Jumat, 17 Mei 2024

Membangun Jaringan Inovasi Pendidikan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan
Dosen Pengampu : Syarifaeni Fahdiyah, M.Hum
Oleh Kelompok 12 Angkatan 5 :
1. Nanda Fajar Aprillianto (PAI).
2. Muhammad Miftahuddin (PAI).
3. Muhammad Faiz Tholib (PAI).


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Membangun Jaringan Inovasi Pendidikan”. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena pengetahuan yang kami miliki belum sempurna. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Bengkayang, Mei 2024

Penyusun
Kelompok 12

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
1.1 Latar belakang.
1.2 Rumusan masalah.
1.3 Tujuan.
BAB II PEMBAHASAN.
2.1 Pengertian Inovasi Dan Inovasi Pendidikan.
2.2 Tujuan Dan Alasan Dibutuhkannya Inovasi.
2.3 Sifat-Sifat Perubahan Inovasi.
2.4 Strategi Penguasaan IPTEK Melalui Pendidikan Dan Kebudayaan.
2.5 Profesionalisme Dan Keunggulan.
2.6 Sikap Terhadap Perkembangan IPTEK.
2.7 Stakeholder Pendidikan.
2.8 Strategi Membangun Jaringan Inovasi Pendidikan
BAB III PENUTUP.
3.1 Kesimpulan.
3.2 Saran.
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam pembangunan bangsa. Untuk mencapai mutu pendidikan yang berkualitas, diperlukan inovasi dalam berbagai aspek pendidikan. Membangun jaringan inovasi pendidikan menjadi salah satu strategi penting untuk mendorong dan menyebarkan inovasi pendidikan secara efektif. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis konsep dan strategi membangun jaringan inovasi pendidikan yang melibatkan berbagai stakeholder pendidikan.

Pada negara berkembang ini, dimana zaman juga semakin berkembang. Maka banyak peluang untuk mengimplementasikan inovasi pendidikan. Namun tak sedikit pula yang tidak menggunakan peluang tersebut mungkin karena banyaknya pula tantangan yang harus di hadapi. Mengatasi tantangan tersebut adalah salah satu hal yang harus di lakukan.

Oleh karena itu, pada makalah kami ini kami akan membahas peluang-peluang dan tantangan-tantangan dalam membangun jaringan inovasi pendidikan di Indonesia dan bagaimana cara mengaplikasikanya.

1.2 Rumusan Masalah:

1. Apa Pengertian Inovasi Dan Inovasi Pendidikan?
2. Apa Tujuan Dan Alasan Dibutuhkannya Inovasi?
3. Apa Sifat-Sifat Perubahan Inovasi?
4. Bagaimana Strategi Penguasaan IPTEK Melalui Pendidikan Dan Kebudayaan?
5. Bagaimana Profesionalisme Dan Keunggulan?
6. Bagaimana Sikap Terhadap Perkembangan IPTEK?
7. Apa Saja Stakeholder Pendidikan?
8. Bagaimana Strategi Membangun Jaringan Inovasi Pendidikan?

1.3 Tujuan Penelitian:

1. Mengetahui Pengertian Inovasi Dan Inovasi Pendidikan.
2. Mengetahui Tujuan Dan Alasan Dibutuhkannya Inovasi.
3. Mengetahui Sifat-Sifat Perubahan Inovasi.
4. Mengetahui Strategi Penguasaan IPTEK Melalui Pendidikan Dan Kebudayaan.
5. Mengetahui Profesionalisme Dan Keunggulan.
6. Mengetahui Sikap Terhadap Perkembangan IPTEK.
7. Mengetahui Stakeholder Pendidikan.
8. Mengetahui Strategi Membangun Jaringan Inovasi Pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Inovasi Dan Inovasi Pendidikan

Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaruan dan perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya memperbarui dan mengubah. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik itu berupa hasil invensi atau discovery. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu (Ibrahim, 1988). Invensi adalah suatu penemuan yang benar-benar baru artinya hasil kreasi manusia yang berupa benda atau hal yang ditemukan itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Sedangkan diskoveri adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang.

Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.


2.2 Tujuan Dan Alasan Dibutuhkannya Inovasi

Arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia tahap demi tahap, yaitu:

a. Mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu dan teknologi sehingga makin lama pendidikan di Indonesia makin berjalan sejajar dengan kemajuan-kemajuan tersebut.

b. Mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi setiap warga negara. Misalnya daya tampung usia sekolah SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi.

Adapun masalah-masalah yang menjadi alasan dituntutnya untuk membangun inovasi pendidikan di Indonesia, yaitu:

a. Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan kemajuan teknologi yang mempengaruhi kehidupan social, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan bangsa Indonesia.Sistem pendidikan yang dimiliki dan dilaksanakan di Indonesia belum mampu mengikuti dan mengendalikan kemajuan-kemajuan tersebut sehingga dunia pendidikan belum dapat menghasilkan tenaga-tenaga pembangunan yang terampil, kreatif, dan aktif sesuai dengan tuntutan dan keinginan masyarakat.

b. Laju eksplorasi penduduk yang cukup pesat, yang menyebabkan daya tampung, ruang, dan fasilitas pendidikan yang sangat tidak seimbang.

c. Melonjaknya aspirasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, sedangkan di pihak lain kesempatan sangat terbatas.

d. Mutu pendidikan yang dirasakan makin menurun, yang belum mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

e. Belum mekarnya alat organisasi yang efektif, serta belum tumbuhnya suasana yang subur dalam masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan yang dituntut oleh keadaan sekarang dan yang akan datang.


2.3 Sifat-Sifat Perubahan Inovasi

1. Penggantian (substitution)

Penggantian (substitution), misalnya inovasi dalam penggantian jenis sekolah, penggantian bentuk perabot, alat-alat, atau system ujian yang lama diganti yang baru.

2. Perubahan (alternation)

Perubahan (alternation), sebagai contoh upaya mengubah tugas guru yang tadinya hanya bertugas mengajar, ditambah dengan tugas menjadi guru bimbingan dan penyuluhan atau mengubah kurikulum sekolah menengah umum yang semula bercorak teoritis akademis, menjadi kurikulum dan mata pelajaran yang berorientasi bernuansa keterampilan hidup praktis. Perubahan semacam ini mengandung sifat mengganti hanya sebagian komponen dari sekian banyak komponen yang masih dapat dipertahankan dalam system yang lama.

3. Penambahan (addition)

Penambahan (addition), dalam inovasi yang bersifat penambahan ini tidak ada penggantian atau perubahan. Kalaupun ada yang ebrubah maka perubahan tersebut hanya berupa perubahan dalam hubungan antar komponen yang terdapat dalam system yang masih perlu dipertahankan. Sebagai contoh, adanya pengenalan cara penyusunan dan analisis item tes objektif di kalangan guru sekolah dasar dengan tidak mengganti atau mengubah cara-cara penilaian yang sudah ada.

4. Penyusunan kembali (restructuring)

Penyusunan kembali, yaitu upaya penyusunan kembali berbagai komponen yang ada dalam system dengan maksud untuk menyesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan. Sebagai contoh, upaya penyusunan kembali susunan peralatan, menyusun kembali komposisi serta ukuran da daya tampung kelas, menyusun kembali urutan mata pelajaran atau kesuluruhan system pembelajaran, system kepangkatan, system pembinaan karir baik untuk tenaga edukatif maupun tenaga administrative, teknisi, dalam upaya pengembangan keseluruha sumber daya manusia dalam system pendidikan.

5. Penghapusan (elimination)

Penghapusan (elimination), adalah upaya pembaharuan dengan cara menghilangkan aspek-aspek tertentu dalam pendidikan, atau pengurangan komponen-komponen tertentu dalam pendidikan, atau penghapusan pola ataupun cara-cara lama. Sebagai contoh, upaya menghapuskan mata pelajaran tertentu, seperti mata pelajaran menulis halus, menghapus fasilitas tertentu, seperti permainan olahraga atau menghapus kebiasaan untuk senantiasa berpakaian seragam.

6. Penguatan (reinforcement)

Penguatan (reinforcement), yaitu upaya peningkatan untuk memperkokoh atau memantapkan kemampuan atau pola dan cara-cara yang sebelumnya terasa lemah. Misalnya, upaya peningkatan atau pemantapan kemampuan tenaga dan fasilitas sehingga berfungsi secara optimal dalam mempermudah tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.


2.4 Strategi Penguasaan IPTEK Melalui Pendidikan Dan Kebudayaan

Kemajuan teknologi dapat dicapai melalui kemajuan ilmu pengetahuan yang tidak mungkin terwujud tanpa adanya sumberdaya manusia berkualitas. Taraf pendidikan merupakan modal utama terbentuknya sumber daya manusia berkualitas. Kebijaksanaan untuk meningkatkan taraf pendidikan penduduk minimal lulus SLTP melalui program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun merupakan suatu langkah strategis. Tentunya kebijaksanaan tersebut harus diikuti pula dengan kebijaksanaan lain yang mengarah kepada pembentukan sumberdaya manusia yang mampu mengembangkan dan menguasai iptek agar bangsa Indonesia tidak tertinggal oleh bangsa-bangsa lain dalam era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam berbagai aspek kehidupan Sama halnya dengan kemajuan ilmu pengetahuan, kinerja pembangunan juga sangat ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusia, yang antara lain dicirikan dengan penguasaan teknologi. Penguasaan teknologi sangat berperanan dalam pemanfaatan dan pendayagunaan seluruh faktor produksi baik modal dan sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia itu sendiri. Tingkat penguasaan teknologi menentukan pula tingkat kemajuan suatu bangsa, dan kemudian juga menentukan tingkat peradaban.

Penguasaan teknologi berkaitan erat dengan penguasaan ilmu pengetahuan, sehingga keduanya seringkali disebut ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Sebenarnya tidaklah semua jenis dan cabang ilmu pengetahuan selalu menghasilkan teknologi. Saat mempelajari mengenai iptek, janganlah beranggapan bahwa suatu cabang ilmu pengetahuan yang tidak berkaitan dengan teknologi itu tidak penting. Dalam dunia industrialisasi yang semakin kental, manusia akan semakin membutuhkan dimensi kemanusiaan yang bernuansa etika, estetika, moral, dan kejiwaan. Jadi, berbicara tentang iptek dalam arti yang spesifik dalam kaitannya dengan proses industrialiasi, tidaklah berarti mengesampingkan pentingnya ilmu pengetahuan dalam arti yang luas.

Ciri yang menonjol dari seseorang yang berbudaya iptek antara lain:

1) Selalu terdorong untuk bertanya dan mencari tahu serta menggali rahasia alam, karena alam adalah sumber ilmu pengetahuan

2) Berfikir logis dan rasional

3) Menjunjung tinggi mutu dan keunggulan

4) Selalu cenderung kepada kebenaran, karena ilmu pengetahuan hanya mungkin dibangkitkan dan dikembangkan atas dasar kebenaran serta sadar bahwa kebenaran ilmu itu sendiri tidaklah bersifat multak (absolut) dan abadi

5) Menghargai kerja keras dan tidak memandang rendah kerja kasar, karena dari setiap kerja itu akan selalu dihasilkan suatu karya

6) mengutamakan profesionalisme.

Keberhasilan dari proses pendidikan yang bertujuan mewujudkan manusia berbudaya iptek akan sangat ditentukan oleh semangat dan gairah belajar yang harus ditumbuh-kembangkan oleh setiap pendidik. Anak didik harus didorong untuk selalu bertanya agar tumbuh sikap kreatif, karena kreativitas merupakan modal utama untuk melakukan suatu inovasi, dan inovasi adalah sumber penguasaan teknologi.

Dalam upaya menumbuh-kembangkan budaya iptek sejak dini, bekal dasar yang harus dikuasai anak didik dengan baik adalah penguasaannya terhadap bidang ilmu sains, matematika, dan bahasa. Sudah dilakukan pengamatan bahwa penguasaan ketiga materi itu masih lemah di kalangan anak didi. Kelemahan tersebut harus segera diatasi, dengan cara utamanya menciptakan gairah dan semangat untuk mempelajari bidang ilmu yang sering dianggap sulit itu. Anak didik akan tertarik jika,

a) ilmu hayat, misalya, diajarkan dengan menunjukkan bagaimana hewan dan tanaman tumbuh dan berkembang di alam.

b) Matematika diajarkan dengan menghitung berapa jumlah butir padi yang ada pada satu rumpun.

c) Kemampuan bahasa diajarkan dengan berceritera tentang hikayat-hikayat yang menarik dan bernuansa moral.

Budaya iptek juga sekaligus dapat ditumbuh-kembangkan sejak dini pada anak- anak sekolah dasar bersamaan dengan pelestarian nilai-nilai luhur budaya Indonesia. Betapa tingginya peradaban dan muatan iptek pada candi-candi peninggalan sejarah seperti Borobudur dan Prambanan. Dan metode-metode lain yang menarik dan membangkitkan semangat berlajar guna menumbuh- kembangkan budaya iptek itu.


2.5 Profesionalisme Dan Keunggulan

Profesionalisme dan keunggulan merupakan kata kunci yang perlu terus diungkapkan dalam upaya membangun sumberdaya manusia yang berkualitas di era globalisasi. Dalam dunia yang terus berkembang ini dan di masa mendatang, untuk membangun profesionalisme yang andal diperlukan muatan iptek yang senantiasa baru. Dunia pendidikan pada gilirannya dituntut pula untuk selalu mengantisipasi berbagai perubahan dan perkembangan yang terjadi itu. Masalah yang seringkali dihadapi adalah kecepatan perkembangan yang terjadi di dunia pendidikan selalu Iebih lambat dari kecepatan perkembangan yang terjadi di dunia industri dan dunia luar pendidikan lainnya. Memang demikianlah sifat dasar dari dunia pendidikan. Menyadari karakteristik seperti tersebut, maka dibutuhkan upaya meningkatkan profesionalisme dan keunggulan. Selain hal itu juga dengan memberikan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik untuk siap berkembang dan dalam waktu relatif singkat mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan nyata di lapangan.

Ada beberapa program pendidikan yang cukup menjanjikan untuk mewujudkan keterkaitan dan kesepadan dan sekaligus untuk membangun keunggulan dan profesionalisme. Program "CO-OP", misalnya, dapat dirintis dan dikembangkan terutama untuk jenjang pendidikan tinggi terutama politeknik. Melalui program "CO-OP" ini anak didik dilatih untuk menghayati kehidupan di dunia industri, dididik untuk memelihara dan meningkatkan etos kerja dan produktivitas, serta mengembangkan profesionalisme. Bagi jenjang pendidikan menengah kejuruan di SMK, pada prinsipnya program "CO-OP" pun dapat diterapkan dengan menyesuaikan tingkat keterampilan yang ditentukan.

Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran- peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang.

a. Pelatih (coaches); Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada.

b. Konselor; Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal.

c. Manajer Pembelajar; Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran.

d. Partisipan; Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa.

e. Pemimpin; Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar.

f. Pembelajar; Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya.

g. Pengarang; Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionaliemenya.


2.6 Sikap Terhadap Perkembangan IPTEK

1. Terbuka terhadap inovasi dan perubahan.

2. Berorientasi pada masa depan daripada masa lampau.

3. Memanfaatkan iptek dengan bijaksana.

4. Menghargai jenis pekerjaan sesuai dengan prestasi.

5. Menggunakan potensi lingkungan secara tepat untuk pembangunan berkelanjutan.

6. Menghargai dan menghormati hak-hak asasi manusia.

7. Tetap menjunjung nilai keluhuran bangsa dengan menjadi manusia yang bermoral.


2.7 Stakeholder Pendidikan

Stakeholder pendidikan yang terlibat dalam jaringan inovasi pendidikan meliputi: guru, kepala sekolah, dosen, praktisi pendidikan, pejabat pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan lain sebagainya.

Setiap stakeholder memiliki peran penting dalam jaringan inovasi pendidikan, seperti:

1. Guru sebagai inovator dan implementer inovasi pendidikan di kelas.

2. Kepala sekolah sebagai pemimpin dan fasilitator jaringan inovasi pendidikan di sekolah.

3. Dosen sebagai peneliti dan pengembang inovasi pendidikan di perguruan tinggi.

4. Praktisi pendidikan sebagai penyedia sumber daya dan keahlian dalam inovasi pendidikan.

5. Pejabat pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan pengatur program inovasi pendidikan.

6. Organisasi masyarakat sipil sebagai advokat dan pendukung jaringan inovasi pendidikan.


2.8 Strategi Membangun Jaringan Inovasi Pendidikan:

Tahap-tahap membangun jaringan inovasi pendidikan:
- Pemetaan stakeholder pendidikan.
- Pembentukan tim inti jaringan inovasi pendidikan.
- Penetapan tujuan dan visi jaringan inovasi pendidikan.
- Pengembangan strategi komunikasi dan kolaborasi antar stakeholder.
- Implementasi program dan kegiatan jaringan inovasi pendidikan.
- Evaluasi dan monitoring kinerja jaringan inovasi pendidikan.
- Mekanisme komunikasi dan kolaborasi dalam jaringan inovasi pendidikan:
- Pertemuan rutin antar stakeholder.
- Seminar, workshop, dan forum diskusi tentang inovasi pendidikan.
- Publikasi dan diseminasi informasi tentang inovasi pendidikan.
- Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung komunikasi dan kolaborasi antar stakeholder.

Tantangan dan Solusi dalam membangun dan memelihara jaringan inovasi pendidikan:

Tantangan:
- Kurangnya sumber daya dan pendanaan.
- Kurangnya komitmen dan partisipasi stakeholder.
- Kurangnya koordinasi dan komunikasi antar stakeholder.
- Kurangnya kapasitas dan keahlian stakeholder dalam inovasi pendidikan.

Solusi:
- Menggalang dana dan dukungan dari berbagai pihak.
- Meningkatkan sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya jaringan inovasi pendidikan.
- Membangun sistem komunikasi dan koordinasi yang efektif antar stakeholder.
- Meningkatkan kapasitas dan keahlian

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaruan dan perubahan. Jadi inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.dalam inovasi pendidikan mempuyai tujuan yang jelas. inovasi pendidikan memiliki sifat-sifat, yaitu: Penggantian (substitution), Perubahan (alternation), Penambahan (addition), Penyusunan kembali (restructuring), Penghapusan (elimination), Penguatan (reinforcement). Profesionalisme dan keunggulan guru merupakan kata kunci yang perlu terus diungkapkan dalam upaya membangun sumberdaya manusia yang berkualitas di masa perkembangan iptek. Namun, dalam menerima adanya iptek perlu adanya sikap yang bijaksana.

3.2 Saran

Saran bagi semua dalam menyikapi perkembang iptek yaitu,: Terbuka terhadap inovasi dan perubahan., berorientasi pada masa depan daripada masa lampau., memanfaatkan iptek dengan bijaksana, menghargai jenis pekerjaan sesuai dengan prestasi, menggunakan potensi lingkungan secara tepat untuk pembangunan berkelanjutan, menghargai dan menghormati hak-hak asasi manusia, etap menjunjung nilai keluhuran bangsa dengan menjadi manusia yang bermoral.

DAFTAR PUSTAKA

Wahyudin, Dinn, dkk. Pengantar Pendidikan. 2008. Jakarta: Universitas Terbuka. Tirtarahardja, Umar. Pengantar Pendidikan. 2000. Jakarta: Rineka Cipta. http://www.scribd.com/doc/125442898/Perkembangan-Iptek-Dalam-Dunia-Pendidikan

https://alhusni70.wordpress.com/guru-dan-inovasi-pendidikan-di-indonesia/

Ar-Rosikhun: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam

https://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/alrosikhuun/index

http://www.santrimenulis.com/2022/03/tantangan-dunia-pendidikan-dan.html

https://disway.id/read/694633/jangan-lengah-ini-10-cara-menyikapi-dampak-globalisasi-terhadap-kehidupan/15

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20191219062014-284-458219/4-hal-yang-harus-dilakukan-saat-hadapi-persaingan-dunia-kerja

Rahmatu siti dan Nurachadija kun (2023) “Inovasi Pendidikan dalam Meningkatkan Strategi Mutu Pendidikan” Jurnal Bhineka Tunggal Ika. Vol. 1 No. 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar