Jumat, 02 Desember 2022

Perkembangan Kognitif Anak

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan 
Dosen Pengampu : Dwi Puji Astuti, MSc.
Disusun Oleh Kelompok 8 Angkatan 5 :
1. Aisyah (PAI)
2. Binty Sholikhah (SBA)
3. Nanda Nur Azizah (PAI)
4. Nurfahira Sahman (PAI)
5. Nurul Izzah Razali (PAI)

KATA PENGANTAR

انَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ

Segala puji hanya milik Allah semata Rabb alam semesta yang sudah melimpahkan rahmat serta taufik-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah akhlak dengan baik serta tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alihi wasallam, kepada para kerabatnya, serta para sahabatnya.

Adapun makalah ini tentang “Perkembangan Kognitif Anak” telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan rekan-rekan kelompok 8, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada rekan-rekan sekalian yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari guru mata pelajaran guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Salakan, 23 November 2022 M
Penyusun Makalah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
B. Rumusan Masalah.
C. Manfaat Penelitian.
BAB II PEMBAHASAN.
A. Pengertian Perkembangan Kognitif.
B. Teori Perkembangan Kognitif Pada.
C. Tahapan Perkembangan Kognitif.
D. Tiga Level Perkembangan Kognitif.
E. Contoh Perkembangan Kognitif.
F. Gangguan Yang Berkaitan Dengan Perkembangan Kognitif dan Solusinya.
BAB III PENUTUP.
A. Kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aspek perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang perlu dikembangkan, dan hal ini juga merupakan tujuan pembelajaran di TK. Kemampuan kognitif ini berisikan akal, pikiran, dan lain-lainnya seperti bahasa, sosial, emosionoal, moral dan agama. Dengan kemampuan kognitif atau daya pikir tersebut manusia akan dapat membedakan mana yang benar atau yang salah, mana yang harus dilakukan atau dihindari, bagaimana harus bertindak dan sebagainnya yang intinya seseorang tersebut dapat memecahkan masalah dalam kehidupannya. Oleh karenanya kemampuan kognitif sangat penting bagi kehidupan seseorang dan perlu dibekali dan dikembangkan sedini mungkin.

Perkembangan kognitif adalah sesuatu yang merujuk pada perubahan-perubahan pada proses berpikir sepanjang siklus kehidupan anak sejak konsepsi hingga usia delapan tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Gardner yang menyatakan bahwa intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan karya yang dihargai dalam
suatu kebudayaan atau lebih (Gardner, 2011: 74).

A. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini, penyusun membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian Perkembangan Kognitif ?
2. Apa sajakah Teori-Teori Perkembangan Kognitif ?
3. Bagaimana Tahapan Perkembangan Kognitif Anak ?
4. Apa sajakah tiga level Perkembangan Kognitif ?
5. Apa sajakah contoh Perkembangan Kognitif ?
6. Apa sajakah gangguan Perkembangan Kognitf dan bagaimana solusinya ?

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mendekskripsikan pengertian Perkembangan Kognitif.
2. Mendekskripsikan teori-teori Perkembangan Kognitif.
3. Mendekskripsikan tahapan Perkembangan Kognitif Anak.
4. Mendekskripsikan tiga level Perkembangan Kognitif.
5. Mendekskripsikan contoh Perkembangan Kognitif.
6. Mendekskripsikan gangguan Perkembangan Kognitif dan bagaimana solusinnya.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Kognitif Anak

Perkembangan kognitif adalah tahapan-tahapan perubahan yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia untuk memahami, mengolah informasi, memecahkan masalah dan mengetahui sesuatu. Jean Piaget adalah salah satu tokoh yang meneliti tentang perkembangan kognitif dan mengemukakan tahapan-tahapan perkembangan koginitif. Tahapan-tahapan tersebut adalah tahap sensory motorik (0–2 tahun), pra-operasional (2–7 tahun), operasional konkret (7–11 tahun) dan operasional formal (11–15 tahun). Dalam memahami dunia secara aktif, anak menggunakan skema, asimilasi, akomodasi, organisasi dan equilibrasi. Pengetahuan anak terbentuk secara berangsur sejalan dengan pengalaman tentang informasi-informasi yang ditemui. Menurut Piaget, anak menjalani urutan yang sudah pasti dari tahap-tahap perkembangan kognitif. Pada setiap tahap, baik kuantitas maupun kualitas kemampuan anak menunjukkan peningkatan.[1]
[1]. Sitti Aisyah Mu’min, ‘’Teori Perkembangan Kognitif Jean piaget‘’ , dalam Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, (Kendari, ejournal.iainkendari.ac.id, 2013) Hal. 89

Kemampuan kognitif ialah kemampuan anak untuk berfikir lebih kompleks serta melakukan penalaran dan pemecahan masalah, berkembangnya kemampuan kognitif ini akan mempermudah anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga ia dapat berfungsi secara wajar dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Namun dalam perkembangannya tidak semua anak dapat berkembang sesuai tahapannya. Sehingga perlu dilakukan analisa. Adapun Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menganalisa permasalahan perkembangan kognitif anak usia 4-6 tahun di TK Raisa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar yakni 39% anak usia 4-6 tahun banyak bermasalah pada perkembangan kognitif, selanjutnya 37% anak berada pada kriteria banyak sekali, dan hanya ada 17% anak yang memiliki sedikit sekali permasalahan pada perkembangan kognitif, sedangkan 7% anak lainnya tidak memiliki permasalahan dalam perkembangan kognitif. Sehingga pada usia 0-6 tahun anak dalam masa Golden Age (masa keemasan) harus mendapatkan perhatian yang lebih besar untuk pertumbuhan dan perkembangan kognitifnya.[2]
[2] Yesi Novitasari, ‘’Analisis Permasalahan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini’’, dalam Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini’’, (journal.unilak.ac.id 2018) Hal.82

Dari pengertian mengenai kognitif, dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif dapat dimaknai sebagai tingkat kemampuan seorang individu dalam berpikir yang meliputi proses pemecahan masalah, mengingat, serta mengambil keputusan.

B. Teori Perkembangan Belajar Kognitif

Pemahaman tentang teori belajar kognitif berarti memahami bahwa teori belajar yang hanya memprioritaskan kepada proses belajar ketimbang pada hasil yang dicapai. Dalam teori belajar kognitif ini tidak hanya berbicara tentang stimulus dan respon saja, melainkan juga bagaimana perilaku seseorang dalam mencapai tujuan belajarnya. Prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Proses Belajar Lebih Penting dari pada Hasil

Sudah merupakan kewajiban mindset berpikir yang harus dibangun adalah proses lebih penting daripada hasil. Mindset berpikir seperti itu akan lebih menghargai proses yang dilalui seseorang. Ini penting dalam pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran yaitu tekun dan rajin. Pertama kali bangunlah mindset berpikir yang benar terlebih dahulu agar tidak salah kedepannya.

2. Persepsi dan Pemahaman

Kemampuan menjaga persepsi dan pemahaman tentang proses adalah hal utama. Pencapaian tujuan belajar menunjukkan tingkah laku seorang individu. Hal itu dilihat dari proses seseorang belajar apakah menggunakan cara yang baik atau tidak. Jadi, persepsi dan pemahaman disitulah yang penting dalam pembelajaran.

3. Belajar Bertahap

Namanya pembelajaran itu belajar secara bertahap. Materi belajar dipisahkan menjadi komponen kecil, lalu dipelajari secara terpisah. Belajar dari yang mudah terlebih dahulu hingga yang paling susah. Tahap-tahap pembelajaran harus dilalui secara serius oleh sang pembelajar atau murid

4. Pembelajar Harus Aktif

Keaktifan peserta didik saat pembelajaran merupakan suatu keharusan. Syarat wajib ini menentukan keberhasilan seseorang dalam mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. Keaktifan murid turut mempercepat pemahaman pembelajaran suatu bidang ilmu.

5. Berfikir Kompleks

Pada kegiatan belajar, dibutuhkan proses berpikir yang kompleks. Berpikir kompleks berguna untuk memahami informasi secara lengkap dan tepat. Sehingga pemahaman pun tidak setengah-setengah akan suatu informasi. Bahkan jika pemahaman kita tidak komprehensif terhadap suatu informasi bisa berdampak buruk buat diri kita sendiri.

Ø Teori-teori Perkembangan Kognitif Menurut Para Ahli

a) Teori Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget

Teori perkembangan kognitif Jean Piaget menjelaskan bahwa kemampuan dari kognitif anak dapat berkembang secara bertahap pada rentang waktu yang berbeda-beda, termasuk perkembangan dalam mengamati ilmu pengetahuan.

Apabila seorang anak dipaksa untuk memiliki kemampuan yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan waktu perkembangannya, maka akan menyebabkan gangguan pada periode emas anak.

Teori dari Jean Piaget ini disebut pula dengan teori genetic epistemology, karena teorinya menjelaskan mengenai perkembangan kemampuan intelektual anak dalam masa pertumbuhan. Ada empat tahapan dalam teori Piaget mengenai tahapan perkembangan kognitif, berikut penjelasannya.

1) Tahapan Sensorimotor (Terjadi pada anak usia 0 – 2 tahun)

Menurut Piaget, manusia lahir dengan beberapa refleks bawaan untuk mendorong eksplorasinya. Skema, mulanya dibentuk dengan melalui proses diferensiasi refleks bawaan. Tahapan sensorimotor merupakan tahap pertama yang menandai perkembangan kemampuan serta pemahaman spatial.

2) Tahap Pra Operasional (2-7 Tahun)

Dalam tahapan kedua perkembangan kognitif, terjadi pada seorang anak dengan rentang usia antara dua hingga tujuh tahun. Piaget berpendapat bahwa dalam tahapan perkembangan kognitif yang kedua ini, muncul fungsi psikologis.

Anak yang masuk pada tahapan pra operasional akan memiliki kemampuan untuk berpikir secara simbolis yang lebih berkembang, memiliki kemampuan berpikir non logis, sifat intuitif, egosentris, animismer, kemampuan berbahas yang lebih matang, kemampuan imajinasi yang kuat serta memiliki kemampuan memori yang lebih kuat pula.

Ada dua ciri yang kuat ketika seorang anak berada dalam tahapan pra operasional, yaitu ciri animisme dan egosentris. Animisme maksudnya, anak memiliki kepercayaan bahwa benda tidak bernyawa itu hidup serta bisa bergerak. Sedangkan ciri egosentris maksudnya, anak tidak mampu membedakan perspektif dirinya dengan perspektif yang dimiliki orang lain.

3) Tahap Operasional Konkrit (7-11 tahun)

Tahapan ketiga dalam perkembangan kognitif muncul pada rentang usia 7 hingga 11 tahun. Ada ciri pada tahapan ketiga ini, yaitu penggunaan logika yang memadai. Kemudian pada tahapan ketiga pula, ada beberapa sub tahapan penting lainnya. Berikut penjelasannya.

1. Pengurutan, sub tahapan ini ialah kemampuan untuk mampu mengurutkan objek sesuai dengan bentuk, ukuran serta ciri lainnya.

2. Klasifikasi, ialah kemampuan anak untuk memberikan nama serta mengidentifikasi serangkaian benda sesuai dengan ukuran, tampilan serta karakteristik lain. Termasuk dalam gagasan bahwa serangkaian benda dapat menyertakan benda lain dalam rangkaian identifikasi tersebut. Pada sub tahapan ini, anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika animisme.

3. Decentering, pada sub tahapan ini, anak mulai mempertimbangkan aspek-aspek dari permasalahan hingga mampu memecahkannya.

4. Reversibility, merupakan sub tahapan di mana anak akan mulai paham bahwa jumlah atau benda dapat diubah, lalu dikembalikan lagi pada keadaan awalnya.

5. Konservasi, ialah sub tahapan di mana anak mulai memahami bahwa panjang, kuantitas serta jumlah benda tidak berhubungan dengan tampilan maupun pengaturan dari suatu objek atau benda tertentu.

6. Penghilangan sifat egosentris, anak akan mampu melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain memiliki sifat egosentris.dan tidak lagi.

4) Tahap Operasional Formal (11 tahun hingga anak dewasa)

Tahapan terakhir perkembangan kognitif ialah tahapan operasional formal yang dialami oleh oleh anak usia 11 tahun hingga ia dewasa. Ciri khasa dari tahapan keempat ini ialah anak mampu berpikir secara abstrak serta mampu menalar lebih logis. Anak juga memiliki kemampuan untuk menrik kesimpulan dari informasi yang ia dapatkan.

Dalam tahapan yang terakhir ini, anak mampu memahami beragam hal seperti bukti logis, cinta serta nilai. Anak tidak akan melihat segala sesuatunya hanya dalam bentuk putih atau hitam, tetapi ada warna-warna lain dari informasi yang telah ia dapatkan.

Apabila dilihat dari faktor biologisnya, tahapan terakhir ini akan muncul ketika pubertas dan menandai masuknya seseorang ke dunia dewasa baik secara penalaran moral, kognitif, fisiologis, perkembangan psikoseksual serta perkembangan sosial.

b) Teori Perkembangan Kognitif Menurut Lev Vygotsky

Vygotsky ialah seorang ahli psikologi dalam perkembangan kognitif anak asal Rusia. Teori Lev Vygotsky mengenai perkembangan kognitif pun telah menjadi pegangan teori perkembangan kognitif hingga sekarang.

Dalam teorinya, Lev Vygotsky menekankan pentingnya peranan dari interaksi sosial dalam berbagai tahapan perkembangan kognitif pada anak. Meskipun begitu, anak juga memiliki kemampuan untuk menyusun beragam pengetahuan maupun informasi yang ia dapatkan secara mandiri serta aktif.

Ketika seseorang ingin lebih memahami jalan pikiran atau kondisi kognitif anak, Vygotsky lebih memilih untuk melakukan penelusuran mengenai cara interaksi sosial yang dialami oleh anak. Tindakan penelusuran tersebut menurut Vygotsky didasarkan pada keyakinan bahwa perkembangan fungsi mental anak diperoleh melalui interkasi sosial dan bukan berasal dari individu itu sendiri.

Ada tiga konsep yang dikemukakan oleh Vygotsky dalam teori perkembangan kognitif. Berikut penjelasannya.

1) Konsep Zona Perkembangan proksimal

ZPD adalah serangkaian tugas yang sulit untuk dikerjana sendiri oleh anak. Namun, rangkaian tugas tersebut dapat dikerjakan dengan bantuan dari orang dewasa atau anak lain yang mampu.

Pada umumnya ZPD berupa suatu aktivitas mengajar di mana ada pengajar baik orang dewasa maupun anak kecil yang lebih mampu serta ada peserta didik yaitu anak yang tidak mampu mengerjakan serangkaian tugas tersebut.

Melalui konsep ZPD ini, Vygotsky ingin menunjukan betapa pentingnya interaksi sosial. Terutama interaksi sosial berupa korelari antara pengajaran atau intruksi terhadapa psikologi dari perkembangan kognitif anak. ZPD juga merupakan konsep yang menampilkan sejauh mana kemampuan anak untuk belajar secara mandiri maupun peningkatan keilmuan melalui belajar bersama orang lain.

2) Konsep Scafolding

Konsep kedua dari teori perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Vyrgotsky ialah mengenai perubahan lecel dukungan terhadap anak selama proses belajar ZPD. Pengajar dalam konsep ZPD perlu menyesuaikan sejumlah hal berkaitan dengan bimbingan dari performa peserta didiknya ketika belajar.

Agar mampu mengetahui sejauh mana tahap dari perkembangan kognitif anak, maka pengajar perlu melakukan dialog. Hasil dari dialog antara pengajar dan peserta didiklah yang menjadi alat pertimbangan untuk menyesuaikan proses bimbingan.

3) Bahasa dan Pemikiran

Konsep ketiga dari teori perkembangan kognitif menurut Lev Vygotsky ialah bahasa dan pemikiran. Maksudnya, fungsi bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi sosial. Bahasa dalam perkembangan kognitif juga memiliki fungsi sebagai alat untuk memantau, merencanakan maupun mengontrol aktivitas dari anak.

Bagi ilmu psikologi, peran bahasa dalam perkembangan kognitif terbagi menjadi dua. Pertama adalah peram private speech yaitu, tindakan dari anak ketika berbicara keras dengan dirinya sendiri. Umumnya, private speech terjadi pada anak usia 3 tahun hingga 5 tahun. Setelah menyampai usia lima tahun, umumnya fase private speech pada anak akan menghilang.

Sementara peran kedua dari bahasa ialah inner speech, yaitu ketika anak memakai kemampuan nya da;am berbicara pada dirinya sendiri, yang digunakan sebagai alat kontrol dari perilakunya. Berbeda dengan fase private speech, fase inner speech akan terus terbawa oleh anak hingga dewasa.

C. Tahapan Perkembangan Kognitif

1) Tahapan Sensorimotor (Terjadi pada anak usia 18 – 24 Bulan)

Pada tahap ini, bayi mulai mampu mengembangkan akalnya untuk memahami dunia luar melalui indra sensorik dan kegiatan motoriknya. Adapun ciri-ciri yang bisa kita lihat tingkah lakunya:
1. Melihat dirinya sendiri sebagai mahkluk yang berbeda dengan obyek di sekitarnya.
2. Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
3. Suka memperhatikan sesuatu lebih lama.
4. Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya
5. Memperhatikan obyek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.

2) Tahap Pra Operasional (2-7 Tahun)

Pada tahap ini, anak belum bisa mengoptimalkan kemampuan kognitif tersebut. Artinya, anak belum bisa melogika sesuatu. Adapun ciri-ciri yang bisa dilihat dari tingkah lakunya:
1. Selfcounter-nya sangat menonjol.
2. Dapat mengklasifikasikan obyek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
3. Tidak mampu memusatkan perhatian pada obyek-obyek yang berbeda.
4. Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar.
5. Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan.

3) Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)

Pada tahap ini, anak mulai bisa berpikir secara rasional dan terorganisir. Artinya, anak sudah mulai berpikir secara logis saat mengalami atau melihat sesuatu di sekitarnya. Adapun ciri-ciri yang bisa dilihat dari tingkah lakunya:
1. Anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis.
2. Memiliki kecakapan berpikir logis,
3. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif
4. Anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model “kemungkinan”
5. Dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah

4) Tahap Operasional Formal (12 tahun ke atas)

Tahap keempat ini menandakan seorang anak sudah bisa berpikir secara lebih luas, menalar dan menganalisis sesuatu, memanipulasi ide di pikirannya, dan tidak tergantung dengan manipulasi konkret.

1. Bekerja secara efektif dan sistematis.

2. Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah di berikan dua kemungkinan penyebabnya, misalnya C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan.

3. Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1, C2, dan R misalnya.

4. Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi

5. Level kecerdasan Kognitif.

D. Tiga Level Perkembangan Kognitif

Pembahasan selanjutnya adalah bagaimana level kognitif yang dilalui oleh seseorang. Dari mulai bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa. Mengetahui level Kecerdasan Kognitif sangat penting untuk menyesuaikan ilmu dan pengetahuan sesuai dengan kemampuan kognitif seseorang.

Misalnya saja ketika level Sensorimotor tidak mungkin diperlakukan setara dengan level operasional konkret. Pengetahuan tentang beberapa level yang dialami individu membantu kegiatan proses pembelajaran menjadi efektif.

Kegiatan pembelajaran di sekolah dasar juga harus mempertimbangkan lagi level kognitif anak didiknya. Guru di sekolah ketika membuat soal pun harus sesuai dengan level perkembangan kognitif.

Secara garis besar perkembangan kecerdasan kognitif dibagi menjadi tiga level, yaitu sebagai berikut;

1. Level Mengingat dan Memahami

Level ini menunjukkan tingkat kemampuan yang paling rendah karena hanya menuntut pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Jika mengacu pada taksonomi Bloom, soal level 1 ini mencakup soal C1 (mengingat) dan C2 (memahami).

2. Level Mengaplikasikan

Pada level ini, tingkat kemampuannya tentu lebih tinggi daripada level 1 karena menuntut peserta didik untuk mampu menerapkan. Jika mengacu pada taksonomi Bloom, soal level 2 mencakup soal C3 (mengaplikasikan).

3. Level Menganalisis, Mengevaluasi dan Mencipta

Tingkat kemampuan soal pada level 3 ini paling tinggi di antara dua level sebelumnya karena menuntut peserta didik untuk bisa menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi. Jika mengacu pada taksonomi Bloom, soal level 3 ini mencakup soal C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta).

E. Contoh Perkembangan Kognitif

1) Aspek Auditory, aspek auditory dalam perkembangan kognitif berkaitan dengan bunyi atau suara. Contohnya adalah mendengar nyanyi, bunyi, alat musik.

2) Aspek Visual, aspek ini terkait visual, contohnya perhatian, penglihatan dan pengamatan seperti menyusun puzzle.

3) Aspek Taktil, berkaitan dengan indra peraba untuk mengenali tekstur. Contohnya aktivitas untuk membedakan tekstur tebal tipis, panas dingin.

4) Aspek Kinestetik, berkaitan dengan kemampuan anak dalam kelancaran gerak motorik halus. Contohnya melukis, berjalan, melompat, menggunting.

5) Aspek Artimatika, berkaitan dengan kemampuan berhitung serta kemampuan dasar matematika anak. Contohnya adalah aktivitas menghitung benda, mengumpulkan benda sesuai jumlah dari angka, menjalakan prosedur-prosedur dasar seperti tambah, kurang, bagi, kali.

6) Aspek Geometri, berkaitan dengan konsep bentuk objek maupun ukuran. Contohnya seperti aktivitas untuk mengukur benda atau aktivitas memilih-milih benda sesuai dengan warna, ukuran maupun bentuk seperti membandingkan dua benda berdasarkan ukuran dan bentuk.

7) Aspek Sains Permulaan, berkaitan dengan eksplorasi, demontrasi, percobaan maupun pendekatan sains maupun logika. Contohnya seperti aktivitas ketika menjalankan percobaan fisika yang sederhana, eksplorasi dari berbagai benda yang ada di lingkungan serta diskusi mengenai objek maupun fenomena tertentu.[3]
[3] Ananda, ‘’Perkembangan Kognitif, Pengertian, Teori, dan Tahapannya", https://www.gramedia.com/literasi/perkembangan-kognitif/, (Diakses pada 29 November 2022 pukul 15.28)

F. Gangguan Yang Berkaitan Dengan Perkembangan Kognitif dan Solusinnya

1. Pengertian Gangguan kognitif

Gangguan kognitif adalah suatu kondisi yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Biasanya, Si Kecil yang mengalami gangguan tersebut akan memiliki daya ingat yang rendah, sulit untuk memahami sesuatu, dan kemampuan belajar yang tidak baik.

2. Penyebab Gangguan Kognitif

Gangguan perkembangan kognitif tidak serta merta terjadi begitu saja, tetapi ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya. Berikut adalah penyebab gangguan kognitif, antara lain:

a. Cedera Otak

Cedera otak merupakan semua cedera terkait otak yang dapat mempengaruhi seseorang, baik secara fisik, emosional, dan sikap. Biasanya permasalahan ini dapat terjadi secara tiba-tiba. Penderita cedera otak umumnya akan sulit untuk mengingat informasi tertentu, dan bahkan kehilangan sebagian memorinya.

b. Efek Samping dari Pengobatan Tertentu

Dalam beberapa kasus, gangguan perkembangan kognitif dapat terjadi pada seseorang yang menjalani pengobatan tertentu, seperti treatment kemoterapi atau radiasi. Efek samping dari pengobatan tersebut adalah buruknya kemampuan mengingat, perhatian, dan menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi.

c. Penyebab yang Tidak Diketahui

Banyak masalah kognitif yang tidak memiliki suatu penyebab yang pasti. Bahkan, belum ada penelitian yang menemukan jawabannya. Pada kasus Alzheimer, banyak studi yang menunjukkan bahwa penumpukan deposit plak berkontribusi terhadap perkembangan kondisi ini. Akan tetapi, masih belum jelas bagaimana plak bisa berkembang.

3. Tanda Gangguan Perkembangan kognitif

1. Sulit Fokus.
2. Tidak bisa duduk dengan tenang.
3. Kemampuan mengingat buruk.
4. Lemahnya kemampuan mengingat intruksi ringan.
5. Bermasalah dengan konsep abstrak.
6. Sulit membuat rencana atau prioritas.
7. Keterlambatan berbicara.
8. Keterlambatan perkembangan.
9. Timbulnya kebiasaan buruk.
10. Pola tidur terganggu.
11. Sering merasa cemas.

4. Kategori Gangguan Kognitif

1. Demensia

Demensia merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan menurunnya dua fungsi otak, seperti menurunnya daya ingat dan cara berpikir. Selain itu, kondisi ini juga merusak sel-sel saraf otak sehingga membuat fungsi nalar dan psikologis anak menjadi berubah.

Gejala Si Kecil yang mengalami demensia adalah mudah lupa, kurangnya keterampilan dalam bersosialisasi, dan terganggunya kemampuan berpikir.

Kondisi ini dapat ditangani dengan memberikan alat permainan edukatif kepada Si Kecil, seperti puzzle, balok, kartu, dan lainnya. Permainan tersebut dapat merangsang otak anak agar daya ingatnya dapat meningkat.

2. Keterlambatan Tumbuh Kembang

Apabila Si Kecil mengalami gangguan perkembangan kognitif, maka pertumbuhan dan perkembangannya akan terhambat. Biasanya, kondisi ini ditandai dengan terganggu atau terjadinya perkembangan belajar anak. Contoh dari keterlambatan tumbuh kembang adalah autisme.

3. Delirium

Delirium adalah suatu kondisi yang dimana kesadaran penderita akan menurun dengan gejala yang tidak khas. Umumnya gangguan ini bersifat akut dan berfluktuatif. Biasanya anak yang mengalami delirium dapat terlihat sedang mengigau atau melamun.

Pada umumnya, seorang anak akan menderita delirium akibat kekurangan nutrisi, kekurangan cairan, kurang tidur, ataupun mengalami stress berat. Sementara itu, anak yang mengalami kondisi ini akan mengalami perubahan mental yang dapat berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari. Perubahan mental ini dapat hilang atau timbul sepanjang harinya.

4. Amnesia

Amnesia atau hilang ingatan adalah suatu gangguan yang dapat menyebabkan seseorang tidak bisa mengingat fakta, informasi, atau kejadian yang pernah dialaminya. Gangguan daya ingat ini dapat terjadi sementara atau permanen.

Biasanya, Si Kecil yang mengalami amnesia akan kehilangan ingatan tentang masa lalunya atau sulit untuk mengingat hal-hal baru, misalnya seperti sulit untuk mengingat huruf vokal (a, i, u, e, o) atau sulit untuk mengingat benda di sekitarnya.

5. Cara Menangani Gangguan Kognitif

Gejala atau tanda yang dialami oleh setiap anak yang menderita gangguan kognitif akan berbeda-beda. Oleh sebab itu, penanganan yang dilakukan juga berbeda. Beberapa cara mengobati gangguan perkembangan kognitif yang umum dilakukan yaitu:

1. Terapi

Terapi yang dapat dilakukan untuk mengobati gangguan perkembangan kognitif adalah terapi perilaku dan okupasi. Terapi perilaku merupakan pengobatan yang dilakukan untuk mengubah perilaku negatif yang dapat membahayakan diri sendiri.

Sementara okupasi merupakan perawatan khusus untuk seseorang yang mengalami gangguan kesehatan tertentu agar bisa mendapatkan harapan positif. Terapi ini dilakukan agar Si Kecil dapat menjalankan kehidupannya senormal dan semandiri mungkin.

2. Mengonsumsi Obat

Mengonsumsi obat tertentu, seperti obat penenang, dapat membuat suasana hati penderita gangguan perkembangan kognitif menjadi lebih baik, bahkan kestabilan emosinya terjaga. Biasanya, penderita akan memiliki kecemasan yang sangat tinggi, sehingga dibutuhkan obat untuk menenangkannya.

3. Konseling

Konseling merupakan tindakan awal untuk mengetahui apakah Si Kecil mengalami gangguan perkembangan kognitif atau tidak. Bunda dapat konseling bersama psikolog ataupun psikiater untuk mengetahui apa saja yang perlu dilakukan untuk menyembuhkan Si Kecil.

Selain beberapa hal di atas, gangguan kognitif juga dapat disebabkan oleh malnutrisi. Malnutrisi atau kekurangan nutrisi pada awal kehidupan dapat meningkatkan risiko infeksi, mortalitas, dan morbiditas bersamaan dengan penurunan perkembangan mental dan kognitif. Oleh sebab itu, Bunda harus mencukupi kebutuhan nutrisi Si Kecil agar ia dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik.[4]
[4] Morinaga Platinum, ‘’ Gangguan Kognitif: Penyebab, tanda, dan cara mengatasinnya’’, https://morinagaplatinum.com/id/milestone/gangguan-kognitif-penyebab-tanda-dan-cara-mengatasinya, (diakses pada 30 November 2022 pukul 11.17)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan kognitif adalah tahapan-tahapan perubahan yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia untuk memahami, mengolah informasi, memecahkan masalah dan mengetahui sesuatu. Jean Piaget adalah salah satu tokoh yang meneliti tentang perkembangan kognitif dan mengemukakan tahapan-tahapan perkembangan koginitif. Tahapan-tahapan tersebut adalah tahap sensory motorik (0–2 tahun), pra-operasional (2–7 tahun), operasional konkret (7–11 tahun) dan operasional formal (11–15 tahun).

Pemahaman tentang teori belajar kognitif berarti memahami bahwa teori belajar yang hanya memprioritaskan kepada proses belajar ketimbang pada hasil yang dicapai. Dalam teori belajar kognitif ini tidak hanya berbicara tentang stimulus dan respon saja, melainkan juga bagaimana perilaku seseorang dalam mencapai tujuan belajarnya.

Secara garis besar perkembangan kecerdasan kognitif dibagi menjadi tiga level, yaitu level mengingat dan memahami, level mengaplikasikan, dan level menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Perkembangan kognitif tiap anak berbeda-beda, biasanya ada beberapa anak yang mempunyai daya ingat yang rendah, ini disebabkan karena adanya gangguan kognitif. Gangguan kognitif adalah suatu kondisi yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang.

Gejala atau tanda yang dialami oleh setiap anak yang menderita gangguan kognitif akan berbeda-beda. Oleh sebab itu, penanganan yang dilakukan juga berbeda. Beberapa cara mengobati gangguan perkembangan kognitif yang umum dilakukan, yaitu terapi, mengonsumsi obat, dan konseling.

DAFTAR PUSTAKA

Mu’min, Sitti Aisyah, 2013 “Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget”, dalam Jurnal Kajian Kependidikan, 89. Diakses 29 November 2022, dari https://surl.li/dxadb

Novitasari, Yesi, 2018, ’’Analisis Permasalahan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini’’, dalam Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 82. Diakses 29 November 2022, http://journal.unilak.ac.id/index.php/paud-lectura/article/view/2007

Ananda, ‘’Perkembangan Kognitif, Pengertian, Teori, dan Tahapannya‘’, https://www.gramedia.com/literasi/perkembangan-kognitif/, (Diakses pada 29 November 2022 pukul 15.28)

"Gangguan Kognitif: Penyebab, tanda, dan cara mengatasinya’’, https://morinagaplatinum.com/id/milestone/gangguan-kognitif-penyebab-tanda-dan-cara-mengatasinya, (diakses pada 30 November 2022 pukul 11.17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar