Jumat, 01 September 2023

Hakikat Evaluasi Pendidikan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Evaluasi Pendidikan
Dosen Pengampu : Sabar Siswoyo, M. Pd
Disusun Oleh Kelompok 1 Angkatan 5 :
1. Alberza (PAI)
2. Rama Hidayat (PAI)
3. Willy Rahman (SBA)
4. M. Nawaf Bahanan (PAI)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Sistem Evaluasi Pendidikan tentang “Hakikat Evaluasi Pendidikan”. Shalawat serta salam senantiasa saya curahkan kepada Rasulullah SAW, Nabi dan Rasul terakhir yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar dan sekaligus menyempurnakan akhlak melalui petunjuk wahyu illahi.

Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi yang saya gunakan, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam makalah ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini khususnya kepada dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Bondowoso, 31 Agustus 2023
Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi Pendidikan
B. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pendidikan
b. Guru
C. Prinsip-prinsip Penilaian atau Evaluasi
D. Sasaran Dan Objek Evaluasi/Penilaian
E. Alat-Alat Evaluasi Pendidikan Secara Umum
F. Prosedur Evaluasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini, pendidikan dijadikan ujung tombak kemajuan suatu negara. Pendidikan dipandang mampu jadi pemecah atas masalah-masalah sosial yang ada. Sejauh ini, pendidikan di negara kita masih semrawut, terutama soal pengaturan kurikulum. Kritik terhadap kurikulum kita saat ini ialah kurang tepatnya kurikulum dengan mata pelajaran yang terlalu banyak, dan tidak berfokus pada hal-hal yang seharusnya diberikan. Dan yang paling parah pada setiap sistem pendidikan kita yaitu kurangnya evaluasi yang efektif. Proses pendidikan yang dimaksud tidak terlepas dari beberapa komponen yang mendukung. Salah satu nya komponen yang urgen dalam melihat keberhasilan pendidikan adalah evaluasi.

Evaluasi adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar kriteria yang merupakan kegiatan berkesinambungan. Evaluasi pendidikan merupakan aktifitas pengelolaan, pertanggungan, penentuan kualitas pendidikan berhubungan dengan beragam elemen pendidikan pada setiap jalur, tingkatan dan pendidikan majemuk sebagai wujud pertanggung jawaban pengelola pendidikan. Mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan evaluasi pendidikan, untuk lebih jelasnya akan dibahas pada pembahasan di dalam makalah

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian evaluasi pendidikan?
2. Apa fungsi dan tujuan dari evaluasi pendidikan ?
3. Apa saja prinsip-prinsip penilaian atau evaluasi?
4. Apa sasaran dan objek dari penilaian atau evaluasi?
5. Apa alat-alat evaluasi pendidikan secara umum/
6. Bagaimana prosedur evaluasi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian evaluasi pendidikan.
2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari evaluasi pendidikan.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip penilaian atau evaluasi.
4. Untuk mengetahui sasaran dan objek dari penilaian atau evaluasi.
5. Untuk mengetahui alat-alat evaluasi pendidikan secara umum.
6. Untuk memahami prosedur evaluasi.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Pendidikan

Evaluasi adalah proses penilaian. Evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengukuran akan efektivitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan. Evaluasi merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam proses pembelajaran. Evaluasi merupakan bagian dari proses dan secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut evaluasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Selain itu evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau mengenai hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.1 Groundland dalam Ali Hamzah menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan program telah tercapai.2
1. Tutut Kurniawan, Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran IPS Sekolah Dasar, Journal of Elementary Education 4, no 1 (2015), hlm. 2
2..Ali Hamzah,, Evaluasi Pendidikan Matematika, (Jakarta: Rajawali Pres, 2014), hlm. 12

Jadi, evaluasi adalah proses penilaian untuk mengetahui hasil dari tujuan pendidikan. Evaluasi harus dilakukan secara sistematis dan kontinu agar dapat menggambarkan kemampuan para siswa yang dievaluasi. Definisi lain yang berkaitan dengan proses pengukuran hasil belajar siswa, yaitu evaluation is a process of making an assessment of a student’s growth. Evaluasi merupakan proses penilaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Pencapaian perkembangan siswa perlu diukur, baik posisi siswa sebagai individu maupun posisinya di dalam kegiatan kelompok. Hal yang demikian perlu disadari oleh seorang guru karena pada umumnya siswa masuk kelas dengan kemampuan yang bervariasi.3
3. M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 2

Tujuan evaluasi dari segi siswa adalah dapat mengetahui apakah hasil siswa tersebut memuaskan. Dilihat dari segi guru adalah untuk menentukan apakah siswa yang dievaluasi sudah memenuhi syarat untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya, apakah metode yang digunakan sudah tepat, dan apakah materi yang sudah diajarkan sudah baik. Dilihat dari segi sekolah adalah untuk mengetahui kondisi pembelajaran di sekolah. Tujuan evaluasi tersebut mencakup subjek pendidikan pada umumnya. Tujuan dilaksanakannya evaluasi pendidikan adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang diperoleh peserta didik sehingga dapat diketahui tingkat kecerdasannya. Selain untuk mengevaluasi peserta didik, kegiatan evaluasi juga dapat mengevaluasi pendidik yaitu sejauh mana ia bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekolah juga dapat mengetahui kondisi pembelajaran yang terjadi di sekolah. Gilbert Sax dalam Zainal Arifin menyatakan bahwa tujuan evaluasi dan pengukuran untuk menyeleksi, menempatkan, mendiagnosis, dan memperbaiki kurikulum, evaluasi formatif dan sumatif, dan mengembangkan teori.4
4. Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 14

Scriven dalam Zainal Arifin menyatakan bahwa fungsi evaluasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan, sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan dari sistem keseluruhan, dan fungsi ini baru dapat dilaksanakan apabila pengembangan suatu kurikulum telah dianggap selesai.5 Hal ini berarti fungsi evaluasi berupa fungsi sumatif dapat terlaksana setelah fungsi formatif terlaksana.
5. Ibid…, hlm. 16

Fungsi evaluasi berdasarkan pada pemberian instrumen jenis tes dibagi menjadi fungsi penempatan, formatif, diagnostik, dan sumatif.6 Alat evaluasi adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata “alat” biasanya disebut juga dengan istilah “instrumen”. Dengan demikian, alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi.7 Instrumen evaluasi adalah alat ukur yang digunakan dalam rangka kegiatan mengumpulkan dan mengolah informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.8 Jadi, alat evaluasi adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu pencapaian. Alat atau instrumen yang digunakan dalam kegiatan evaluasi berupa tes dan non tes. Terdapat beberapa ragam yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi mengenai hasil belajar siswa. Pemilihan ragam evaluasi harus disesuaikan dengan tujuan evaluasi, waktu yang tersedia, tugas yang dilakukan siswa, dan materi yang telah diajarkan. Secara umum ragam evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu :9

a. Tes Tulis

Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan. Teknik evaluasi tes meliputi tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis menghendaki siswa memberikan jawaban secara tertulis. Jenis tes tertulis dibedakan menjadi tes objektif (misalnya bentuk benar salah, pilihan ganda, menjodohkan, isian, dan jawaban singkat) dan tes uraian (meliputi uraian objektif dan uraian non-objektif).

Tes lisan dilakukan dengan melakukan tanya jawab langsung dengan siswa. Tes perbuatan adalah tes yang penyampaiannya dilakukan tertulis atau lisan dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dalam perbuatan atau penampilan. Untuk menilai tes perbuatan biasanya digunakan format pengamatan.

b. Non-Tes

Teknik evaluasi non tes dilakukan melalui pengamatan, penugasan, portofolio, dan wawancara. Teknik observasi dilakukan oleh guru untuk mendapatkan informasi tentang siswa dengan mengamati tingkah laku, penampilan, dan kemampuannya selama kegiatan observasi berlangsung. Observasi dapat ditujukan kepada siswa secara berkelompok atau secara individu. Observasi memerlukan format pengamatan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Penugasan dilakukan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya dalam mengintegrasikan seluruh pengetahuan yang diperoleh. Portofolio dilakukan dengan mengumpulkan semua hasil kerja dan tugas siswa yang diberi komentar guru untuk melihat tingkat kemajuan siswa. Wawancara hamper sama dengan tes lisan, tetapi dalam wawancara guru bertujuan untuk mengungkapkan lebih lanjut mengenai hal-hal yang dirasa kurang jelas. Wawancara juga dapat dilakukan untuk mengetahui kesulitan siswa tanpa berniat untuk menilainya.

B. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pendidikan

1. Fungsi Evaluasi

Evaluasi pendidikan memiliki fungsi penting untuk sekolah, guru, dan siswa atau peserta didik. Berikut penjelasannya:

a. Sekolah

Fungsi evaluasi pendidikan untuk sekolah adalah untuk mendapatkan data yang nantinya bisa dilaporkan ke lembaga pendidikan. Selain itu, evaluasi pendidikan dapat digunakan untuk melihat kualitas guru dan murid di sekolah tersebut.

b. Guru

Fungsi evaluasi pendidikan untuk guru agar dapat mengetahui peserta didik yang sudah menguasai materi dan belum serta melihat apakah metode pembelajaran yang digunakan sudah tepat.

c. Siswa/peserta didik

Sementara itu, fungsi evaluasi pendidikan untuk siswa adalah untuk melihat kemampuan dan pencapaian mereka.

2. Tujuan Evaluasi Pendidikan

Ada beberapa tujuan kenapa harus dilaksanakan evaluasi dalam pendidikan. Secara umum diantaranya:
a) Mendapatkan data yang membuktikan taraf kemajuan siswa.
b) Memungkinkan guru melakukan penilaian siswa.
c) Menilai metode pengajaran yang digunakan

Sementara itu, tujuan khusus dari adanya evaluasi pendidikan adalah:
a) Merangsang kegiatan siswa.
b) Menemukan sebab kemajuan atau kegagalan dalam proses pembelajaran.
c) Memberikan bimbingan sesuai kebutuhan.
d) Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa untuk orang tua dan lembaga pendidikan.Memperbaiki kualitas pendidikan.3
3. Wilman Juniardi, “pentingnya evaluasi pendidikkan,” Quipper blog, febuari 14, 2023, https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/evaluasi-pendidikan/.

C. Prinsip-prinsip penilaian atau evaluasi

Dalam evaluasi ada beberapa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan antara lain:

1. Prinsip Kesinambungan (Kontinuitas)

Evaluasi tidak hanya dilakukan sekali atau dua kali saja, tetapi harus diakukan secara terus menerus, seperti halnya dalam dunia pendidikan misalnya mulai dari proses belajar mengajar sambil memperhatikan keadaan peserta didiknya hingga tamat sekolah. Dalam islam sangat dianjurkan prinsip ini, klarena dengan berpegang pada prinsip ini keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi jelas dan stabil.

2. Prinsip Menyeluruh (Komprehensif)

Dalam prinsip ini melihat semua aspek dari kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama, tanggung jawab dan lainnya. Karena tidak semua peserta didik dapat menguasai seluruh atau beberapa pengetahuan atau keterampilan secara utuh.

3. Prinsip Objektivitas

Prinsip ini dalam melakukan evaluasi dilakukan dengan berdasrkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional. Allah, memerintahkan agar seseorang berlaku adil dalam mengevaluasi, jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan suatu evaluassi yang dilakukan.

Nabi shallallhu ‘alaihi wasallam juga bersabda “Andaikan Fathimah binti Muhammad itu mencuri, pasti aku tidak segan-segan memotong kedua tangannya”. Selain itu, evaluasi juga dilaksanakan dengan prinsip bahwa apa yang dievaluasikan merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar, bersifat komparabel, yakni dapat dibandingkan antara satu tahap penilaian dengan tahap penilaian lainnya, serta memiliki kejelasan bag para siswa, dan bagi pengajar itu sendiri. “Tinggalkan apa yang engkau ragu-ragu, kepada yang engkau tidak ragu- ragu. Sebenarnya kebenaran itu membawa kepada ketenangan, dan dusta itu membaw kepada keragu-raguan.” (HR. Turmudzi).[9]4
4 Tim humas, “prinsip evaluasi ppendidikkan,” universitas islam an nur lampung, november 03, 2022, https://an-nur.ac.id/prinsip-evaluasi-pendidikan/.

D. Sasaran Dan Objek Evaluasi/Penilaian

1. Sasaran dan Objek Penilaian Secara Aspek Kepribadian

a) Objek Sasaran Evaluasi Pendidikan

Yang dimaksud dengan objek atau sasaran evaluasi pendidikan ialah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan atau proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat perhatian atau pengamatan, karena pihak penilai (evaluator) ingin memperoleh informasi tentang kegiatan atau proses pendidikan tersebut.

Salah satu cara untuk mengenal atau mengetahui objek dari evaluasi pendidikan adalah dengan jalan menyorotinya dari tiga segi, yaitu dari segi input, transformasi, dan output. Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, input adalah bahan mentah yang akan diolah, seperti calon murid, calon siswa, calon mahasiswa dan sebagainya. Ditilik dari segi input, maka objek evaluasi pendidikan meliputi tiga aspek, yaitu :
(1). aspek kemampuan;
(2). aspek kepribadian;
(3). aspek sikap. (Anas Sudijono, 2016 : 25).

b) Aspek Kepribadian

Aspek kepribadian menyangkut tentang sikap bakat, minat, motivasi, nilai- nilai yang melekat pada diri seseorang. (Yessy Nur Endah Sary, 2015: 4) Kepribadian adalah suatu yang terdapat pada diri seseorang, dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Sebelum mengikuti program pendidikan tertentu, para calon peserta didik perlu terlebih dahulu dievaluasi kepribadiannya masing-masing, sebab baik buruknya kepribadian mereka secara psikologis akan dapat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam mengikuti program pendidikan tertentu. Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui atau mengungkap kepribadian seseorang adalah dengan jalan menggunakan tes kepribadian (personality test). Contoh: Tes kepribadian yang dikenakan terhadap calon pilot pesawat terbang, calon pramugara dan pramugari udara, calon tenaga pengajar, calon taruna akademi militer dan sebagainya. (Anas Sudijono, 2016:26)

2. Sasaran dan Objek Penilaian secara Aspek kognitif

Salah satu objek atau sasaran evaluasi hasil belajar adalah aspek atau ranah kognitif. Ranah kognitif adalah ranah yang mencangkup kegiatan mental (otak). Menurut Undang- Undang nomor 23 tahun 2016, Penilaian ranah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik. (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, “Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia” (2016)) Menurut Benjamin S Bloom, dkk, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, menyintesis, dan kemampuan mengevaluasi.

Tingkat aplikasi mencakup beberapa kemampuan, antara lain: 1) menggunakan informasi; 2) menggunakan metode, konsep, teori dalam permasalahan baru; dan 3) menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan.

Menurut Bloom, dkk, aspek kognitif ini terdiri dari enam jenjang atau tingkat yaitu: (Sukiman: 2011:55).

a) Aspek–aspek Penilaian Ranah Kognitif

1. Tingkat Kemampuan Ingatan atau Pengetahuan (Knowledge), kemampuan seseorang dalam menghafal atau mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya (Uno, Hamzah B. dan Satria Koni: 2013:61), Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom.

2. Tingkat Kemampuan Pemahaman, Tipe hasil belajar ini lebih tinggi dari pada pengetahuan. Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan peserta didik mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya.

Dalam hal ini peserta didik tidak hanya hafalan secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.

3. Tingkat Kemampuan Aplikasi atau Penerapan, adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metodemetode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret. Aplikasi atau penerapan ini adalah merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.

4. Tingkat Kemampuan Analisis, Analisis adalah usaha memilah suatu integritas (suatu kesatuan) menjadi unsurunsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkirnya atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari tiga tipe sebelumnya.

5. Tingkat Kemampuan Sintesis, Kemampuan sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur atau bagianbagian ke dalam bentuk menyeluruh. Kemampuan berpikir sintesis ini merupakan kebalikan dari kemampuan berpikir analisis.

6. Tingkat Kemampuan Evaluasi, Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi dan lain-lain. Dilihat dari segi tersebut, maka dalam evaluasi perlu adanya kriteria atau standar tertentu. Dalam tes esai, standar atau kriteria tersebut muncul dalam bentuk frasa “menurut pendapat saudara” atau “menurut teori tertentu”. Frasa yang pertama sukar diuji mutunya, setidak-tidaknya sukar diperbandingkan atau lingkupan variasi kriterianya sangat luas. Frasa yang kedua lebih jelas standarnya. Untuk mempermudah mengetahui tingkatnya kemampuan evaluasi seseorang, item tesnya hendaklah menyebutkan kriterianya secara eksplisit.

Kemampuan evaluasi adalah kegiatan membuat penilaian berkenaan dengan nilai sebuah idea, kreasi, cara atau metode (Suherman dalam Yudhanegara, 2012)

Tingkat evaluasi mencakup beberapa kemampuan, antara lain:
1) memberi penilaian terhadap teori.
2) membuat pilihan berdasarkan pertimbangan pemikiran.
3) memverifikasi nilai bukti.
4) mengenal kesubjektifitas.
5) membandingkan dan membedakan antara gagasan.

3. Sasaran dan Objek Peniliaian secara Aspek Afektif

Menurut Arifin terdapat dua hal yang berhubungan dengan penilaian afektif yang harus dinilai. Pertama kompetensi afektif yang ingin dicapai dalam pembelajaran meliputi tingkat pemberian respons, apresiasi, penilaian dan internalisasi. Kedua sikap dan minat peserta didik terhadap pelajaran dan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terdapat empat tipe karakteristik afektif yang penting yaitu sikap,minat, konsep diri, nilai. (Dr. M. Ilyas Ismail, M. Pd.,M.Si, 2020: 218)

Penilaian afektif adalah penilaian terhadap aspek-aspek non intelektual seperti sikap, minat, dan motivasi. Penilaian afektif diperlukan mengingat afektif berpengaruh terhadap perilaku siswa di masa depan. Alasan mengapa kita perlu mempromosikan pentingnya sikap positif siswa terhadap belajar karena siswa yang memiliki sikap positif terhadap belajar akan menjadi pembelajar di masa depan. Banyak studi menujukan bahwa sikap dan minat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. (Dr. M. Ilyas Ismail, M. Pd.,M.Si, 2020:218)

Penilaian afektif yaitu berkenaan dengan pengembangan keterampilan perilaku positif, kerja sama, konsep diri, dan sikap positif terhadap aktivitas fisik. Penilaian afektif merupakan kegiatan untuk mengetahui perilaku spiritual dan sosial peserta didik yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam maupun di luar kelas sebagai sebagai hasil pendidikan.( Pinton Setya Mustafa, 2018:51)

4. Sasaran dan Objek Penilaian secara Aspek Psikomotor

a) Psikomotorik

Psikomotorik adalah domain yang meliputi perilaku gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik seseorang. Keterampilan yang akan berkembang, jika sering dipraktikkan ini dapat diukur berdasarkan jarak, kecepatan, kecepatan, teknik, dan cara pelaksanaan. Dalam aspek psikomotorik terdapat tujuh kategori mulai dari yang terendah hingga tertinggi:

(1) Peniruan

Kategori ini terjadi ketika anak bisa mengartikan rangsangan atau sensor menjadi suatu gerakan motorik. Anak dapat mengamati suatu gerakan kemudian mulai melakukan respons dengan yang diamati berupa gerakan meniru, bentuk peniruan belum spesifik dan tidak sempurna. Imitasi (peniru) adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Kata operasionalnya yang digunakan pada tingkatan ini misalnya mengaktifkan, menyesuaikan, menggabungkan, mengatur, mengumpulkan, menimbang, mengonstruksikan, memperkecil, membangun, mengubah, membersihkan, memposisikan.

(2) Kesiapan

Kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan. Kesiapan anak untuk bergerak meliputi aspek mental, fisik, dan emosional. Pada tingkatan ini, anak menampilkan sesuatu hal menurut petunjuk yang diberikan, dan tidak hanya meniru. Anak juga menampilkan gerakan pilihan yang dikuasainya melalui proses latihan dan menentukan responsnya terhadap situasi tertentu.

(3) Respon Terpimpin

Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. Merupakan tahap awal dalam proses pembelajaran gerakan kompleks yang meliputi imitasi, juga proses gerakan percobaan. Keberhasilan dalam penampilan dicapai melalui latihan yang terus menerus.

(4) Mekanisme

Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. Merupakan tahap menengah dalam mempelajari suatu kemampuan yang kompleks. Pada tahap ini respon yang dipelajari sudah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan bisa dilakukan dengan keyakinan serta ketepatan tertentu.

(5) Respon Tampak Kompleks

Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks. Ini tahap gerakan motorik yang terampil yang melibatkan pola gerakan kompleks. Kecakapan gerakan diindikasikan dari penampilan yang akurat dan terkoordinasi tinggi, namun dengan tenaga yang minimal. Penilaian termasuk gerakan yang mantap tanpa keraguan dan otomatis.

(6) Adaptasi

Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi. Pada tahap ini, penguasaan motorik sudah memasuki bagian dimana anak dapat memodifikasi dan menyesuaikan keterampilannya hingga dapat berkembang dalam berbagai situasi berbeda.

(7) Penciptaan

Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi, kondisi atau permasalahan tertentu. Yaitu menciptakan berbagai modifikasi dan pola gerakan baru untuk menyesuaikan dengan tuntutan suatu situasi. Proses belajar menghasilkan hal atau gerakan baru dengan menekankan pada kreativitas berdasarkan kemampuan yang telah berkembang pesat.

b) Aspek Psikomotor.

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungankecenderungan untuk berperilaku). (Anas Sudijono, 2016: 57-58)

Ranah psikomotor dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama, yakni keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, dan koordinasi neuromuscular. (Daryanto, 2014: 123). Maka, kata kerja operasional yang dapat dipakai adalah:

1. Keterampilan motorik (muscular or motor skills): memperlihatkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan), menggerakkan, menampilkan, melompat dan sebagainya.

2. Manipulasi benda-benda (manipulation of materials or objects), menyusun, membentuk, dan memindahkan, menggeser, mereparasi, dan sebagainya.

3. Koordinasi neuromuscular, menghubungkan mengamati, memotong, dan sebagainya.

c) Penilaian Psikomotor

Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Penilaian psikomotorik adalah penilaian untuk menggali potensi keterampilan atau penampilan sesesorang dalam mengaplikasikan bidang keilmuannya.

Hasil penilaian pada ranah psikomotor berbentuk angka, sama seperti hasil penilaian yang ada pada ranah kognitif. Guru dapat melakukan penilaian pada ranahpsikomotor dengan menggunakan tes yang berbentuk tes paper and pencil, tes identifikasi,tes simulasi dan tes unjuk kerja. (S. Widanarto Prijowontato, 2016: 114)

E. Alat-Alat Evaluasi Pendidikan Secara Umum

Secara garis besar alat evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: nontes dan tes.

1. Teknik Tes

Secara umum tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan dan penguasaan objek ukur terhadap seperangkat konten dan materi tertentu. Menurut Sudijono, tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian.

Anastasi dan Urbani mengemukakan bahwa tes dapat juga diartikan sebagai alat ukur yang mempunyai standar objektif sehingga dapat dipergunakan secara meluas, serta betulbetul dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan praktis atau tingkah laku individu.

Berdasarkan defenisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa tes merupakan alat ukur yang berbentuk pertanyaan atau latihan, dipergunakan untuk mengukur kemampuan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang (Nahjiah Ahmad, 2015: 50).

Apabila rumusan tes dilakukan di sekolah atau di kelas, maka tes memiliki fungsi ganda, yaitu: mengukur siswa dan mengukur keberhasilan program pengajaran.

a) Pengertian Tes

Secara bahasa, kata “tes” berasal dari bahasa Prancis Kuno testum dengan arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia (maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa 68 Pengantar Evaluasi Pendidikan Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian” atau “percobaan”.

Adapun dari segi istilah, menurut Anne Anastasia dalam karya tulisnya berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang objektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.

Dari pendefinisian tersebut di atas kiranya dapat dipahami bahwa dalam dunia mengevalusi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan yang harus dijawab), atau perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai- nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.

b) Fungsi Tes

Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh teknik tes, yaitu: Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.

c) Kegunaan Tes

Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan menjadi 6 golongan:
(1) Tes Diagnostik.
(2) Tes Formatif.
(3) Tes Sumatif.
(4) Tes Seleksi.
(5) Tes Awal.
(6) Tes Akhir.

(1) Tes Diagnostik

Yaitu tes yang digunakan untuk menggali kelemahan atau problem yang dihadapi peserta didik, terutama kelemahan yang dialami peserta didik saat belajar. Tes diagnostik biasanya dilakukan dengan cara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.

Tahapan dilakukannya tes diagnostik, yaitu:

(a) Tes diagnostik ke–1 dilakukan terhadap calon siswa sebagai input, untuk mengetahui apakah calon siswa sudah menguasai pengetahuan yang merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di sekolah. Tes ini sering dikatakan sebagai tes penjajakan masuk.

(b) Tes diagnostik ke–2 dilakukan terhadap calon siswa yang akan mulai mengikuti program. Apabila cukup banyak calon siswa yang diterima sehingga diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk pembagian kelas diperlukan pertimbangan khusus.

(c) Tes diagnostik ke–3 dilakukan terhadap siswa yang sedang belajar. Tes diagnostik ke–3 ini bertujuan untuk mengetahui bagian mana dari materi pelajaran yang diberikan yang belum dikuasai oleh siswa.

(d) Tes diagnostik ke–4 diadakan pada waktu siswa akan mengakhiri pelajaran. Dengan tes ini guru akan dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang ia berikan.

Materi dalam tes diagnostik ditekankan pada bahan–bahan tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman sulit dipahami peserta didik. Tes jenis ini dapat dilaksanakan secara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya

(2) Tes Formatif

Untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Tes formatif dapat dilaksanakan “pada akhir” setiap program. Dalam pembelajaran dibutuhkan evaluasi pembelajaran sebagai tolak ukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang sudah disampaikan oleh guru. Salah satu evaluasi untuk menilai hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan tes formatif atau biasa kita sebut dengan ulangan harian, waktunya adalah setelah guru telah menyelesaikan program pelajaran dalam satu pokok bahasan.

Istilah ‘formatif’ berasal dari kata ‘form’ yang berarti ‘bentuk’. Menurut Subhan (2008) tes formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan atau topik yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana telah direncanakan.

Manfaat tes formatif adalah:

(a) Manfaat Bagi Guru

• Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah diterima oleh siswa.
• Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa.
• Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang telah diberikan.

(b) Manfaat Bagi Siswa

• Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program yang menyeluruh.
• Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa.
• Usaha perbaikan.
• Sebagai diagnosis

(c) Manfaat Bagi Program

• Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak?
• Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan?
• Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai?

(3) Tes Sumatif

Tes Sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program pengajaran atau suatu program yang lebih besar Tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok atau sebuah program yang lebih besar. Tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

Manfaat dari tes sumatif ialah sebagai berikut:

• Menentukan kedudukan atau rangking masing-masing siswa di kelompoknya. (untuk menentukan nilai).
• Menentukan dapat atau tidaknya siswa melanjutkan program pembelajaran berikutnya.
• Menginformasikan kemajuan siswa untuk disampaikan kepada pihak lain seperti orang tua dan sekolah.

Tes sumatif berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa setelah program pembelajaran selesai dikerjakan. Pada umumnya tes sumatif dilaksanakan pada akhir semester, oleh sebab itu tes sumatif dapat dapat disebut ujian akhir semester.

(3) Tes Seleksi

Yaitu tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes. Misalnya di sebuah perguruan tinggi diadakan penerimaan mahasiswa baru dari kuota sebanyak 200 mahasiswa ternyata yang daftar ada 300 mahasiswa, maka dilakukanlah tes seleksi untuk menentukan calon mahasiswa yang diterima

(4) Tes Awal

Yaitu tes dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Setelah tes awal itu berakhir, maka sebagai tindak lanjutnya adalah: Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakan dalam tes sudah dikuasai dengan baik oleh peserta didik, maka materi yang telah ditanyakan dalam tes awal itu tidak akan diajarkan lagi.

Jika materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian saja, maka yang diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh peserta didik tersebut.

(5) Tes Akhir

Yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. isi atau materi tes akhir ini adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan kepada peserta didik.

d) Ciri-ciri Tes yang Baik

1). Validitas, sebuah alat pengukur dapat dikatakan valid apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat.

2). Reliabilitas, berasal dari kata reliable yang berarti dapat dipercaya.

3). Objektivitas, sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang memengaruhi.

4). Praktikabilitas, sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes itu bersifat praktis, mudah untuk pengadministrasiannya.

5). Ekonomis, bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama, baik untuk memproduksinya maupun untuk melaksanakan dan mengolah hasilnya.

2. Teknik Nontes

Nontes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji peserta didik tetapi dengan melakukan pengamatan secara sistematis (Mulyadi, 2010: 61). Teknik evaluasi nontes berarti melaksanakan penelitian dengan tidak menggunakan tes. Teknik nontes terdiri dari: skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan, dan riwayat hidup. Teknik nontes ini pun dibagi menjadi beberapa golongan, antara lain:

a. Skala Bertingkat (Rating Scale)

Teknik ini menggambarkan suatu nilai yang berbentuk bilangan terhadap suatu pertimbangan. Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjek yang dibuat berskala. Walaupun bertingkat ini maka ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu atau program atau orang. (Ninit Alfianika, 2018:119)

Skala penilaian (Rating Scale). Dalam daftar cek, penilai hanya dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan tertentu.

Dan untuk mengantisipasi ketidakjujuran jawaban dari responden maka perlu diwaspadai beberapa hal yang mempengaruhi. Menurut Geli, dkk (2003) faktor yang berpengaruh terhadap ketidakjujuran jawaban responden adalah:
a). Persahabatan.
b). Kecepatan nerka.
c). Cepat memutuskan.
d). Jawaban kesan pertama.
e). Penampilan instrumen.
f). Prasangka.
g). Hallo effects.
h). Kesalahan pengambilan rata-rata.

b. Kuesioner (Questionare)

Teknik kuesioner sering dikenal dengan angket, yaitu daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Melalui teknik angket ini dapat diungkap mengenai data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap atau pendapat, dll. Angket (Quesioner). Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan. Angket (questionnaire) juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang diukur (responden).

(1) Langkah-langkah menyusun angket:

a) Merumuskan tujuan.
b) Merumuskan kegiatan.
c) Menyusun langkah-langkah.
d) Menyusun kisi-kisi.
e) Menyusun panduan angket.
f) Menyusun alat penilaian.

(2) Contoh angket:

Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Mata Pelajaran: ……… Kelas/Semester :

……… Hari/Tanggal : ……… Petunjuk :

1) Pada angket ini terdapat 5 pertanyaan. Pertimbangkan baik-baik setiap pertanyaan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai kamu pelajari, dan tentukan kebenarannya.

2) Berilah jawaban yang benar sesuai dengan pilihanmu.

3) Pertimbangkan setiap pertanyaan secara terpisah dan tentukan kebenarannya. Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain.

4) Catat responmu pada lembar jawaban yang tersedia, dan ikuti petunjuk-petunjuk lain yang mungkin diberikan berkaitan dengan lembar jawaban. Terima kasih.

c. Daftar Cocok (Check List)

Daftar cek (Check List), yaitu suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Daftar ini memungkinkan guru sebagai penilai untuk mencatat tiaptiap kejadian yang betapapun kecilnya, tetapi dianggap penting Daftar cek memiliki banyak manfaatnya. Adapun manfaat dari daftar cek meliputi: membantu guru untuk mengingat-ingat apa yang harus diamati, serta dapat memberikan informasi kepada stakeholder. namun penilai harus tetap waspada kemungkinan perilaku penting yang belum tercakup didaftar cek, karena itu penilai jangan terlalu kaku dengan apa yang sudah tertulis pada daftar cek tersebut.

Daftar cek merupakan alat penilaian yang efektif dan efisien karena daftar cek membantu guru menjadi lebih fokus dalam melakukan observasi dan membantu dalam memahami perilaku yang membuat pembelajaran sukses. (Dewi Selviani dan Riani Tanjung, 2016:33)

d. Wawancara (Interview)

Interview bebas adalah dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. Interview terpimpin adalah interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederet pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dalam interview terstruktur

Wawancara (Interview) merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis nontes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik.Wawancara secara umum adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.

Ada dua jenis wawancara yaitu, wawancara berstruktur dan wawancara bebas (tak terstruktur). Dalam wawancara terstuktur kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga responden tinggal mengkategorikannya kepada alternatif jawaban yang telah dibuat, Keuntungannya ialah mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan. Sedangkan pada wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan sehingga responden bebas mengemukakan pendapatnya, keuntungannya ialah informasi lebih padat dan lengkap sekalipun harus bekerja keras dalam menganilisisnya sebab jawabannya bisa beraneka ragam.

Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara yakni:
a) Tahap awal pelaksanaan wawancara
b) Penggunaan pertanyaan
c) Pencatatan hasil wawancara

Sebelum melaksanakan wawancara perlu dirancang pedoman wawancara. Pedoman ini disusun dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a) Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara

b) Berdasarkan tujuan diatas tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari wawancara tersebut, aspekaspek tersebut dijadikan dasar dalam menyusun materi pertanyaan wawancara.

c) Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk terstruktur ataukah bentuk terbuka.

d) Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan analisis butir (c) diatas, yakni membuat pertanyaan yang terstruktur dan yang bebas.

e) Ada baiknya apabila dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan hasil wawancara, baik pedoman untuk wawancara terstruktur maupun untuk wawancara bebas. (Nana Sudjana, 2012:68-69).

e. Pengamatan (Observation)

Pengamatan (Observation) adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Terdapat tiga macam observasi, yaitu: observasi partisipan, observasi sistematik, dan observasi eksperimental.

1) Observasi Partisipan adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh observer dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan diobservasi.

2) Observasi Sistematik adalah observasi yang diselenggarakan dengan menentukan secara sistematik faktor-faktor yang akan diobservasi lengkap dengan kategorinya.

3) Observasi Eksperimen adalah dengan sengaja menimbulkan gejala tertentu untuk dapat diobservasi.

f. Studi Kasus

Studi Kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dianggap mengalami kasus tertent. Kasus-kasus tersebut biasanya dipelajari secara mendalam dan dalam kurun waktu yang cukup lama. Studi kasus dalam pembelajaran biasa dilakukan oleh guru, guru pembimbing, wali kelas, terutama untuk kasus-kasus siswa di sekolah.

Studi kasus (Case Study) adalah studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekolah yang memiliki kasus tertentu. Misalnya, peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal atau kesulitan dalam belajar.

g. Riwayat Hidup

Riwayat Hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, sikap dari subjek yang dikenai penilaian.

h. Skala sikap (Attitude Scale/Skala Likert).

Skala Likert atau Likert Scale adalah skala penelitian yang digunakan untuk mengukur sikap dan pendapat. Dengan skala likert ini, responden diminta untuk melengkapi kuesioner yang mengharuskan mereka untuk menunjukkan tingkat persetujuannya terhadap serangkaian pertanyaan.

Tingkat persetujuan yang dimaksud dalam skala Likert ini terdiri dari 5 pilihan skala yang mempunyai gradasi dari Sangat Setuju (SS) hingga Sangat Tidak Setuju (STS). Dalam membuat skala Likert, ada beberapa langkah prosedur yang harus dilakukan peneliti, antara lain:

1) Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, memiliki relevansi dengan masalah yang sedang diteliti, dan terdiri dari item yang cukup jelas disukai dan tidak disukai.

2) Kemudian item-item itu dicoba kepada sekelompok responden yang cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti.

3) Responden di atas diminta untuk mengecek tiap item, apakah ia menyenangi (+) atau tidak menyukainya (-). Respons tersebut dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi menyenangi diberi skor tertinggi.

4) otal skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing- masing item dari individu tersebut.

5) Respon dianalisis untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata batasan antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala total. Misalnya, responden pada upper 25% dan lower 25% dianalisis untuk melihat sampai berapa jauh tiap item dalam kelompok ini berbeda.

i. Sosiometri

Adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun, dan sampai batas tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan teman sebayanya serta hubungan diantara mereka. Sosiometri dapat digunakan untuk tujuan penilaian antar peserta didik. Sosiometri dapat dilakukan dengan cara menegaskan kepada semua peserta didik di kelas untuk memilih satu atau dua temannya yang mau membantu temannya saat kesulitan belajar di kelas atau memilih satu atau dua temannya yang tidak mau melibatkan diri dalam kerja kelompok, atau memilih satu atau dua temannya yang aktif terlibat dalam diskusi kelompok. Pilihan-pilihan itu dituliskan dalam lembar pedoman sosiometri.

Teknik sosiometeri ini sangat bermanfaat sekali untuk mengontrol hidup atau tidaknya diskusi kelompok. Kemampuan guru dalam mengamati keaktifan seluruh peserta didiknya sangatlah terbatas karena keterbatasan indera penglihatan guru jika hanya mengandalkan dua mata untuk mengamati sekian puluh peserta didik di kelas setiap detiknya.

j. Inventori kepribadian

Jenis nontes ini hampir serupa dengan tes kepribadian. Bedanya, pada inventori, jawaban peserta didik tidak memakai kriteria benar salah. Semua jawaban peserta didik adalah benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya. Walaupun demikian, dipergunakan pula skala-skala tertentu untuk kuantifikasi jawaban sehingga dapat dibandingkan dengan kelompoknya.

Tes inventori sangat berguna untuk mengetahui karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka. Namun perlu diingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya tidak ada yang sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau beberapa aspek kepribadian

F. Prosedur Evaluasi

Prosedur adalah suatu tata cara kerja atau kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan tujuan tertentu dan memiliki pola kerja yang sistematika (Dr. Elis Ratna Wulan dkk, 2013: 111-112) Peran guru dalam evaluasi pembelajaran tentu saja sebagai evaluator. Untuk dapat melakukan kegiatan evaluasi pembelajaran dengan baik, Guru Pintar harus memahami prinsip-prinsip evaluasi. Berikut ini adalah prinsip-prinsip evaluasi seperti yang tercantum dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan pasal 5:5

1. Sahih

Evaluasi harus valid. Penilaian yang dilakukan harus didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

2. Objektif

Evaluasi tidak boleh dipengaruhi subjektivitas penilai dalam hal ini adalah guru.
Penilaian harus didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas.

3. Adil

Evaluasi harus bersifat adil maksudnya tidak menguntungkan atau merugikan siswa karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4. Terpadu

Evaluasi atau penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Jika evaluasi dan kegiatan pembelajaran tidak sesuai, maka evaluasi yang dilakukan tidak akan mendapatkan hasil yang diinginkan.

5. Terbuka

Maksud dari terbuka adalah prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan termasuk siswa.

6. Menyeluruh dan berkesinambungan

Evaluasi atau penilaian harus mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan siswa.

7. Sistematis

Proses evaluasi harus dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

8. Beracuan kriteria

Evaluasi atau penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

9. Akuntabel

Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi mekanisme, prosedur, teknik, teknik, maupun hasilnya.Muchtar Buchari) telah menjelaskan bahwa tahapan evaluasi pembelajaran yang harus ditempuh sebagai prosedur evaluasi atau penilaian antara lain: perencanaan (planning), pengumpulan data (data collection), verifikasi data (data verification), analisis data (data analysis), dan penafsiran (data interpretation).

a. Perencanaan (Planning)

Prosedur evaluasi pembelajaran yang harus guru lakukan dalam tahap perencanaan meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan evaluasi yang akan dilaksanakan. Tujuan evaluasi harus sesuai dengan tujuan pembelajaran atau pendidikan yang ingin dicapai.

b. Mengidentifikasi kompetensi mana saja yang ingin dinilai.

c. Membuat kisi-kisi soal sebagai panduan awal dalam menyusun soal evaluasi.

d. Mengembangkan instrumen evaluasi dimana guru menentukan guru menjabarkan berbagai indikator yang tertera dalam kisi-kisi menjadi butir soal.

e. Menguji validitas soal yang dibuat untuk mengetahui soal-soal mana yang sudah bagus atau soal mana yang masih harus diperbaiki.

f. Menuliskan kembali soal-soal yang sudah baik dan diperbaiki ke dalam format yang sudah direncanakan.

Fatih Arifah, Yustisianisa, berpandangan bahwa dalam melaksanakan kegiatan evaluasi secara umum adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan).

2. Evaluasi (teknik apa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, di mana, penyusunan instrumen, indikator, data apa saja yang hendak digali, dan sebagainya).

3. Pengumpulan data (tes, observasi kuesioner dan sebagainya sesuai dengan tujuan).

4. Verifikasi data (uji instrumen, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan).

5. Pengolahan data (memaknai data yang terkumpul kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak diolah dengan statistik, parametrik atau nonparametrik, apakah dengan manual atau dengan software misalnya (SAS, SPSS).

6. Penafsiran data (ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika di terima mengapa? Berapa taraf signifikannya? Interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab-akibat. Apabila hubungan sebab-akibat tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu. (Muhammad Tanthowi, Prosedur dan Teknik Melaksanakan Evaluasi. www.wordpress.com. 2013).

Kesimpulkan bahwa tahapan-tahapan evaluasi program/perencanaan meliputi:

1. Penetapan keinginan dan keperluan sasaran.
2. Penetapan tujuan baik jangka pendek, jangka panjang dan jangka menengah.
3. Tahap penetapan kerangka organisasi pelaksanaan dari pencapaian tujuan.
4. Tahap penyusunan sistematika evaluasi.
5. Tahap penetapan personel evaluasi.
6. Tahap penetapan alat metode dan ukuran evaluasi yang digunakan.
7. Tahap pelaksanaan evaluasi, mengangkut metode, alat dan standar yang digunakan.
8. Tahap operasional jadwal evaluasi.
9. Tahap pengumpulan data.
10. Tahap interpretasi data, kemudian ditentukan keputusan yang akan diambil.

b. Merumuskan Tujuan Evaluasi

Dalam melakukan evaluasi seorang guru harus mempunyai tujuan tertentu, tujuan itu dapat berupa tujuan evaluasi misalnya untuk mengetahui penguasaan peserta didik dalam kompetensi/subkompetensi tertentu setelah mengikuti proses pembelajaran. Dapat pula evaluasi tersebut yang bertujuan untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik. Tujuan evaluasi tersebut harus jelas sehingga dapat memberikan arah dan lingkup pengembangan evaluasi selanjutnya. Merumuskan tujuan dilaksanakan evaluasi. Perumusan tujuan evaluasi hasil belajar itu penting sekali, sebab tanpa tujuan evaluasi yang jelas maka evaluasi hasilhasil belajar akan berjalan tanpa arah dan pada gilirannya dapat mengakibatkan evaluasi menjadi kehilangan arti dan fungsi.

Memahami tujuan evaluasi adalah salah satu wawasan paling penting yang harus dimiliki seorang evaluator. Apapun bentuk dan pendekatan evaluasi, penentuan tujuan evaluasi akan selalu berkenan dengan apa yang diharapkan dari pelaksanaan suatu evaluasi, yaitu output (misalnya: produk pembelajaran, dokumentasi siswa/guru, dsb) dan outcome (misalnya: efektivitas/efesiensi pembelajaran siswa, perubahan sikap siswa, perubahan kinerja dan sikap guru, perubahan kelembagaan, posisi di dunia pendidikan dan dunia kerja, dsb). Masalah evaluasi bisa dilihat dari fenomena yang terjadi.

Dengan mengacu pada contohnya yaitu masalah kurikulum, dapat dilihat bahwa masalah yang terjadi adalah rendahnya mutu pembelajaran siswa atau bahwa hasil pembelajaran tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan demikian, disini diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran siswa dalam kaitannya dengan menganalisis kelemahan atau kekurangan dari kurikulum yang sekarang digunakan. Dalam hal ini, evaluator bisa merumuskan masalah tersebut dengan melakukan analisis diri, analisis dari rekan sejawat, dari para ahli, atau dari tinjauan literatur pendidikan, dengan fokus pada muatan kurikulum, aktivitas pengajaran/pembelajaran, dan penilaian. Setelah merumuskan masalah, evaluator bisa melanjutkan dengan menentukan jenis data yang dikumpulkan untuk kepentingan evaluasi tersebut.

c. Pengumpulan Data (Data Collection)

Hal yang perlu dilakukan guru saat evaluasi pembelajaran selanjutnya adalah pengumpulan data. Pada tahapan ini, guru pintar melakukan pemeriksaan hasil dan pemberian nilai dari tes yang sudah dikerjakan oleh siswa.

d. Verifikasi Data (Data Verification)

Tahapan evaluasi pembelajaran setelah pengumpulan data adalah verifikasi data. Hal ini dapat dilakukan dengan mengelompokkan data menurut tinggi rendahnya, jenis kelamin, atau hal lainnya sesuai dengan tujuan pengelompokan tersebut.

e. Analisis Data (Data Analysis)

Setelah data diverifikasi, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan menganalisis atau mengolah data tersebut dengan menggunakan teknik analisis statistik atau non-statistik.

f. Penafsiran Data (Data Interpretation).

Tahap akhir yang harus dilakukan dalam prosedur evaluasi adalah interpretasi data. Interpretasi data dimaksudkan sebagai pernyataan atau keputusan tentang hasil evaluasi. Interpretasi data ini dilakukan dengan berdasarkan pada kriteria tertentu yang telah disusun secara rasional atau telah dibakukan. Interpretasi hasil evaluasi dapat berupa pernyataan atau keputusan yang diungkapkan dengan kata-kata baik-cukup-buruk, tinggi-sedang-rendah, lulus-tidak lulus, dan lain sebagainya.

Mengapa guru perlu menguasai evaluasi pembelajaran? Selain supaya dapat mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan, Guru Pintar wajib menguasai evaluasi pembelajaran supaya proses pembelajaran yang dilakukan berkualitas. Hambatan guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran harus segera ditangani supaya evaluasi yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan optimal.[6]
[6]. Dr. Riinawati, Mp.d. Pengantar Evaluasi Pendidikan,2021, Thema Publishing, Jl. Cemara No.16, Condongcatur, Yogyakarta 55283.

Sumber : Dr. Riinawati, Mp.d. Pengantar Evaluasi Pendidikan,2021, Thema Publishing, Jl. Cemara No.16, Condongcatur, Yogyakarta 55283.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Evaluasi pendidikan adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat suatu keputusan dalam pendidikan. Evaluasi memiliki fungsi penting untuk sekolah, guru ataupun siswa.Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu, input, transformasi dan output.

Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Prinsip-prinsip evaluasi adalah Menyeluruh, Berkesinambungan, Berorientasi pada tujuan, Objektif, Terbuka, Bermakna. Sasaran evaluasi yaitu kepribadian, kognitif, afektif dan psikomotorik. Alat yang digunakan untuk evaluasi yaitu dapat berupa tes dan non tes.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sudah berusaha memaparkan dan menjelaskan materi dengan semaksimal mungkin, tapi tidak menutup kemungkinan adanya kekeliruan dalam penyusunannya, baik dari segi materi, maupun penyusunannya, oleh karena itu penyusun mengharapakan sumbangsih pembaca untuk penyempurnaan makalah selanjutnya, dan harapan bagi penyusun, semoga makalah ini dapat memberi manfaat dalam proses evaluasi pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar