Minggu, 13 April 2025

Pembagian Fi'il Dan Macam-Macamnya

Materi ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Morfologi Bahasa Arab
Dosen Pengampu : Sabar Siswoyo, M.Pd
Pemateri : Kelompok 1
Anggota :
1. Neng Hindi Hadiyani, NIM. 023210083
2. Sherly Febriana, NIM. 23220034
3. Priti Swardani, NIM. 23220031


DAFTAR ISI

1. Pembagian Fi’il Berdasarkan Waktu Kejadiannya
2. Pembagian Fi’il Berdasarkan Jenis Hurufnya
3. Pembagian Fi’il Berdasarkan Ma’mul-nya
4. Pembagian Fi’il Berdasarkan Bentuk Aktif dan Pasifnya
5. Pembagian Fi’il Berdasarkan Jumlah Hurufnya

PEMBAHASAN

1. Pembagian Fi’il Berdasarkan Waktu Kejadiannya (تَصْنِيْفُ الفِعْلِ حَسَبَ الزَّمَن)

Dalam ilmu ṣarf (morfologi), fi’il dibagi berdasarkan waktu terjadinya perbuatan menjadi tiga jenis utama:

a. Fi’il Māḍī (الفِعْلُ الْمَاضِي)

Pengertian: Kata kerja yang menunjukkan perbuatan yang sudah terjadi di masa lampau.
Ciri: Biasanya diakhiri dengan harakat fatḥah (ـَ).
Contoh:
كَتَبَ (kataba) – Dia telah menulis
ذَهَبَ (dhahaba) – Dia telah pergi

b. Fi’il Muḍāri’ (الفِعْلُ الْمُضَارِع)

Pengertian: Kata kerja yang menunjukkan perbuatan yang sedang atau akan terjadi (present/future tense).
Ciri: Diawali dengan salah satu huruf mudhāri‘ (ن – أ – ي – ت).
Contoh:
يَكْتُبُ (yaktubu) – Dia sedang/akan menulis
نَذْهَبُ (nadhhabu) – Kami sedang/akan pergi

c. Fi’il Amr (الفِعْلُ الأَمْر)

Pengertian: Kata kerja yang digunakan untuk memberikan perintah atau permintaan.
Ciri: Biasanya berbentuk singkat dan tegas; berasal dari fi’il muḍāri’ dengan perubahan tertentu.
Contoh:
اُكْتُبْ (uktub) – Tulislah!
اِذْهَبْ (idhhab) – Pergilah!

2. Pembagian Fi’il Berdasarkan Jenis Hurufnya (تَصْنِيْفُ الفِعْلِ حَسَبَ نَوْعِ حُرُوفِهِ)

Fi’il dalam bahasa Arab dibagi berdasarkan jenis huruf asalnya (huruf fi’il), yaitu apakah mengandung huruf illat (و، ا، ي) atau tidak. Pembagian ini sangat penting karena memengaruhi perubahan (tasrif) fi’il tersebut.

A. Fi’il Shahīḥ (الفِعْلُ الصَّحِيْح)

Pengertian: Fi’il yang tidak mengandung huruf illat (و، ا، ي) dalam huruf asalnya (fa’, ‘ain, dan lam).

Jenis-jenis Fi’il Shahih:
1. Shahīḥ Sālim (الصحيح السالم)

Tidak ada huruf illat dan tidak ada hamzah atau huruf dobel.
Contoh: ذَهَبَ (pergi), كَتَبَ (menulis)

2. Shahīḥ Mahmūz (الصحيح المهموز)

Mengandung huruf hamzah (ء) pada salah satu huruf asal.
Contoh: أَكَلَ (makan), سَأَلَ (bertanya)

3. Shahīḥ Mudha‘af (الصحيح المضعف)

Huruf kedua dan ketiga sama, sehingga terjadi penggandaan (tasydid).
Contoh: مَدَّ (memanjang), رَدَّ (menolak)

B. Fi’il Mu‘tal (الفِعْلُ المُعْتَل)

Pengertian: Fi’il yang mengandung huruf illat (و، ا، ي) pada salah satu huruf asalnya.

Jenis-jenis Fi’il Mu’tal:

1. Mu‘tal Fā’ (المعتل الفاء) – Mithāl

Huruf illat berada di awal (huruf pertama).
Contoh: وَعَدَ (berjanji), يَسَرَ (mudah)

2. Mu‘tal ‘Ain (المعتل العين) – Ajwaf

Huruf illat berada di tengah (huruf kedua).
Contoh: قَالَ (berkata), بَاعَ (menjual)

3. Mu‘tal Lām (المعتل اللام) – Nāqiṣ

Huruf illat berada di akhir (huruf ketiga).
Contoh: دَعَا (mengajak), سَمَا (tinggi)

4. Lafīf (اللفيف)

Mengandung dua huruf illat sekaligus.

Terdiri dari:
- Lafīf Maqrun: dua huruf illat berdampingan.
Contoh: طَوَى (melipat), رَوَى (meriwayatkan)

- Lafīf Mafrūq: dua huruf illat terpisah
Contoh: وَفَى (menepati), وقى (melindungi)

📌 Catatan Penting:
Pengetahuan jenis fi’il ini sangat penting karena memengaruhi bentuk konjugasi (tasrif) fi’il dalam berbagai wazan (pola).
Fi’il mu’tal sering mengalami perubahan atau pengguguran huruf saat ditasrifkan.

3. Pembagian Fi’il Berdasarkan Ma‘mūl-nya (تَصْنِيْفُ الفِعْلِ حَسَبَ مَفْعُوْلِهِ)

Dalam ilmu ṣarf dan nahwu, fi’il dapat diklasifikasikan berdasarkan apakah fi’il tersebut memerlukan objek (maf‘ūl bih) atau tidak. Hal ini berpengaruh pada struktur kalimat yang dibentuk.

A. Fi’il Lāzim (الفِعْلُ اللَّازِم)

Pengertian:
Fi’il yang tidak membutuhkan objek, karena maknanya sudah lengkap tanpa menyertakan maf‘ūl bih.

Ciri:
Biasanya menunjukkan keadaan atau gerakan yang tidak memengaruhi sesuatu.
Contoh:
جَلَسَ (jalasa) – Dia duduk
نَامَ (nāma) – Dia tidur
ذَهَبَ (dhahaba) – Dia pergi
Kalimat sudah sempurna tanpa harus menyebutkan objek.

B. Fi’il Muta‘addī (الفِعْلُ الْمُتَعَدِّي)

Pengertian:
Fi’il yang memerlukan objek untuk menyempurnakan maknanya.

Ciri:
Tanpa objek, maknanya menjadi kurang jelas atau tidak lengkap.
Biasanya dapat diikuti oleh maf‘ūl bih langsung.
Contoh:
كَتَبَ رِسَالَةً (kataba risālah) – Dia menulis surat
أَكَلَ تُفَّاحَةً (akala tuffāhah) – Dia memakan apel

Untuk membedakan fi’il lāzim dan muta‘addī, coba tanyakan “apa?” setelah fi’il. Jika jawabannya masuk akal dan diperlukan, maka itu fi’il muta‘addī.

📌 Catatan Tambahan:
Beberapa fi’il bisa menjadi lāzim atau muta‘addī tergantung konteks dan struktur kalimat.
Contoh:
كَبُرَ (membesar) → lazim
كَبَّرَ (membesarkan) → muta‘addī

4. Pembagian Fi’il Berdasarkan Bentuk Aktif dan Pasifnya (تَصْنِيْفُ الفِعْلِ حَسَبَ الْمَبْنِي لَهُ)

Dalam bahasa Arab, fi’il dapat dibagi menjadi dua berdasarkan apakah pelaku (fā‘il) dari perbuatan disebut atau tidak. Ini berkaitan erat dengan konsep aktif (ma‘lūm) dan pasif (majhūl).

A. Fi’il Mabnī Lil Ma‘lūm (الفِعْلُ الْمَبْنِيُّ لِلْمَعْلُوم)

Pengertian:
Fi’il yang subjeknya (pelaku) disebut secara jelas atau diketahui. Ini adalah bentuk aktif, di mana pelaku melakukan tindakan terhadap objek.

Contoh:
كَتَبَ زَيْدٌ الدَّرْسَ (Zaid menulis pelajaran)
→ "Zaid" adalah pelaku yang diketahui dan disebut.

B. Fi’il Mabnī Lil Majhūl (الفِعْلُ الْمَبْنِيُّ لِلْمَجْهُول)

Pengertian:
Fi’il yang subjeknya tidak diketahui atau tidak disebut. Ini adalah bentuk pasif, di mana perhatian tertuju pada objek yang dikenai tindakan.

Perubahan Bentuk:
Pada fi’il māḍī, harakat huruf pertama diubah menjadi ḍammah, dan huruf sebelum terakhir diubah menjadi kasrah.
كَتَبَ → كُتِبَ (telah ditulis)

Pada fi’il muḍāri’, huruf pertama ḍammah, dan huruf sebelum terakhir fatḥah.
يَكْتُبُ → يُكْتَبُ (sedang ditulis)
Contoh:
كُتِبَ الدَّرْسُ (Pelajaran telah ditulis)
→ Tidak diketahui siapa yang menulisnya.

📌 Catatan Penting:
Dalam bentuk majhūl, objek dari bentuk aktif berubah menjadi na’ibul fā‘il (pengganti subjek) dan harus dalam keadaan marfū‘ (berharakat ḍammah).

Tidak semua fi’il dapat dibentuk menjadi majhūl, hanya fi’il muta‘addī (yang memiliki objek) yang dapat dijadikan bentuk pasif.

5. Pembagian Fi’il Berdasarkan Jumlah Hurufnya (تَصْنِيْفُ الفِعْلِ حَسَبَ عَدَدِ حُرُوفِهِ الأَصْلِيَّة)

Dalam ilmu ṣarf, fi’il diklasifikasikan menurut jumlah huruf asal (huruf asli – bukan tambahan) yang membentuk fi’il tersebut. Huruf-huruf asli ini menentukan jenis wazan (pola) fi’il dan cara penambahan huruf (ziyādah) dalam bentuk-bentuk lainnya.

A. Fi’il Mujarrad (الفِعْلُ الْمُجَرَّد)

Yaitu fi’il yang belum ditambahkan huruf apapun—hanya terdiri dari huruf-huruf asalnya saja.

1. Fi’il Tsulāthī Mujarrad (الفِعْل الثُّلاَثِي المُجَرَّد)

Terdiri dari tiga huruf asli.
Wazan dasar: فَعَلَ

Contoh:
نَصَرَ (menolong)
ضَرَبَ (memukul)
فَتَحَ (membuka)

2. Fi’il Rubā‘ī Mujarrad (الفِعْل الرُّبَاعِي المُجَرَّد)

Terdiri dari empat huruf asli, tanpa tambahan.
Wazan dasar: فَعْلَلَ

Contoh:
دَحْرَجَ (menggelindingkan)
زَلْزَلَ (mengguncang)

B. Fi’il Mazīd (الفِعْلُ الْمَزِيد)

Yaitu fi’il yang telah ditambahkan satu atau lebih huruf pada bentuk dasar (mujarrad). Tambahan ini bisa di awal, tengah, atau akhir.

Contoh dan Jenisnya:
- Mazīd bi Ḥarf (ditambah 1 huruf):
أَكْرَمَ ← dari كَرُمَ (mulia)
Ziyādah: huruf hamzah di awal

- Mazīd bi Ḥarfayn (ditambah 2 huruf):
تَقَدَّمَ ← dari قَدَمَ (maju)
Ziyādah: taʼ dan taṣhdīd

- Mazīd bi Thalāthah Ḥurūf (ditambah 3 huruf):
إِسْتَغْفَرَ ← dari غَفَرَ (mengampuni)
Ziyādah: alif, sīn, dan tāʼ

📌 Catatan Tambahan:

Penambahan huruf pada fi’il mazīd berfungsi untuk menambah makna, seperti:
- ta‘diyah (membuat fi’il menjadi muta‘addī): أَكْرَمَ (memuliakan)
- istif‘āl (meminta sesuatu): إِسْتَغْفَرَ (meminta ampun)
- tafā‘ul (saling): تَقَاتَلَ (saling membunuh)