Jumat, 08 September 2023

Perencanaan Kurikulum Pendidikan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Kurikulum Pendidikan
Dosen Pengampu : Syarifaeni Fahdiah, M.Hum
Disusun Oleh Kelompok 2 Angkatan 5 :
1. Futty Nayu Soka Kemala (PAI)
2. Lutfi Andaristin (PAI)
3. Nida Labibah (PAI)
4. Nur Fadhilah Lubis (PAI)


KATA PENGANTAR

الـحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِيْنَ ، نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُـحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَعِيْنَ ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ، أَمَّا بَعْدُ.

Segala Puji Bagi Allah Subhanahu Wa Taalaa serta sholawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad صلى الله عليه وسلم.

Semoga Allah senantiasa memberikan kita keistiqomahan serta kesehatan untuk terus belajar dan mendakwahkan ilmu Allah Subhanahu Wataalaa. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah subhanahu wata’ala atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta nikmat sehat sehingga kami dapat menyusun makalah “ Perencanaan Kurikulum Pendidikan ” guna memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Kurikulum Pendidikan.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kami bantuan, semangat dan doa sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat menjadi pengetahuan dan ilmu untuk kami dan para pembaca.

Dan tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam penulisan atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Bekasi, 8 september 2023

Penyusun Makalah Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
Kelompok Dua

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
B. RUMUSAN MASALAH.
C. MANFAAT.
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KURIKULUM PENDIDIKAN
B. PERENCANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN.
C. MODEL MODEL KURIKULUM.
D. LANGKAH PERENCANAAN KURIKULUM.
E. EVALUASI KURIKULUM.
F. PENGEMBANGAN KURIKULUM
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Mutu pendidikan merupakan ukuran keberhasilan proses pendidikan, yang dirasakan masyarakat mulai dari masukan, proses pendidikan yang berlangsung, hingga keluaran (output product) dari proses pendidikan tersebut (Abdul Hadis dan Nurhayati 2010: 85). Berbagai kajian dan analisis menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan yang sangat penting, bahkan masih menjadi mekanisme utama cadangan sumber daya manusia.

Pendidikan merupakan sarana pemenuhan kebutuhan manusia akan nilai-nilai sosial, prinsip-prinsip etika dan kebutuhan-kebutuhan lain yang mendukung perkembangan dunia modern yang semakin kompleks. Oleh karena itu, program perencanaan, pendewasaan, dan pengendalian mutu pendidikan menjadi prioritas utama, karena dengan semakin matangnya pendidikan (kebijakan), maka akan mampu mengantisipasi permasalahan intelektual manusia yang ketika dihadapkan pada permasalahan kehidupan global, akan dicari solusinya.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan suatu kurikulum yang mampu mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan, karena kurikulum merupakan acuan penyelenggaraan pendidikan yang selaras dengan tujuan pendidikan. Syaodih (2014:56) menyatakan bahwa kurikulum merupakan syarat mutlak dan merupakan bagian integral dari pendidikan dan pengajaran. Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai program pendidikan yang diinginkan. Sebagai sarana, suatu kurikulum tidak ada artinya tanpa dukungan sarana dan prasarana yang diperlukan, seperti sumber belajar dan mengajar yang memadai, kompetensi tenaga pengajar, metodologi yang tepat, arah dan tujuan yang jelas, dan lain-lain. Implementasi kurikulum mengharuskan tiga kegiatan utama, yaitu pengembangan kurikulum (perencanaan), penyampaian pembelajaran dan penilaian.

Berhasil tidaknya pendidikan, kemampuan peserta didik dan pendidik dalam mengasimilasi dan menyampaikan pengajaran, serta tercapainya tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh kurikulum (Abdullah Idi, 2010). Kurikulum mempunyai dua unsur, yaitu kurikulum ideal dan kurikulum aktual. Kurikulum yang ideal adalah kurikulum instruksional guru, sedangkan kurikulum sebenarnya adalah kurikulum yang benar-benar dapat dilaksanakan oleh guru sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada (Wina Sanjaya, 2008: 22-24).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu perencanaan kurikulum pendidikan ?
2. Apa yang dimaksud dengan pengertian kurikulum pendididkan?
3. Apa saja model model kurikulumnya ?
4. Apa saja langkah langkah perencanaan kurikulum ?
5. Apa yang dimaksud dengan evaluasi kurikulum ?
6. Bagaimana kurikulum dikembangkan ?

1.3 MANFAAT PENELITIAN

1. Dapat memahami perencanaan kurikulum pendidikan.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dari pengertian kurikulum pendidikan
3. Mengenal model model kurikulum.
4. Memahami langkah langkah prencanaan kurikulum.
5. Mengetahui bagaimana mengevaluasikan kurikulum dan
6. Mengetahui langkah langkah dalam pengembangan kurikulum.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Kurikulum berasal dari kata latin “currere” yang berarti lapangan balap dengan garis start dan finish. Konsep kurikulum pada saat itu adalah masa pendidikan yang harus dijalani seorang siswa untuk memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan bukti bahwa seorang mahasiswa telah menempuh suatu mata kuliah yang berupa RPP, ibarat seorang pelari yang berlari dari suatu tempat ke tempat lain hingga akhirnya mencapai garis finish.

Kurikulum berisi konten dan bahan pelajaran. Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari dan dipelajari seorang siswa untuk memperoleh suatu pengetahuan. Mata pelajaran yang diajarkan dipandang sebagai pengalaman masa lalu orang tua atau orang bijak, disusun secara sistematis dan logis. Kurikulum berfungsi sebagai program studi dan program pendidikan yang ditawarkan untuk mengajar siswa. Melalui program tersebut, siswa melakukan berbagai kegiatan pembelajaran berdasarkan tujuan pendidikan dan pembelajaran yang mengarah pada perubahan dan perkembangan perilaku siswa. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Di sini kurikulum diartikan sebagai serangkaian pengalaman belajar.

Dari seluruh definisi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kurikulum adalah serangkaian prosedur, rencana, dan dokumen tertulis yang digunakan sebagai alat atau media keberhasilan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Pemahaman para ahli mengenai kurikulum ini:

1. Dr. H. Nana Sudjana (2005)

Kurikulum adalah maksud dan harapan yang diwujudkan oleh pendidik sekolah dalam bentuk program dan proyek pendidikan. Kurikulum adalah maksud dan perencanaan, sedangkan implementasi adalah proses belajar mengajar. Yang terlibat dalam proses ini adalah pendidik dan siswa.

2. Harsono (2005)

Mengungkapkan bahwa kurikulum merupakan filosofi pendidikan yang diungkapkan melalui praktik. Pemahaman terhadap kurikulum saat ini semakin berkembang sehingga kurikulum tidak hanya mengacu pada suatu filosofi pendidikan saja, melainkan pada seluruh program pembelajaran yang direncanakan oleh lembaga pendidikan nasional.

3. Dr. Cece Wijaya dkk

Kurikulum diartikan secara luas mencakup keseluruhan kurikulum dan kehidupan di sekolah.

4. George A. Beaucham (1976)

Kurikulum diartikan sebagai dokumen tertulis yang berisi semua mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa dengan memilih dari berbagai mata pelajaran dan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Hilda Taba (1962)

Mata kuliah dianggap sebagai program studi, artinya mata kuliah adalah rencana yang akan dipelajari oleh siswa.

6. Profesor. Dr. H. Darkir

Menjelaskan bahwa kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Jadi, kurikulum adalah suatu program pendidikan dan bukan program pengajaran, sehingga direncanakan dan dirancang sebagai bahan pengajaran dan pengalaman belajar.

Kurikulum menjadi sangat penting untuk dimiliki setiap sekolah sebagai pedoman bagi para guru. Sesuai dengan pengertian kurikulum yaitu sesuatu yang terencana, maka dalam dunia pendidikan segala kegiatan siswa dapat diatur dengan sedemikian rupa sehingga tujuan adanya pendidikan dapat tercapai. Bahkan, bisa dikatakan jika tidak ada kurikulum, maka pembelajaran di sekolah tidak bisa berjalan dengan baik. Sebab segala sesuatu telah tertuang dalam sebuah kurikulum[1]
[1] Nova Sari Zaputri. (2019). "Tugas Resume Administrasi dan Supervisi Pendidikan" Bekasi,4 September 2023
https://osf.io/preprints/inarxiv/8xfcw/

2.2 PERENCANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Perencanaan adalah proses menetapkan tujuan untuk mencapai dan mengidentifikasi saranaa dan sumber daya yang diperlukan. Perencanaan merupakan Tindakan emmutuskan terlebih dahulu apa yang harus dilakukan dan siapa pelakunya. (M. Arif Khoirudin, 2013 ;63)

Menurut kutipan Abdul Manab (2015) dalam Badan Standar Nasional Pendidikan, perencanaan dan penyusunan kurikulum, harus memperhatikan struktur kurikulum, alokasi waktu, dan penetapan kalender akademik.

1) Struktur kurikulum pendidikan umum

Struktur kurikulum merupakan pola dan landasan pengajaran yang harus ditempuh oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kemampuan yang harus dikuasai siswa sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam kurikulum. Kompetensi yang dibahas meliputi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan.

2) Alokasi waktu

Awal tahun ajaran adalah waktu untuk memulai aktivitas belajar di setiap unit Pendidikan. Waktu belajar efektif adalah sebuah angka jam per minggu ditambah jam yang dihabiskan untuk kegiatan pengembangan pribadi. Kemudian waktu libur dapat berupa istirahat tengah semester, libur akhir tahun, hari libur nasional, dan hari libur khusus.

3) Penetapan kalender Pendidikan

Kalender Pendidikan adalah kalender kegiatan pembelajaran siswa dalam satu tahun ajaran termasuk awal tahun ajaran, pekan efektif belajar, waktu belajr, dan hari libur.

Berdasarkan ketentuan Badan Standar Nasional Pendidikan, ditetapkan bahwa:

a) Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.

b) Hari libur madrasah/satuan pendidikan ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Agama tentang hal hal yang berkaitan dengan hari raya keagamaan, pimpinan daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan atau organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.

c) Pemerintah Pusat Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur serentak bagi satuan pendidikan. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-masing satuan pendidikan dalam waktu yang ditentukan, dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah pusat/ pemerintah daerah.Proses perencanaan kurikulum di sekolah hendaknya dilaksanakan secara bersama antar personel sekolah dalam semua tahap perencanaan. Partisipasi ini akan menimbulkan perasaan ikut memiliki dan bertanggung jawab yang pada akhirnya akan memberikan dorongan kepada guru dan personel sekolah yang lain untuk keberhasilan rencana tersebut.[2]
[2] Nida Uliatunida (2020) "Perencanaan Kurikulum Untuk Mencapai Tujuan Pendidikan". STAIS Lan Taboer . Bekasi, 4 September 2023

2.3 MODEL MODEL KURIKULUM

Pengembangan kurikulum melibatkan model kurikulum yang dikembangkan. Setidaknya ada empat model kurikulum yang banyak disebutkan dalam pengembangan kurikulum, yaitu model kurikulum akademik, humanistik, rekonstruksi sosial, dan model kurikulum mata pelajaran berbasis kompetensi (Sukmadinata, 2009).

1. Kurikulum akademik

Kurikulum akademik merupakan salah satu model kurikulum tertua. Kurikulum akademik ini menekankan pada konten atau topik yang berasal dari disiplin ilmu.

Kurikulum akademik bermula dari pendidikan klasik, menghadap masa lalu, dan segala nilai ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya telah ditemukan oleh para ahli masa lalu. Fungsi pendidikan adalah untuk memelihara dan mewariskan kepada generasi berikutnya. Kurikulum ini memprioritaskan konten pendidikan. Ukuran keberhasilan belajar siswa adalah penguasaan seluruh atau sebagian besar muatan pendidikan yang diajarkan oleh guru.

Pengembang kurikulum cukup memilih bahan ajar sains yang dikembangkan oleh ahli mata pelajaran sains dan mengaturnya secara sistematis sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahapan perkembangan siswa. Sebagai penyampai bahan ajar, guru harus menguasai seluruh pengetahuan isi mata pelajaran.

Ada berbagai cara pengorganisasian isi (topik) mata kuliah dalam mata pelajaran akademik. Menurut Sukmadinata (2009), model organisasi yang paling penting antara lain sebagai berikut.

a) Correlated curriculum

Pengorganisasian materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu mata kuliah relevan dengan mata kuliah lainnya

b) Unfied atau concentrated curriculum

Suatu pengorganisasian bahan ajar yang disusun berdasarkan topik mata pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai disiplin ilmu.

c) Integrated curriculum

Jika pada pola terpadu warna mata pelajaran masih terlihat, maka pada pola terpadu warna mata pelajaran sudah tidak terlihat lagi. Materi pengajaran diintegrasikan ke dalam persoalan, kegiatan, atau aspek kehidupan tertentu.

d) Problem solving curriculum

Model organisasi yang menggabungkan subjek penggunaan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari berbagai disiplin ilmu atau disiplin ilmu untuk memecahkan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan.

2. Kurikulum humanistic

Model kurikulum humanistic menekankan pada pengembangan kepribadian siswa secara holistik dan keseimbangan antara perkembangan intelektual (kognitif), emosional, dan psikomotorik. Program humaniora menekankan pada pengembangan potensi dan kemampuan melalui pertimbangan minat dan kebutuhan siswa. Model kurikulum berfokus pada aspek sosial, moral dan emosional pembelajaran. Pembelajaran berpusat pada siswa.

Model kurikulum ini bermula dari pendidikan personal. Kurikulum humaniora dikembangkan oleh pakar pendidikan humaniora John Dewey (pendidikan progresif) dan J.J. Rousseau (pendidikan romantis).

3. Kurikulum rekonstruksi sosial

Kurikulum rekonstruksi sosial lebih menitikberatkan pada permasalahan yang dihadapi peserta didik di masyarakat, yang didasarkan pada proses pendidikan pengajaran. Pendidikan merupakan kegiatan bersama, interaksi dan kerjasama. Kolaborasi atau interaksi terjadi tidak hanya antara siswa dan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan lingkungannya, dan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi kolaboratif ini, siswa berupaya memecahkan permasalahan yang mereka hadapi bersama komunitasnya guna membentuk masyarakat yang lebih baik. Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan, ancaman, hambatan, atau gangguan yang biasanya dihadapi manusia. Bagi rekonstruksi sosial, pembelajaran merupakan kegiatan bersama yang didalamnya terdapat ketergantungan antar manusia. Tidak ada persaingan dalam kegiatan belajarnya, melainkan kerjasama, saling pengertian dan mufakat. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang tepat adalah metode pembelajaran kooperatif daripada metode pembelajaran kompetitif (Widyastino, 2000).

4. Kurikulum kompetensi

Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan kompetensi menjadi suatu keharusan. Setiap orang dituntut kompeten dibidangnya. Kompetensi dapat didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (depdiknas, 2004.)

Widyastono (2013) merumuskan kompetensi adalah pengetahuan (kognitif) yang setelah dimiliki seseorang, harus diwujudkan dalam bertindak (spikomotor) dan bersikap (afektif). Seseorang dikatakan kompeten dibidang tertentu, apabila ia memiliki pengetahuan dibidang itu, kemudian pengetahuan tersebut diwujudkan dalam bertindak dan bersikap dalam kehidupan sehari-hari.[3]
[3] https://muhammadnurkholiss345.blogspot.com/2015/11/model-model-kurikulum.html

2.4 LANGKAH LANGKAH PERENCANAAN KURIKULUM

Perencanaan kurikulum adalah proses yang kompleks, berikut adalah langkah-langkah umum yang dapat membantu dalam perencanaan kurikulum:

1. Menentukan Landasan Kurikulum

Pada langkah ini menentukan landasan-landasan yang dijadikan dasar dalam perencanaan kurikulum, yang meliputi: landasan Filsafat, landasan Psikologis, landasan sosiologi dan landasan teknologi.

2. Menentukan tujuan Kurikulum

Tujuan kurikulum merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh suatu kurikulum. Dalam skala makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan misi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran. Tujuan pendidikan diklasifikasikan mejadi empat yaitu Tujuan Pendidikan Nasional (TPN), Tujuan Institusional (TI), Tujuan Kurikuler (TK) dan Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP).

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan tujuan kurikulum antara lain: (1) tujuan pendidikan nasional, karena tujuan ini menjadi landasan bagi setiap lembaga pendidikan; (2) kesesuaian antara tujuan kurikulum dan tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan; (3) kesesuaian tujuan kurikulum dengan kebutuhan masyarakat atau lapangan kerja; (4) kesesuaian tujuan dengan perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi saat ini; dan (5) kesesuaian tujuan kurikulum dengan sistem nilai dan aspirasi yang berlaku di masyarakat.

3. Menentukan isi kurikulum

Isi kurikulum adalah keseluruhan materi dan kegiatan yang tersusun dalam urutan dan ruang lingkup yang mencakup bidang pengajaran, mata pelajaran, masalah-masalah, proyek-proyek yang perlu dikerjakan.

Isi kurikulum disusun dalam bentuk sebagai berikut:

Bidang-bidang keilmuan yang terdiri atas ilmu-ilmu sosial, administrasi, ekonomi, komunikasi, dan rekayasa teknologi, IPA, matematika dan lain-lain. Jenis-jenis mata pelajaran disusun dan dikembangkan bersumber dari bidang-bidang tersebut sesuai dengan tujuan mata pelajaran. Tiap mata pelajaran dikembangkan menjadi satuan-satuan bahasan dan pokok-pokok bahasan atau standar kompetensi dan kompetensi dasar. Tiap mata pelajaran dikembangkan dalam silabus. Dalam menetapkan isi kurikulum harus mempertimbangkan tingkat perkembangan psikologis siswa, sehingga isi kurikulum tidak berat atau tidak terlalu mudah bagi siswa.

Terdapat beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan isi kurikulum, yaitu:
a. Signifikansi,yaitu seberapa penting isi kurikulum pada suatu disiplin atau tema studi;
b. Validitas, yaitu yang berkaitan dengan keotentikan dan keakuratan isi kurikulum ;
c. Relevansi sosial, yaitu keterkaitan isi kuriklum dengan nilai moral, cita-cita, permasalahan sosial, isu kontroversial, dan sebagainya, untuk membantu siswa menjadi anggota efektif dalam masyarakat;
d. Utility atau kegunaan (daya guna), berkaitan dengan kegunaan isi kurikulum dalam mempersiapkan siswa menuju kehidupan dewasa;
e. Learnability atau kemampuan untuk dipelajari, yang berkatan dengan kemampuan siswa dalam memahami isi kurikulum tersebut; dan
f. Minat, yang berkaita dengan minat siswa terhadap isi kurikulum tersebut.[4]
[4] https:/niamw.wordpress.com/2010/04/16/prosedur-perencanaankurikulum/

2.5 EVALUASI KURIKULUM

A. Pengertian Evaluasi

Secara etimologi "evaluasi" berasal dan bahasa Inggris yaitu evaluation dari akar kata value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab disebut al-qiamah atau al-taqdir’ yang bermakna penilaian (evaluasi). Sedangkan secara harpiah, evaluasi pendidikan dalam bahasa Arab sering disebut dengan al-taqdir al-tarbiyah yang diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.[5]
[5] Vina Putri Rahayu, Hery Noer Aly,Volume 05,No.3.”Evaluasi Kurikulum”,hlm.2

Evaluasi kurikulum merupakan salah satu komponen kurikulum yang perlu dikuasai oleh guru sebagai pelaksana kurikulum .Bagian-bagian berikut dari modul ini akan difokuskan pada uraian tentang evaluasi dalam fase pengembangan kurikulum tujuannya, berbagai konsep model evaluasi yang pernah dikem bangkan, tinjauan masing-masing konsep/ model, dan akhirnya model evaluasi yang disarankan. Sebagai seorang guru Anda tentunya harus memahami betul m engapa suatu kurikulum harus dievaluasi dan apa yang menjadi tujuan dari evaluasi kurikulum.[6]
[6] Prof, Dr. R Ibrahim & Dra. Masitoh, M.Pd.,”Evaluasi Kurikulum”,hlm.4

Beberapa para ahli berpendapat bahwa, yang dimaksud dengan evaluasi adalah sebagai berikut:

1. Hamid Hasan, mengartikan evaluasi sebagai usaha sistematis mengumpulkan informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan mengenai nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks tertentu. (Hasan, 2008)

2. Tyler menyatakan bahwa evaluasi adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai atau terealisasikan. (Zaini, 2009)

3. Arikunto, menilai adalah sebuah proses pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk, sehingga dapat dikatakan bersifat kualitatif. Arikunto juga menambahkan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai, yang kemudian dipakai sebagai tolak ukur dalam pengambilan keputusan. (Suharsimi Arikunto, 2009) [7]
[7] Vina Putri Rahayu ,Hery Noer Aly, vol.05,No.3,”Evaluasi Kurikulum”2023,hlm.2
[
Fungsi Evaluasi

Fungsi evaluasi kurikulum telah banyak disebutkan oleh ahli-ahli terkemuka seperti Tyler,Cornbach, dan Scriven. Ketiga ahli tersebut secara berurutan memberikan pandangan mereka mengenai fungsi dari evaluasi kurikulum. Fungsi evaluasi kurikulum yang pertama dikemukakan oleh Tyler (1949). Ia menyebutkan bahwa hasil evaluasi adalah untuk memperbaiki kurikulum. Dalam pendapat tersebut belum terlihat jelas suatu konsepsi fungsi evaluasi yang bulat. Kemudian Cronbach (1963) dalam tulisannya yang berjudul “Course Improvement through evaluation” menyebutkan ada dua fungsi evaluasi kurikulum yang berbeda yaitu memberikan bantuan untuk memperbaiki kurikulum dan untuk memberikan penghargaan. Tetapi sebagaimana tertera dalam judul tulisan tersebut, bagi Cronbach pada waktu itu yang lebih penting ialah fungsi evaluasi dalam menentukan aspek-aspek kurikulum yang harus diperbaiki. Sedangkan fungsi evaluasi untuk memberikan penghargaan kepada program yang sudah ada di lapangan hanya sebagai fungsi dampak bawaan. (Arofah, 2021)[8]
8] Ibid.hal.3

Model Evaluasi

a. Measurement

Evaluasi pada dasarnya adalah pengukuran perilaku siswa untuk mengungkapkan perbedaan individual maupun kelom pok. Hasil evaluasi digunakan terutam a untuk keperluan seleksi siswa, bim bingan pendidikan dan perbandingan efektifitas antara dua atau lebih program / metode pendidikan. Obyek evaluasi dititik beratkan pada hasil belajar terutam a dalam aspek kognitif dan kurikum pembelajaran khusuny yang dapat diukur dengan alat evaluasi yang objektif dan dapat dibukukan.Jenis data yang dikum pulkan dalam evaluasi adalah data obyektif khususnya skor hasil tes. Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditem puh pendekatan/ cara-cara berikut: [9]
[9] Prof. Dr. R Ibrahim & Dra. Masitoh, M.Pd.,” Evaluasi Kurikulum”hlm.6

1) Menempatkan ` kedudukan` setiap siswa dalam kelom poknya melalui pengem bangan norma kelompok dalam evaluasi hasil belajar.
2) Membandingkan hasil belajar antara dua atau lebih kelompok yang menggunakan program / metode pengajaran yang berbedabeda, melalui analisis secara kuantitatif.
3) Teknik evaluasi yang digunakan terutama tes yang disusun dalam bentuk obyektif, yang terus dikembangkan untuk menghasilkan alat evaluasi yang reliabel dan valid.

b. Congruence

Evaluasi pada dasarnya merupakan pem eriksaan kesesuaian atau congruence antara tujuan pendidikan dan hasil belajar yang dicapai, untuk melihat sejauh mana perubahan hasil pendidikan telah terjadi. Hasil evaluasi diperlukan dalam rangka penyem purnaan program , bim bingan pendidikan dan pemberian informasi kepada pihak-pihak di luar pendidikan. Obyek evaluasi dititik beratkan pada hasil belajar dalam bentuk kognitif, psikom otorik m aupun nilai dan sikap. Jenis data yang dikumpulkan Jenis data yang dikumpulkan adalah data obyektif khususnya skor hasil tes. Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh pendekatan/ cara-cara berikut:

1. Menggunakan prosedur pre-and post-assessm ent dengan menempuh langkah- langkah pokok sebagai berikut: penegasan tujuan, pengem bangan alat evaluasi, dan penggunaan hasil evaluasi.
2. Analisis hasil evaluasi dilakukan secara bagian demi bagian.
3. Teknik evaluasi m enackup tes dan teknik-teknik evaluasi lainnya yang cocok untuk menilai berbagai jenis perilaku yang terkandung dalam tujuan.
4. Kurang menyetujui diadakannya evaluasi perbandingan antara dua atau lebih program .[10]
[10] Ibid,h.7

C. llumination

Evaluasi pada dasarnya m erupakan studi mengenai : pelaksanaan program , pengaruh faktor lingkungan, kebaikan-kebaikan dan kelemahan program serta pengaruh program terhadap

perkembangan hasil belajar. Evaluasi lebih didasarkan pada judgm ent (pertim bangan) yang hasilnya diperlukan untuk penyem purnaan program . Obyek evaluasi m encakup latar belakang dan perkem bangan program , proses pelaksanaan, hasil belajar dan kesulitan-kesulitan yang dialami.

Jenis data yang dikum pulkan pada umumnya data subyektif (judgm ent data) Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditem puh pendekatan/ cara-cara berikut:

1. Menggunakan prosedur yang disebut Progressive focussing dengan langkah-langkah pokok: orientasi, pengam atan yang lebih terarah, analisis sebab-akibat.
2. Bersifat kualitatif-terbuka, dan flesksibel-eklektif.
3. Teknik evaluasi m encakup observasi, wawancara, angket, analisis dokum en dan bila perlu mencakup pula tes.

d. Educational System Evaluation

Evaluasi pada dasarnya adalah perbandingan antara performance setiap dimensi program dan kriteria, yang akan berakhir dengan suatu deskripsi dan judgment. Hasil evaluasi diperlukan [11] untuk penyempurnaan program dan penyim pulan hasil program secara keseluruhan. Obyek evaluasi m encakup input (bahan, rencana, peralatan), proses dan hasil yang dicapai dalam arti yang lebih luas.Obyek evaluasi m encakup input (bahan, rencana, peralatan), proses dan hasil yang dicapai dalam arti yang lebih luas. Jenis data yang dikum pulkan m eliputi baik data obyektif maupun data subyektif (judgment data)Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditem puh pendekatan/ cara-cara berikut :
[11] Ibid,h.8
1. Membandingkan performance setiap dim ensi program dengan kriteria internal.
2. Membandingkan performance program dengan menggunakan kriteria eksternal yaitu performance program yang lain.
3. Teknik evaluasi m encakup tes, observasi, wawancara, angket dan analisis dokumen.[12]
[12] Ibid.h.9

2.6 PENGEMBANGAN KURIKULUM

Prinsip secara umum yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum yaitu:

1. Prinsip Relevansi

Dalam pengembangan kurikulum, terdapat prinsip relevansi yang terdiri dari dua jenis, yaitu relevansi keluar dan relevansi dalam. Relevansi keluar mengacu pada kesesuaian tujuan, isi, dan proses pembelajaran yang termuat dalam kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan yang ada. Sedangkan, relevansi dalam mengacu pada kesesuaian atau konsistensi antara komponenkomponen kurikulum, seperti tujuan, isi, proses pembelajaran, dan evaluasi.

2. Prinsip Fleksibilitas

Kurikulum memiliki sifat fleksibel, yang berarti dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kondisi daerah, waktu, serta kemampuan dan latar belakang peserta didik. Dalam pengembangan kurikulum, pengembang harus dapat menawarkan berbagai program pilihan kepada peserta didik, sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, dan kebutuhan mereka.

3. Prinsip Integritas

Dalam pengembangan kurikulum, penting untuk menerapkan prinsip keterpaduan. Prinsip ini 23mengacu pada kemampuan kurikulum untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan hidup saat ini dan di masa depan sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam hal ini, kurikulum harus dapat mengembangkan keterampilan hidup yang relevan dengan kebutuhan masa kini dan yang akan datang. [13]
[13] Inge Ayudia,wilibaidus Bhoke,Rici Oksari,Mari Carmelita,Veroniki salem,majidah khairani,fitri mamontho,merika setiawan,nurhayati,mieke imbar,” Pengembangan kurikulum, 2023.hlm.23

4. Prinsip Kontinuitas

Kontinuitas dalam pengembangan kurikulum sering disebut juga sebagai kesinambungan. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan dan proses pembelajaran peserta didik harus berlangsung secara terus-menerus, tidak terputus-putus atau berhenti begitu saja. Hal ini terutama penting dalam memastikan kesinambungan materi atau bahan kurikulum antara jenis dan jenjang program pendidikan yang berbeda.

5. Praktis atau Efisien

Prinsip Praktis atau Efisien dalam pengembangan kurikulum mengacu pada kemudahan dalam pelaksanaannya dengan menggunakan alat-alat yang sederhana serta biaya yang murah. Dengan demikian, pengembang kurikulum harus mempertimbangkan faktor efisiensi dalam memilih metode dan teknik yang tepat untuk memudahkan pelaksanaannya dan meminimalisir biaya yang diperlukan. Prinsip ini membantu memastikan bahwa kurikulum dapat diimplementasikan secara praktis dan efisien tanpa membebani peserta didik atau institusi pendidikan dengan biaya yang tinggi.

6. Efektivitas

Prinsip Efektivitas yakni, walaupun kurikulum harus murah dan sederhana tetapi keberhasilannya harus tetap diperhatikan. [14]
[14] Ibid.h.24

Prinsipsecara khusus yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum yaitu:

1. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan 

Tujuan merupakan pusat dari semua kegiatan pendidikan, dan menjadi arah yang harus diikuti oleh seluruh kegiatan dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, perumusan komponen-komponen kurikulum harus mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan meliputi tujuan umum atau jangka panjang, tujuan jangka menengah, dan tujuan

khusus atau jangka pendek. Tujuan tersebut membantu menentukan arah pengembangan kurikulum dan memastikan bahwa komponen-komponen kurikulum yang dirumuskan sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

2. Prinsip berkenaan dengan isi pendidikan

Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal:
a. Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana.
b. Isi bahan harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
c. Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.

3. Prinsip berkenaan dengan pemilihan belajar mengajar 

Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya memperlihatkan hal-hal sebagai berikut.[15]
[15] Ibid.h.25
a. Memilih metode/tekhnik belajar-mengajar yang cocok sesuai mengajar bahan pelajaran.
b. Memilih metode/tekhnik untuk memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa.
c. Memilih metode/tekhnik yang memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat.
d. Memilih metode yang dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
e. Memilih metode/tekhnik yang dapat mengaktifkan siswa, atau mengaktifkan guru atau kedua-duanya.
f. Memilih metode/tekhnik yang dapat mendorong berkembangnya kemampuan baru.
g. Memilih metode/tekhnik yang menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan di rumah, atau mendorong pengunaan sumber yang ada dirumah dan di masayarakat.
h. Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan “learning by doing” di samping “learning by seeing and knowing”.

4. Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran 

Proses belajar-mengajar yang baik perlu didukung oleh pengunaan media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat.

a. Alat/media pengajaran yang diperlukan.
b. Jika ada alat yang harus dibuat, harusnya memperhatikan: bagaimana pembuatannya, iapa yang membuat, pembiyaannya, waktu pembuatan?[16]
[16] Ibid.h.26
c. Pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, misalnya dalam bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain.
d. Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multimedia.

5. Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan

Penilaian.Penilaian merupakan bagian integral dari pengajaran, Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya langkah-langkah sebagai berikut:
a. Rumusan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
b. Uraiakan ke dalam bentuk tingkah-tingkah laku murid yang dapat diamati.
c. Hubungkan dengna bahan peljaran.
d. Tuliskan butir-butir test.

Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan beberapa hal:
a. Karakter kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akan ditest.
b. Lama waktu dibutuhkan untuk pelaksanaan test.
c. Test tersebut berbentuk esay, objektif atau perbuatan.
d. Test tersebut diadministrasikan oleh guru atau oleh peserta didik.
e. Banyak butir tes yang akan perlu disusun.

Dalam pengolahan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Norma digunakan di dalam pengolahan hasil test.
b. Menggunkan formula quessing atau tidak.
c. Pengubahan skor ke dalam skor masak.
d. Skor standar yang digunakan.
e. Penggunaan hasil-hasil test. [17]
[17] Ibid.h.27

Faktor Pengembangan Kurikulum

Beberapa faktor mempengaruhi semua pengembangan kurikulum dalam memenuhi kebutuhan peserta didik abad ke-21 baik di lingkungan akademik yang terorganisir maupun pusat pembelajaran korporasi. Faktorfaktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum antara lain peraturan pemerintah, yang pada gilirannya membawa faktor lain ke dalam proses. Pengembangan kurikulum yang valid membutuhkan kesadaran akan keragaman masyarakat sasaran secara sosial, finansial dan psikologis.

1. Faktor politik

Politik mempengaruhi pengembangan kurikulum dalam berbagai cara. Bagaimana politik memengaruhi desain dan pengembangan kurikulum dimulai dengan pendanaan. Baik lembaga pendidikan swasta maupun negeri mengandalkan dana untuk mempekerjakan personel, membangun dan memelihara fasilitas dan peralatan. Semua aspek kurikulum tergantung pada standar politik lokal, negara bagian dan nasional. Contoh, politik memengaruhi pengembangan kurikulum mulai dari menentukan tujuan, menafsirkan materi kurikulum hingga menyetujui sistem ujian.

2. Faktor sosial

Masyarakat memiliki harapan tersendiri tentang maksud dan tujuan yang harus diperhatikan dalam merancang kurikulum. Ia juga memiliki persepsi tentang seperti apa produk sistem sekolah seharusnya. Oleh karena itu perlu bagi perancang kurikulum untuk mempertimbangkan pertimbangan sosial ini.

Contoh, mata pelajaran yang memiliki pendidikan gender dan ekonomi politik ternyata sulit dimasukkan ke dalam kurikulum karena penolakan dari beberapa kelompok agama. [18]
[18] Ibid.h.37

3. Faktor ekonomi

Ekonomi mempengaruhi pengembangan kurikulum. Kurikulum yang dikembangkan untuk pelatihan inhouse di perusahaan berfokus pada mendidik karyawan untuk promosi yang menghasilkan keuntungan yang lebih baik. Bangsa yang membiayai pendidikan mengharapkan pengembalian ekonomi dari siswa terpelajar yang berkontribusi pada ekonomi negara dengan kemampuan persaingan global di bidang teknis. Contoh, bangsa yang membiayai pendidikan mengharapkan pengembalian ekonomi dari siswa terpelajar yang berkontribusi pada ekonomi negara dengan kemampuan persaingan global di bidang teknis.

4. Teknologi

Pengembangan kurikulum berbasis teknologi adalah norma abad ke-21. Teknologi komputer abad ke-21 memengaruhi pengembangan kurikulum di setiap tingkat pembelajaran. Pusat pembelajaran dan ruang kelas semakin menyediakan komputer sebagai interaksi yang diperlukan untuk belajar di antara siswa. Penggunaan multimedia teknologi mempengaruhi tujuan pendidikan dan pengalaman belajar di kalangan siswa. Contoh:

a. Gelar sarjana dan pascasarjana dalam teknologi komputer semakin populer.
b. Keanekaragaman

Pengaruh pengembangan kurikulum dari 38keberagaman membuka peluang pembelajaran. Keanekaragaman sosial termasuk agama, budaya dan pengelompokan sosial mempengaruhi pengembangan kurikulum karena karakteristik ini mempengaruhi jenis topik dan metode pengajaran informasi. Mengembangkan kurikulum yang relevan memperhitungkan harapan masyarakat, mengakomodasi tradisi kelompok dan mempromosikan kesetaraan. [19]
[19] Ibid.h.38

5. Lingkungan

Masalah lingkungan mempengaruhi pengembangan kurikulum. Kesadaran dan tindakan dunia untuk membalikkan dan mengakhiri polusi terus memengaruhi pengembangan kurikulum. Kelas dasar yang khas mengajarkan daur ulang dan praktik lingkungan yang sehat. Contoh: Pendidikan tinggi dalam sains menawarkan gelar yang berfokus pada lingkungan. Misalnya gelar lingkungan, bio-teknologi dan lain-lain.

6. Psikologi anak

Banyak siswa dengan gelar master atau PhD dalam psikologi perkembangan bekerja di lingkungan pendidikan sebagai psikolog sekolah, yang masuk akal ketika mempertimbangkan penekanan pada tahun-tahun formatif. Namun, ada beberapa konsentrasi psikologi perkembangan yang tersedia di mana siswa dapat fokus:

a. Studi Perkembangan untuk Pendidik.
b. Penuaan.
c. Masa Bayi, Masa Kecil atau Remaja.
d. Perkembangan Masa Hidup.
e. Basis Pengembangan Biologis.

Contoh: Kurikulum psikologi perkembangan 39 mengkaji perubahan kepribadian, kemampuan kognitif dan perilaku sepanjang umur. Oleh karena itu, selain mempersiapkan diri untuk karir yang memuaskan, siswa yang terdaftar dalam kurikulum psikologi perkembangan juga akan belajar dan memahami lebih banyak tentang diri mereka sendiri saat mempelajari kesimpulan ilmiah yang dibuat oleh para ahli di bidangnya.[20]
[20] Ibid.h.39-40
BAB III
KESIMPULAN

Pendidikan yang berkualitas dibutuhkan untuk bersaing dengan negara negara di dunia, maka diperlukan kurikulum yang mampu mengantarkan warga belajar yang berkualitas pula. Perlu perencanaan yang matang dalam mengelola kurikulum, mulai dari perencanaan kurikulum hingga evaluasi kurikulum. Kegagalan kurikulum akan berakibat fatal pada keberhasilan suatu instansi pendidikan. Oleh karena itu, setiap penanggung jawab Lembaga Pendidikan harus punya visi dan misi yang sama dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sebuah kurikulum. Perencanaan dalam pendidikan adalah suatu fungsi manajemen pendidikan. Fungsi perencanaan tersebut untuk menentukan keadaan terbaik sumber daya internal dan eksternal untuk sistem Pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Nova Sari Zaputri. (2019). "Tugas Resume Administrasi dan Supervisi Pendidikan" Bekasi,4 September 2023

Nida Uliatunida (2020) "Perencanaan Kurikulum Untuk Mencapai Tujuan Pendidikan". STAIS Lan Taboer . Bekasi, 4 September 2023

Vina Putri Rahayu, Hery Noer Aly,Volume 05,No.3.”Evaluasi Kurikulum”

Prof, Dr. R Ibrahim & Dra. Masitoh, M.Pd.,”Evaluasi Kurikulum”

Inge Ayudia,wilibaidus Bhoke,Rici Oksari,Mari Carmelita,Veroniki salem,majidah khairani,fitri mamontho,merika setiawan,nurhayati,mieke imbar,”Pengembangan kurikulum”, 2023

https://niamw.wordpress.com/2010/04/16/prosedur-perencanaankurikulum/

https://muhammadnurkholiss345.blogspot.com/2015/11/model-model-kurikulum.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar