metode adalah sebuah jalan ataupun cara dengan pendekatan dan metode yang lebih menyenangkan sehingga subjek didik benar-benar mampu memahaminya dengan lebih lama dan mampu menjelaskannya kembali.

3. Proses Implementasi Metode Taqrir

Dalam implementasinya metode taqrir yang telah dikemukakan di atas bahwa dalam penerapan metode ini yaitu dengan konsep belajar sambil bermain di mana untuk menghilangkan kejenuhan sang peserta didik melalui latihan-latihan dan pembiasaan. Selama pertumbuhannya, minat dan permainan anak selalu terkait dengan perkembangan kemampuannya. Namun setelah koordinasi dasar kaki, tangan, dan bagian badan yang terkait sudah agak mantap, demikian pula perkembangan bahasanya, maka anak sudah mulai mampu merancang berbagai alternatif perbuatan yan lain.

Belajar sambil bermain akan membuat seseorang (subjek didik) merasa lebih menikmati proses pembelajaran yang terintegrasi dalam permainan sehingga tidak membuat anak menjadi bosan dan tidak serius dalam mengikuti proses pembelajaran. Pengintegrasian nilai-nilai edukasi dalam permainan akan menjadikan sebuah motivasi kepada subjek didik dalam mengikuti pembelajaran sehingga melalui metode ini maka proses implementasi metode taqrir dalam pembelajaran lebih praktis.

Oleh karena itu, berbagai permainan sebenarnya dirancang secara sengaja (intentionally) dengan maksud agar anak meningkatkan beberapa kemampuan tertentu berdasarkan pengalaman belajar tersebut. Di sinilah letak fungsi penerapan metode ini dengan membiasakan berbagai latihan-latihan dalam permainan yang membuat anak senang sehingga menimbulkan minat belajar yang tinggi.

Semoga metode ini bisa menjadi kerangka refensial dalam sistem pendidikan ke depan, tentunya setelah melalui uji coba dalam implementasinya di lapangan tentunya. Dengan kata lain metode taqrir ini dapat dikaji dan teliti lebih lanjut untuk pengembangan dan dapat diterapkan dalam lingkungan pendidikan saat ini, di tengah banyaknya berbagai masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan.

E. METODE PENDIDIKAN TALWIH

1. Pengertian Talwih

Secara bahasa talwih berarti, “engkau menunjuk kepada orang lain dari kejauhan”. Sedangkan secara terminologi, talwiih adalah kinayah yang diantara mukanna bih dan mukanna ‘anhu terdapat media atau perantara yang banyak. Bakri Syaikh Amin (1980) mengatakan: “talwih adalah jenis kinayah yang didalamnya terdapat banyak wasaith (media), dan tidak menggunakan gaya ta’ridh (ta’ridh merupakan sindiran yang memiliki makna berbeda dengan ungkapannya, menggunakan bahasa yang lebih halus agar tidak menyinggung orang lain)”. Dengan bahasa lain, Taufiq Alfail (1987) mengatakan bahwa talwih adalah jenis kinayah. Muhammad bin Yazid Al-Mubarrid (285 H) dalam kitabnya al-Kamil. Dalam kitab tersebut beliau mendefinisikan kinayah dengan tiga pengertian. Pertama, untuk menutupi makna yang sebenarnya; kedua, untuk mengagungkan; dan ketiga untuk menghindari kata-kata yang kotor.

Mengomentari talwih dalam al-Qur’an, Zarkasyi (2003) berkata, “talwih adalah seorang mutakallim memberi isyarah kepada pendengarnya pada sesuatu yang dimaksudkannya”.

2. Contoh Penggunaan Talwih

Contoh talwih dalam hal ini adalah firman Allah Ta’ala. Dalam surah al-Anbiya’ ayat 63:

قاَلَ بَلْ فَعَلُوْهُ كَبِيْرُهُمْ هذَا فَاسْأَلُهُمْ إِنْ كَا نُوْ يَنْطِقُوْنَ (لأنبياء : ٦٣)

Artinya:
“Ibrahim menjawab : sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara” (QS. Al Anbiya:63)

Maksud ungkapan فَاسْأَلُهُمْ adalah untuk استهزاء sekaligus mengungkapkan hujjah akan kebenaran tauhid kepada mereka. Pada talwih untuk mencapai makna yang lazimnya, maka ia memerlukan wasaith (media) yang cukup banyak, makna yang dimaksud di dalamnya sendiri tidak diungkapkan.

Contoh lainnya adalah

وَمَا يَكُ فِيَّ مِنْ عَيْبٍ فَإِنَّى * جَبَانُ الكَلْبِ مَهْزُوْلُ الْفَصِيْلِ

Artinya:
“Padaku tidak terdapat aib, karena aku adalah pengecut anjingnya dan kurus anak sapinya.”

Kedua ungkapan di atas bermakna seseorang yang mulia dan dermawan. Orang mulia pasti banyak tamunya sehingga karena seringnya ada tamu sehingga anjingnya tidak mau menggonggong disebabkan tidak mengenali antara tuan dan tamunya. Maksud ungkapan kurus anak sapinya adalah seseorang yang dermawan karena susu sapinya diberikan untuk menjamu sehingga anak sapinya kebagian sedikit susu induknya dan jadinya kurus.

“padaku tidak terdapat aib, karena aku adalah orang yang selalu menghormati tetanggamu.”

Ungkapan ini merupakan kinayah. Adanya perpindahan makna dari haqiqi kepada arti yang lazimnya melalui beberapa wasaith (media) dinamakan kinayah talwih.[9]
[9] https://yuanaryantresna.id/2020/06/03/al-kinayah-dalam-al-quran/

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered approach) : Ekspository, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered approach) : Inquiry.

Macam-macam Pendekatan Pembelajaran: pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL), pendekatan konstruktivisme, pendekatan deduktif (deductive approach), pendekatan induktif, pendekatan konsep, pendekatan proses, pendekatan Science,Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains,Teknologi dan Masyarakat (STM).

Macam-macam pendekatan dalam berkomunikasi: pendekatan aktor atau subjek, pendekatan objek, pendekatan emosional, pendekatan eksplisit.

Ada 4 nilai-nilai edukatif dalam peristiwa tahkim perang Shiffin, yaitu: nilai agama, nilai ukhuwah islamiyah, nilai toleransi, nilai moral.

Implikasi nilai-nilai edukatif peristiwa tahkim perang Shiffin terhadap kajian Ilmu Pendidikan Islam yaitu: membentuk akhlak mulia, menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik, terwujudnya insan akademik yang beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala

Bentuk metode pembelajaran nabawi menggunakan isyarat jari dilihat dari jari jemari yang digunakan, adalah : menggunakan sepuluh jari, lima jari, dua jari, dan salah satu jari. Menurut posisi dan bentuk penggunaan isyarat jari, dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu menggabungkan seluruh jari jemari, membuat gerakan dengan jari, menghitung jari, menunjuk dengan satu jari, berisyarat dengan dua jari, dan membuat lingkaran.

Tujuan dan makna dari metode pembelajaran nabawi menggunakan isyarat jari, adalah visualisasi dan penekanan makna seperti kedekatan, persatuan dan kesamaan, menunjukkan jumlah, dan menunjukkan tempat.

Metode taqrir adalah sebuah jalan atau cara dengan pendekatan dan metode yang lebih menyenangkan sehingga subjek didik benar-benar mampu memahaminya lebih lama dan mampu menjelaskannya kembali.

Implementasinya metode taqrir yaitu dengan konsep belajar sambil bermain, melalui latihan-latihan dan pembiasaan.

Pada metode talwih untuk mencapai makna yang lazimnya, maka ia memerlukan wasaith (media) yang cukup banyak, makna yang dimaksud di dalamnya sendiri tidak diungkapkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://20305891.siap-sekolah.com/2015/05/13/konsep-dasar-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/ diakses 1 Maret 2023

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195404021980112001- IHAT_HATIMAH/Pengertian_Pendekatan,_strategi,_metode,_teknik,_taktik_dan.pdf diakses 3 Maret 2023

https://graduate.binus.ac.id/2021/02/26/4-pendekatan-dalam-komunikasi-yang-penting-diterapkan/ diakses 3 Maret 2023

Jurnal “Nilai-Nilai Edukatif Peristiwa Tahkim Perang Shiffin (Kajian Ilmu Pendidikan Islam)” , Husnan Sulaiman1, Aji Mochammad Pradana2 Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Musaddadiyah Garut

https://www.santrikampung.com/2021/12/metodologi-pendidikan-islam-yang-ideal.html.

http://repository.iainkudus.ac.id/1894/5/5.%20BAB%20II.pdf.

file:///C:/Users/Hp/Downloads/165-File%20Utama%20Naskah-462-1-10-20220125.pdf.

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 198 , hal. 334-335.

Dicky Wirianto “Metode Taqrir Sebuah Pendekatan yang Menyenangkan’’ Jurnal Ilmiah VOL. XIII NO. 1, 14-30. 6 Maret 2023

Aliy As'ad, Terjemah Ta'limul Muta'alim, Yogyakarta: Menara Kudus, 2007, hal. 53

Sardiman A.M,Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005, hal. 30.

https://yuanaryantresna.id/2020/06/03/al-kinayah-dalam-al-quran/ diakses 5 Maret 2023.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar