Jumat, 16 Desember 2022

Strategi Pembelajaran Menyenangkan

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah strategi pembelajaran
Dosen Pengampu : Humaedi, Lc., Mpd.
Disusun Oleh Kelompok 10 Angkatan 5 :
1. Jannatul Firdausi Nuzula (PAI)
2. Nida Labibah (PAI)
3. Nindy Kurnianingrum (PAI)
4. Nur Annisa (PAUD)
5. Yuni Heri Suciasih (PAI)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.
BAB 1 PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
B. Rumusan Masalah.
C. Manfaat Penelitian
BAB 2 PEMBAHASAN.
A. Pengertian Strategi Pembelajaran.
B. Pengertian Pembelajaran Yang Menyenangkan.
C. Strategi Pembelajaran Yang Menyenangkan.
D. Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menjalankan Strategi Pembelajaran Yang Menyenangkan.
E. Menciptakan Pembelajaran Siswa Yang Menyenangkan.
BAB 3 PENUTUP.
Kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Strategi secara umum mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak yang mana hal ini untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Strategi Jika dihungungkan dengan kegiatan belajar mengajar maka strategi dalam artian khusus bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan yang kegiatan ini dilakukan oleh guru dan murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar untuk mencapai suatu tujuan. Dalam memilih strategi dalam pengajaran haruslah memilih strategi yang tepat tidak bersifat paksaan, para guru seharusnya juga tidak mengajarkan pengetahuan mengenai dunia secara dogmatik para guru juga hendaknya berada dibelakang anak didik sambil memberi dorongan untuk maju, secara khusus mengarahkan ke jalan yang benar, dan mengawasi kalau ada anak didik menghadapi bahaya atau rintangan. Strategi dalam proses belajar mengajar seorang guru haruslah mempunyai strategi yang baik agar para siswa dapat belajar secara efektif serta efisien, langkah untuk memiliki strategi tersebut salah satunya dengan cara menguasai metode mengajar.

Belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai sifat edukatif nilai dari sifat edukatif ini dapat mewarnai interaksi antara guru dengan anak didik, interaksi yang bersifat deduktif dikarenakan adanya kegiatan belajar mengajar yang sedang dilakukan, diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yang sudah dirumuskan atau dibuat sebelum melakukan pengajaraan. Strategi dalam pembelajaran dapat diukur melalui tingginya kuantitas dan kualitas dari hasil belajar yang telah dicapai oleh seorang anak. Agar dapat merancang serta melaksanakan strategi pembelajaran yang efektif maka perlu memperhatikan unsur-unsur strategi atau caranya diantaranya yaitu : adanya komponen sistem antara guru/dosen, siswa/ mahasiswa yang akan terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, menyiapkan jadwal pelaksanaan mengajar, menyiapkan materi atau bahan untuk mengajar, dll.[1]
[1]. Muhammad asroril , “penegertian,tujuan dan ruang lingkup strategi pembelajaran” jurnal madrasah vol 5 no 2, januari- juni 2013 Halaman 163- 171.

Salah satu cara untuk menjadikan strategi pembelajaran yang menyenangkan yaitu adanya Ketrampilan dalam variasi mengajar yang harus dikuasai oleh pendidik tidak hanya rutinitas biasa, biasanya seorang pendidik seperti masuk kelas, mengabsen siswa, memberi pertanyaan serta menagih pekerjaan rumah. Dalam kondisi seperti ini seoang pendidik harus pandai dalam menggunakan seni mengajar dengan cara mengubah gaya mengajar , menggunakan media pembelajaran, mengubah pola interaksi antara guru dengan murid dengan maksud untuk menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan. Tujuan mengadakan variasi mengajar yaitu dapat meningkatkan dan memelihara perhatian peserta didik atau murid dalam proses belajar mengajar. [2]
[2]. Dr. Eko Sigit Purwanto,M.PD.I, strategi pembelajaran, ( jawa tengah: Eureka media aksara: 2021). Hal 86



B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran?
2. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran yang menyenangkan?
3. Faktor apa yang harus diperhatikan dalam menjalankan strategi pembelajaran yang menyenangkan?
4. Bagaimana cara menciptakan pembelajaran yang menyenangkan?

C. Manfaat penelitian:

1. Mengetahui pengertian strategi pembelajaran.
2. Mengetahui pengertian tentang pembelajaran yang menyenangkan.
3. Mengetahui faktor yang diperhatikan dalam menjalankan strategi pembelajaran yang menyenangkan.
4. Mengetahui cara untuk menciptakan pembelajaran yang menyenang.

BAB II PEMBAHASAN

Di era globalisasi yang serba modern ini, strategi pembelajaran yang menyenangkan sangat variatif sekali, dari mulai teknik dan metode-metode yang diterapkan. Akan tetapi tidak jarang para pengajar yang belum mengetahui dan belum menerapkannya. Hal ini mengakibatkan adanya kejenuhan dan ketidaksemangatan bagi peserta didik dalam menjalani proses pembelajaran. Di samping itu, proses pembelajaran yang monoton juga akan menciptakan suasana yang menjenuhkan bagi para peserta didik, berawal dari kejenuhan tidak menutup kemungkinan peserta didik akan menjadi malas. Supaya kemalasan tidak terjadi didalam pembelajaran harus ada penerapan strategi yang menyenangkan, menyenangkan disini bukan berarti bersenang-senang atau mengharuskan anak-anak untuk tertawa terbahak-bahak, akan tetapi pembelajaran yang menyenangkan berarti sebuah pembelajaran yang didalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan murid dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan, yang ada hanyalah komunikasi yang saling mendukung. Menyenangkan disini berarti proses pembelajaran yang berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan dan menarik minat peserta didik untuk terlibat secara aktif, sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara maksimal. Kemaksimalan tidak akan tercapai tanpa adanya usaha-usaha dari para pendidik. Oleh karena itu, peran para pendidik sangat menentukan besar kecilnya hasil yang akan di capai, maksimal atau tidaknya hasil nanti. Oleh karena itu, dalam bab ini ini akan dibahas, pengertian dari strategi pembelajaran, pengertian dari pembelajaran yang menyenangkan, strategi pembelajaran yang menyenangkan, faktor-faktor dari pembelajaran yang menyenangkan dan langkah-langkah dalam menciptakan pembelajaran (Biologi) yang menyenangkan.

A. Pengertian Strategi Pembelajaran

Dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bersifat edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antar guru dan anak didik. Interaksi yang bersifat edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pengajaran.

Strategi pembelajaran adalah komponen-komponen umum dari suatu bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan dalam pembelajaran untuk menghasilkan hasil belajar tertentu.[3] Secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang akan ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
[3]. Suparman, 2008 : 127

Dalam kaitannya dengan belajar mengajar, pemakaian istilah strategi dimaksudkan sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar. Dapat pula dikemukakan bahwa strategi berarti pilihan pola kegiatan belajar mengajar yang diambil untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi pembelajaran merupakan cara pengorganisasian isi pelajaran, menyampaikan pelajaran dan mengelola kegiatan belajar dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang dilakukan guru untuk mendukung terciptanya evektifitas dan efesiensi proses pembelajaran. Pengorganisasian, penyampaian dan pengelolaan pembelajaran diarahkan pada berbagai komponen yang disebut sistem pembelajaran. Kompenen-kompenen pembelajaran tersebut, menurut AECT (1977) adalah pesan, orang , material, peralatan, tehnik, dan setting. Oleh karena itu, strategi pembelejaran merupakan bagian terpenting dalam komponen tehnik dan metode dalam suatu sistem pembelajaran.

Menurut Munib Chotib [4] strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran dapat dikelompokkan kedalam dua bagian, yaitu:
[4]. (2012 :129-130)

1. Exposition-Discovery Learning

Exposition Learning adalah strategi pembelajaran yang cenderung menggunakan cara menjelaskan secara terperinci materi yang akan dipelajari. Sedangkan Discovery Learning adalah strategi pembelajaran yang cenderung meminta siswa untuk melakukan observasi, eksperimen, atau tindakan ilmiah hingga mendapatkan kesimpulan dari hasil tindakan ilmiah tersebut.

2. Group-Individual Learning

Group Learning adalah strategi pembelajaran melibatkan lebih dari satu siswa yang dibagi dalam kelompok. Sedangkan Individual Learning adalah strategi pembelajaran individual.

Ada beberapa strategi yang dapat digunakan guru untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif. Reigeluth (1983) membagi strategi pembelajaran menjadi 3 (tiga) aspek, yaitu (1) strategi pengorganisasian, (2) strategi penyampaian, dan (3) strategi pengelolaan.

Strategi pengorganisasian merujuk pada bagaimana pembelajaran itu diberikan dan bahan ajar disajikan. Metode penyampaian berhubungan dengan media pengajaran dan bagaimana siswa dapat mengerti dengan media yang digunakan. Strategi pengelolaan meliputi penjadwalan pengalokasian pengajaran yang diorganisasikan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran adalah cara pandang, pola berfikir, dan arah berbuah diambil guru dalam memilih metode pembelajaran yang memungkinkan efektifnya pembelajaran. Dengan demikian strategi pembelajaran adalah strategi pengorganisasian, panyampaian dan pengelolaan berbagai sumber belajar yang dapat mendukung terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan berhasil secara efektif.

B. Pengertian Pembelajaran Yang Menyenangkan

Pembelajaran menyenangkan merupakan suasana belajar mengajar yang dapat memusatkan perhatiannya secara penuh saat belajar sehingga curah waktu perhatiannya (time on task) tinggi. Pembelajaran menyenangkan dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dengan berbagai metode yang diterapkan, sehingga saat pembelajaran berlangsung siswa tidak merasa bosan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran menyenangkan adalah suatu proses pembelajaran yang berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan. Suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menarik minat peserta didik untuk terlibat secara aktif, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai maksimal.[5]
[5]. (Adi Sampurna Arifin, 12 Januari 2021 07:36)

Pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull learning) bukan semata-mata pembelajaran yang mengharuskan anak-anak untuk tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang didalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan murid dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan, yang ada hanyalah komunikasi yang saling mendukung. Joyfull learning pada dasarnya adalah pendekatan yang digunakan oleh pengajar (guru) untuk membuat siswa lebih dapat menerima materi yang disampaikan dikarenakan suasana yang menyenangkan dan tanpa ketegangan.[6]
[6]. (Hermansyah, 2009 : 3)

Learning is fun, belajar itu menyenangkan. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Selain itu, proses pembelajaran harus dibuat dengan mudah sekaligus menyenangkan agar siswa tidak tertekan secara psikologis dan merasa bosan terhadap suasana di kelas serta apa yang diajarkan oleh gurunya.[7]
[7]. Anonim : 2008)

Adapun menurut pendapat kami, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan ini, guru dituntut untuk mampu mendesain materi pembelajaran yang mengedepankan keterlibatan aktif peserta didik di kelas, seperti simulasi, game, team quiz, role playing dan sebagainya. Dengan adanya hal demikian, peserta didik akan mampu untuk berfikir, akan timbul kreativitas yang tinggi, dan akan timbul kemandirian dalam diri peserta didik.

C. Strategi Pembelajaran Yang Menyenangkan

Istilah pembelajaran mengacu pada dua aktivitas yaitu mengajar dan belajar. Aktivitas mengajar berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh guru dan aktivitas belajar berkaitan dengan siswa. Hal ini seperti yang diungkap oleh Munib Chatib bahwa pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Sementara Achjar Chalil mendefiniskan pembelajaran sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Arief.S Sadiman [8] pembelajaran adalah proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau media tertentu.
[8]. (1990:11)

Dari ketiga definisi tersebut dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran memuat tiga unsur penting yaitu: (1) Proses yang direncanakan guru, (2) Sumber belajar, dan (3) Siswa yang belajar.

Dalam konteks pembelajaran menyenangkan, siswa lebih diarahkan untuk memiliki motivasi tinggi dalam belajar dengan menciptakan situasi yang menyenangkan dan mengembirakan. Menurut Rusman [9], pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan. Pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran.
[9]. (2011 : 326)

Menurut Indrawati dan Wawan Setiawan [10] Pembelajaran dikatakan menyenangkan apabila di dalamnya terdapat suasana yang rileks, bebas dari tekanan, aman, menarik, bangkitnya minat belajar, adanya keterlibatan penuh, perhatian peserta didik tercurah, lingkungan belajar yang menarik, bersemangat, perasaan gembira, konsentrasi tinggi. Sementara sebaliknya pembelajaran menjadi tidak menyenangkan apabila suasana tertekan, perasaan terancam, perasaan menakutkan, merasa tidak berdaya, tidak bersemangat, malas/tidak berminat, jenuh/bosan, suasana pembelajaran monoton, pembelajaran tidak menarik siswa.
[10]. (2009:24)

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pembelajaran efektif adalah apabila terciptanya suasana yang menimbulkan konsentrasi belajar siswa.

Menurut hasil penelitian, konsentrasi yang tinggi meningkatkan hasil belajar. Dalam penelitian mengenai otak dan pembelajaran menungkapkan fakta yang mengejutkan, yaitu apabila sesuatu dipelajari sungguh-sungguh (dimana perhatian yang tinggi dari seorang tercurah) maka struktur system syaraf kimiawi seseorang berubah. Di dalam diri seseorang tercipta hal-hal baru seperti jaringan syaraf baru, jalur elektris baru, asosiasi baru, dan koneksi baru.

Tentu saja konsentrasi yang tinggi tidak akan terwujud jika kondisi kelas tidak nyaman. Oleh karena itu pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan belajar yang demokratis memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan pilihan-pilihan tindakan belajar dan akan mendorong anak untuk terlibat secara fisik, emosional dan mental dalam proses belajar, sehingga akan dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif-produktif.[11]
[11]. Asri Budiningsih (2005:7)

Demikian pula sebaliknya, prakarsa anak untuk belajar akan mati bila kepadanya dihadapkan pada berbagai macam aturan yang tak ada kaitannya dengan belajar. Banyaknya aturan yang sering kali dibuat oleh pengajar dan harus ditaati oleh anak akan menyebabkan anak selalu diliputi rasa takut. Lebih jauh lagi, anak akan kehilangan kebebasan berbuat dan melakukan control diri. Apa yang terjadi bila anak selalu dikuasai oleh rasa takut. Anak akan mengembangkan pertahanan diri (defence mechanism), sehingga yang dipelajari bukanlah pesan-pesan pembelajaran, melainkan cara-cara untuk mempertahankan diri mengatasi rasa takut. Anak-anak demikian tidak akan mengalami growth in learning, dan akan selalu menyembunyikan ketidakmampuannya.[12]
[12]. Asri Budiningsih (2005:7).

Intinya strategi pembelajaran adalah suatu pendekatan pengajaran dalam mengelola kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi secara sistematis sehingga menghasilkan hasil belajar tertentu. Di samping itu pula dapat diartikan sebagai cara atau metode-metode yang disampaikan kepada peserta didik dalam penyampaian materi yang akan diajarkan.

Sebagaimana dikemukakan Atwi, secara garis besar strategi pembelajaran mengandung komponen-komponen berikut:
1. Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan pengajaran dalam menyampaikan materi.
2. Metode pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi pembelajaran.
3. Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
4. Waktu pembelajaran, yaitu waktu yang digunakan pengajar dan peserta belajar dalam menyelesaikan pembelajaran.[13]
[13]. (Suparman, 2001 : 167).

Pembelajaran yang menyenangkan adalah keinginan dari semua para pendidik dan peserta didik. Cara agar pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan adalah guru sebagai pendidik harus mampu memiliki keikhlasan yang tinggi dalam mengajar. Setelah ikhlas tumbuh di hati, maka akan terlihatlah kebahagiaan seorang guru. Ketika guru senang, maka akan terlihat wajah yang penuh dengan senyuman, dari wajah yang penuh senyuman manis inilah pembelajaran yang menyenangkan dimulai. Seringkali guru kurang memperhatikan hal yang terlihat kecil dan sepele ini. Terlalu menganggap media pembelajaranlah yang membuat pembelajaran itu menjadi menyenangkan, bukan karena senyuman atau kebahagiaan seorang guru. Selain guru harus profesional. Itulah yang membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Selain itu juga seorang guru harus mampu profesional di bidang keilmuan yang diampunya, dia harus menguasai materi yang akan disampaikan kepada para peserta didiknya. Tanpa penguasaan materi, jangan berharap pembelajaran menjadi menyenangkan. [14]
[14]. (Mulyasa, 2005 : 79).

Seorang guru juga harus mampu memotivasi, dan mengembangkan potensi peserta didik dalam mengajar sehingga menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang mampu menghasilkan peserta didik yang cerdas, dan memberikan kontribusi di bidangnya masing-masing. Guru pun dituntut untuk menyampaikan materinya dengan menarik, baik menggunakan alat peraga atau media pembelajaran. Lebih bagus lagi bila mampu mengembangkan multimedia pembelajaran. Strategi pembelajaran yang baik dan menarik akan dapat menumbuhkan minat dan kecintaan peserta didik karena materi yang diberikan dengan suasana menyenangkan. Guru senang, peserta didikpun senang.

Hermansyah (2009 : 54) menyampaikan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam memilih strategi pembelajaran yang menyenangkan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran. Tipe prilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti.
3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indera peserta didik.

Kriteria pemilihan strategi pembelajaran yang menyenangkan hendaknya dilandasi prinsip efisiensi dan efektifitas dalam mencapai tujuan pembelajaran dan tingkat keterlibatan peserta didik. Untuk itu, seorang pengajar haruslah berpikir strategi pembelajaran yang menyenangkan manakah yang paling efektif dan efisien dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan yang dirumuskan, dapat memilih strategi pembelajaran menyenangkan yang tepat diarahkan agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran secara optimal. [15]
[15]. (Uno, 2007 : 9).

Upaya menciptakan pembelajaran yang menyenangkan salah satunya dapat implementasikan dengan pembelajaran “PAKEM”. PAKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Pembelajaran aktif artinya pembelajaran perlu mengaktifkan siswa dan guru baik secara fisik maupun mental bahkan moral dan spiritual. Pembelajaran kreatif artinya, tidak sekedar melaksanakan dan acuan kurikulum dan perlu dikembangkan secara kreatif. Pembelajaran efektif artinya mencapai sasaran dan tujuan serta banyak hal yang “didapat” oleh siswa maupun guru pada setiap kegiatan pembelajaran mendapatkan “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah guru dan siswanya. Pembelajaran yang menyenangkan harus dimaknai secara luas harus dapat “dinikmati” oleh pembelajarnya, mengasyikan tidak sekedar menyenangkan tapi ada unsur ketekunan, inner motivation, setelah mengetahui sesuatu hal, selalu ingin tahu lebih lanjut, dan mempunyai ketahanan belajar lebih lanjut. [16]
[16]. (Hermansyah, 2009 : 5).

Dalam kegiatan pembelajaran PAKEM hendaknya, guru lebih independen dan tidak terpaku pada kurikulum saja, guru membuat persiapan mengajar dengan lebih baik, akan lebih bagus jika banyak alat bantu mengajar yang dikembangkan oleh guru dengan menggunakan bahan-bahan lokal dengan biaya yang murah, guru lebih banyak menggunakan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar, guru lebih bervariasi dalam menggunakan metode belajar, hasil pekerjaan peserta didik dipajangkan di ruang kelas dan suasana pembelajaran yang lebih aktif dan menyenangkan akan terjadi di dalam kelas. [17]
[17]. (Hermansyah, 2009 : 7).

Pembelajaran PAKEM hanyalah salah satu alternatif yang sangat bagus jika diterapkan oleh seorang guru dikala ia mengajar. Memang tidak mudah untuk menjalankan PAKEM secara sempurna, apalagi guru dituntut agar selalu kreatif. Namun bukan berarti susah lalu guru mengabaikan pembelajaran PAKEM, setidaknya ia berusaha mencobanya terus menerus dan yang lebih penting dari segalanya adalah kualitas guru tersebut, karena apa pun strategi maupun metode yang digunakan akan kembali kepada kualitas guru yang akan mengendalikan pembelajaran tersebut.

D. Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menjalankan Strategi Pembelajaran Yang Menyenangkan

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Memahami sifat anak

Sifat dari masing-masing anak berbeda-beda, oleh karena itu untuk menjadi seorang guru harus mampu memahami sifat dari masing-masing anak tersebut. Seorang guru yang mampu memahami dari sifat anak maka sudah dapat dikatakan telah menjalankan satu faktor yang menciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran. Contoh kecil dalam suatu kelas, ada anak yang memiliki sifat pemalu, pemberani, dan bahkan pemalas (cepat bosan). Maka, seorang guru harus mampu memahami mereka, dan dalam mengatasi pun dengan cara yang berbeda. Suasana pembelajaran yang menyenangkan tidak akan tercapai apabila seorang guru belum mampu memahami sifat dari masing– masing anak. [18]
[18]

2. Mengenal anak secara perorangan

Mengenal anak secara perorangan sangat perlu dilakukan oleh seorang pendidik. Hal ini dikarenakan tidak semua peserta didik memiliki karakter yang sama. dengan memahami secara pribadi maka seorang pendidik akan semakin dekat dengan peserta didik. Metode ini mampu menjadikan hubungan yang erat antara peserta didik dengan pendidik, seolah-olah mereka menjadikan orang tua saat di sekolah. Mereka akan merasa lebih mengenal lebih dekat dan senang terhadap pendidik tersebut. Berawal dari suka atau senang terhadap guru maka apapun yang akan diajarkan di sekolah mereka pun akan menyukainya. Pembelajaranpun akan lebih mudah di terima dan tentunya akan menyenangkan. [19]

3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

Perilaku anak dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Pengerjaan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. [20]

4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan masalah

Selama ini proses pembelajaran di setiap tingkat pendidikan hanya terbatas pada peningkatan kemampuan kognitif saja. Padahal ciri khusus dari proses pembelajaran adalah penekankan pada proses deduktif yang memerlukan penalaran logis dan aksiomatik. Selain itu pembelajaran juga merupakan proses yang aktif, dinamik dan generatif melalui kegiatan yang menyenangkan, memberikan sumbangan yang penting kepada peserta didik dalam pengembangan nalar, berpikir logis, sistematik, kritis, kreatif, dan bersikap obyektif serta terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan. [21]

Harapan terbesar dunia pendidikan adalah menjadikan peserta didik sebagai pemikir dan pemecah masalah yang baik. Untuk itu, perlu peningkatan kemampuan berpikir mulai level terendah yaitu recall (kemampuan bersifat ingatan dan spontanitas), basic (kemampuan bersifat pemahaman), sampai pada kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satu aspek pengetahuan tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah proses berpikir untuk menyusun, mengorganisasikan, mengingat dan menganalisis argumen dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi yang sahih, logical reasoning.

5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam proses pembelajaran yang menyenangkan. Dalam mengembangkan ruang kelas untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bisa dilakukan dengan cara, memajang hasil pekerjaan atau kreativitas peserta didik. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain, yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah. [22]

6. Memanfaatkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar

Ruang kelas merupakan tempat yang pokok dalam proses pembelajaran. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan membutuhkan ruang kelas yang mendukung. Hal ini dilakukan supaya para peserta didik merasa betah dan dapat menimbulkan perasaan senang dalam belajar. Siswa SD sampai SMA biasanya masih menggunakan ruang kelas sebagai tempat yang pokok dalam pelaksanaan pembelajaran walaupun tidak jarang juga pelaksanaan di luar kelas. Ruang kelas yang bersih, nyaman, dan menarik dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

Pada saat siswa sudah mampu melaksanakan tugas gerak dan memiliki pemahaman tentang apa yang sudah dilakukannya, maka pada saat itu guru tidak harus memberikan tantangan sebab siswa telah belajar sesuatu yang sesuai dengan tujuan dan harapan guru. Sebagai penggantinya, pada saat itu guru dapat memberikan umpan balik (feedback) yaitu sebagai salah satu upaya mengobservasi siswa berkaitan dengan bagaimana ia melakukan aktivitas serta apa yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa itu.

Guru yang baik harus berterus terang memberikan hasil observasinya terhadap kemampuan siswa dengan menceritakan hal yang sesungguhnya dengan cara yang tidak membuat siswa semakin terpuruk, semakin minder akibat kehilangan kepercayaan pada dirinya. Misalnya guru harus menghindarkan kata-kata “kamu tidak bisa”, “kamu tidak mengerti apa-apa”, tetapi diutarakan dengan kata “belum bisa” ketika siswa belum mampu melaksanakan tugas gerak sesuai dengan tujuan pembelajaran dan harapan guru. Hal terpenting lagi adalah guru tetap memiliki pendirian yang konsisten terhadap ucapan dan perilakunya. Guru penjas yang baik adalah guru yang selalu berupaya mendengarkan dan memperhatikan segala hal yang diutarakan siswa untuk memperbaiki kinerja pembelajaran penjas. Guru penjas yang baik pun adalah orang yang mampu mengerti dan menerima perasaan orang lain (berempati), termasuk perasaan siswa. [24]

8. Menjadikan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar

Lingkungan sekitar sangat mendukung sekali sebagai sumber belajar dan menyenangkan. Sebagai makhluk hidup, peserta didik selain berinteraksi dengan orang atau manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan benda-benda mati atau makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup tersebut antara lain adalah berbagai tumbuhan dan hewan, sedangkan benda- benda mati antara lain udara, air, dan tanah. Manusia merupakan salah satu anggota di dalam lingkungan hidup yang berperan penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat dalam sistem tersebut. [25]

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling. Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia.

Proses pembelajaran yang monoton sering membuat proses pembelajaran yang menjenuhkan. Oleh karena itu, perlu adanya metode untuk menghilangkan kejenuhan tersebut yaitu dengan cara menjadikan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Dengan demikian, peserta didik akan merasa menemukan suasana atau tempat yang baru untuk mereka belajar.

Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar salah satunya yaitu dengan melakukan observasi atau pengamatan-pengamatan mengenai materi pembelajaran yang sedang diajarkan. Alasan mengapa memilih lingkungan sebagai sumbelar belajar yaitu karena jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas. Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut. Dengan demikian, proses pembelajaran akan menyenangkan.

9. Membedakan antara yang aktif fisik dengan yang aktif mental

Kata aktif dapat diartikan sebagai terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala daya. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual. Seorang guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan harus mampu membedakan antara yang aktif fisik dengan mental. Banyak guru yang sudah merasa puas jika menyaksikan anak didiknya sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi dengan bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah metode yang benar dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan karena yang ada hanya aktif dalam segi fisik.

Pembelajaran yang menyenangkan selain dalam aktif fisik harus ada pula aktif mental, karena aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan atau hal yang kurang dimengerti. Mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental yaitu tumbuhnya perasaan tidak takut. Takut digunjing, takut ditertawakan, disepelekan atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, pendidik hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut. Baik yang datang dari pendidik itu sendiri maupun dari temannya. 26

Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan pembelajaran yang menyenangkan. Karena dengan adanya rasa aktif dari peserta didik baik dari segi mental maupun fisik maka akan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan hal tersebut menunjukan adanya perasaan senang dalam diri peserta didik.

E. Menciptakan Pembelajaran Siswa Yang Menyenangkan

Menurut Budiningsih [27], dalam rangka menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain :
[27]. (2005 : 7-10)

1. Menyapa siswa dengan ramah dan bersemangat

Menciptakan awal yang berkesan adalah penting karena akan mempengaruhi proses selanjutnya. Jika awalnya baik, menarik, dan memikat, maka proses pembelajaran akan lebih hidup dan menggairahkan. Oleh karena itu selalu awali kegiatan pembelajaran dengan memberikan sapaan hangat kepada siswa, misalnya “anak-anak senang bertemu kalian hari ini, kalian adalah anakanak bapak atau/ibu yang hebat”. Karena sapaan hangat dan raut wajah cerah memantulkan energi positif yang dapat mempegaruhi semangat para siswa. Kita dapat bayangkan jika seorang guru ketika memulai pembelajaran dengan raut muka ruwet, tidak senyum, penampilan kusut, tentu saja suasana kelas menjadi menegangkan.

2. Menciptakan suasana rileks

Ciptakanlah lingkungan yang rileks, yaitu dengan menciptakan lingkungan yang nyaman. Oleh karena itu aturlah posisi tempat duduk secara berkala sesuai keinginan siswa. Bisa memakai format U, lingkaran, Cevron, dan lain-lain. Selain itu, ciptakanlah suasana kelas dimana siswa tidak takut melakukan kesalahan. Untuk menanamkan keberanian kepada siswa dalam mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan, katakan kepada siswa jika jawabannya salah katakan “KAN LAGI BELAJAR”. Karena sedang belajar, maka kesalahan adalah suatu yang lumrah dan tidak berdosa.

3. Memotivasi siswa

Motivasi adalah sebuah konsep utama dalam banyak teori pembelajaran. Motivasi ini sangatlah dikaitkan dengan dorongan, perhatian, kecemasan, dan umpan balik/penguatan. Adanya dorongan dalam diri individu untuk belajar bukan hanya tumbuh dari dirinya secara langsung, tetapi bisa saja karena rangsangan dari luar, misalnya berupa stimulus model pembelajaran yang menarik memungkinkan respon yang baik dari diri peserta didik yang akan belajar. Respon yang baik tersebut, akan berubah menjadi sebuah motivasi yang tumbuh dalam dirinya, sehingga ia merasa terdorong untuk mengikuti proses pembelajaran dengan penuh perhatian dan antusias. Apabila dalam diri peserta didik telah tumbuh respon, hingga termotivasi untuk belajar, maka tujuan belajar akan lebih mudah dicapai. Peserta didik yang antusias dalam proses pembelajaran memiliki kecenderungan berhasil lebih besar dibanding mereka yang mengikuti proses dengan terpaksa atau asal-asalan.

Kebanyakan pendidik mengajar hanya untuk mengejar target tanpa memperdulikan pemahaman peserta didik. Padahal belajar adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang memerlukan adanya motivasi untuk mencapai tujuan. Semakin tinggi motivasi yang didapat siswa maka semakin tinggi pula keberhasilan yang akan dicapai. Banyak cara dalam memberikan motivasi kepada siswa antara lain dengan membuat yel-yel berupa kata-kata afirmasi seperti dialog dibawah ini :

Guru : Hallo ? Siswa : Hai !
Guru : Hallo hallo hai ? Siswa : Hai hai hallo! Guru : Apa kabar?
Siswa : Baik.
Guru : Apa kalian suka Biologi? Siswa : Ya!
Guru : Seberapa suka ? Siswa : Sangat suka !
Guru : Untuk apa kalian belajar Biologi? Siswa : Agar pintar Biologi!
Guru : Seberapa pintar ?
Siswa : Sangat pintar !

Guru dapat membuat kata-kata afirmasi sendiri yang disesuaikan dengan harapan yang dinginkan dari kata-kata tersebut. Misalnya guru ingin agar siswa memperlakukan guru dengan hormat dapat membiasakan kalimat ini bagi siswa :

Guru : apakah kalian murid yang baik ? Siswa : ya kami murid yang baik !
Guru : bagaimana kalian memperlakukan guru ? Siswa : dengan hormat
Guru : seberapa hormat ? Siswa : sangat hormat !

Kata-kata afirmasi tersebut dapat digunakan pada awal pembelajaran, pertengahan, dan penutupan. Dan digunakan secara berulang-ulang sehingga kata- kata tersebut menghujam ke hatinya sehingga melahirkan sikap yang positif sesuai dengan kata-kata afirmasi itu sendiri.

4. Menggunakan ice breaking

Dalam pelajaran terkadang kita melihat timbulnya suasana yang kurang mendukung hingga menyebabkan tidak tercapainya tujuan dari pembelajaran. Suasana yang dimaksud adalah kaku, dingin, atau beku sehingga pembelajaran saat itu menjadi kurang nyaman. Ice breaking berguna untuk menaikkan kembali derajat perhatian peserta pelatihan (training). Hal ini perlu dilakukan oleh guru karena berdasarkan hasil penelitian, rata-rata setiap orang untuk dapat berkonsentrasi pada satu fokus tertentu hanyalah sekitar 15 menit. Setelah itu konsentrasi seseorang sudah tidak lagi dapat memusatkan perhatian (fokus).

Seorang guru harus peka ketika melihat gejala yang menunjukkan bahwa siswa sudah tidak dapat konsentrasi lagi dengan melakukan ice breaking agar siswa menjadi segar dan konsentrasi kembali. Ice breaking bisa berupa yel-yel, tepuk tangan, menyanyi, gerak dan lagu, gerak anggota badan, dan games.

5. Menggunakan metode yang variatif

Individu adalah makhluk yang unik memiliki kecenderungan, kecerdasan, dan gaya belajar yang berbeda-beda. Paling tidak ada 4 gaya belajar siswa seperti yang diungkapkan Howard Gardner yaitu Auditory, Visual, Reading dan Kinesthetic. Guru perlu menyadari bahwa siswa dalam satu kelas memiliki gaya belajar yang berbeda- beda. Oleh karena itu, untuk mengakomodir semua siswa belajar dengan latar belakang yang berbeda tersebut guru dapat menggunakan metode yang bervariasi.

Untuk mendukung hal tersebut beberapa metode praktis (Ismail, 2008: 74- 88) yang dapat diterapkan antara lain :

a. Every one is a teacher here

Dalam metode ini setiap siswa sebagai guru. Setiap siswa menuliskan sebuah pertanyaan pada selembar kertas tentang materi pokok yang telah atau sedang dipelajari. Pertanyaan tersebut dikumpulkan dan diacak kemudian dibagikan kembali kepada siswa. Diupayakan kertas yang dikembalikan tersebut tidak kembali kepada yang membuat pertanyaan semula. Kemudian siswa diminta untuk membacakan pertanyaan yang ada padanya dan menjawabnya sesuai dengan kemampuannya, selanjutnya diberikan kesempatan kepada siswa yang lain untuk menambahkan jawabannya.

b. The Power of two and four

Guru menetapkan satu masalah atau pertanyaan terkait dengan materi yang telah atau sedang dipelajari. Setiap siswa diminta memikirkan jawabannya masing-masing kemudian mencari pasangan untuk mendiskusikannya. Setelah berdiskusi dengan pasangannya masing-masing, siswa diminta untuk membuat kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang. Setiap kelompok kembali mendiskusikan persoalan yang sama.

c. Card sort

Dalam metode ini, guru menyiapkan kartu berisi tentang materi pokok yang telah atau sedang dipelajari. Isi kartu terdiri dari kartu induk (topic utama) dan kartu rincian. Seluruh kartu diacak kemudian dibagikan kepada setiap siswa.

Perintahkan kepada siswa untuk bergerak mencari kartu induknya. Setelah ketemu kartu induknya, siswa secara otomatis akan membuat kelompok sesuai dengan topik atau kartu induknya dan menyusun rincian sesuai dengan urutannya masing-masing. Guru kemudian mengecek apakah ada siswa yang salah masuk kelompok atau salah dalam mengurutkan rinciannya.

d. Reading aloud

Guru memilih sebuah teks yang menarik sesuai dengan topik pembelajaran yang dibagi dalam potongan-potongan kertas untuk dibaca dengan keras oleh siswa secara bergantian. Ketika bacaan-bacaan tersebut berjalan, guru menghentikan di beberapa tempat untuk menekankan poinpoin tertentu, kemudian guru memunculkan beberapa pertanyaan, atau memberikan contoh- contoh. Guru dapat membuat diskusi-diskusi singkat jika para siswa menunjukan minat dalam bagian tertentu.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

1. Strategi pembelajaran adalah suatu pendekatan pengajaran dalam mengelola kegiatan pembelajaran.

2. Pembelajaran yang menyenangkan dapat diartikan sebagai proses penyampaian suatu bahan ajar yang akan diberikan kepada peserta didik.

3. Kriteria strategi pembelajaran yang menyenangkan yaitu: Berorientasi pada tujuan pembelajaran, pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan, dan menggunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin.

4. Faktor-faktor yang harus diperhatikan yaitu: Memahami sifat anak, mengenal anak secara perorangan, dan membedakan antara yang aktif fisik dengan yang aktif mental.

5. Langkah-langkah dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, yaitu: menyapa siswa dengan ramah dan bersemangat, menciptakan suasana rileks, memotivasi siswa, menggunakan ice breaking, menggunakan metode yang variatif.

DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asri.2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Hermansyah.2009.Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan(PAKEM). Jakarta:Widya Swara Madya

Indrawati dan Wawan Setiawan.2009.Modul Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.Jakarta:PTKIPA Press.

Ismail, SM.2008.Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, Semarang:Rasail Media Group.

Mulyasa.2005.Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Suparman, Atwi.2008.Desain Intruksional program ketrampilan dasar teknik intruksional (pekerti) untuk dosen muda. Depdikbud RI, Dirjen Dikti: PAU

Tim penyusun kamus pusat bahasa 2011. Kamus Populer Bahasa. Jakarta: Erlangga

Uno, Hamzah B.2007. Model pemblajaran menciptakan proses mengajar yang kreatif dan efektif. Jakarta: bumi aksara

Anonim, 2008.http:cathacinatur.wordpress.com/2008/10/15/joyfull-learning/ Diakses tanggal 21 Februari 2013.

http://www.pdk.or.id/wp-content/uploads/2011/10/guru1.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar