Jumat, 29 Maret 2024

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning/PBL)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan
Dosen Pengampu : Syarifaeni Fahdiyah, M.Hum
Oleh Kelompok 4 Angkatan 5 :
1. Dina Zahernanda (SBA)
2. Nurul Haslinda (PAI)
3. Roslina Asis (PAI)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhaanahu wa ta’aala yang telah melimpahkan petunjuk, kesehatan, ketabahan, dan kesabaran kepada kami penulis makalah “Model Pembelajaran Berbasis Masalah” ini terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi Mahasiswa pada umumnya, dan tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini. Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya.

Cibitung , 28 Maret 2024

Penyusun Makalah
Kelompok 04

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang Masalah.
1.2 Rumusan Masalah.
1.3 Manfaat Penelitian.
BAB III PEMBAHASAN.
2.1 Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah.
2.2 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning BPL).
2.3 Manfaat Penerapan Model Pembelajaran Berbasis masalah.
2.4 langkah -langkah model belajar berbasis masalah.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah.
BAB III PENUTUP.
3.1 Kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) disebut pembelajaran inovatif sebab dianggap baru dan berbeda dengan model pembelajaran sebelumnya yang konservatif, konvensional, dan semuanya berbasis guru. Sebagaimana diketahui bahwa pembelajaran konvensional selalu berasumsi bahwa pembelajar itu belum memiliki apa-apa, ibarat botol, isinya belum ada sehingga mereka harus diisi dan diberi macam-macam minuman, terserah minuman apa yang guru anggap cocok dengan peserta didiknya. Karena itulah pembelajaran konvensional selalu menjadikan peserta didiknya sebagai subjek belaka.

Model pembelajaran berbasis masalah mengubah asumsi peserta didik sebagai subjek yang tidak memilki apa- apa menjadi objek yang dapat dijadikan mitra, kontributor dan memberi inspirasi bagi keberlangsungan pembelajaran. Oleh sebab itu, pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah inovasi pembelajaran dari konvensional ke pembelajaran modern yang demokratis.

Problem based learning sangat tepat diberikan kepada peserta didik di semua jurusan, namun lebih baik lagi kalau pendidikan vokasi yang menuntut memiliki keahlian dan kompetensi yang kuat, sebab pendidikan vokasi orientasinya pada pengembangan psikomotrik yang menuntut banyak praktik dibanding dengan teori dan model pembelajaran berbasis masalah relevan dengan itu sebab siswa diberi masalah dan diberi kebebasan untuk memecahkannya. Dengan demikian model ini diharapkan akan melahirkan jiwa kemandirian, terbiasa memecahkan masalah dan mempunyai mental kompetisi yang kuat. Dan dengan begitu model ini relevan dengan pendidikan vokasi yang akan melahirkan entrepreneur yang tangguh di kemudian hari.

Persoalannya kemudian adalah ketersediaan dan kesiapan guru melaksanakan model ini, sebab disadari benar bahwa peran guru dalam hal ini sangat besar, meski model ini dianggap mereduksi peran guru, akan tetapi guru tetap menjadi penuntun dan pengendali dalam pembelajaran. Oleh sebab itu guru harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan mengenai model pembelajaran ini,

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian Model pembelajaran berbasis masalah?
2. Apa saja karakteristik pengertian Model pembelajaran berbasis masalah?
3. Apa saja manfaat model pembelajaran berbasis masalah?
4. Apa saja tahapan model belajar berbasis masalah?
5. Apa saja kelebihn dan kekurangan model pembelajaran berbasis masalah

1.3 Manfaat Penelitian

1. Mengetahui pengertian model pembelajaran berbasis masalah
2. Mengetahui karakteristik pengertian model pembelajaran berbasis masalah
3. Mengetahui manfaat model pembelajaran berbasis masalah
4. Mengetahui tahapan model belajar berbasis masalah
5. Mengetahui kelebihan dan kekuranan model pembelajaran berbasis masalah

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah

Problem based learning adalah model pembelajaran yang mengutamakan seberapa aktif peserta didik dalam selalu berpikir kritis dan selalu terampil ketika dihadapkan pada penyelesaian suatu permasalahan. Proses dari alur bagaimana peserta didik belajar ini tergantung dari seberapa kompleks permasalahan yang dihadapinya.

Problem based learning diperkenalkan pertama kali pada tahun 1969, dari sebuah sekolah kedokteran bernama McMaster University, Hamilton, Kanada. Setelahnya banyak sekolah hingga universitas di seluruh dunia yang memakai metode pembelajaran dan masih dipakai sampai saat ini terus dikembangkan.

Metode ini mengarahkan peserta didik dalam mendapatkan ilmu baru, menggunakan analisis dari berbagai pengetahuan serta pengalaman belajar yang dimiliki. Setelah itu menghubungkan apa yang dimiliki dengan permasalahan belajar yang diberikan para guru. Pada intinya pembelajaran berbasis masalah ini dikembangkan untuk memberi pengalaman belajar pada siswa.

Proses belajar yang mengutamakan kemampuan analisis terhadap materi pembelajaran dari para siswa secara mandiri. Menggunakan permasalahan yang nyata untuk dihadapinya, para peserta didik bisa belajar berpikir secara kritis. Kemudian mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan mendapat pengetahuan secara mandiri.

Pengertian Model Pembelajaran berbasis masalah menurut para ahli :

- Duch

Duch menjelaskan bahwa problem based learning adalah sistem belajar yang menantang peserta didik dalam belajar mengenai cara belajar. Bekerja sama secara berkelompok, tujuan dilakukan proses ini adalah untuk mencari solusi dari mana permasalahan di dunia secara nyata dan terjadi adanya.

- Arends

Merupakan suatu pendekatan dalam hal pembelajaran yang memaksa siswa menghadapi suatu masalah secara nyata. Kemudian dalam hal ini diharapkan siswa bisa menyusun pemahaman dan pengetahuannya sendiri, menumbuhkan karakteristik dan keterampilan guna meningkatkan kepercayaan diri.

- Gd. Gunantara

Pendekatan mengenai bagaimana cara membuat konfrontasi kepada pelajar dengan masalah-masalah praktis dan secara nyata yang dimulai dengan pemberian masalah. Kemudian masalah ini harus sesuai dengan konteks dunia nyata adalah contoh problem based learning.

- Shoimin

Problem based learning menurut shoimin adalah cara mengenai bagaimana menciptakan suatu suasana belajar yang mengarah pada permasalahan sehari-hari. Tentunya dengan tujuan agar siswa yang belajar mendapat pengalaman bermakna untuk menjalani kehidupan.

- Glazer

Glazer berpendapat mengenai problem based learning merupakan salah satu dari sekian banyak strategi belajar di mana seorang siswa yang secara aktif dipaksa menghadapi permasalahan kompleks dan situasi yang membutuhkan ketegasan dan keputusan secara nyata[1].
[1] https://www.sampoernaacademy.sch.id/id/problem-based-learning/ . Diakses pada 25 Maret 2024.

2.2 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning BPL)

Terdapat tiga karakteristik pemecahan masalah, yakni pemecahan masalah merupakan aktivitas kognitif, tetapi dipengaruhi perilaku. Kemudian hasil pemecahan masalah dapat dilihat dari tindakan dalam mencari permasalahan. Selanjutnya pemecahan masalah merupakan proses tindakan manipulasi dari pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.[2]
[2] Sanjaya, Wina. 2009. STRATEGI PEMBELAJARAN Berorientasi Standar Proses Pedidikan. Jakarta: kencana

Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/BPL) memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut;

Ø Permasalahan menjadi starting point dalam pembelajaran.

Ø Mengorientasikan peserta didik kepada masalah autentik dan menghindari dari pembelajaran terisolasi.

Ø Berpusat pada peserta didik dalam jangka waktu yang lama.

Ø Menciptakan pembelajaran interdisiplin.

Ø Pembelajaran terjadi pada kelompok kecil (cooperative)

Ø Penyelidikan masalah auntentik yang terintegrasi dengan dunia nyata dan pengalaman praktis.

Ø Menghasilkan produk/ karya dalam memamerkannya.

Ø Mengajarkan kepada peserta didik untuk mampu menerapkan apa yang mereka pelajari di sekolah dalam kehidupannya yang panjang.

Ø Model pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Ø Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing.

Menurut Arends, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berdasarkan masalah memiliki karakteristik sebagai berikut:[3]
[3] Arend. 1997 dalam trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran inofatif- progressif. Jakarta Kharisma Putra Utama

a). Pengajuan pertanyaan atau masalah.

Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar masalah sosial yang penting bagi peserta didik. Peserta didik dihadapkan pada situasi kehidupan nyata, mencoba membuat pertanyaan terkait masalah dan memungkinkan munculnya berbagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan

b). Berfokus pada keterkaitan antardisiplin.

Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah berpusat pada pelajaran tertentu (ilmu alam, matematika, dan ilmu sosial), namun permasalahan yang diteliti benar-benar nyata untuk dipecahkan. Peserta didik meninjau permasalahan itu dari berbagai mata pelajaran.

c). Penyelidikan autentik.

Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan peserta didik untuk melakukan penyelidikan autentik untuk menemukan solusi nyata untuk masalah nyata. Peserta didik harus menganalisis dan menetapkan masalah, kemudian mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan percobaan (bila diperlukan), dan menarik kesimpulan.

d). Menghasilkan produk dan mempublikasikan.

Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut peserta didik untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau peragaan yang dapat mewakili penyelesaian masalah yang mereka temukan.

e) Kolaborasi.

Pembelajaran berdasarkan masalah ditandai oleh peserta didik yang saling bekerjasama, paling sering membentuk pasangan dalam kelompok-kelompok kecil. Bekerjasama memberi motivasi untuk secara berkelanjutan dalam penugasan yang lebih kompleks dan meningkatkan pengembangan keterampilan sosial.

2.3 Manfaat Penerapan Model Pembelajaran Berbasis masalah

Penerapan pembelajaran berbasis masalah memberikan banyak sekali manfaat, khususnya bagi peserta didik. Manfaat penerapan metode pembelajaran berbasis masalah diantaranya:

1. Mengucapkan Kemandirian Peserta Didik

Peserta didik yang fokus dalam menyelesaikan masalah di PBL kemudian akan aktif berpikir kreatif dan mencari solusi terbaik secara mandiri. Maka PBL bermanfaat meningkatkan kemandirian mereka dan siap terjun di masyarakat sebagai pribadi yang dewasa.

2. Mendorong Partisipasi Aktif di Kelas

PBL mampu mendorong peserta didik lebih aktif ketika belajar di dalam kelas maupun luar kelas karena mereka akan berusaha segera memecahkan masalah, membicarakannya, dan siap berdebat.

3. .Mengungkapkan Berbagai Keterampilan

Menyelesaikan suatu masalah tidak cukup hanya memahami teori, melainkan bisa mempraktekkannya langsung. Beberapa masalah memerlukan alat bantu, maka banyak keterampilan bisa ikut terasah saat PBL diterapkan.

4. Mengembangkan kemampuan bekerja sama

Pembelajaran berbasis masalah berbasis kelompok, maka dalam proses peserta didik akan belajar bagaimana bekerja sama. Kemampuan bekerjasama termasuk keterampilan mumpuni yang banyak dibutuhkan di dunia kerja.

5. Membentuk Penghargaan Intrinsik

Melalui metode PBL, maka penghargaan kepada peserta didik tidak hanya sekedar nilai akademik. Melainkan memberi penghargaan intrinsik. Misalnya puas menyelesaikan masalah, puas bisa menyelesaikan solusinya, dan lain-lain.[4]
[4] Pembelajaran berbasis masalah https://duniadosen.com/problem-based-learning/. Diakses 25 Maret 2024.

2.4 langkah -langkah model belajar berbasis masalah

Berikut akan dikemukakan langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah seperti dikemukakan oleh John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika. Beliau memaparkan enam langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan masalah tersebut.

2. Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudutpandang.

3. Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

4. Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

5. Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan

6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah melalui kegiatan kelompok:[5]
[5] Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam KTSP. JAKARTA: Bumi Aksara

1. Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru meminta pendapat peserta didik tentang masalah yang sedang dikaji.

2. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.

3. Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas.

4. Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dilakukan.

5. Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.

Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah:

1. Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.

2. Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan. Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.

3. Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan apat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.

4. Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untukmengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.

5. Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.

6. Menentukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapanmemilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah

Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan. Dalam model ini ada beberapa kelebihan model pembelajaran berbasis masalah di antaranya:[6]
[6] Mohamad Syarif Sumantr. 2015 . Strategi Pembelajaran: Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,), hlm. 46

Ø Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan

Ø Berfikir dan bertindak kreatif.

Ø Siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis

Ø Mengidentifikasi dan mengevaluasi penyelidikan.

Ø Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

Ø Merangsang bagi perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi dengan tepat.

Ø Dapat membuat pendidikan lebih relevan dengan kehidupan.

Kekurangan dalam model pembelajaran berbasis masalah adalah :[7]
[7] Imas Kurniasih & Berlin Sani. 2015 . Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru, (Jogjakarta: Kata Pena,), hlm.50-51

Ø Model ini butuh pembiasaan, karena model itu cukup rumit dalam teknisnya serta siswa betul-betul harus dituntut konsentrasi dan daya kreasi yang tinggi.

Ø Dengan mempergunakan model ini, berarti proses pembelajaran harus dipersiapkan dalam waktu yang cukup panjang. Karena sedapat mungkin setiap persoalan yang harus dipecahkan harus tuntas, agar maknanya tidak terpotong.

Ø Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar, terutama bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya.

Ø PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian pendidik berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.

Ø Sering juga kesulitan terletak pada guru, karena guru kesulitan dalam menjadi fasilitator dan mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi.

Dalam penelitian ini, kelemahan diatas dapat diatasi dengan melengkapi sarana dan prasarana, serta memberikan alokasi Waktu yang lebih panjang dan tidak hanya memberikan pembelajaran berdasarkan masalah saja. Tetapi guru dapat melihat dan mengamatidan dapat menyimpulkan konsep yang akan diajarkan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan mengadopsi pendekatan PBL guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung siswa dalam mengembangkan ketrampilan berpkir kritis, kolaborasi, dan pemecahan masalah yang esencial untuk masa depan mereka.

Dalam kesimpulannya Problema Besed Learning (BPL) adalah método pembelajaran yang efektif dalam mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah dan kritis siswa. Dengan melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dunia nyata, PBL memberikan pengalaman pembelajaran yang berarti dan relevan, sebagai guru atau tenaga pengajar memiliki peran penting dalam mendukung implementasi PBL dan membantu siswa mencapai potensi penuh mereka sebagai pembelajar aktif dan berpikiran kritis.

DAFTAR PUSTAKA

Arend. 1997 dalam trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran inofatif- progressif. Jakarta Kharisma Putra Utama

Imas Kurniasih & Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru, Jogjakarta: Kata Pena

Mohamad Syarif Sumantr. 2015. Strategi Pembelajaran: Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,

Sanjaya, Wina. 2009. STRATEGI PEMBELAJARAN Berorientasi Standar Proses Pedidikan. Jakarta: kencana

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam KTSP. JAKARTA: Bumi Aksara

https://www.sampoernaacademy.sch.id/id/problem-based-learning/. Diakses pada 25 Maret 2024.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar