Sabtu, 27 Juli 2024

Media dan Metode Pembelajaran

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu : Muh. Ihsanudin, M. Phil
Disusun Oleh Kelompok 7 :
1. Azka Hasanah (SBA)
2. Khairun Nisa Nurpratiwi (PAUD)
3. Suci Mardhotilla (PAUD)
4. Nanda Nur Azizah (PAI)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami senantiasa haturkan atas kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Media dan Metode Pembelajaran sebagai salah satu tugas mata kuliah ilmu Tafsir Tarbawi.

Sholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi kita Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, beserta keluarga beliau, dan sahabat-sahabat beliau Insya Allah sampai kepada kita yang senantiasa berusaha mengamalkan sunnah-sunnah beliau.

Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi serta bisa membuat kita semua yang membaca makalah ini mengetahui apa itu media dan metode pembelajaran dan tafsir ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan hal tersebut.

Kami menyadari masih banyak celah dan kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan demi perbaikan makalah ini.

Segala kekurangan yang ada pada makalah ini adalah milik kami penyusun dan segala kelebihannya milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami penyusun khususnya dan bagi para pembaca.

Lahat, 26 Juli 2024 M / 20 Muharram 1446 H

Penyusun Makalah
Kelompok 7

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB IPENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang.
1.2 Rumusan Masalah.
1.3 Manfaat Penelitian.
BAB II PEMBAHASAN.
2.1 Pengertian Media Pembelajaran.
2.2 Pengertian Metode Pembelajaran & Macam-macam metode pembelajaran.
BAB III PENUTUP.
3.1 Kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Media dan metode pembelajaran adalah 2 (dua) hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran merupakan sebuah sarana atau alat yang digunakan oleh pendidik untuk memudahkan penyampaian materi kepada peserta didik. Media pembelajaran sangat membantu pendidik dalam mengajar disekolah agar peserta didik tertarik dan termotivasi untuk belajar dan menghindari kebosanan atau kejenuhan dalam belajar. Dengan menggunakan media pembelajaran maka peserta didik bisa mendapatkan pengalaman belajar yang konkret dan menyenangkan.

Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dari proses pembelajaran yang kehadirannya akan sangat menentukan tingkat keberhasilan dari pembelajaran yang dilakukan. Sebagai pendidik diharapkan mampu mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar secara efektif. Maka dari itu pendidik harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar mengajar dan salah satunya adalah tentang memilih metode pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran sangat penting agar peserta didik tidak bosan dan jenuh dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang kurang baik dan menarik akan mempengaruhi minat belajar peserta didik menjadi kurang baik dan menarik pula. Karena itulah, sebagai pendidik kita harus punya pengetahuan agar dapat menyusun metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa agar siswa termotivasi untuk belajar, pembelajaran menjadi efektif dan efisien serta tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Melaksanakan kegiatan pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran dan metode pembelajaran dapat saja berjalan, akan tetapi tingkat keberhasilannya mungkin tidak setinggi ketika menggunakan media dan metode pembelajaran. Kita sebagai pendidik dituntut untuk bisa menguasai dan mampu menggunakan media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik untuk menunjang keberhasilan ketika proses pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini, penyusun membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu media pembelajaran ?
2. Apa itu metode pembelajaran ?
3. Apa saja macam-macam metode pembelajaran ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui apa itu media pembelajaran ?
2. Mengetahui apa itu metode pembelajaran ?
3. Mengetahui apa saja macam-macam metode pembelajaran ?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of Education and Communication Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator, dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran.

Pengertian media pembelajaran adalah paduan antara bahan dan alat atau perpaduan antara software dan hardware. Media pembelajaran bisa dipahami sebagai media yang digunakan dalam proses dan tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya proses pembelajaran juga merupakan komunikasi, maka media pembelajaran bisa dipahami sebagai media komunikasi yang digunakan dalam proses komunikasi tersebut, media pembelajaran memiliki peranan penting sebagai sarana untuk menyalurkan pesan pembelajaran. Media dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu alat bantu pembelajaran (instructional aids) dan media pembelajaran (instructional media). Alat bantu pembelajaran atau alat untuk membantu guru (pendidik) dalam memperjelas materi (pesan) yang akan disampaikan. Oleh karena itu alat bantu pembelajaran disebut juga alat bantu mengajar (teaching aids). Misalnya, film bingkai (slide) foto, peta, poster, grafik, flip chart, model benda sebenarnya dan sampai kepada lingkungan belajar yang dimanfaatkan untuk memperjelas materi pembelajaran.[1]
[1] Arief S. Sadiman, dkk. (1996). Media pendidikan: pengertian, pengembangn,dan. Pemanfaatannya. Jakarta: PT.Raya Grafindo Persada

2.2 Pengertian Metode Pembelajaran & Macam-Macam Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh pendidik untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai, termasuk didalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.

Secara garis besar metode yang sering di gunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam antara lain:

1. Ceramah dan Tanya jawab

Dalam metode ceramah proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru umumnya didominasi dengan cara ceramah. Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa metode ceramah merupakan metode yang sudah sejak lama digunakan dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pada kegiatan pembelajaran yang bersifat konvesional atau pembelajaran yang berpusat pada guru (teachercentered). Metode ceramah pada umumnya digunakan karena sudah menjadi kebiasaan. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah.

2. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah. Jika metode ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan.Tujuan penggunaan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran seperti yang diungkapkan Killen adalah ” tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengatahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.

3. Metode Tanya jawab

Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metoda Tanya Jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan berpariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik. Jadi, metode tanya jawab adalah interaksi dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan komunikasi verbal, yaitu dengan memberikan siswa pertanyaan untuk dijawab, di samping itu juga memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan kepada guru.

4. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda.

5. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.

6. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan.

7. Metode Tutorial/Bimbingan

Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada siswa baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa. Disamping metode yang lain, dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar, metoda ini banyak sekali digunakan, khususnya pada saat siswa sudah terlibat dalam kerja kelompok.

8. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan suatu permasalahan, yang kemudian dicari penyelasainnya dengan dimulai dari mencari data sampai pada kesimpulan.[2]
[2] Nur Ahyat Edusiana : Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam; 2017

Metode-metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam memiliki manfaat bagi pendidik dan peserta didik, baik dalam proses belajar dan pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari, bahkan untuk hari esok. Sehubungan dengan itu, Omar Muhammad Al-Thoumy Al-Saibany mengatakan bahwa kegunaan metodologi pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

1. Menolong siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, terutama berpikir ilmiah dan sikap dalam satu kesatuan.

2. Membiasakan pelajar berpikir sehat, rajin, sabar, dan teliti dalam menuntut ilmu.

3. Memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

4. Menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif, komunikatif, sehingga dapat meningkatkan motivasi peserta didik.

Dengan demikian, keberadaan metodologi pembelajaran menunjukkan pentingnya metode dalam sistem pengajaran. Tujuan dan materi yang baik tanpa didukung dengan metode penyampaian yang baik dapat menghasilkan yang tidak baik. Atas dasar itu, pendidikan agama Islam sangat memperhatikan terhadap masalah metodologi pembelajaran ini. Sebagaimana hadits nabi, yang artinya sebagai berikut :“Bagi segala sesuatu itu ada caranya (metodenya). Dan metode masuk surga, adalah ilmu”(H.R. Dailami).

Berikut beberapa tafsir ayat-ayat Al-Qur’an yang Allah cantumkan tentang media dan metode pembelajaran :

1. Surat Ali ‘Imran Ayat 159

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya: "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya".

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh

Maka disebabkan oleh rahmat yang besar dari Allah-lah akhlak kamu -wahai Nabi- menjadi lunak kepada sahabat-sahabatmu. Seandainya engkau menunjukkan sikap kasar dalam ucapan dan tindakanmu, serta mempunyai hati yang keras, niscaya mereka akan pergi meninggalkanmu. Oleh karena itu maafkanlah kekurangan mereka dalam bersikap kepadamu. Mohonkanlah ampunan untuk mereka dan Allah. Bermusyawarahlah dengan mereka untuk membahas masalah-masalah yang perlu dimusyawarahkan. Kemudian apabila kamu sudah bertekad melakukan sebuah keputusan setelah bermusyawarah, maka kerjakanlah dan berserah dirilah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berserah diri kepada-Nya, dan Dia memberikan bimbingan serta dukungan-Nya kepada mereka.

2. Surat An-Nahl ayat 75-76

ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا عَبْدًا مَّمْلُوكًا لَّا يَقْدِرُ عَلَىٰ شَىْءٍ وَمَن رَّزَقْنَٰهُ مِنَّا رِزْقًا حَسَنًا فَهُوَ يُنفِقُ مِنْهُ سِرًّا وَجَهْرًا ۖ هَلْ يَسْتَوُۥنَ ۚ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا رَّجُلَيْنِ أَحَدُهُمَآ أَبْكَمُ لَا يَقْدِرُ عَلَىٰ شَىْءٍ وَهُوَ كَلٌّ عَلَىٰ مَوْلَىٰهُ أَيْنَمَا يُوَجِّههُّ لَا يَأْتِ بِخَيْرٍ ۖ هَلْ يَسْتَوِى هُوَ وَمَن يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ ۙ وَهُوَ عَلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ

Artinya: "Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezeki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezeki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, adakah mereka itu sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui. Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus?"

Tafsir Ibnu Katsir

Tafsir ayat 75 : Ibnu Abi Najih meriwayatkan dari Mujahid, bahwa hal ini merupakan perumpamaan yang dibuat untuk menggambarkan berhala dan Tuhan Yang Maha Benar, maka apakah yang ini sama dengan yang itu? Dimana perbedaan di antara keduanya sangat jelas dan terang, tidak ada yang buta mengenainya kecuali orang bodoh. Lalu Allah SWT berfirman: (Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Tafsir ayat 76 : Mujahid berkata bahwa hal ini juga yang dimaksud adalah tentang berhala dan Allah SWT itu Maha Benar. yaitu, berhala itu bisu tidak dapat berbicara, tidak dapat mengucapkan kebaikan, tidak dapat melakukan sesuatu pun, dan sama sekali tidak mempunyai kemampuan apa pun, jadi dia tidak dapat bicara dan tidak dapat berbuat.

3. Surat An-Nahl ayat 125

ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

Artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk"

Tafsir Al-Mukhtashar

Ajaklah -wahai Rasul- kepada agama Islam, kamu dan orang-orang beriman yang mengikutimu dengan cara yang sesuai dengan keadaan objek dakwah, pemahaman dan ketundukannya, melalui nasihat yang mengandung motivasi dan peringatan, debatlah mereka dengan cara yang lebih baik dari sisi perkataan, pemikiran dan pengkondisian. Kamu tidak bertugas memberi manusia hidayah, akan tetapi tugasmu hanya menyampaikan kepada mereka. Sesungguhnya Rabbmu lebih mengetahui siapa yang tersesat dari agama Islam dan Dia lebih mengetahui siapa yang mendapatkan petunjuk, karena itu jangan sia-siakan dirimu dengan kesedihan mendalam atas mereka.

4. Surat Al-‘arof ayat 176-177

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَٰهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُۥٓ أَخْلَدَ إِلَى ٱلْأَرْضِ وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ ۚ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ ٱلْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ۚ ذَّٰلِكَ مَثَلُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا ۚ فَٱقْصُصِ ٱلْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
سَآءَ مَثَلًا ٱلْقَوْمُ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا وَأَنفُسَهُمْ كَانُوا۟ يَظْلِمُونَ

Artinya: "Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim".

Tafsir Al-Wajiz

Tafsir ayat 176 : Kalau Kami menghendaki kedudukan yang tinggi baginya, maka sesungguhnya Kami tinggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung memilih pangkat dunia, menggandrunginya dari pada akhirat dan menuruti hawa nafsunya yang rendah. Maka perumpamaannya adalah seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya juga. Maksudnya adalah bahwa dia akan menderita selamanya. Dia berlari di belakang dunia. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami orang-orang Yahudi dan musyrikin bahkan setelah mereka mengetahuinya. Maka ceritakanlah kepada mereka kisah-kisah itu agar mereka berfikir dan mengambil pelajaran.

Tafsir ayat 177 : Amat buruklah sifat dan perbuatan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat yang diturunkan kepada para rasul Kami, dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim dengan dusta.

5. Surat Ibrahim ayat 24-27

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَاۤءِۙ

Artinya: "Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit.

Tafsir ayat 24 : Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya: (perumpamaan kalimat yang baik) persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (seperti pohon yang baik) yaitu orang mukmin (akarnya teguh) dia berkata, 'Tidak ada Tuhan selain Allah yang ada dalam hati orang mukmin (dan cabangnya (menjulang) ke langit) dia berkata, amal orang mukmin dinaikkan ke langit.

Firman Allah: (pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim) Dikatakan, yaitu pagi dan petang. Yang jelas dari konteksnya bahwa perumpamaan orang mukmin itu seperti pohon yang selalu mengeluarkan buahnya setiap waktu, baik musim panas maupun musim dingin, malam dan siang hari. Demikian juga orang mukmin, amal shalihnya terus diangkat baginya, baik di tengah malam maupun siang hari, setiap waktu (dengan seizin Tuhannya) yaitu dengan sempurna, baik, banyak, bermanfaat, dan diberkati (Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat)

Firman Allah ta’ala: (Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk) Ini adalah perumpamaan kekufuran orang kafir yang tidak ada dasar dan keteguhan baginya, serupa dengan tanaman labu. Dikatakan juga bahwa itu adalah tanaman yang diiris. Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa itu adalah tanaman labu.

Firman Allah (yang telah dicabut) yaitu dicabut sampai akarnya (dari permukaan bumi; tidak dapat tetap(tegak) sedikit pun) yaitu tidak ada dasar dan keteguhan baginya. Demikian juga orang kafir, dia tidak mempunyai pokok dan cabang. Tidak ada amal apapun darinya yang dinaikkan, dan diterima darinya.[3]
[3] Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Referensi : https://tafsirweb.com/4070-surat-ibrahim-ayat-24

تُؤْتِيْٓ اُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ ۢبِاِذْنِ رَبِّهَاۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ

”(Pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.”

Tafsir ayat 25 : Pohon itu memberikan buah-buahannya setiap waktu dengan izin tuhannya. Dan demikianlah pohon keimanan, akarnya kokoh di hati seorang mukmin, dalam bentuk ilmu dan keyakinan, sedang cabangnya, berupa amal-amal shalih dan akhlak-akhlak yang diridhai di angkat kepada Allah dan ia menggapai pahalanya setiap waktu. Dan Allah mengadakan perumpamaan-perumpamaan bagi manusia agar mereka ingat dan mau menerima nasihat, kemudian mengambil pelajaran darinya.[4]
[4] Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Referensi : https://tafsirweb.com/4071-surat-ibrahim-ayat-25.html

وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيْثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيْثَةِ ِۨاجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْاَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ

Artinya: “Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun”

Tafsir ayat 26 : Sedangkan perumpamaan kalimat kekafiran seperti pohon handzal yang rasanya sangat tidak enak, akarnya tercabut karena tidak kokoh dan tidak jauh masuk ke dalam tanah sehingga tidak dapat tegak. Demikianlah kalimat kekafiran yang tidak akan kekal dan pasti akan sirna.[5]
[5] Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Referensi : https://tafsirweb.com/4072-surat-ibrahim-ayat-26.html

يُثَبِّتُ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِۚ وَيُضِلُّ اللّٰهُ الظّٰلِمِيْنَۗ وَيَفْعَلُ اللّٰهُ مَا يَشَاۤءُ

Artinya: ”Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki."

Tafsir ayat 27 : Allah meneguhkan orang-orang mukmin dengan ucapan yang teguh yang dikokohkan dengan hujjah di sisi mereka dan mungkin juga dalam hati mereka, yaitu kalimah thayyibah sebelumnya: kalimah syahadat dan setiap kalimah yang benar yang meneguhkan mereka di dunia ketika ditanyai dalam kubur dan hari kiamat, sehingga mereka tidak tergagap-gagap ketika ditanya tentang keyakinan mereka di tempat penghisaban dan ketika melihat kengerian yaumul hasyr. Dan Allah menyesatkan orang-orang kafir dengan hujjah mereka. Maka mereka tidak mendapat petunjuk kepada kebenaran dan jawaban yang benar, namun mereka akan berkata: “Kami tidak tahu” Dan Allah melakukan apa yang dikehendakiNya berupa pemberian keteguhan kepada sebagian manusia dan menyesatkan sisanya tanpa ada yang protes kepadaNya.[6]
[6] Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
Referensi : https://tafsirweb.com/4073-surat-ibrahim-ayat-27.html

Media dan metode pembelajaran yang dapat diambil dari ayat diatas adalah:

1) Metode Perumpamaan (Amtsal)

Allah menggunakan perumpamaan pohon untuk menjelaskan konsep kalimat yang baik dan buruk. Ini menunjukkan efektivitas penggunaan analogi dalam pembelajaran.[7] Manfaat metode perumpamaan:
[7] Al-Qurtubi, Muhammad. (1964). Al-Jami' li Ahkam al-Qur'an. Dar al-Kutub al-Misriyya.

a. Memudahkan pemahaman: Menjembatani konsep abstrak dengan realitas yang dapat diobservasi.

b. Meningkatkan daya ingat: Perumpamaan yang konkret lebih mudah diingat daripada konsep abstrak.

c. Menstimulasi refleksi: Mendorong pemikiran mendalam tentang makna di balik perumpamaan.

d. Meningkatkan keterlibatan emosional: Perumpamaan dapat menyentuh perasaan, meningkatkan impact pembelajaran.

e. Mengembangkan kemampuan analogi: Melatih kemampuan berpikir analogis dan kreatif.

f. Kontekstualisasi pengetahuan: Menghubungkan pengetahuan baru dengan pengalaman sehari-hari.

g. Memfasilitasi komunikasi kompleks: Menyederhanakan ide-ide rumit menjadi lebih mudah dimengerti.

Metode perumpamaan ini bukan hanya efektif dalam pendidikan Islam, tetapi juga diakui dalam pedagogik modern sebagai strategi pembelajaran yang powerful untuk berbagai disiplin ilmu.[8]
[8] Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah. (1981). Al-Amthal fi al-Qur'an al-Karim. Dar al-Ma'rifah

2) Media Visual

Meskipun tidak secara eksplisit menggunakan gambar, ayat ini menggambarkan pohon secara verbal, yang dapat diinterpretasikan sebagai penggunaan visualisasi dalam pembelajaran.

Metode visual adalah strategi pembelajaran yang menggunakan gambar, grafik, diagram, peta, video, dan berbagai bentuk representasi visual lainnya untuk menyampaikan informasi, memperjelas konsep, dan meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan.

Manfaat penggunaan metode visual:

1. Meningkatkan pemahaman:

- Membantu menjelaskan konsep kompleks dengan cara yang lebih mudah dipahami.

- Menyederhanakan informasi abstrak menjadi bentuk yang lebih konkret.

2. Meningkatkan retensi memori:

- Informasi visual lebih mudah diingat dibandingkan informasi tekstual semata.

- Mendukung prinsip dual coding, di mana informasi disimpan dalam bentuk visual dan verbal.

3. Menarik perhatian dan meningkatkan motivasi:

- Elemen visual dapat menarik dan mempertahankan perhatian peserta didik.

- Membuat materi pembelajaran lebih menarik.

4. Mengakomodasi gaya belajar visual:

- Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki preferensi belajar visual.

- Menyediakan alternatif bagi metode pembelajaran verbal.

5. Efisiensi waktu:

- Dapat menyampaikan informasi kompleks dalam waktu yang lebih singkat.

- Mengurangi kebutuhan penjelasan verbal yang panjang.

6. Mendukung pembelajaran inklusif:

- Membantu peserta didik dengan keterbatasan bahasa atau kemampuan membaca.

- Menjembatani perbedaan linguistik dalam kelas multikultural.

7. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis:

- Mendorong analisis dan interpretasi visual.

- Mengembangkan kemampuan membaca dan memahami grafik, diagram, dan peta.

8. Memfasilitasi komunikasi kompleks:

- Membantu menjelaskan proses, hubungan, atau struktur yang sulit dijelaskan hanya dengan kata-kata.

9. Meningkatkan kreativitas:

- Mendorong pemikiran visual dan ekspresi kreatif.

- Membantu peserta didik mengembangkan keterampilan presentasi visual.

10. Mendukung pembelajaran aktif:

- Memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi visual.

- Mendorong diskusi dan kolaborasi berbasis visual.

3) Metode Refleksi

Ayat dimulai dengan "Tidakkah kamu memperhatikan", mengajak untuk merefleksikan dan merenungkan.

Metode refleksi adalah proses berpikir aktif dan penuh perhatian tentang pengalaman seseorang untuk memperoleh pemahaman baru dan meningkatkan pembelajaran. Ini melibatkan perenungan kritis terhadap kejadian, tindakan, atau keputusan untuk mengekstrak makna dan pelajaran darinya.

4) Pembelajaran Kontekstual

Penggunaan pohon sebagai perumpamaan menghubungkan konsep abstrak dengan fenomena alam yang familiar. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning atau CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Pendekatan ini mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Karakteristik utama Pembelajaran Kontekstual:

a. Konstruktivisme: Siswa membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.

b. Inkuiri: Siswa belajar melalui proses penemuan dan penyelidikan.

c. Bertanya: Mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban.

d. Masyarakat belajar: Menciptakan lingkungan belajar kolaboratif.

e. Pemodelan: Memberikan contoh atau demonstrasi konkret dari konsep atau keterampilan yang dipelajari.

f. Refleksi: Siswa memikirkan kembali apa yang telah mereka pelajari dan bagaimana mereka mempelajarinya.

g. Penilaian autentik: Evaluasi yang mencerminkan pembelajaran, hasil, motivasi, dan sikap siswa pada kegiatan yang relevan dalam konteks yang bermakna.

Tujuan dari Pembelajaran Kontekstual adalah untuk membuat pembelajaran lebih bermakna dan relevan bagi siswa, membantu mereka menghubungkan pengetahuan akademis dengan konteks kehidupan nyata, dan mempersiapkan mereka untuk menerapkan apa yang mereka pelajari di luar kelas.[9]
[9] Hudson, C. C., & Whisler, V. R. (2007). Contextual Teaching and Learning for Practitioners. Systemics, Cybernetics and Informatics, 6(4), 54-58.

5) Pembelajaran Berulang

Frasa "agar mereka selalu ingat" menunjukkan pentingnya pengulangan dalam pembelajaran.

6. Surat Yusuf ayat 3

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ ٱلْقَصَصِ بِمَآ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ وَإِن كُنتَ مِن قَبْلِهِۦ لَمِنَ ٱلْغَٰفِلِينَ

Artinya: "Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui."

Tafsir Surat Yusuf 3 : Wahai Nabi, Kami akan mengisahkan sebaik-baik kisah (berita-berita) tentang umat-umat terdahulu dengan mewahyukan Al-Qur’an yang bisa menentukan hukum ini kepadamu. Dan sesungguhnya sebelum menerima wahyu, kamu belum tahu apapun tentang kisah ini dan kisah lainnya dari kisah-kisah dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamakan dengan sebaik-baik kisah, yang mana di dalamnya terdapat pelajaran, kisah-kisah nabi yang shalih, para malaikat, tuan, budak, perdagangan, laki-laki dan perempuan, karena sesungguhnya masing-masing yang disebutkan itu termasuk orang-orang yang berbahagia. Ibnu Abbas berkata: “Mereka berkata: “Waha rasulullah, Maukah kamu bercerita kepada kami?” lalu turunkah ayat {Nahnu Naqushshu ‘alaika ahsanal qashashi} [ayat 3]”[10]
[10] Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
Referensi : https://tafsirweb.com/3741-surat-yusuf-ayat-3.html

Media dan metode pembelajaran yang bisa diambil dari ayat diatas adalah :

1) Metode Kisah (Qashash):

- Ayat ini secara eksplisit menyebutkan "menceritakan kisah", menunjukkan penggunaan metode bercerita dalam pembelajaran.

- Kisah digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dan pelajaran.

Metode Kisah adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan cerita atau narasi sebagai alat utama untuk menyampaikan informasi, konsep, atau nilai-nilai kepada peserta didik. Metode ini melibatkan penyajian materi pembelajaran dalam bentuk cerita yang menarik, bermakna, dan relevan dengan tujuan pembelajaran.

Manfaat Metode Kisah:

1) Meningkatkan Minat dan Motivasi:

- Cerita dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menghibur.

- Membantu menarik perhatian siswa dan mempertahankan fokus mereka.

2) Memudahkan Pemahaman:

- Menyajikan informasi dalam konteks yang lebih mudah dipahami.

- Membantu siswa menghubungkan konsep abstrak dengan situasi nyata.

3) Mengembangkan Keterampilan Bahasa:

- Meningkatkan kemampuan mendengarkan dan berbicara.

- Memperkaya kosakata dan pemahaman struktur bahasa.

4) Merangsang Imajinasi:

- Mendorong kreativitas dan pemikiran imajinatif.

- Membantu siswa memvisualisasikan konsep dan ide.

5) Menanamkan Nilai-nilai:

- Efektif dalam menyampaikan pesan moral dan etika.

- Membantu pembentukan karakter melalui contoh dalam cerita.

6) Meningkatkan Daya Ingat:

- Informasi yang disajikan dalam bentuk cerita lebih mudah diingat.

- Membantu siswa mengingat fakta dan konsep penting.

7) Mengembangkan Empati:

- Membantu siswa memahami perspektif dan perasaan orang lain.

- Meningkatkan kecerdasan emosional.

8) Mendorong Pemikiran Kritis:

- Memicu diskusi dan analisis tentang peristiwa dan karakter dalam cerita.

- Mengembangkan kemampuan interpretasi dan evaluasi.

9) Menciptakan Suasana Belajar yang Positif:

- Mengurangi stres dan kecemasan dalam belajar.

- Membangun hubungan positif antara guru dan siswa.

10) Fleksibilitas dalam Penerapan:

- Dapat digunakan untuk berbagai mata pelajaran dan tingkat usia.

- Mudah disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks pembelajaran.

Metode Kisah adalah alat yang kuat dalam pembelajaran karena menggabungkan aspek kognitif dan emosional, membuat proses belajar lebih bermakna dan berkesan bagi siswa.

2) Media Narasi

- Al-Quran sebagai media yang berisi narasi kisah Nabi Yusuf Allaihissalam.

- Narasi digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi dan nilai-nilai.

Metode narasi dalam pembelajaran adalah pendekatan pengajaran yang menggunakan cerita atau penyampaian informasi dalam bentuk naratif untuk menyampaikan materi pelajaran. Metode ini mirip dengan metode kisah, namun cakupannya bisa lebih luas dan tidak selalu terbatas pada cerita tradisional atau fiksi.

3) Metode Gradual (Tadarruj):

- Frasa "sebelum (Kami mewahyukan)nya " menunjukkan adanya proses bertahap dalam pembelajaran.

- Pengetahuan diberikan secara bertahap, dari tidak tahu menjadi tahu.

Metode Gradual atau Tadarruj dalam pembelajaran adalah pendekatan yang menekankan penyampaian materi secara bertahap dan sistematis. Istilah "Tadarruj" berasal dari bahasa Arab yang berarti "berangsur-angsur" atau "bertahap".

4) Pembelajaran Kontekstual:

Kisah Nabi Yusuf relevan dengan konteks kehidupan manusia, memudahkan pemahaman dan penerapan ajaran.

5) Metode Perhatian (Tanbih):

Penggunaan kata "sesungguhnya" (inna) untuk menarik perhatian pendengar/pembaca. Metode Perhatian (Tanbih) adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya menarik dan mempertahankan perhatian siswa selama proses belajar. Istilah "Tanbih" berasal dari bahasa Arab yang berarti "peringatan" atau "perhatian".

Metode Perhatian (Tanbih) adalah strategi pembelajaran yang berfokus pada upaya untuk memusatkan perhatian siswa pada materi yang sedang dipelajari. Metode ini bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi, keterlibatan, dan pemahaman siswa terhadap pelajaran dengan cara menarik dan mempertahankan perhatian mereka.

6) Media Wahyu

Al-Quran sebagai media pembelajaran yang diwahyukan, menunjukkan otoritas dan kebenaran isinya.

7. Surat Yusuf ayat 101

رَبِّ قَدْ ءَاتَيْتَنِى مِنَ ٱلْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِى مِن تَأْوِيلِ ٱلْأَحَادِيثِ ۚ فَاطِرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ أَنتَ وَلِىِّۦ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۖ تَوَفَّنِى مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّٰلِحِينَ

Artinya : "Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh."

Tafsir surat : Tatkala Allah menyempurnakan karuniaNya bagi Yusuf berupa pengendalian kekuasaan di bumi, dan sebagian kerajaan serta menentramkan pandangan matanya dengan berkumpul bersama kedua orangtuanya dan para saudaranya dan setelah perolehan ilmu agung yang Allah berikan kepadanya, maka dia berkata untuk mengakui nikmat Allah sebagai bentuk kesyukuran dan ajakan agar tetap istiqamah di atas Islam, “Ya Rabbku, Sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan”, lantaran dia memegang kendali dan pengaturan perbendaharaan bumi (Mesir), serta menjadi menteri besar bagi raja “dan Engkau telah mengajarkan kepadaku sebagian ta’bir mimpi”, berupa penakwilan makna kisah-kisah yang ada di kitab-kitab yang diturunkan (oleh Allah) dan penakwilan mimpi dan ilmu lainnya. “(Ya Rabb) Pencipta langit dan bumi. Engkau-lah Pellindungku di dunia dan akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam”, maksudnya lestarikan akidah Islam pada diriku dan teguhkanlah hatiku di atasnya hingga Engkau mewafatkanku dalam keadaan berpegang teguh padanya. “Permohonan ini bukanlah doa permintaan agar kematian dipercepat untuknya“ dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shalih”, dari kalangan para nabi yang berbakti kepadaMu dan orang-orang yang terbaik lagi terpilih.[11]
[11] Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
Referensi : https://tafsirweb.com/3839-surat-yusuf-ayat-101.html

Dari ayat ini, kita dapat mengidentifikasi beberapa media dan metode pembelajaran :

1) Metode Refleksi dan Introspeksi:

Nabi Yusuf Allaihissalam merefleksikan perjalanan hidupnya dan nikmat yang diberikan Allah.

2) Pembelajaran Experiential

- Yusuf belajar melalui pengalaman hidup ("Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan").

Pembelajaran Experiential atau Experiential Learning adalah pendekatan pendidikan yang menekankan pada pengalaman langsung sebagai dasar untuk pembelajaran dan perkembangan. Pembelajaran Experiential adalah proses belajar di mana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Pendekatan ini melibatkan keterlibatan langsung peserta didik dalam pengalaman konkret, yang diikuti oleh refleksi, konseptualisasi abstrak, dan eksperimentasi aktif.

Karakteristik utama Pembelajaran Experiential:

1. Berpusat pada pengalaman langsung.
2. Melibatkan refleksi kritis terhadap pengalaman.
3. Mengintegrasikan teori dan praktik.
4. Menekankan pada proses, bukan hanya hasil.
5. Melibatkan seluruh aspek individu (kognitif, afektif, dan psikomotorik).
6. Mendorong pembelajaran mandiri dan penemuan.[12]
[12] Kolb, A. Y., & Kolb, D. A. (2005). Learning Styles and Learning Spaces: Enhancing Experiential Learning in Higher Education. Academy of Management Learning & Education, 4(2), 193-212.

3) Media Mimpi

Mimpi digunakan sebagai media pembelajaran dan komunikasi ilahiah. Metode mimpi dalam pembelajaran, seperti yang dicontohkan dalam kisah Nabi Yusuf dalam Al-Qur'an, adalah pendekatan yang menarik namun tidak umum dalam konteks pendidikan modern. Meskipun demikian, kita bisa mengambil beberapa pelajaran dan aplikasi dari konsep ini:

1. Interpretasi dan Analisis:

- Dalam kisah Nabi Yusuf Allaihissalam, mimpi digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan atau pengetahuan yang perlu diinterpretasikan.

- Dalam konteks pembelajaran modern, ini bisa diterjemahkan menjadi latihan interpretasi dan analisis, di mana siswa diminta untuk menafsirkan informasi kompleks atau ambigu.

2. Pengembangan Kreativitas:

- Mimpi sering kali melibatkan elemen-elemen imajinatif dan tidak biasa.

- Dalam pembelajaran, ini bisa diterapkan melalui latihan pemikiran kreatif, di mana siswa didorong untuk mengeksplorasi ide-ide tidak konvensional.

3. Refleksi Diri:

- Dalam beberapa tradisi, mimpi dianggap sebagai refleksi dari pikiran bawah sadar.

- Dalam pembelajaran, ini bisa diterapkan melalui latihan refleksi diri, di mana siswa diminta untuk merenungkan pengalaman dan perasaan mereka terkait materi pembelajaran.

4. Visualisasi:

- Mimpi melibatkan visualisasi mental yang kuat.

- Dalam pembelajaran, teknik visualisasi bisa digunakan untuk membantu siswa memahami konsep abstrak atau mengingat informasi dengan lebih baik.

5. Narasi dan Storytelling:

- Mimpi sering kali memiliki elemen naratif.

- Dalam pembelajaran, penggunaan cerita atau narasi bisa membantu membuat materi lebih menarik dan mudah diingat.

6. Pemecahan Masalah :

- Dalam kisah Nabi Yusuf, interpretasi mimpi digunakan untuk memecahkan masalah (memprediksi dan mempersiapkan diri untuk masa paceklik).

- Dalam pembelajaran, siswa bisa dihadapkan pada skenario hipotesis yang memerlukan pemecahan masalah kreatif.

Penggunaan "mimpi" dalam konteks pembelajaran modern lebih bersifat metaforis dan tidak harfiah seperti dalam kisah Nabi Yusuf Allaihissalam. Metode ini lebih fokus pada pengembangan kreativitas, kemampuan analisis, dan pemecahan masalah daripada interpretasi mimpi aktual. Pendekatan ini harus digunakan dengan hati-hati dan dalam konteks yang tepat untuk memastikan efektivitasnya dalam mencapai tujuan pembelajaran.

4) Metode Pengakuan (Iqrar)

Nabi Yusuf Allaihissalam mengakui bahwa semua pengetahuan dan kekuasaan berasal dari Allah.

5) Pembelajaran Kontekstual

Nabi Yusuf Allaihissalam menghubungkan pembelajaran dengan realitas kehidupan (kerajaan, mimpi).

6) Metode Doa

Nabi Yusuf Allaihissalam berdoa sebagai bentuk komunikasi dan pembelajaran spiritual.[13]
[13] Ibn Kathir, Ismail. (1999). Tafsir al-Qur'an al-'Azim. Dar Taybah.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Media dan metode pembelajaran memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar. Media pembelajaran membantu menyampaikan materi dengan lebih efektif, sedangkan metode pembelajaran menentukan cara penyampaian materi tersebut.

Al-Qur'an memberikan contoh berbagai metode pembelajaran yang dapat diterapkan, seperti:
- Metode perumpamaan (amtsal)
- Metode kisah (qashash)
- Metode gradual (tadarruj)
- Metode refleksi dan introspeksi
- Metode pengakuan (iqrar)
- Metode doa

Beberapa media pembelajaran yang dapat diekstraksi dari ayat-ayat Al-Qur'an meliputi:
- Media visual
- Media narasi
- Media wahyu (Al-Qur'an itu sendiri)
- Media mimpi (dalam konteks kisah Nabi Yusuf)

Pendekatan pembelajaran kontekstual dan experiential juga tercermin dalam ayat-ayat yang dibahas, menunjukkan pentingnya menghubungkan pembelajaran dengan realitas kehidupan. Penggunaan metode dan media pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan pemahaman, motivasi, dan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Dalam pembahasan kali ini menggabungkan perspektif pendidikan Islam dengan konsep pedagogik modern, menunjukkan relevansi ajaran Al-Qur'an dengan metode pembelajaran kontemporer.Penting bagi pendidik untuk memahami dan menerapkan berbagai metode dan media pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

Dan hal ini juga menekankan pentingnya integrasi antara ajaran Al-Qur'an dan metode pembelajaran modern untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan bermakna.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qurtubi, Muhammad. (1964). Al-Jami' li Ahkam al-Qur'an. Dar al-Kutub Misriyya.

Arief S. Sadiman, dkk. (1996). Media pendidikan: pengertian, pengembangn,dan. Pemanfaatannya. Jakarta: PT.Raya Grafindo Persada

Hudson, C. C., & Whisler, V. R. (2007). Contextual Teaching and Learning for Practitioners. Systemics, Cybernetics and Informatics.

Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah. (1981). Al-Amthal fi al-Qur'an al-Karim. Dar al-Ma'rifah

Ibn Kathir, Ismail. (1999). Tafsir al-Qur'an al-'Azim. Dar Taybah.

Kolb, A. Y., & Kolb, D. A. (2005). Learning Styles and Learning Spaces: Enhancing

Nur Ahyat Edusiana. (2017). Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam

Referensi : https://tafsirweb.com/1291-surat-ali-imran-ayat-159.html

Referensi : https://tafsirweb.com/2631-surat-al-araf-ayat-177.html

Referensi : https://tafsirweb.com/4473-surat-an-nahl-ayat-125.html

Referensi : https://tafsirweb.com/2630-surat-al-araf-ayat-176.html

Referensi : https://tafsirweb.com/4423-surat-an-nahl-ayat-75.html

Referensi : https://tafsirweb.com/4424-surat-an-nahl-ayat-76.html

Referensi : https://tafsirweb.com/1291-surat-ali-imran-ayat-159.html

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah. Referensi : https://tafsirweb.com/4072-surat-ibrahim-ayat-26.html

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia. Referensi : https://tafsirweb.com/4071-surat-ibrahim-ayat-25.html

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah. Referensi : https://tafsirweb.com/4073-surat-ibrahim-ayat-27.html

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah. Referensi : https://tafsirweb.com/3741-surat-yusuf-ayat-3.html

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H. Referensi : https://tafsirweb.com/3839-surat-yusuf-ayat-101.html

Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah. Referensi : https://tafsirweb.com/4070-surat-ibrahim-ayat-24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar