Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika dan Profesi Keguruan
Dosen Pengampu : Syarifaeni Fahdiah, M.Hum
Disusun Oleh Kelompok 02 :
1. Yusuf Ibnu Kahono, NIM.218620863
2. Yusuf Sharkan, NIM.21862046
3. Febri Helmi, NIM.218620865
4. Hadni, NIM.21862092
5. Muhammad Miftahuddin, NIM.228620096
6. Nanda Fajar Aprillianto, NIM.228620102
7. Robbi Nursalim, NIM.228620122
8. Muhammad Adriel Febrian, NIM.228620093
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah melimpahkan banyak karunia dan nikmat-Nya kepada kita semua, dan selayaknya bagi seorang muslim untuk bersyukur atas karunia dan nikmat tersebut, yaitu dengan selalu beribadah kepada-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau, serta orang-orang yang setia mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat nanti.
Puji syukur kami haturkan kepada Allah Ta’ala karena atas kemudahan dan pertolongan-Nya kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Etika dalam Pendidikan” dan kami juga berharap kepada Allah Ta’ala semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri, mahasiswa kuliah Al-Ma’wa dan kaum muslimin pada umumnya. Dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ustadzah Syarifaeni Fahdiah, M.Hum yang telah memberikan ilmu kepada kami, semoga Allah Ta’ala memberikan keberkahan dan kesehatan kepada beliau, Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Jakarta, 27 September 2024
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.
1.2 RUMUSAN MASALAH.
1.3 MANFAAT PENELITIAN.
1.4 METODOLOGI PENELITIAN.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian etika dan Pendidikan.
2.2 Peran Etika Dalam Pendidikan Dan Pengajaran.
2.3 Penting nya Etika Dalam Pendidikan.
2.4 Prinsip - Prinsip Etika Dalam Pendidikan.
2.5 Penetapan Etika Dan Sikap Dalam Lingkungan Pendidikan.
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etika dalam Pendidikan.
2.7 Strategi Meningkatkan Nilai – Nilai Etika Dalam Pendidikan.
BAB III KESIMPULAN.
DAFTAR PUSTAKA.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Masalah pendidikan di Indonesia saat ini masih seputar rendahnya kualitas, relevansi, efisiensi dan produktifitas serta efektifitas. Penyebabnya adalah, (1) ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang belum memadai baik secara kuantitas maupun kualitas, (2) kesejahteraan pendidik yang belum memadai, (3) sarana dan prasarana yang kurang dan belum di daya gunakan secara optimal, (4) biaya pendidikan yang belum memadai untuk menunjang mutu pembelajaran. Salah satu akar permasalahan adalah rendahnya kualitas tenaga kependidikan.
Etika merupakan cara-cara santun yang dipilih seseorang untuk bertindak dalam berbagai aktivitas yang dilakukannya, untuk mendapatkan tujuan-tujuan tertentu, dengan kata lain untuk menuju tujuan yang mulia hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang mulia pula. Begitulah hendaknya etika berperan dalam pencapaian tujuan pendidikan yang seharusnya berjalan dengan terhormat. Seperti kita ketahui bersama, pendidikan mengajarkan banyak hal tentang kebaikan, keilmuan, kecerdasan emosional, dan berbagai hal untuk membentuk suatu kehidupan yang bermartabat dikemudian hari pada peserta didik, namun bagaimana mungkin jika pendidikan dilaksanakan dengan cara-cara yang tidak terlalu beretika, maka tentu dapat menghasilkan kemerosotan kualitas individu-individu baru yang nantinya akan menjadi mesin penggerak roda bangsa Indonesia, yang pada akhirnya akan menjatuhkan martabat bangsa.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, maka kami susun dalam pertanyaan berikut :
1. Apa yang di maksud dengan Etika Pendidikan?
2. Bagaimana Peran Etika Dalam Pendidikan Dan Pengajaran ??
3. Seberapa Penting Etika Dalam Pendidikan ?
4. Bagaimana Prinsip - Prinsip Etika Dalam Pendidikan ?
5. Apa saja bentuk Penetapan Etika Dan Sikap Dalam Lingkungan Pendidikan ?
6. Jelaskan faktor-faktor yang Mempengaruhi Etika dalam Pendidikan ?
7. Bagaimana Strategi Meningkatkan Nilai – Nilai Etika Dalam Pendidikan ?
1.3 MANFAAT PENELITIAN
Penulisan makalah ini dibuat untuk mengetahui seberapa pentingnya etika dalam dunia sekolah. Maka dari itu, para penuntut ilmu atau guru sehendaknya mengetahui peran etika dalam pendidikan dan pengajaran, sehingga dengan mengetahui hal ini. Kita dapat mengerti bahwa untuk kedepannya memberikan implikasi untuk masa depan pendidikan dan pengajaran.
Setelah mempelajari dan memahami isi dari makalah ini diharapkan mampu menganalisa secara rinci tentang etika profesi kependidikan dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat serta menjunjung tinggi kode etik guru yang berlaku di negara Indonesia.
1.4 METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penyusunan makalah ini kami menggunakan metode kuantitatif yang dimana pengumpulan datanya kami lakukan dengan membaca dari berbagai sumber baik dari buku (pdf) dan link web dengan beberapa perubahan dalam penulisannya yang bisa dipertanggungjawabkan, insyaa Allaah.
Makalah ini ditulis dengan sederhana melalui pengamatan fakta-fakta yang terjadi di Indonesia dengan media informasi elektronik maupun cetak dengan memperhatikan berbagai hal yang mempengaruhinya dan mengaitkannya argumentasi kami yang rasional lalu dilakukan analisis dan sintesis oleh kami/penulis yang kemudian menghasilkan solusi strategis yang sederhana dari hasil pemikiran kami yang dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dengan mempertimbangkan berbagai perkembangan dan karakter siswa dan masyarakat di lapangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ETIKA DAN PENDIDIKAN
1. ETIKA
Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang moralitas, yaitu prinsip-prinsip yang membedakan antara perilaku yang benar dan salah, baik dan buruk, serta apa yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan manusia. Etika mencakup nilai-nilai, norma-norma, dan aturan-aturan yang digunakan sebagai pedoman dalam berperilaku. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, etika membantu seseorang mengambil keputusan yang benar dan adil, serta mempertimbangkan dampak dari tindakan terhadap orang lain dan lingkungan.
2. PENDIDIKAN
Pendidikan adalah proses yang melibatkan transfer pengetahuan, keterampilan, nilai, dan norma dari satu generasi ke generasi lain, dengan tujuan untuk mengembangkan potensi individu. Pendidikan tidak hanya mencakup proses formal yang terjadi di institusi pendidikan seperti sekolah dan universitas, tetapi juga melibatkan pembelajaran informal melalui interaksi sosial, pengalaman, dan lingkungan hidup. Pendidikan berperan penting dalam membentuk karakter, pemahaman, dan kemampuan seseorang untuk berkontribusi secara positif dalam masyarakat.
Kedua konsep ini saling terkait, karena pendidikan sering kali mencakup pengajaran tentang etika sebagai cara untuk membentuk individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki moral dan nilai-nilai yang baik.
Secara detail, Etika merupakan ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan tingkah laku (akhlak). Jadi, etika membicarakan tingkah laku manusia yang dilakukan dengan sadar di pandang dari sudut baik dan buruk sebagai suatu hasil penilaian.
Etika tentu bukan hanya dimiliki bangsa tertentu. Masyarakat dan bangsa apapunmempunyai etika ini merupakan nilai-nilai universal. Nilai-nilai etika yang dikaitkan dengan etos kerja seperti rajin, bekerja keras, berdisiplin tinggi, menahan diri, ulet, tekun dan nilai-nilai etika lainnya bisa juga ditemukan pada masyarakat dan bangsa lain.Kerajinan, gotong-royong, saling membantu, bersikap sopan misalnya masih ditemukan dalam masyarakat kita. Perbedaannya adalah bahwa pada bangsa tertentu nilai-nilai etis tertentu menonjol sedangkan pada bangsa lain tidak. Etika dalam perkembangannya sangat memengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita.
Dengan demikian, etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya. Adapun yang dibicarakan dalam makalah ini, yaitu etika profesi, yang menyangkut hubungan manusia dengan sesamanya dalam satu lingkup profesi serta bagaimana mereka harus menjalankannya, profesinya secara profesional agar diterima oleh masyarakat yang menggunakan jasa profesi tersebut. Dengan etika profesi diharapkan kaum profesional dapat bekerja sebaik mungkin, serta dapat mempertanggung jawabkan tugas yang dilakukannya dari segi tuntutan pekerjaannya.
Secara detail, Profesional berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang biasanya memerlukan persiapan, keahlian dan biasanya memiliki kode etik profesi. Jadi profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang memerlukan keahlian tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Guru adalah salah satu profesi penting dalam penyelenggaraan pendidikan disekolah. Oleh karena itu meningkatkan mutu pendidikan, berarti juga meningkatkan mutu guru. Meningkatkan mutu guru bukan hanya dari segi kesejahteraan, tetapi juga profesionalnya. UU N0. 14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menulai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan siswa usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai guru yang profesional maka harus memiliki kompetensi belajar yang cukup. Kompetensi dalam pembelajaran itu tampak pada kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas belajar sebagai guru. Mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan yang menarik, interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.
Segala sesuatu yang dihasilkan membutuhkan proses, dan proses tersebut harus baik, dalam hal ini harus ber etika, sehingga dapat disadari bahwa etika merupakan dasar yang sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Di lain situasi etika bangsa dan kualitas pendidikan bangsa yang baik menjadikan suatu bangsa menjadi bangsa yang bermartabat. Untuk itu perbaikan pendidikan harus dimulai dari perbaikan etika, untuk memperbaiki etika ribuan tenaga kependidikan di Indonesia bukan lah hal yang mudah, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan, dan perbaikan tetap harus dilakukan meskipun sulit.
2.2 Peran Etika dalam Pendidikan dan Pengajaran
Dalam kehidupan sehari-hari, etika memegang peranan yang sangat penting. Baik dalam bermasyarakat, di lingkungan pendidikan hingga pekerjaan. Etika diartikan sebagai disiplin, nilai-nilai integritas, serta kejujuran ditengah orang lain. Kemudian menerapkannya dalam rutinitas sehari-hari. Tindakan kita akan memengaruhi diri sendiri, juga orang-orang disekitar.
Etikan berdampak pada perilaku dan memungkinkan individu untuk membuat pilihan yang tepat. Etika juga berperan dalam mengatur hidup dan bertindak secara bertanggung jawab.
Pentingnya etika tidak dapat diabaikan dalam banyak lini kehidupan, termasuk mempraktikannya dibidang pendidikan, karena etika akan membantu menetapkan standar tentang apa yang dapat diterima dan apa yang tidak. Etika dalam pendidikan harus diakses oleh guru maupun siswa. Etika dalam pendidikan dinilai sebagai bagian dari hak asasi manusia untuk mendapatkan pendidikan. Hal ini bertujuan untuk menerima ilmu pengetahuan.
Pendidikan adalah kebutuhan manusia untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan berkualitas, seperti yang dapat dipahami dari tujuan pendidikan yang tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 dinyatakan yaitu Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Berahlak, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Tentu banyak pertimbangan bagi pendidikan dan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan ini. Salah satu pertimbangan dalam proses pendidikan ini adalah masalah etika.
Situasi yang muncul dalam dunia pendidikan dewasa ini sungguh memprihatinkan dan meresahkan. Berbagai realistas masyarakat membuktikan bahwa pendidikan secara keseluruhan telah gagal menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Fakta ini terlihat dari banyaknya perilaku tidak pantas yang terjadi di masyarakat, seperti maraknya penggunaan narkoba, penyalahgunaan jabatan, korupsi, manipulasi, perampokan, pembunuhan, pelecehan seksual, pelanggaran HAM, dan penganiayaan. Dengan adanya kejadian tersebut, tidak mengherankan jika pendidikan diposisikan sebagai lembaga yang dianggap gagal mendidik peserta didik yang berahlak mulia.
Berbagai bentuk pelanggaran etika ini tidak hanya dilakukan oleh anak-anak berpendidikan tinggi. Akhir-akhir ini kita banyak mendengar berita dari media arus utama tentang pelanggaran etika yang dilakukan oleh anak-anak sekolah. Ada seorang siswa yang melecehkan temannya atau permasalah sederhana seperti tidak sengaja menjatuhkan makanan temannya dan kemudian memukul temannya. Realitas seperti itu benar-benar telah menghilangkan budaya umat manusia terutama anak-anak mengenai kepekaan sosial, cinta kasih, toleransi, dan gotong royong. Juga maraknya aksi tawuran antar sekolah menggambarkan bahwa etika sangatlah penting.[1]
[1] Joseph Teguh Santoso, 2022 diakses dari https://stekom.ac.id/artikel/etika-dalam-pendidikan/
2.3 PENTINGNYA ETIKA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN
Etika dan moral memiliki peran sentral dalam membentuk karakter individu dan membentuk arah nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Dalam konteks pendidikan, etika memiliki dampak yang mendalam dalam membentuk karakter, moral, dan sikap siswa. Disini kami ini akan menjelaskan secara rinci peran penting etika dalam membentuk karakter dan moral dalam konteks pendidikan, serta dampaknya pada perkembangan individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Penjelasan Etika dan Moral dalam Pendidikan :
Etika adalah seperangkat nilai dan prinsip yang mengatur perilaku manusia dalam interaksi sosial dan lingkungan di sekitarnya. Moral, di sisi lain, adalah pandangan dan tindakan yang berhubungan dengan apa yang dianggap benar dan salah. Dalam pendidikan, etika dan moral berperan penting dalam membentuk cara berpikir, bertindak, dan bersikap siswa.
Berikut yang harus dipahami seorang guru atau tenaga pendidik dalam memahami konsep kuantitas dan kualitas dalam ber etika diantaranya :
1. Pembentukan karakter dan nilai : Etika membantu membentuk karakter individu dengan memberikan landasan nilai-nilai yang kuat. Etika mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, kerja keras, tanggung jawab, dan empati. Pendidikan yang berfokus pada etika membantu siswa memahami nilai-nilai ini dan menginternalisasikannya dalam perilaku mereka sehari-hari.
2. Pengembangan kualitas moral : Etika membantu mengembangkan kualitas moral seperti integritas, rasa hormat terhadap orang lain, serta penghargaan terhadap perbedaan. Ini membantu siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan rekan-rekan, guru, dan orang lain dalam masyarakat dengan penuh penghormatan dan rasa tanggung jawab.
3. Penanaman empati dan kepedulian sosial : Etika merangsang pembangunan empati dan rasa peduli terhadap keadaan dan perasaan orang lain. Siswa yang dididik dengan etika akan cenderung lebih peka terhadap penderitaan orang lain dan merasa terpanggil untuk membantu mereka dalam kebutuhan.
4. Pendidikan tanggung jawab sosial : Etika membantu mengajarkan siswa tentang tanggung jawab sosial mereka sebagai anggota masyarakat. Mereka belajar tentang pentingnya berkontribusi secara positif, berbagi, dan bekerja sama untuk membangun masyarakat yang lebih baik.
Diantara Dampak Positif Etika dalam Pendidikan :
5. Menciptakan individu berintegritas : Pendidikan berbasis etika membantu menciptakan individu yang berintegritas dan konsisten dalam prinsip-prinsip yang mereka yakini. Mereka mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianut, bahkan dalam situasi yang sulit.
6. Pengembangan kemampuan mengambil keputusan yang baik : Guru memberikan pelajaran Etika untuk membekali siswa dengan keterampilan pemikiran kritis yang memungkinkan mereka untuk memahami dampak dari setiap tindakan dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
7. Pembangunan keterampilan sosial dan komunikasi : Etika membantu siswa memahami pentingnya berkomunikasi dengan sopan dan hormat, serta menghargai pandangan orang lain. Ini membantu membangun keterampilan sosial yang diperlukan dalam lingkungan profesional dan pribadi.
8. Menciptakan pemimpin yang bertanggung jawab: Pendidikan berbasis etika menciptakan pemimpin masa depan yang bertanggung jawab, adil, dan mampu memimpin dengan contoh yang baik.
Menurut kami, dalam memilih Strategi Menerapkan Etika dalam Pendidikan yang diantaranya sebagai berikut :
1. Pembelajaran berbasis kasus : Menggunakan studi kasus etika untuk melibatkan siswa dalam pemikiran kritis dan perdebatan mengenai dilema moral.
2. Model perilaku positif : Guru dan staf sekolah harus menjadi contoh perilaku etis bagi siswa.
3. Mengintegrasikan etika dalam kurikulum : Menyertakan topik etika dalam berbagai mata pelajaran membantu siswa melihat hubungan antara etika dan konteks kehidupan sehari-hari.
4. Pendidikan karakter : Mengembangkan program pendidikan karakter yang terstruktur untuk memasukkan pembelajaran etika secara konsisten.
Etika memainkan peran kunci dalam membentuk karakter dan moral siswa, membantu mereka mengembangkan kualitas-kualitas moral yang diperlukan untuk menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan beretika. Pendidikan berbasis etika membantu menciptakan lingkungan di mana individu dapat tumbuh dan berkembang dengan cara yang bermanfaat dan memberi dampak positif pada masyarakat secara keseluruhan. Dengan memberikan perhatian yang tepat pada etika dalam pendidikan, kita berinvestasi dalam masa depan yang lebih baik, di mana nilai-nilai moral dan etika membentuk dasar masyarakat yang lebih baik dan harmonis.
2.4 PRINSIP PRINSIP ETIKA DALAM PENDIDIKAN
Mengajar adalah profesi independen dan tugas ahli yang penuh dengan tuntutan dan melibatkan etika profesional. Aspek utama dari prinsip etika guru disajikan dalam prinsip etika untuk profesi guru yang harus mematuhi standar etika profesional yang tinggi sehingga masyarakat dapat memercayai bahwa guru bertindak secara etis dalam segala situasi.
Guru berhak atas nilai-nilainya sendiri, tetapi dalam pekerjaannya, tanggung jawab guru terikat pada tugas dasar mereka dan standarnya seperti yang telah tercantum pada undang-undang dan kurikulum.
Disini kami paham arti yang mendalam sebuah prinsip itu sendiri sebagai berikut :
1. Prinsip etika guru : Tujuan dari prinsip-prinsip etika guru adalah untuk menentukan standarisasi terhadap etika yang terlibat dalam pengajaran. Etika profesional yang baik adalah salah satu sumber daya guru yang paling penting.
Guru berusaha memahami titik awal, pemikiran dan pendapat peserta didik. Guru dengan penuh perhatian menangani hal-hal yang terkait dengan kepribadian dan privasi siswa. Guru memberikan perhatian khusus kepada siswa yang membutuhkan perawatan, perlindungan. Dalam keadaan apa pun, menoleransi intimidasi atau pelecehan orang lain.
Pekerjaan guru juga mencakup mengajar peserta didik untuk bekerja sama dan menjadi anggota masyarakat yang baik. Membangun kepercayaan diri dan hubungan yang baik adalah bagian dari pekerjaan guru.
2. Keahlian dan nilai guru : Tanggung jawab yang terkait dengan pekerjaan guru didasarkan pada pengetahuan dan nilai serta norma pekerjaan. Tak satu pun dari ini dapat menggantikan yang lain : keahlian yang buruk tidak mengimbangi prinsip-prinsip etika yang baik dan sebaliknya.
Guru harus terus mempertahankan keahliannya, memiliki kepekaan khusus untuk mengenali dilema etika yang terlibat dalam pekerjaan mengajar dan kesiapan untuk bertindak secara etis dalam situasi ini.
3. Memisahkan masalah hukum dan etika : Masalah hukum dan etika harus diperlakukan secara terpisah dalam etika guru. Meskipun tugas dan tanggung jawab dasar seorang guru didefinisikan dalam undang-undang dan standar, etika profesional tidak dapat didasarkan pada paksaan atau kontrol eksternal.
4. Harapan masyarakat : Pergeseran peran guru telah membawa guru lebih dekat dengan siswa. Hal ini menambah tanggung jawab guru terhadap perkembangan peserta didik dan seringkali juga memerlukan kerjasama dengan pihak lain yang bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Penilaian peserta didik terkait erat dengan kekuasaan dan tanggung jawab guru. Etika yang telah dipelajari untuk mencegah guru menyalahgunakan posisinya.
Adapun dalam makna yang lain, terdapat 3 prinsip Etika Profesi Keguruan :
1. Kejujuran akademik : Jujur adalah kecenderungan untuk berbuat atau berperilaku yang sesungguhnya dengan apa adanya, tidak berbohong, tidak mengada-ada, tidak menambah dan tidak mengurangi, serta tidak menyembunyikan informasi. Bersikap jujur adalah berkata apa adanya, terbuka, konsisten dengan apa yang dikatakan dan dilakukan, berani karena benar, serta dapat dipercaya.
Kejujuran akademik berarti jujur dalam peraturan pendidikan. Seseorang yang secara akademis jujur yaitu tidak melakukan tindakan plagiarisme, yang berarti tidak menyalin pekerjaan orang lain atau tidak menggunakan pekerjaan orang lain tanpa izinnya. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kejujuran akademik adalah suatu perilaku dalam lingkup akademik yang dilakukan dengan mengedepankan kebenaran atau kenyataan yang ada, tidak berbuat curang atau berbohong, berkata yang sebenarnya, tidak menyembunyikan suatu informasi apapun, serta bertindak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan di lingkungan sekolah.
Tujuan yang ingin dicapai siswa dalam berperilaku jujur yaitu agar tetap menjaga kejujuran, agar terhindar dari perilaku curang, ingin mengetahui kemampuan dirinya, menjaga kejujuran karena jujur merupakan akhlak yang baik, serta agar terhindar dari perbuatan dosa. Dalam agama islam dianjurkan agar manusia senantiasa selalu berperilaku jujur. Hal ini, kami memahami bahwa moral adalah ajaran tentang baik buruknya suatu perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan lain sebagainya. Moral berhubungan dengan 9 kemampuan seseorang untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Selain itu moral juga merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup. Terdapat beberapa macam atau karakteristik dari perilaku jujur, yaitu perilaku yang diikuti dengan hati yang lurus (ikhlas), berbicara sesuai dengan kenyataan, dan berbuat sesuai bukti dan kebenaran yang ada. Dengan demikian, kejujuran merupakan salah satu unsur kekuatan spiritual, akhlak mulia, dan kepribadian dalam diri seseorang.
2. Rasa hormat dan toleransi : Pendidikan toleransi sejatinya dipraktikkan dalam proses pembelajaran dan menjadi budaya dari dunia pendidikan. Sekolah dan lembaga pendidikan lainnya seharusnya menjadi tempat yang aman dalam menghadirkan serta mendukung nilai dan sikap toleransi. Setiap insan pendidikan, baik siswa dan tenaga pengajar harus memiliki prinsip menghargai perbedaan, mengapresiasi keragaman, dan menguatkan nilai-nilai kebangsaan.
Para guru dapat memasukkan unsur pendidikan toleransi pada mata pelajaran apa pun, tidak hanya pelajaran pendidikan kewarganegaraan atau pendidikan agama saja. Karena kita sendiri mengajar disekolah yang berbasis agama, perlu diterapkan pada sekolah campur seperti SD, SMP dan SMA pada umumnya. Selain itu, pendidikan toleransi tidak hanya dikemas sebagai teori saja tetapi juga dipraktikkan sehingga para pelajar dapat melihat dan merasakan secara langsung bentuk dari toleransi itu sendiri.
Tidak hanya di lingkungan sekolah, keluarga dapat menjadi wadah pemahaman akan sikap dan nilai toleransi. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi setiap individu di mana memiliki peran utama dalam proses pembentukan karakter seorang anak. Penanaman sikap dan nilai toleransi mampu membentuk pengetahuan anak akan keberagaman yang ada. Dengan mengajarkan hal tersebut, anak dapat mengetahui serta mengamalkan sikap dan nilai toleransi sedari dini.
3. Tanggung jawab profesional : Prinsip ini menuntut agar setiap guru profesional memiliki dan diberi kebebasan dalam menjalankan profesinya.
Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Tugas dan tanggung jawab guru adalah mengajar atau menyampaikan kewajiban kepada peserta didik.
4. Keadilan dan kesetaraan : Kami telah mengkaji karena keadilan dalam pendidikan dapat menunjang masa depan bangsa kedepannya. Jika pendidikan adil merata serta baik, maka penerus bangsa pun semakin banyak yang berkualitas dan itu dapat mengembangkan kembali kualitas bangsa untuk bersaing dalam dunia internasional. Faktor yang mempengaruhi tidak semua kalangan menikmati pendidikan adalah faktor ekonomi, faktor sosial, faktor khusus seperti orang berkebutuhan khusus dan faktor geografis untuk sekolah yang tidak terjangkau. Faktor-faktor inilah yang membuat sulitnya keadilan dalam pendidikan.
Tujuan utama pendidikan inklusif bagi siswa yang memiliki hambatan adalah keterlibatan yang sebenarnya pada tiap-tiap anak dalam kehidupan sekolah yang menyeluruh, dengan menghilangkan hambatan-hambatan untuk belajar dan berpartisipasi tanpa diskriminasi.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan merupakan sebuah upaya untuk menciptakan pendidikan yang adil dan dapat dinikmati segala kalangan dengan menghilangkan hambatan serta halangan belajar tanpa diskriminasi dari pihak manapun. Selain adanya diskriminasi terhadap difabel ada juga diskriminasi terhadap perempuan dalam pendidikan. “masih terdapat ketidaksetaraan gender yang cukup besar dalam bidang pendidikan di Indonesia. Ketidaksetaraan ini ditemukan tidak hanya melalui indikator yang dengan mudah diperoleh dari data sensus penduduk, seperti kemampuan membaca, penerimaan siswa baru, prestasi dan tingkat pendidikan yang dicapai, tetapi juga di beberapa aspek lain di bidang pendidikan yang menjadikan kesetaraan sebagai aspek yang cukup penting. Sebagai contoh dalam proses pendidikan masih ada perlakuan yang tidak adil yang merugikan anak perempuan misalnya, kegiatan pembelajaran dan proses interaksi dalam kelas seringkali bersifat merugikan murid perempuan. Guru secara tidak sadar cenderung menaruh harapan dan perhatian yang lebih besar kepada murid laki-laki dibanding murid perempuan.”
Dari Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa diskriminasi masih terjadi di Indonesia terkhusus gender. Dalam pendidikan seharusnya gender tidak terlalu mempengaruhi prestasi dalam belajar. Tapi, jika karena gender tersebut lahir diskriminasi maka pendidikan yang adil pun tidak dapat terwujud dengan baik. Pendidik dalam hal ini Guru seharusnya tidak cenderung memilih salah satu gender tapi, harus sama rata.
2.5 PENETAPAN ETIKA DAN SIKAP DALAM LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Dengan ini kami memperhatikan untuk etika tersendiri dalam menyikapi dan membekali seorang guru itu harus diwajibkan melihat bagaimana seorang guru harus bersikap dengan bijak, baik, dan sopan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam sikapnya, sebagai berikut :
1. Sikap terhadap anak didik : Dalam kode etik guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa “guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila”. Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari yakni tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing,dan prinsip pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
2. Sikap terhadap tempat kerja : Suasana yang baik ditempat kerja akan meningkatan produktivitas.hal ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh setiap guru, dan guru berkewajiban menciptakan suasana yang demikian dalam lingkungannya. Untuk menciptakan suasana kerja yang baik ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu : guru sendiri,hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu, guru harus aktif mengusahakan suasana yang baik itu dengan berbagai cara,baik dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai,maupun dengan penyediaan alat belajar yang cukup,serta pengaturan organisasi kelas yang mantap ataupun pendekatan lainnya yang diperlukan.
3. Sikap terhadap pekerjaan : Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat memerlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil. Barang kali tidak semua orang dikarunia sifat seperti itu,namun bila seseorang telah memilih untuk memasuki profesi guru,ia dituntut untuk belajar dan berlaku seperti itu. Perlu diperhatikan oleh seorang guru baik secara pribadi maupun secara kelompok,untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Guru sebagai mana juga dengan profesi lainnya tidak mungkin dapat meningkatkan mutu dan martabat profesinya bila guru itu tidak meningkatkan atau menambah pengetahuan dan keterampilannya, karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etika dalam Pendidikan
Etika harus ditanamkan pada anak mulai dari usia dini. Di era globalisasi saat ini para siswa seperti kehilangan arah dan tujuan. Mereka terjebak pada lingkaran dampak globalisasi yang lebih mengedepankan sikap tidak peduli, lebih mengarah pada sifat anarkisme bahkan banyak masyarakat menganggap generasi muda sekarang tidak memberikan pengaruh positif sebagai seorang yang terpelajar.
Faktor-faktor kurangnya etika dalam pendidikan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori :
1. Faktor Internal
- Kurangnya pemikiran masa depan.
Siswa tidak memiliki pemikiran akan masa depan, yang menyebabkan mereka tidak memiliki tujuan jangka panjang dan tidak memiliki disiplin diri.
- Kurangnya pendidikan moral.
Pendidikan moral yang kurang mempengaruhi siswa, sehingga mereka tidak memiliki nilai-nilai moral yang sesuai dengan budaya bangsa.
2. Faktor Eksternal
- Kurangnya interaksi antara orangtua dan anak.
Kurangnya interaksi antara anak dan orangtua karena adanya gadget, sehingga anak-anak tidak memiliki sosialisasi yang baik.
- Kurangnya pemerataan pendidikan.
Pemerataan pendidikan yang kurang mempengaruhi siswa, sehingga mereka tidak memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang baik.
3. Faktor Lingkungan
- Kurangnya lingkungan yang hebat.
Siswa tidak memiliki lingkungan yang dapat mempengaruhi dan mendukung dalam pendidikan etika yang baik.
- Kurang nya media massa yang positif.
Media massa yang kurang mempengaruhi siswa, sehingga mereka tidak memiliki sumber informasi yang positif dan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika.
4. Faktor Pendidikan
- Kurangnya pendidikan karakter
Pendidikan karakter yang kurang dapat mempengaruhi siswa, sehingga mereka tidak memiliki karakter yang sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika.
- Kurangnya pendidikan agama.
- Kurangnya pendidikan agama dapat mempengaruhi siswa, sehingga mereka tidak memiliki nilai-nilai moral dan etika yang berlandaskan agama.
2.7 Strategi Meningkatan Nilai-nilai Etika dalam Pendidikan
Strategi pengajaran yang dapat meningkatkan nilai etika dalam pendidikan merupakan hal yang penting untuk membentuk karakter yang baik pada generasi muda.
Berikut adalah beberapa starategi yang dapat diterapkan untuk mencapai tujuan tersebut :
1. Model etika oleh guru
Guru harus menjadi contoh teladan dalam perilaku etika. Mereka harus menunjukkan integritas, empati, dan etika yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pembelajaran berbasis kasus
Menggunakan studi kasus nyata untuk memperkenalkan siswa pada situasi yang memerlukan pemikiran etis. Hal ini membantu siswa memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan mempertimbangkan nilai-nilai etika dalam pengambilan keputusan.
3. Diskusi etika
Mendorong diskusi terbuka tentang isu-isu etika dalam kelas. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi pandangan mereka dan mempertimbangkan perspektif yang berbeda.
4. Mengintegrasikan etika dalam kurikulum
Menyelipkan pembelajaran etika dalam setiap pembelajaran. Hal ini membantu siswa melihat relevansi nilai-nilai etika dalam konteks yang berbeda.
5. Program pengembangan karakter
Mengadopsi program pengembangan karakter yang terstruktur untuk membantu siswa memahami nilai-nilai etika dan mengembangkan karakter yang baik.
6. Keterlibatan orangtua dan masyarakat
Melibatkan orangtua dan masyarakat dalam mendukung pembentukan karakter siswa. Kolaborasi antara sekolah, orangtua, dan masyakarat dapat memperkuat nilai-nilai etika yang diajarkan.
7. Penguatan empati dan kepedulian
Mengajarkan siswa untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain, serta mendorong mereka untuk peduli terhadap kesejahteraan orang lain.
8. Penghargaan atas perilaku etis
Memberikan penghargaan dan pengakuan atas perilaku etis yang ditunjukkan oleh siswa. Hal ini dapat menjadi dorongan positif bagi siswa untuk terus mempraktikkan nilai-nilai tersebut.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini secara konsisten, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman siswa tentang nilai etika, serta membantu mereka menajdi individu yang bertanggung jawab dan beretika dalam kehidupan mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika dalam dunia pendidikan sangatlah penting. Karena dengan etika yang baik akan memunculkan generasi penurus bangsa yang unggul atau SDM yang tinggi. Hendaklah para guru senantiasa menjadi contoh yang baik untuk para muridnya, etika tidak hanya disampaikan sebatas teori saja akan tetapi juga harus dengan contoh perbuatan sosial. Misal, ketika berinteraksi dengan siswa atau ketika berinteraksi dengan sesama guru, sesama pegawai.
Dalam menerapkan pembelajaran etika yang baik terhadap siswa, tentunya akan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga pembelajaran tidak bisa berjalan dengan baik. Akan tetapi, guru harus terus berinovassi dan mengusahakan agar pembelajaran etika dalam pendidikan bisa tersampaikan dengan baik, sehingga para siswa memeliki etika yang baik, baik dalam lingkungan sekolah, rumah, ataupun lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2009. Kualitas Pendidikan di Indonesia.
Achmad, Kholiq, 2019, diakses dari https://id.scribd.com/document/432929485/ETIKA-DALAM-PENDIDIKAN/
Dr. Santoso, Joseph Teguh, M.kom, 2022 diakses dari https://stekom.ac.id/artikel/etika-dalam-pendidikan/
Dwi, Anugrah, 2023 diakses dari https://fkip.umsu.ac.id/pengertian-dan-contoh-nilai-etika-dalam-pendidikan-karakter/
Emosda. (2011). Penanaman Nilai-nilai Kejujuran dalam Menyiapkan Karakter Bangsa. Innovatio, Vol. X, No. 1, 151-166.
Fatimah, E. (2006). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: CV Pustaka Setia.
Getteng, Abd.Rahman. Menuju Guru Profesional dan Ber-Etik Yogyakarta: graha guru, 2013.
Hamzah B. Uno, Profesi Kepedidikan, Bumi Aksara, Jakarta.2008.
Jamani, H., Arkanudin, & Syarmiati. (2013). Perilaku Siswa Pengguna Handphone Studi Kasus Pada Siswa SMP Negeri 4 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSS-2013, 1-14.
Koellhoffer, T. (2009). Character Education: Being fair and honest. NewYork: Infobase Publishing.
Lestari, Dewi Ayu, dkk. “Pentingnya etika dan moral dalam pendidikan”. Jurnal Pendidikan dan Sosial Humaniora. Vol.4 No.3, 2024, hal. 47-48.
Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan Bandung : Alfabeta.
Saondi, Ondi. 2012. Etika Profesi Keguruan. Bandung : PT Refika Aditama.
Suparno. (2008). Desain Pembelajaran Untuk Guru TK Inklusif, (2), 388–400.
Suparno. (2014). - Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014, 1, 86–100.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian UNY, 2001.
Zuchdi, Darmiyati. Pendekatan Pendidikan Nilai Secara Komprehensif Sebagai Suatu Alternatif Pembentukan Akhlak Bangsa (Makalah Seminar).