Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Arif Fardhan, M.Hi
Disusun Oleh Kelompok 2 Angkatan 5 :
1. Binty Solikhah (SBA)
2. Nindy Kurnianingrum (PAI)
3. Nur Annisa (PAUD)
4. Nurul Izzah Razali (PAI)
5. Yuni Heri Suciasih (PAI)
KATA PENGANTAR
انَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ
Segala puji hanya milik Allah semata Rabb alam semesta yang sudah melimpahkan rahmat serta taufik-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah akidah dengan baik serta tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alihi wasallam, kepada para kerabatnya, serta para sahabatnya. Sebagaimana yang sudah kita ketahui bahwa masyarakat sangat membutuhkan pengertian ibadah secara lahir dan dzhohirnya.
Adapun makalah ini tentang “Madrasah-madrasah kemunculan dan kontribusinya dalam pendidikan islam” telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan rekan-rekan kelompok 2, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada rekan-rekan sekalian yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari guru mata pelajaran guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Penyusun berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Cileungsi, 31 Januari 2023
(Penyusun)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
B. Rumusan Masalah.
C. Manfaat Penelitian.
BAB II PEMBAHASAN.
A. Sejarah Kemunculan dan Perkembangan Madrasah di Periode Awal.
B. Madrasah Nizhamiyah.
C. Pengelolaan Madrasah Nizhamiyah.
D. Sistem Pendidikan Madrasah Nizhamiyah.
E. Madrasah Nizhamiyah Sebagai Pusat Pendidikan dan Kebudayaan.
F. Kontribusi Madrasah dalam Pendidikan Islam.
BAB III PENUTUP.
A. Kesimpulan.
B. Saran dan Kritik.
DAFTAR PUSTAKA.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Madrasah dari aspek derivasi kata merupakan ism makan dari 'darasa' yang berarti belajar. Jadi madrasah berarti tempat belajar bagi siswa atau mahasiswa. Istilah madrasah ini sekarang telah menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan.
Dalam khazanah pendidikan islam, sejarah perkembangan madrasah akan selalu menjadi kajian menarik untuk terus di analisis secara kritis. Kajian kritis ini menjadi sangat urgent karena di nilai akan dapat menempatkan madrasah dalam sejarah perkembangan pendidikan dan intelektual muslim secara lebih objektif dan komprehensif. Dengan demikian diharapkan akan diperoleh gambaran yang semestinya tentang keberadaan madrasah berikut peran dan kontribusinya, jauh dari gambaran ideal yang bersifat palsu dan subjektif.
Dalam catatan sejarah peradaban Islam diketahui bahwa islam (di timur tengah) pada akhir abad VIII, ketika Harun Al-Rasyid memerintah di Baghdad (789-809 M) Islam telah menikmati suatu peradaban budaya yang jauh lebih tinggi dengan eropa ini bertahan selama lima ratus tahun (dari abad VIII sampai abad XIII), dengan hasil kebudayaan, ilmu pengetahuan, seni, dan pemikiran terbukti telah memengaruhi kebudayaan dunia. Salah satu kemajuan yang patut dibanggakan adalah adanya pendirian madrasah sebagai institusi pendidikan Islam yang memiliki kontribusi besar dalam melahirkan atau “memberikan bekal” kepada kaum cendekiawan, terpelajar, negarawan, dan administrator.
Kajian tentang madrasah oleh sebagian peneliti, selama ini masih berkutat pada aspek madrasah sebagai institusi pendidikan islam dilihat dari aspek historis, namun kajian yang dikaitkan dengan aspek sosial bisa dikatakan masih kurang. Padahal eksistensi madrasah baik pada abad klasik sampai abad XXI (saat ini) tidak jauh berbeda. Dinamika madrasah yang tumbuh dan berakar dari kultur masyarakat setempat tidak akan luput dari dinamika dan peradaban masyarakat (change of society).
Madrasah mulai didirikan dan berkembang pada abad ke-5 H atau abad ke-10 atau ke-11 M. Pada masa itu ajaran agama Islam telah berkembang secara luas dalam berbagai macam bidang ilmu pengetahuan, dengan berbagai macam mazhab atau pemikirannya, berbagai ilmu pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah kami paparkan diatas, maka kami merumuskan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana sejarah awal mulanya perkembangan madrasah ?
2. Bagaimana peran madrasah dalam pendidikan islam ?
3. Apa tujuan pendidikan yang di lakukan madrasah ?
C. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui sejarah awal mulanya perkembangan madrasah.
2. Mengetahui peran madrasah dalam pendidikan islam.
3. Mengetahui tujuan dari pendidikan yang dilakukan madrasah.
BAB II
PEMBAHASAN
Madrasah adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan Islam yang memiliki sejarah yang sangat panjang. Pendidikan islam itu sendiri dalam pengertian umum (luas) dapat dikatakan muncul dan berkembang seiring dengan munculnya Islam itu sendiri; yakni berawal dari pendidikan yang bersifat informal berupa dakwah Islamiyah untuk menyebarkan islam, terutama dalam hal yang berkaitan dengan aqidah. Pada masa ini berlangsung pendidikan Islam yang diselenggarakan di rumah-rumah yang dikenal dengan Dar al-Arqam. Kemudian, seiring dengan perkembangan Islam dan terbentuknya masyarakat Islam, pendidikan Islam dilakukan di masjid-masjid yang disebut dengan halaqah. kebangkitan madrasah merupakan awal dari bentuk kelembagaan pendidikan islam secara formal.
Sejarah pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan pada masa Abbasiyah dan Umayyah, ini tidak terlepas dari keberhasilan para pakar pendidikan di masa itu. Bukti dari keberhasilan tersebut dapat dirasakan oleh umat Islam dalam berbagai bidang dan juga merupakan cikal bakal munculnya pencerahan di dunia Eropa. Pelaksanaan pendidikan Islam pada masa tersebut mengalami prioritas, dimulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi. Dari yang dikelola oleh khalifah (pemerintah), seperti yang dilaksanakan di rumah-rumah, kuttab-kuttab, di masjid serta di madrasah.
Dari sini terlahir para pelajar dan sarjana muslim bahkan juga non-muslim menuntut berbagai disiplin ilmu. Di saat Abbasiyah mengalami kemunduran di Baghdad (Abbasiyah kedua) menjadi kerajaan-kerajaan kecil dan berkuasanya orang-orang Turki, masalah pendidikan tetap menjadi perhatian para khalifah dan orang-orang kaya, sehingga pendidikan berhasil mencetak para pelajar dan sarjana sesuai dengan yang diharapkan.
Di setiap negara islam pemerintah membutuhkan pegawai-pegawai resmi (wazir) dalam menjalankan pemerintahan negara, untuk mendukung keinginan tersebut muncul sistem persekolahan (madrasah).
A. Sejarah Kemunculan dan Perkembangan Madrasah di Periode Awal
Islam pada awal perkembangannya sudah mempunyai lembaga pendidikan dan pengajaran. Lembaga pendidikan dan pengajaran pada saat itu dinamakan “kuttab”, disamping masjid, rumah, istana, dan perpustakaan. Kuttab adalah suatu lembaga pengajaran yang khusus sebagai tempat belajar membaca dan menulis. Pada mulanya guru-guru kuttab tersebut adalah orang-orang non muslim, terutama orang-orang Kristen dan Yahudi. Oleh karenanya pada awal Islam kuttab dijadikan tempat belajar membaca dan menulis saja, sedangkan pengajaran Al-Qur’an dan dasar-dasar agama diberikan di masjid oleh guru-guru khusus. Kemudian untuk kepentingan pengajaran menulis dan membaca bagi anak-anak, yang sekaligus juga memberikan pelajaran Al-Qur’an dan dasar-dasar agama, diselenggarakan kuttab-kuttab yang terpisah dari masjid. Dalam perkembangan selanjutnya, kuttab tersebut dijadikan sebagai pendidikan tingkat dasar, sedang masjid dalam bentuk halaqah yang memberikan pendidikan dan pengajaran tentang berbagai ilmu pengetahuan, merupakan pendidikan tingkat lanjutan. Pendidikan di masjid ini, biasanya hanya untuk orang-orang dewasa dengan sistem halaqah (lingkaran). Dari situlah muncul ulama-ulama besar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan agama Islam, dan dari situ pula muncul mazhab-mazhab dalam berbagai bidang disiplin ilmu yang pada masa itu disebut madrasah. Dalam arti etimologis yaitu aliran atau jalan pemikiran.
Untuk menampung kegiatan halaqah yang semakin marak sejalan dengan meningkatnya jumlah pelajar dan berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang maka dibangun ruang-ruang khusus untuk kegiatan halaqah tersebut di sekitar masjid dan dibangun pula tempat-tempat khusus untuk para guru dan pelajar sebagai tempat tinggal dan tempat kegiatan belajar mengajar yang disebut dengan nama “Zawiyah” atau “Ribath”.
Pada dasarnya, timbulnya madrasah di dunia Islam merupakan usaha pengembangan dan penyempurnaan zawiyah-zawiyah tersebut guna menampung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan jumlah pelajar secara kuantitas semakin membengkak.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia [1], Madrasah berarti sekolah atau perguruan yang biasanya berdasarkan agama Islam. Kata madrasah berasal dari bahasa Arab sebagai bentuk isim makan dari akar kata “darasa-yadrusu” yang berarti tempat belajar para pelajar, atau diartikan sebagai jalan (thariq), misalnya: هذه مدرسة النعم (hadzihi madrasatun ni’am) diartikan “ini jalan kenikmatan”. Sedangkan kata midras المدرس diartikan “buku yang dipelajari” atau “tempat belajar” dan kata midras dengan alif panjang المدراس diartikan “rumah untuk mempelajari kitab Taurat”.
[1] Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008) hal. 962
Disamping kata madrasah berasal dari kata “darasa” yang artinya “membaca dan belajar” dalam bahasa Hebrew atau Aramy. Baik dari bahasa Arab atau Aramy mempunyai konotasi arti yang sama yakni tempat belajar. Padanan madrasah dalam bahasa Indonesia adalah sekolah. Pada umumnya, pemakaian kata madrasah dalam arti sekolah tersebut, mempunyai konotasi khusus yaitu sekolah-sekolah agama Islam. Yang berjenjang dari madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan ‘Aliyah. Namun, kata madrasah pada awal perkembangannya mempunyai beberapa pengertian, diantaranya: berarti aliran atau mazhab, kelompok atau golongan filosuf, dan ahli pikir atau penyelidik tertentu yang berpegang pada metode atau pemikiran yang sama.
Beberapa pengertian di atas, terjadi karena aliran-aliran yang timbul sebagai akibat perkembangan ajaran agama islam dan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang saling berebut pengaruh di kalangan umat islam dan berusaha untuk mengembangkan aliran atau mazhabnya masing-masing. Maka terbentuklah madrasah-madrasah dalam pengertian kelompok pemikiran, mazhab atau aliran tersebut. Itulah sebabnya mengapa sebagian besar madrasah yang didirikan pada masa itu dihubungkan dengan nama-nama mazhab yang mashur, misalnya madrasah Syafi'iyah, Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah. Jadi kata madrasah pada awal perkembangannya, diartikan jalan pemikiran seorang pemikir atau kelompok pemikir dalam suatu bidang ilmu, kemudian diartikan tempat belajar atau lembaga pendidikan dan pengajaran seperti sekolah yang berkonotasi khusus yaitu yang banyak mengajarkan agama Islam atau ilmu-ilmu keIslaman.
Kedua arti tersebut masih terasa dilakukan mayoritas umat islam hingga saat ini, karena madrasah merupakan tempat penyebaran paham aliran atau mazhab yang dianut untuk disosialisasikan ke seluruh umat. Misalnya madrasah NU yang disebut dengan “AlMa’arif” menyebarkan misi Syafi’iyahnya, dan madrasah Muhammadiyah yang membawa paham kemuhammadiyahannya, dan seterusnya.
Pertama kali timbul istilah Madrasah adalah berkenaan dengan upaya khalifah ‘Abbasiyah Harun ar-Rasyid menyediakan fasilitas belajar ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu penopang lainnya di lingkungan klinik (Bimaristain) yang dibangunnya di Baghdad. Komplek ini dikenal dengan sebutan “Madrasah Baghdad”. Namun, kelihatannya pemakaian istilah tersebut cenderung anatema, terutama jika diperhatikan tidak adanya kelanjutan dari Madrasah Baghdad, kecuali munculnya Bait al-Hikmah di masa pemerintahan Makmun.
Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang madrasah yang pertama kali muncul sebagai lembaga pendidikan Islam. Hasbullah [2] berpendapat bahwa madrasah yang pertama kali muncul adalah Madrasah al-Baihaqiyah di Naisabur yang didirikan oleh Abu Hasan Ali al-Baihaqi (w. 414 H).
[2] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Grafindo Persada, 1999) hal. 160
Hasil penelitian seseorang peneliti Richard Bulliet pada tahun 1972, mengungkapkan bahwa selama dua abad sebelum madrasah Nizhamiyah di Baghdad sudah berdiri madrasah di Naisabur sebanyak 39 madrasah dengan madrasahnya yang tertua yaitu “Miyan Dahiya” yang mengajarkan fiqih Maliki. Demikian juga Naji Ma’ruf mengatakan, bahwa 165 tahun sebelum madrasah Nizhamiyah sudah ada madrasah di Maa waraa al-Nahri dan Khurasan. Sebagai bukti ia mengungkapkan data dari Tarikh al-Bukhari yang menjelaskan bahwa Ismail bin Ahmad (w. 295 H) mempunyai madarasah yang dikunjungi oleh para pelajar untuk melanjutkan pelajaran mereka. Madrasah Naisabur pada masa awal ini didirikan oleh seorang ulama fiqih dengan tujuan utama untuk mengembangkan ajaran mazhabnya. Pada umumnya madrasah tersebut mengajarkan satu mazhab fiqih saja dan sebagian besar bermazhab Syafi’i. Dari 39 madrasah yang dikemukakan oleh Bulliet, hanya satu madrasah yang mengajarkan fiqih Maliki, empat madrasah yang mengajarkan fiqih mazhab Hanafi, dan yang lainnya mengajarkan fiqih mazhab Syafi'i.
Pendapat lain mengatakan bahwa madrasah muncul pertama kali di dunia islam adalah madrasah al-Nizhamiyah, yang didirikan oleh Nizham al-Mulk, seorang penguasa dari Bani Saljuk (w. 485 H.) Ibnu Atsir menyebutkan bahwa Nizham al-Mulk seorang wazir Sultan Maliksyah Bani Saljuk (465-485 H) mendirikan dua madrasah yang terkenal dengan nama madrasah al-Nizhamiyah di Baghdad dan di Naisabur, kemudian diberbagai wilayah yang dikuasainya. Dari berbagai keterangan di atas kiranya jelas bahwa istilah madrasah pernah muncul pada masa Khalifah Abbasiyah Harun al-Rasyid yang disebut dengan “Madrasah Baghdad”, akan tetapi belum populer dan mengalami stagnasi. Madrasah di kawasan Naisabur pada abad ketiga. Para peneliti kebanyakan menyebutkan wilayah yang sama yaitu di Naisabur, namun, berbeda madrasah mana yang dimaksud. Sebagian peneliti menyebutkan madrasah “al-Baihaqiyah”, tetapi ternyata jika dilihat dari masa hidup pendirinya yaitu Abu Hasan Ali al-Baihaqi yang wafat 414 H, pendapat ini kurang tepat. Sebagian lagi berpendapat madrasah “Miyan Dahiya”, mungkin pendapat inilah yang lebih kuat. Sedang madrasah Nizhamiyah adalah madrasah terbesar pertama di dunia islam yaitu pada abad kelima Hijriyah.
B. Madrasah Nizhamiyah
Salah satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir abad IV Hijriyah adalah madrasah. Sedangkan Nizhamiyah adalah sebuah lembaga pendidikan yang didirikan tahun 457-495 H/1065-1067 M oleh Nizham Al-Mulk dari dinasti Saljuk. Dinasti Saljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Qiniq dalam masyarakat Turki Oquz. Ia mengabdikan diri kepada Raja Begu (daerah Turkaman) yang meliputi Laut Arab dan Laut Kaspia. Saljuk kaum yang memerdekakan diri dari Dinasti Samiah. Setelah saljuk meninggal, kekuasaanya dilanjutkan oleh Thurgul Bek, ia berhasil mengalahkan dinasti Ghaznawi (429 H/1036 M). Kemudian ia memproklamirkan berdirinya Dinasti Saljuk dan mendapatkan pengakuan dari Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Bani Saljuk memasuki Baghdad pada masa Thurgul yang menggantikan Bani Buwaihi (berpaham Syi’ah). Thurgul digantikan oleh Alp Arselan dengan perdana menterinya yang terkenal, yaitu Nizham al-Mulk. Pada masa inilah Saljuk berjaya hingga berlanjut pada masa khalifah Malik Syah.
Nizhamiyah mengambil nama dari Nizham al-Mulk, berdiri sebagai madrasah yang paling unggul pada abad kelima hijriyah. Sebagai salah satu pusat pendidikan tinggi paling terkenal abad ini dan menjadi model bagi pembangunan lembaga-lembaga serupa di seluruh daerah kekuasaan islam.
Tersedianya dokumen-dokumen tentang madrasah ini menjadikan para ilmuwan mengetahui tentang Nizhamiyah dan cara kerjanya lebih baik dari pengetahuan mereka tentang madrasah-madrasah selainnya. Dari dokumen-dokumen yang ada, maka bentuk wakaf yang membangun dan membiayai Nizhamiyah menjadi jelas, yaitu sebagai berikut:
a) Nizhamiyah merupakan wakaf yang disediakan untuk kepentingan penganut mazhab Syafi’i dalam fiqih dan ushul al-fiqih.
b) Harta benda yang diwakafkan kepada Nizhamiyah adalah untuk kepentingan penganut mazhab Syafi’i dalam fiqih dan ushul al-fiqih.
c) Pejabat-pejabat utama Nizhamiyah harus bermashab Syafi’i dalam fiqih dan ushul al-fiqih; ini mencakup mudarris, wa’id dan pustakawan.
d) Nizhamiyah harus mempunyai tenaga pengajar bidang kajian Al-Qur’an.
e) Nizhamiyah harus mempunyai tenaga pengajar bahasa Arab.
f) Setiap staf menerima bagian tertentu dari penghasilan yang diperoleh dari harta wakaf Nizhamiyah.
Tujuan Nizham al-Mulk mendirikan madrasah-madrasah itu adalah untuk memperkuat pemerintahan Turki (Bani Saljuk) dan untuk menyiarkan mazhab keagamaan pemerintahan (penganut Ahlussunnah/mazhab Syafi’iyah (Asy ‘Ariyah). Nizham al-Mulk menggunakan madrasah sebagai alat untuk melindungi kelompok Syafi’iyyah (Sunni) dan kelompok Asy ‘Ariyah. Dengan demikian membentuk suatu kelompok yang akan mendukung kebijakan-kebijakannya. Para ulama ini dididik dan mengajar pada lembaga-lembaga yang dapat dikontrol oleh Nizham al-Mulk melalui pengangkatan staf.
Pentingnya posisi Madrasah Nizhamiyah ini mengharuskan kita untuk melihat motif-motif yang melatar belakangi pembangunannya tersebut dalam konteks realitas historis yang lebih luas dari sekadar konteks pendidikan. Motif tersebut diantaranya adalah: pendidikan, konflik antar kelompok agama, pendidikan pegawai pemerintahan dan politik.
Oleh karena tidak semua data mengenai Madrasah Nizhamiyah sampai kepada kita saat ini, maka akan kita bahas beberapa madrasah yang terpenting dan cukup dikenal antara lain, adalah:
1. Madrasah Nizhamiyah Naisabur
Al-Juwainiy yang bernama lengkap Abu al-Ma’ali ‘Abd al-Malik ibn ‘Abd Allah ibn Yusuf ibn Muhammad ibn ‘Abd Allah ibn Hayyuwaih alJuwainiy al-Naisaburiy atau lebih dikenal dengan panggilan Imam al-Haramain adalah tokoh sunni pertama yang memperoleh kepercayaan pemerintah untuk menduduki jabatan sebagai pemimpin (mutawallin/head) dan sekaligus sebagai guru (mudarris) Madrasah Nizhamiyah Naisabur. Ia dilahirkan di Naisabur pada tanggal 18 Muharram 419 H bertepatan dengan 18 Februari 1028 M.
Secara fisik madrasah ini mempunyai tiga bagian inti, yaitu: sebuah gedung madrasah, sebuah masjid dan sebuah perpustakaan (bayt al-maktab). Dari catatan yang ada kita ketahui bahwa madrasah ini mempunyai beberapa staf, yaitu: seorang mudarris (guru besar) yang bertanggung jawab tentang pelaksanaan pengajaran (tadris); seorang muqri’ (ahlu Al-Qur’an); seorang muhaddits (ahlu Al-Hadits); dan seorang pustakawan (merangkap sebagai guru bahasa Arab atau bidang-bidang terkait) yang mengurus perpustakaan (bayt al-maktab). Di antara mereka yang pernah menjadi staf madrasah ini adalah: al-Juwaini, Abu al-Qasim, al-Kiya al-Harrasi, al-Ghazali, dan Abu Sa’id (mudarris); Abu al-Qasim al-Hudzali dan Abu Nasyr al-Ramsyi (muqri’); Abu Muhammad al-Samarqandi (muhaddits); dan Abu Amir al-Jurjani (pustakawan).
Sebagaimana umumnya madrasah, Nizhamiyah Naisabur dilengkapi dengan fasilitas tempat tinggal bagi staf dan mahasiswanya. Madrasah Nizhamiyah Naisabur yang berlokasikan di jantung ibu kota propinsi Khurasan, Naisabur, dan bekas ibu kota Dinasti Saljuk, merupakan Madrasah Nizhamiyah terbesar kedua setelah Madrasah Nizhamiyah Baghdad. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Madrasah Nizhamiyah Naisabur itu dibangun kira-kira dua puluh lima tahun sebelum Madrasah Nizhamiyah Baghdad, tepatnya pada tahun 434 H/1043 M. Selain itu, ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa Madrasah Nizhamiyah Naisabur itu didirikan pada akhir tahun 450 H/1085 M, tahun dimana Al-Ghazali dilahirkan. Karena guru besar Madrasah Nizhamiyah Naisabur, Imam al-Haramain, meninggal pada tahun 478 H/1085 M setelah mengajar di madrasah tersebut sekitar tiga puluh tahun lamanya sebagaimana dikatakan oleh Abd. al-Ghafir alFarisiy dalam kitab al-Siyaq dan al-Subkhi dalam kitab Thabaqat al-Syafi’iyat alKubra. Berdasarkan fakta ini maka tahun berdirinya Madrasah Nizhamiyah Naisabur adalah 448 H/1056 M.
Setelah Imam Al-Haramain meninggal dalam tahun 478 H/1085 M ia digantikan oleh putranya Abu al-Qasim al-Muzhaffar, dan ia memegang jabatan ini hingga dibunuh pada tahun 493 H/1099 M. Pimpinan berikutnya adalah seorang murid Imam al-Haramain yakni Ilkiya al-Harrasiy (450 H/1058-504 H/1110 M). Ia tidak lama memegang jabatan ini karena pada tahun 498 H/1104 M ia pindah ke Baghdad untuk memegang jabatan sebagai pimpinan Madrasah Nizhamiyah Baghdad. Setelah al-Harrasiy pindah ke Baghdad terjadi kekosongan pimpinan pada Madrasah Nizhamiyah Naisabur dalam waktu yang tidak terlalu lama. Untuk mengisi kekosongan itu, Fakhr al-Mulk (490-500 H/ 1096-1106 M), menteri Gubernur Sanjar (490-511 H/1097-1118 M), memanggil Al-Ghazali, seorang murid Imam al-Haramain yang sangat terkenal dari Thus, untuk memimpin dan mengajar pada Madrasah Nizhamiyah Naisabur pada tahun 499 H/1105 M. Akan tetapi Al-Ghazali memegang jabatan itu hingga tahun 501 H/ 1107 M (hanya selama dua tahun) untuk kemudian kembali ke Thus dan mengajar di Khanaqahnya hingga ia meninggal di kota kelahirannya itu pada tahun 505 H/ 1111 M.
Diantara tahun pengunduran diri AL-Ghazali dan penghancuran Madrasah Nizhamiyah Naisabur oleh orang-orang Oghuz, hanya dikenal ada seorang pemimpin yakni Abu Sa’ad Muhammad ibn Yahya ibn Abu Manshur al-Naisaburiy, seorang murid Al-Ghazali. Ia dilahirkan pada tahun 476 H/1083 M, dan kemudian dibunuh oleh orang-orang Oghus pada tahun 548 H/1153 M. Ada kemungkinan data-data mengenai pimpinan Madrasah tersebut, dimana ada satu atau dua orang yang mungkin tidak dikenal.
2. Madrasah Nizhamiyah Baghdad
Perdana Menteri Nizham al-Mulk (408-485 H/1019-1092 M) mendirikan Madrasah Nizhamiyah Baghdad untuk al-Syaikh Abu Ishaq Ibrahim ibn ‘Ali ibn Yusuf al-Syiraziy (w.476 H/1083 M), atau yang lebih dikenal dengan nama singkatnya Abu Ishaq al-Syiraziy. Nizham al-Mulk mengangkatnya sebagai pimpinan dan sekaligus guru besar pertama madrasah tersebut. Abu Ishaq al-Syiraziy memegang jabatan ini selama tujuh belas tahun. Madrasah Nizhamiyah Baghdad terletak di pinggir sungai Dijlah (Tigris). Baghdad, Ibu kota kekhalifahan dan pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah ketika itu sudah berfungsi sebagai kota metropolitan. Karena itu Madrasah Nizhamiyah Baghdad merupakan madrasah yang paling besar dan indah, yang pernah dilihat oleh Ibn Jubair (540-614 H/1145-1217 M) ketika berkunjung ke kota itu pada tahun 581 H/1185 M dibandingkan dengan tiga puluh buah madrasah lainnya yang ada di Baghdad pada masa itu. Madrasah-madrasah tesebut adalah:
1) Madrasah Abu Hanifah didirikan oleh Abu Sa’id al-Mustawfiy pada tahun 459 H /1057 M.
2) Madrasah Nizhamiyah oleh Nizham al-Mulk pada tahun 459 H/1057 M.
3) Al-Madrasah al-Tajiyyat oleh Taj al-Mulk pada tahun 482 H/1089 M.
4) Madrasah al-Sulthan didirikan oleh Sultan Malik Syah (w.485 H/1092 M)
5) Madrasah Turkan Khatun (w.487 H/1094 M), istri Sultan Malik Syah
6) Madrasah Sa’adat didirikan oleh Amir Izz al-Din (w.500 H/1106 M)
7) Madrasah al-Syasiy oleh Abu Bakar Muhammad al-Syasiy (w.507 H/1113 M)
8) Al- Madrasah al-Tutusyiyyat oleh Kamaksitakin pada tahun 507 H/ 1113 M)
9) Madrasah al-Jiliyyat oleh al-Mubarak Ibn Ali (w. 513 H/1119 M)
10) Madrasah Abu Syuja al-Bay oleh Bahram Ibn Bahram (w. 520 H/1126 M)
11) Madrasah Ibn al-Abradiy oleh Ibnu al-Abradiy (w. 521 H/1126 M)
12) Al- Madrasah al-Mughisiyyat oleh Sultan Mahmud (w. 525 H/ 1131 M)
13) Al- Madrasah al- Muwaffiqiyyat oleh Khatun Fathimah tahun 531 H/1136 M
14) Al- Madrasah al-Kamaliyyat oleh Kamal al-Din pada tahun 535 H/1140 M
15) Al- Madrasah al-Ghiyasiyyat oleh Sultan Mas’ud (w. 547 H/1152 M)
16) Al- Madrasah al-Saqniyyat pada tahun 549 H/1154 M
17) Al-Madrasah al-Syamahhiliyyat oleh Ibn al-Syamahhul tahun 556 H/1160 M
18) Madrasah al-Hajibiyyat oleh Hamzat Ibn ‘Ali Ibn Thalhat (w. 556 H/1160 M)
19) Madrasah Al-Wazir oleh Yahya Ibn Muhammad Ibn Hubairat tahun 557 H/1161 M
20) Madrasah Ibnu Dinar oleh Abu Hakim Ibrahim Ibn Dinar (w. 557 H/1161 M)
21) Madrasah al-Syaikh ‘Abd al-Qadir oleh Ibn Abu Shalih tahun 561 H/1165 M
22) Al- Madrasah al-Najibiyyat oleh ‘Abd al-Qahir Ibn Muhammad (563 H/1167 M)
23) Al-Madrasah al-Bahaiyyat pada tahun (556 H/1170 M)
24) Madrasah oleh Nur al-Din pada tahun (568 H/1172 M)
25) Al-Madrasah Banafsiyat oleh istri Khalifah pada tahun (570 H/1174 H)
26) Madrasah al-Harraniy pada tahun (573 H/1177 M)
27) Al- Madrasah al-Fakhriyyat pada tahun (578 H/1182 M)
28) Madrasah al-Qaishariyyat
29) Madrasah Umm al-Khalifah al-Nashir li Din Allah
30) Al-Madrasah al-Nuqaibiyyat
Pelaksanaan pembangunan fisik Madrasah Nizhamiyah Baghdad sepenuhnya ditangani dan dirancang oleh arsitek terkenal yakni Abu Sa’id al-Shafiy, yang memakan waktu selama dua tahun. Dimulai pada tahun 457 H/1065 M dan selesai pada tahun 459 H/1067 M. Madrasah itu tetap hidup sampai pertengahan abad keempat belas Masehi, dan kurang lebih Madrasah Nizhamiyah hidup selama tiga abad lamanya.
Sebagaimana halnya dengan Madrasah Nizhamiyah Naisabur, Madrasah Nizhamiyah Baghdad juga mempunyai asrama yang digabungkan dengan madrasah tersebut. Asrama dimaksud mempunyai beberapa tempat tidur bagi para muridnya, sebagian berada pada bagian serambi dan sebagian lagi berada di bagian tengah gedung. Selain diperuntukkan bagi tempat tinggal bagi para penuntut ilmu, asrama Madrasah Nizhamiyah Baghdad juga menurut Imad al-Din al-Ishfahaniy dijadikan tempat tinggal bagi para pemangku agama dan pemuka-pemukanya, yang bertugas pada madrasah baik sebagai guru besar maupun asisten atau petugas lainnya. Pada gedung Madrasah Nizhamiyah itu terdapat sebuah perpustakaan yang berisi buku-buku yang amat penting dan manuskrip-manuskrip yang berharga. Diceritakan bahwa Abd al-Salam al-Qazmainiy menghadiahkan kepada Nizham al-Mulk empat macam hadiah yang tiada tara nilainya, di antaranya kitab Gharib al-Hadits, (Hadits Gharib) karangan Ibrahim al-Harbi yang ditulis tangan oleh Umar Ibn Hajawaih. Buku ini terdiri dari sepuluh jilid. Oleh Nizham al-Mulk, buku tersebut dihadiahkan pula kepada para pelajar Madrasah Nizhamiyah Baghdad. Perpustakaan Madrasah Nizhamiyah Baghdad ini mendapat perhatian dari para khalifah dan pembesar. Ibn al-Asir menceritakan, bahwa Khalifah al-Nashir li Din Allah (575-622 H/1180-1225 M) memerintahkan pada tahun 589 H/ 1193 M supaya gedung perpustakaan Madrasah Nizhamiyah itu direnovasi dan diperluas. Setelah perbaikan gedungnya selesai, Khalifah al-Nashir li Din Allah memindahkan ribuan buku yang sangat berharga di masa itu dari perpustakaan milik pribadinya ke perpustakaan madrasah itu. Pada paruh pertama abad ke-7 H/13 M, Munhib al-Din ibn Najjar, pengarang kitab Dzail Tarikh Baghdad (Kelengkapan Sejarah Baghdad) mewakafkan pula sejumlah kitab-kitabnya ke perpustakaan Madrasah Nizhamiyah Baghdad itu. Menurut taksiran, buku-buku itu berharga seribu dinar. Hal ini semuanya terjadi pada saat orang belum lagi mengenal percetakan. Di samping itu pada bagian arah kiblat dari bangunan gedung Madrasah Nizhamiyah Baghdad itu terdapat sebuah tempat sholat (mushalla) dengan sebuah mimbar yang terdapat di dalamnya. Di bagian lainnya terdapat kamar logistik, kamar mandi dan dapur. Nizham al-Mulk juga membangun di sekitar unit bangunan induk Madrasah Nizhamiyah Baghdad itu beberapa buah pasar (aswaq) dengan menyisihkan sebagian dari dana yang telah disebutkan di atas, yang kesemuannya itu wakafnya untuk kepentingan madrasah. Mengenai hal ini Ibn Jubair (540-641 H/1145-1217 M) mengatakan bahwa Madrasah Nizhamiyah Baghdad mempunyai harta-harta wakaf yang banyak, yang berupa barang-barang kebutuhan rumah tangga serta harta tetap seperti tanah (‘aqarat) dan rumah yang diwakafkan untuk para fuqaha yang bertugas sebagai guru di tempat mereka melatih para penuntut ilmu yang sesuai dengan bakat mereka masing-masing.
Karena terletak di ibu kota kekhalifahan, Madrasah Nizhamiyah Baghdad tentu lebih kaya dan lebih besar, sehingga lebih mampu bertahan lama dibandingkan dengan yang lainnya, bahkan masih berjalan sampai pada permulaan abad ke 9 H/15 M. Ibn Bathuthat, yang pernah mengunjungi Baghdad pada tahun 727 H/1326 M, sesudah jatuhnya Baghdad karena serangan bangsa Mongol, menyaksikan Madrasah Nizhamiyah Baghdad masih berada dalam keadaan baik. Madrasah Nizhamiyah itu tidak ikut hancur dalam serangan Hulago Khan ke Baghdad pada tahun 656 H/1258 M, dan juga selamat dalam invasi berikutnya ke kota itu oleh bangsa Tartar. Akhirnya Madrasah Nizhamiyah Baghdad itu digabungkan dengan Madrasah Muntanshiriyah, kira-kira dua tahun setelah Timur Leng Tiy atau Tamarlane menaklukkan kota Baghdad pada tahun 796 H/1393 M.
Setelah terjadinya peperangan dan pertempuran secara beruntun antara bangsa Mongol dan bangsa Turki, maka keadaan Madrasah Nizhamiyah Baghdad tersebut menjadi terlantar, dan akhirnya runtuh pada permulaan abad ke-9 H/15 M dan sebagian besar lokasinya yang luas itu menjadi wilayah Baghdad, sementara iwan pada pintu gerbangnya masih tetap tinggal hingga Perang Dunia I pada tahun 1360 H/1941 M. Tampaknya Madrasah Nizhamiyah Baghdad itu lenyap sekitar dasawarsa kedua abad ke-9 H/15 M, karena tak pernah lagi disebut-sebut sesudah dosennya al-Fairuz Abadiy yang wafat pada tahun-tahun permulaan abad ke- 9 H.
3. Madrasah Nizhamiyah Ishfahan
Nizham al-Mulk mendirikan Madrasah Nizhamiyah Ishfahan untuk Abu Bakar al-Khujandiy (w.483/1090) dan sekaligus menyediakan wakaf-wakaf untuk madrasah ini. Ia mengutus Abu al-Qasim al-Hudzaliy untuk mengurus masjid dan perpustakaan yang ada di madrasah itu bagi para mahasiswanya. Guru Madrasah Nizhamiyah Ishfahan yang lainnya adalah Muhammad Ibn Sabit al-Syafi’iy (w.483/1090) dan Abu Sa’id Ahmad ibn Abi Bakar (w. 551/1156).
Setelah Turkan Khatun (w. 487 H/1094 M), Ibn Mahmud ibn Malik Syah, memperoleh dukungan Khalifah al-Qaim dan mendapatkan persetujuan dari para Amir dan para pembesar atas pemerintahan putranya, yang masih kecil itu, ia pun menangkap Barkiyaruq, putra Malik Syah dan istrinya, Zubaidah Khatun dan memenjarakannya. Dalam pada itu, para pengikut Nizham al-Mulk dan para pelajar Madrasah Nizhamiyah Isfahan berusaha membebaskan Barkiyaruq dari tahanan dan mengangkatnya menjadi sultan di Ishfahan serta mengakuinya sebagai pengganti sah ayahnya, Malik Syah. Karena itu para pengikut Nizham alMulk dan pelajar madrasah tersebut melawan Turkan Khatun dan Taj al-Mulk al-Syiraziy, perdana menteri Sultan Mahmud (485-487 H/1092-1094 M). keduanya bersekongkol melawan Nizham al-Mulk pada masa hidup Malik Syah. Sampai pada akhirnya Barkiyaruq menangkap Turkan Khatun, begitu juga para pengikut Nizham al-Mulk dapat membunuh Taj al-Mulk al-Syiraziy ketika ia berusaha melarikan diri ke Burujird. Setelah Barkiyaruq menghancurkan musuhnya itu, ia menduduki tahta kesultanan Saljuk tanpa ada pertikaian.
Dengan demikian, sejak itu pada Dinasti Saljuk, terdapat dua sultan dalam satu masa, yaitu Sultan Mahmud ibn Malik Syah di Baghdad dan saudaranya Sultan Barkiyaruq ibn Malik Syah, di Ishfahan. Mungkin sekali keberhasilan para pengikut Nizham al-Mulk yang basis utamanya adalah para pelajar Madrasah Nizhamiyah Ishfahan dalam memperjuangkan Barkiyaruq atas tahta Dinasti Saljuk, maka para ahli sejarah menyebutkan Madrasah Nizhamiyah Ishfahan itu dengan al-Shadriyyat, yang secara harfiyah berarti kementerian.
4. Madrasah Nizhamiyah Jazirah Ibn ‘Umar
Untuk mewujudkan kebijakan tentang pemerataan pendidikan, Nizham Al-Mulk mendirikan madrasah-madrasah tidak hanya di kota-kota besar saja tetapi juga di daerah-daerah terpencil seperti Jazirah Ibn ‘Umar. Madrasah ini lebih dikenal dengan nama Madrasah Radhiy al-Din.
Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa bangunan fisik yang terdapat dalam sebuah kompleks Madrasah Nizhamiyah meliputi unit-unit gedung madsarah, asrama, perpustakaan, Mushalla atau Masjid. Yang membedakan madrasah dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya adalah gedung madrasah sebagai unit bangunan induk yang diperuntukkan khusus untuk tempat belajar. Sebelum munculnya madrasah, pendidikan dan pengajaran belum mempunyai tempat belajarnya yang khusus akan tetapi diberikan pada berbagai tempat terutama di masjid, perpustakaan seperti Bayt al-Hikmah di Baghdad dan Dar al-Ilm di Kairo. Dalam hal ini dapat ditambahkan bahwa Universitas al-Azhar dan Universitas Cordova, mula-mula keduanya adalah masjid, yang kemudian ditingkatkan statusnya menjadi perguruan tinggi, sama seperti Bayt al-Hikmah dan Dar al-‘Ilm keduanya semula perpustakaan, kemudian ditingkatkan statusnya menjadi perguruan tinggi.
C. Pengelolaan Madrasah Nizhamiyah
Sebagaimana sebuah lembaga pendidikan yang didirikan oleh seorang Perdana Menteri, maka Madrasah-madrasah Nizhamiyah itu dengan sendirinya berada dibawah pengelolaan dan pengawasan Negara. Madrasah Nizhamiyah merupakan institusi teologi, kehadirannya diakui oleh Negara. Ini berarti bahwa Negara sudah melaksanakan tanggung jawabnya dalam bidang pendidikan. Pemerintahlah yang mengorganisasikan semua kegiatan pendidikan dan pengajaran pada masa Madrasah-madrasah Nizhamiyah tersebut serta mengatur administrasi dan mekalisme kerjanya. Sementara itu untuk memimpin dan mengajar di Madrasah-madrasah Nizhamiyah itu, pemerintah menyerahkan kepada para ulama Sunni yang terkemuka.
Berbeda dengan madrasah-madrasah terdahulu, yang umumnya didirikan dan dikelola oleh badan-badan swasta, pribadi-pribadi dan ada juga gubernur. Maka Madrasah-madrasah Nizhamiyah sebagai institusi negara yang didirikan oleh pemerintah dilihat dari sudut pandang pendidikan modern, maka sudah merupakan lembaga pendidikan formal pertama di dunia Muslim, dan bahkan di dunia. Hal ini setidak-tidaknya berdasarkan pada 4 hal penting, yaitu:
(1) Berdirinya Madrasah Nizhamiyah berkaitan langsung dengan kepentingan Negara;
(2) Semua dana pembangunan Madrasah-madrasah Nizhamiyah serta dana penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran sudah dibiayai oleh Negara;
(3) Pada madrasah Nizhamiyah, pelajaran yang bersifat resmi yang diatur dengan undang-undang seperti yang kita kenal dewasa ini; dan
(4) Adanya peraturan yang menyangkut murid, program-program pengajaran, staf pengajar, perpustakaan dan gelar-gelar ilmiah.
Keempat unsur ini menjadi ciri khas dan sistem pendidikan Madrasah Nizhamiyah, yang belum dijumpai pada madrasah-madrasah yang didirikan sebelumnya. Dengan demikian Madrasah Nizhamiyah dapat dianggap sebagai perguruan tinggi dan madrasah formal dan sistematis pertama yang muncul di dunia Islam.
D. Sistem Pendidikan Madrasah Nizhamiyah
Dalam pembahasan ini akan dibicarakan secara berurut tentang faktor-faktor pendidikan Madrasah Nizhamiyah yang meliputi beberapa faktor:
1. Tujuan Madrasah Nizhamiyah
Bertitik tolak dari kebijakan-kebijakan pemerintah Dinasti Saljuk maka Madrasah Nizhamiyah memiliki beberapa tujuan:
a) Madrasah Nizhamiyah bertujuan untuk mengajarkan madzhab resmi Negara yakni ajaran-ajaran Sunni.
b) Madrasah Nizhamiyah bertujuan untuk mengkanter ajaran-ajaran Mu’tazilah dan Syi’ah.
c) Madrasah Nizhamiyah bertujuan untuk mendidik pegawai-pegawai pemerintah dan kader-kader ulama Sunni.
d) Madrasah Nizhamiyah bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan rakyat.
e) Madrasah Nizhamiyah bertujuan untuk menyebarluaskan kebudayaan Muslim.
Kelima tujuan pendidikan Madrasah Nizhamiyah tersebut di atas sudah sejalan pula dengan tujuan pendidikan Islam sebagaimana dikemukakan oleh para sarjana pendidikan muslim. Tujuan-tujuan pendidikan yang ditimbulkan Madrasah Nizhamiyah dipandang baru dan berbeda dengan tujuan lembaga-lembaga pendidikan sebelumnya.
Untuk mencapai tujuan pendidikan Madrasah Nizhamiyah, maka pemerintah dalam hal ini Perdana Menteri Nizham al-Mulk menyediakan fasilitas dan sarana pendukung yang memadai. Begitu juga mengangkat tenaga-tenaga pengajar yang mempunyai kompetensi, dan memberikan kepada mereka kebebasan akademis (academic freedom) dan otonomi (autonomy). Selanjutnya dengan kompetensi dan kebebasan akademis itu, tenaga-tenaga pengajar Madrasah-madrasah Nizhamiyah menyusun kurikulum dan memakai metode-metode yang mendukung dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan tersebut. Tidak hanya itu saja bahkan tenaga-tenaga pengajar itu juga membimbing para pelajar di luar ruang kuliah, yang diutamakan bagi mahasiswa yang lemah.
Tujuan pendidikan Madrasah Nizhamiyah yang demikian itu akan mempengaruhi pola faktor-faktor pendidikan lainnya terutama kurikulum dan metode pengajaran (method of instruction). Di Madrasah-madrasah Nizhamiyah tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama (‘ulum al-diniyyat), bahasa dan sastra Arab saja yang menjadi mata pelajaran pokok. tetapi juga diajarkan ilmu-ilmu sekular (‘aqliyyat) baik yang ada kaitannya dengan ilmu-ilmu agama seperti ilmu berhitung, yang sangat diperlukan dalam mempelajari ilmu faraidh dan ilmu falaq (astronomi) yang hingga saat ini sangat diperlukan dalam penentuan awal atau akhir bulan ramadhan, penentuan arah kiblat dan jadwal shalat, maupun yang berfaedah untuk kemashlahatan masyarakat seperti ilmu kedokteran sebagai mata kuliah tambahan.
2. Staf Pengajar Madrasah Nizhamiyah
Faktor guru mendapat perhatian khusus dari Perdana Menteri Nizham alMulk, yang dikenal selektif dalam mengangkat calon guru besar. Pengangkatan para ulama sebagai guru Madrasah Nizhamiyah telah mendorong mereka ikut campur tangan dalam bidang politik, misalnya dengan mengharamkan pengajaran filsafat. Adanya ikut campur tangan para ulama dalam bidang politik dengan sendirinya telah menempatkan masyarakat di bawah kontrol pemerintah Dinasti Saljuk. Para guru besar Madrasah-madrasah Nizhamiyah yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan yang ada di dunia Islam pada waktu itu seperti alJuwainiy ahli ilmu-ilmu agama (al-‘ulum al-diniyyat) dan filsafat (al-hikmah: alFalsafah). Abu Ishaq al-Syiraziy ahli ilmu-ilmu agama (al-‘ulum al-diniyyat) dan al-Ghazaliy ahli dalam ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu akliyah (al-‘ulum at- ‘aqliyyat: al-‘ulum awail; al-‘ulum al’ajam; al-‘ulum al-qadimat). Keluasan disiplin ilmu para guru memperkuat argumentasi bahwa pendidikan dan pengajaran pada Madrasah Nizhamiyah sudah berorientasi pada pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Di samping itu para guru besar Madrasah Nizhamiyah terdiri dari para ulama Sunni dari berbagai madzhab yang ada seperti Abu al-Farj ‘Abd al-Rahman ibn ‘Ali ibn al-Jauziy (w. 597 H/1200 M) pemuka fikih Hambali dan Abu Bakar al-Mubarak ibn Sa’id ibn al-Dihan al-Nahwiy al-Wasithiy al-Wajih al-A’ma (w.611 H/1214 M) pakar bahasa Arab, mula-mula ia bermadzhab Hambali, kemudian beralih ke madzhab Hanafi dan terakhir beralih lagi ke madzhab Syafi’i.
3. Kurikulum Madrasah Nizhamiyah
Sesuai dengan fungsi dan misinya sebagai perguruan tinggi agama, maka pada mulanya Madrasah Nizhamiyah sangat mementingkan ilmu-ilmu agama. Ilmu agama yang diajarkan di Madrasah Nizhamiyah, meliputi ilmu fiqih, ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu qira’ah dan ilmu kalam (teologi), dan menjadikannya sebagai mata pelajaran pokok (ijbariy). Dari itu tidak mengherankan, jika Madrasah-madrasah Nizhamiyah itu lebih dikenal sebagai akademik hukum atau teologi.
Pembahasan ini dimulai dengan mengemukakan klasifikasi ilmu pengetahuan berikut dengan cabang-cabangnya, khususnya yang berkembang pada masa Dinasti Saljuk, yaitu sebagai berikut:
1. Ilmu-ilmu agama (al-‘ulum al-syar’iyyat/al-‘ulum al-diniyyat) yang meliputi:
a. Pengetahuan membaca (‘ilm al-qira’ah)
b. Ilmu Tafsir (‘ilm al-tafsir)
c. Ilmu hadis (‘ilm al-hadits)
d. Ilmu fiqih (‘ilm al-fiqh)
e. Teologi (‘ilm al-kalam)
2. Ilmu-ilmu akliyah (al-‘ulum al-‘aqliyyat). Ilmu ini disebut juga dengan ilmu sekuler, yang terdiri dari:
a. Filsafat (falsafat, ‘ilm al-awail, ‘ilm al-hikmat)
b. Ilmu fisika (‘ilm al-riyadhat)
c. Astronomi (‘ilm al-Nujum ‘ilm al-falaq)
d. Ilmu ukur atau geometri (‘ilm al-handasat)
e. Ilmu berhitung atau arithmetic (‘ilm al-hisab)
f. Ilmu kesenian (‘ilm al-hai’at)
g. Ilmu hukum (‘ilm ahkam)
h. Ilmu kedokteran (‘ilm al-thibb)
3. Ilmu bahasa (ulum al-lughat) yang meliputi:
a. Ilmu-ilmu bahasa (al-‘ulum al-lughawiyyat)
b. Ilmu kesusastraan (al-‘ulum al-adabiyyat)
c. Retorika (al-‘ulum al-balaghiyyat)
4. Metode Pengajaran Madrasah Nizhamiyah
Metode pengajaran (method instruction) sebagai salah satu faktor pendidikan juga memainkan peranan penting dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Beberapa metode yang diterapkan oleh Madrasah Nizhamiyah diantaranya adalah:
(1) metode ceramah,
(2) metode diskusi,
(3) metode seminar, dan
(4) metode observasi dan eksperimen.
5. Fasilitas dan Sarana Pendidikan
Faktor lain yang sangat diperlukan dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan pengajaran adalah sarana dan fasilitas pendidikan, sebab berhasil tidaknya suatu tujuan pendidikan dan pengajaran pada suatu lembaga pendidikan sangat bergantung pada sarana dan fasilitas pendidikan yang tersedia. Fasilitas dan sarana pendidikan Madrasah-madrasah Nizhamiyah yang meliputi:
(1) gedung madrasah tempat belajar,
(2) asrama atau pemondokan,
(3) perpustakaan,
(4) masjid dan mushalla,
(5) Bimaristan (rumah sakit) dan Observatorium, dan
(6) pasar sekolah (sering disebut koperasi mahasiswa saat ini)
E. Madrasah Nizhamiyah Sebagai Pusat Pendidikan dan Kebudayaan
Pertumbuhan dan perkembangan sistem pendidikan Islam memasuki periode baru dan sekaligus merupakan periode terakhir, sejak munculnya sistem madrasah. Sebab sistem madrasah selain dapat mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada lembaga-lembaga pendidikan tinggi yang ada sebelumnya, juga sistem pendidikannya yang lebih sempurna, sebagaimana tercermin di dalam sistem pendidikan Madrasah Nizhamiyah yang tidak hanya merupakan salah satu organisasi resmi negara yang menghasilkan pekerja-pekerja dan pegawai-pegawai negeri, tetapi pelajarannya sudah resmi, berjalan menurut udang-undang dan peraturan, seperti yang kita kenal pada masa sekarang ini.
Madrasah Nizhamiyah merupakan satu-satunya lembaga pendidikan tinggi Muslim yang sangat bergengsi sesudah Bait al-Hikmat di dunia Muslim bagian Timur. Popularitas madrasah ini dapat disejajarkan dengan Jami’ al-Azhar dan Dar al-‘Ilm di Mesir, dan Jami’ Cordova di Spanyol. Arti penting dari semua perguruan tinggi itu terletak pada peranannya dalam mengantarkan dan memperkukuh kedudukan kaum Muslimin sebagai adikuasa di periode klasik (650-1258 M). Tetapi perjalanan sejarah semua perguruan tinggi tersebut berbeda.
Dari semua perguruan tinggi klasik itu hanyalah Jami’ al-Azhar yang masih eksis hingga saat ini, mungkin karena itulah dalam bahasa Arab perguruan tinggi lebih populer disebut al-Jami’at berasal dari Jami’ al-Azhar. Sementara yang lainnya sudah hancur semuanya. Diantara yang sudah hancur itu hanyalah Madrasah Nizhamiyah yang masih mempunyai pengaruh hingga sekarang ini baik di dunia Timur maupun di dunia Barat.
F. Kontribusi Madrasah dalam Pendidikan Islam
Nizham al-Mulk merupakan seorang pemimpin dan pemikir yang sukses pada masanya. Dengan sistem pendidikan madrasah yang ia bangun yang diterapkan pada Madrasah Nizhamiyah dapat dikatakan bahwa beliau telah memberikan konstribusi yang cukup besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan peradaban manusia. Hal tersebut sudah terlihat sejak masa pertumbuhan dan perkembangannya Lembaga-lembaga pendidikan islam di dunia.
Madrasah merupakan lembaga pendidikan islam yang mempunyai potensi yang cukup strategis di era peradaban modern ini. Potensi itu terkait baik dari internal umat Islam sendiri maupun dari faktor eksternalnya. Potensi-potensi itu misalnya umat Islam (khususnya Indonesia), merupakan kalangan mayoritas di negeri ini dan mereka memiliki keterkaitan yang mendalam dengan Lembaga pendidikan Islam. Lembaga pendidikan islam telah memiliki sejarah yang cukup lama dan terbukti eksis dari zaman ke zaman, dari zaman pra-kemerdekaan hingga zaman reformasi. Selain itu Lembaga pendidikan islam dapat eksis secara berkesinambungan meskipun secara finansial tidak mendapatkan sokongan dari pemerintah secara penuh. Ditambah lagi, secara kuantitas, jumlah Lembaga pendidikan islam di negeri ini juga sangat banyak sehingga mampu menampung para siswa dengan jumlah yang banyak pula, serta tersedianya para pakar dan sumber daya manusia yang memadai.
Madrasah lahir berawal dari pendidikan dan pengajaran agama islam dalam bentuk pengajian Al-Qur’an dan pengajian kitab yang diselenggarakan di rumah-rumah, surau, masjid pesantren, dan lain-lain. Pada perkembangan selanjutnya mengalami perubahan bentuk baik dari segi kelembagaan, materi pelajaran (kurikulum), metode maupun struktur organisasinya.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan islam berfungsi untuk menghubungkan sistem lama dengan sistem baru serta melestarikan dan mempertahankan nilai-nilai lama yang masih baik yang masih dapat dipertahankan dan mengambil sesuatu yang baru dalam ilmu, teknologi dan ekonomi yang bermanfaat bagi kehidupan umat islam. Oleh karena itu, isi kurikulum madrasah pada umumnya adalah apa yang diajarkan di Lembaga-lembaga pendidikan islam (surau dan pesantren) ditambah dengan beberapa materi pelajaran yang disebut ilmu-ilmu umum (sekuler).
Usaha pemerintah untuk meningkatkan daya saing madrasah di pentas dunia atau peradaban modern ini, yaitu melalui Kementrian Agama, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Madrasah negeri.
b) Madrasah wajib belajar (MWB).
c) Madrasah dan sekolah pada pondok pesantren.
d) Madrasah dengan sistem boarding.
e) Madrasah keagamaan.
f) Madrasah program keterampilan.
g) Madrasah model.
h) Madrasah terpadu.
Dengan munculnya beberapa bentuk atau model madrasah yang dikembangkan oleh Kementrian Agama menunjukkan bahwa Kemenag berkeinginan adanya suatu peningkatan dan reformasi madrasah dalam mengikuti dan memenuhi kebutuhan serta tuntutan perkembangan zaman pada era peradaban modern ini, yang tentu harapannya lulusan madrasah bisa bersaing dengan sekolah umum dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini.
Tentu saja perubahan atau reformasi pada madrasah membutuhkan pemikiran dan pelaksanaan yang matang karena tentunya madrasah juga ingin tradisi pada madrasah tetap ada seperti adanya mata pelajaran agama yang kental dan membudaya di lingkungan madrasah namun juga pengembangan mata pelajaran umum juga dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan pada era peradaban modern ini.
Adanya tantangan yang berubah dan selalu menuntut untuk lebih bekerja keras, pendidikan harus segera mereformasi diri jika tidak ingin selalu ketinggalan dengan bidang lain. Setidaknya ada dua sisi yang harus segera direformasi, yakni pengelolaan pendidikan dan budaya akademik. Ini menunjukkan betapa pentingnya reformasi pada madrasah untuk selalu bisa bersaing dan memenuhi kebutuhan serta tuntutan di masa peradaban modern ini.
Dalam konteks pendidikan islam saat ini, sistem pendidikan yang pernah diterapkan Madrasah Nizhamiyah, dapat dijadikan sebagai landasan doktriner bagi para pembuat kebijakan pendidikan, para pengelola pendidikan, para praktisi dan pengawas pendidikan di dalam memajukan dunia pendidikan, khususnya dunia pendidikan islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan islam muncul dan berkembang seiring dengan munculnya Islam itu sendiri; yakni berawal dari pendidikan yang bersifat informal berupa dakwah Islamiyah untuk menyebarkan Islam, terutama dalam hal yang berkaitan dengan aqidah. Kebangkitan madrasah merupakan awal dari bentuk kelembagaan pendidikan Islam secara formal.
Pendidikan islam pada zaman Abbasiyah dan Umayyah mengalami prioritas, dimulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi. Dari yang dikelola oleh khalifah (pemerintah), seperti yang dilaksanakan di rumah- rumah, kuttab- kuttab, di masjid serta di madrasah.
Islam pada awal perkembangannya sudah mempunyai lembaga pendidikan dan pengajara yang disebut dengan Kuttab yang merupakan lembaga pengajaran yang khusus sebagai tempat belajar membaca dan menulis. sedangkan pengajaran al-Qur’an dan dasar-dasar agama diberikan di masjid oleh guru-guru khusus.
Pertama kali timbul istilah Madrasah adalah berkenaan dengan upaya khalifah ‘Abbasiyah Harun ar-Rasyid menyediakan fasilitas belajar ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu penopang lainnya di lingkungan klinik (Bimaristain) yang dibangunnya di Baghdad. Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang madrasah yang pertama kali muncul sebagai lembaga pendidikan Islam ada yang berpendapat bahwa bahwa madrasah yang pertama kali muncul adalah Madrasah al-Baihaqiyah di Naisabur dan ada yang mengatakan madrasah nizhamiyah dan ada junga yang mengatakan bahwa madrasah tertua adalah madrasah nizhamiyah.
B. Saran dan kritik
Dalam pembentukan madrasah diperlukan pemikiran yang matang.
Madrasah dibentuk sesuai kebutuhan serta tuntutan perkembangan zaman pada era zaman ini.
Madrasah hendaknya dibangun untuk tetap menyiarkan agama islam.
DAFTAR PUSTAKA
- Hasbullah.1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesi. Jakarta: Grafindo Persada
- Ahmad, Enthus Riyadhi.2015. Madrasah Nizhamiyah pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan islam. Jurnal Tarbiyah vol.1 no.1
- Rohman, Fatkhur.2017. Menguak Sejarah Perkembangan Madrasah Hingga Era Nizamiyah. Jurnal pendidikan Islam dan teknologi vol.VII No.2
- Harahap, Arfiansyah.2018. Madrasah From Early Time to Nizhamiyah.progress vol.6 No.1
- Solihin, Imam. 2018. Madrasah dan Pertumbuhan Keilmuan Dunia Islam. Kota Metro: Elementari vol.4
- Suryani. 2018. Perkembangan Madrasah sebagai Institusi Pendidikan Islam Pada Masa Abbasiyah dan Awal Munculnya di Indonesia. Fitrah vol.6 No.9
- Supriatna, Asep. 2022. Konsep pendidikan islam Menurut Nizam Al Mulk. Jurnal Pendidikan vol.2 No.1
- hafid, Hasanuddin. Peran Madrasah Dalam Lembaga Pendidikan Islam Di Era Peradaban Modern. Surabaya:UIN Sunan Ampel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar