Rabu, 09 November 2022

Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu: Humaidi Tamri, Lc. M.Pd
Disusun Oleh Kelompok 5 Angkatan 5 :
1. Azzubair Juarsa (SBA)
2. Willy Rahman (SBA)
3. Yopi Son Haji (SBA)
4. Hadni (PAI)
5. Hendy Susanto (PAI)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran’’ Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Kami menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini.

Tangerang Selatan, 20 Oktober 2022

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.
Latar Belakang. 2
Rumusan Masalah. 3
BAB II PEMBAHASAN.
1. Pengertian dan tujuan pembelajaran.
2. Peserta didik.
3. Materi Pelajaran.
4. Dasar-dasar pemilihan strategi pembelajaran.
5. Faktor-Faktor yang memengaruhi pemilihan strategi pembelajaran.
6. Kriteria pemilihan strategi pembelajaran.
BAB III PENUTUP.
Kesimpulan.
Saran-saran.
Daftar Pustaka.

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, berbagai upaya perlu kita lakukan. Salah satunya yaitu, upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik atau guru, bagaimana ia merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di kelas, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Seorang pendidik harus memiliki pengetahuan dan pemahaman secara mendasar tentang pembelajaran, memiliki wawasan yang luas tentang pendidikan atau pembelajaran, dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan proses belajar-mengajar di kelas secara baik, mampu mendorong terjadinya proses belajar pada diri anak, serta mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang merangsang aktivitas mental dan pikiran anak didik.

Seiring dengan perkembangan zaman, dimana perkembangan ilmu pengetahuan telah membuat kehidupan semakin kompleks, maka pembelajaran sekarang tidak sesederhana seperti pembelajaran di masa IaIu.

Pendidik tidak hanya sekedar sebagai penyebar informasi, namun juga sebagai pemegang peran ganda lainnya. yang hendaknya didasari oleh rasa tanggung jawab secara professional.

Pembelajaran merupakan perbuatan yang kompleks, yakni melibatkan banyak komponen dan faktor yang perlu dipertimbangkan oleh seorang pendidik.

Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran perlu pertimbangan yang arif dan bijak, disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi, sehingga tepat dalam menetapkan dan memilih strategi pembelajaran, yang akhirnya dapat mencapai tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Seorang pendidik atau guru dituntut untuk dapat mendesain atau merancang pembelajaran dl kelas secara tepat, agar menghasilkan terjadinya proses belajar. Pendidik juga dituntut untuk mampu melakukan berbagai jenis tindakan yang menggambarkan peranannya dalam pembelajaran.

Latar Belakang

Secara etimologi, strategi berasal dari kata majemuk bahasa Yunani, “Stratos” artinya pasukan dan “Agen” artinya memimpin, jadi strategi adalah memimpin pasukan.

Dalam kamus bahasa Indonesia dinyatakan bahwa strategi berarti rencana yang cermat mengenei kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

Bila dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Jika guru ingin sukses dalam kegiatan belajar mengajar, maka harus menggunakan strategi yang baik dan disukai oleh anak didik. Disamping harus memperhatikan dasar-dasar pemilihan strategi belajar dan kriteria pemilihan strategi pembelajaran. Karena strategi yang digunakan akan sangat berpengaruh pada tujuan pembelajaran yang digariskan, dalam penelitian ini khususnya adalah prestasi belajar siswa.

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan tujuan pembelajaran?
2. Siapa itu peserta didik?
3. Apa itu materi pelajaran?
4. Apa saja dasar-dasar pemilihan strategi pembelajaran?
5. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan strategi pembelajaran?
6. Bagaimana Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran?

Manfaat Penelitian

1. Mengetahui pengertian dan tujuan pembelajaran.
2. Mengetahui pengertian peserta didik.
3. Mengetahui pengertian materi pelajaran.
4. Mengetahui dasar-dasar pemilihan strategi pembelajaran.
5. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan strategi pembelajaran.
6. Mengetahui kriteria pemilihan strategi pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian dan tujuan pembelajaran

➡️ Pengertian pembelajaran

Pembelajaran secara umum merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh peserta didik dengan guru atau sumber belajar. Dengan adanya sistem pembelajaran, guru dan siswa dapat saling bertukar informasi.

Pembelajaran memberikan sarana agar siswa dapat memahami sebuah materi yang diberikan oleh guru. Proses pembelajaran dilakukan oleh guru untuk mendidik dan membantu para siswa dalam mempelajari sesuatu.

Dengan diterapkannya sistem ini, siswa akan mengalami perubahan tingkah laku, pemikiran, dan juga pemahaman akan suatu hal.

Bukan hanya didefinisikan secara umum, pengertian pembelajaran juga diartikan dengan cara yang berbeda oleh para ahli:

Berikut beberapa pendapat dari para ahli mengenai arti dari pembelajaran:

▪️ Sudjana

Pembelajaran sebagai upaya sistematis yang sengaja dibuat sebagai kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak yaitu guru dan siswa.Guru berperan sebagai sumber pembelajaran yang menjabarkan materi melalui kegiatan. Sedangkan murid berperan sebagai peserta didik yang akan menyerap informasi.

▪️ Warsita

Warsita mengartikan pembelajaran sebagai usaha yang dilakukan untuk membuat peserta didik melakukan kegiatan belajar agar mampu memahami suatu hal.

▪️ Syaiful Sagala

Pembelajaran merupakan sistem belajar yang diterapkan dengan menggunakan asas pendidikan maupun melalui teori belajar, yang mampu menjadi penentu utama keberhasilan jalannya sistem pendidikan.

▪️ Dimyati dan Mudjiono

Pembelajaran menjadi sebuah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogram dalam bentuk instruksional.

Dengan begitu, siswa dapat belajar dengan lebih aktif dan menekankan pada penyediaan sumber belajar yang lebih beragam.

▪️ Sugandi dkk

Pembelajaran dapat bersifat eksternal yang mana guru disebut sebagai pengajar dan murid sebagai peserta didik.

Pembelajaran dengan sifat eksternal mengedepankan prinsip-prinsip belajar yang lebih modern, sehingga lebih menyenangkan.

➡️ Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran.[1]
[1] Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelarajan.( Jakarta: Bumi Aksar, 2005)

Ada 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran[2], yaitu:
1) Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri
2) Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar
3) Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran
4) Memudahkan guru mengadakan penilaian.
[2] Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003)

Menurut Kemendikbud[3] Tujuan pembelajaran adalah deskripsi pencapaian tiga aspek kompetensi, yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang diperoleh murid dalam satu atau lebih kegiatan pembelajaran.
[3] https://guru.kemdikbud.go.id/kurikulum/perkenalan/cp-atp/konsep-tujuan-pembelajaran/

Tujuan pembelajaran disusun dengan memperhatikan eviden atau bukti yang dapat diamati dan diukur pada murid, sehingga murid dapat dinyatakan mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Penulisan tujuan pembelajaran sebaiknya memuat 2 komponen utama, yaitu :

1. Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan yang perlu didemonstrasikan oleh murid untuk menunjukkan dirinya telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Pertanyaan panduan yang bisa digunakan guru dalam menyusun tujuan pembelajaran, antara lain:
▪️ Secara konkret, kemampuan apa yang perlu didemonstrasikan oleh murid?
▪️ Tahap berpikir apa yang perlu didemonstrasikan oleh murid?

2. Lingkup materi
Lingkup materi merupakan konten dan konsep utama yang perlu dipahami pada akhir satu unit pembelajaran. Pertanyaan panduan yang bisa digunakan guru dalam menyusun tujuan pembelajaran, antara lain:
▪️ Hal apa saja yang perlu dipelajari murid dari suatu konsep besar yang dinyatakan dalam capaian pembelajaran?
▪️ Apakah lingkungan sekitar dan kehidupan keseharian murid dapat digunakan sebagai konteks untuk mempelajari konten dalam Capaian pembelajaran?

➡️ Nilai tujuan pembelajaran

Tujuan memiliki nilai yang sangat penting di dalam pembelajaran. Bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan merupakan faktor yang terpenting dalam kegiatan dan proses belajar mengajar.

Nilai-nilai tujuan dalam pembelajarab di antaranya adalah sebagai berikut:[4]
[4] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar ( Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 80. Lihat juga Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), 113. Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: Wacana Prima, 2008), 90

1) Tujuan pendidikan mengarahkan dan membimbing kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

2) Tujuan pendidikan memberikan motivasi kepada guru dan siswa, sehingga pengajaran berlangsung lebih cepat, efisien, dan lebih memberikan kemungkinan untuk berhasil. Tujuan di sini merupakan motivasi positif yang dirangsang dari luar.

3) Tujuan pendidikan memberikan panduan dan petunjuk bagi guru dalam merancang pembelajaran dalam rangka memilih serta menentukan metode dan alat mengajar atau menyediakan lingkungan belajar bagi siswa. Dengan metode dan alat pembelajaran yang relevan maka proses pembelajaran akan menjadi lebih menarik bagi siswa.

4) Tujuan pendidikan penting dijadikan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar, dalam arti pengajaran dinilai berhasil apabila siswa telah mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ketercapaian tujuan pengajaran oleh siswa menjadi indikator keberhasilan sistem pembelajaran yang dirancang sebelumnya.

➡️ Merumuskan Tujuan Pembelajaran Yang Baik

Menyusun tujuan pembelajaran yang baik dan lengkap cukup penting agar bisa memberi petunjuk dalam pemilihan materi ajar, strategi, model, metode, serta media yang akan digunakan dalam KBM. Ada 4 (empat) unsur pokok yang perlu dicantumkan dalam perumusan tujuan pembelajaran, yang biasa disingkat dengan ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree).[5]
[5] https://www.panduanmengajar.com/2019/03/bagaimana-merumuskan-tujuan-pembelajaran.html

1) Audience

Dalam konteks kegiatan belajar mengajar, yang dimaksud audience adalah siswa. Meski secara bahasa audience artinya pendengar, tetapi audience disini merupakan subjek sekaligus objek dalam pembelajaran. Dengan demikian, perumusan tujuan pembelajaran harus menempatkan siswa sebagai pusat (subjek sekaligus objek) dalam pembelajaran.

2) Behavior

Behavior berarti tingkah laku / aktivitas suatu proses. Dalam konteks KBM, behavior terlihat pada aktivitas siswa dalam pembelajaran. Maka, tidak mungkin pembelajaran dilakukan tanpa adanya tingkah laku atau aktivitas dari siswa. Dalam perumusan tujuan pembelajaran behavior (aktivitas siswa) ditulis menggunakan kata kerja operasional (KKO), seperti: memahami, mendemonstrasikan, menelaah, menerapkan dan lain-lain. Penggunaan KKO dalam satu tujuan pembelajaran tidak boleh lebih dari satu. Artinya dalam sebuah aktivitas pembelajaran, siswa melakukan satu perbuatan. Dengan demikian, siswa lebih fokus pada satu perbuatan tersebut sehingga pembelajaran lebih optimal.

3) Condition

Condition berarti suatu keadaan. Dalam konteks KBM, condition adalah keadaan siswa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan pembelajaran, serta persyaratan yang perlu dipenuhi agar hasil yang diharapkan bisa tercapai. Perumusan condition adalah dengan menjawab pertanyaan, “aktivitas apa yang dilakukan siswa agar hasil yang diharapkan bisa tercapai? Condition ditulis dalam bentuk kata kerja. (untuk lebih jelasnya bisa dilihat di contoh bawah).

4) Degree

Degree berarti suatu perbandingan. Dalam konteks KBM, degree berarti membandingkan kondisi sebelum dan setelah belajar. Tingkat degree berbeda-beda bergantung pada bobot materi yang akan dipelajari, serta sejauh mana siswa harus menguasai suatu materi atau menunjukan suatu perubahan tingkah laku.

Untuk lebih jelasnya, inilah contoh tujuan pembelajaran yang baik:

a. Dengan mengamati gambar, siswa dapat membedakan gambar komik dan bukan gambar komik dengan benar.
dengan mengamati gambar = condition
siswa = audience
dapat membedakan gambar komik dan bukan gambar komik = behavior
dengan benar = degree

b. Melalui pengamatan video, siswa dapat menentukan pengaruh interaksi manusia dengan lingkungan terhadap pembangunan sosial denga tepat.
melalui pengamatan video = condition
siswa = audience
dapat menentukan pengaruh interaksi manusia dengan lingkungan terhadap pembangunan sosial = behavior
dengan tepat = degree

c. Siswa dapat menyampaikan argumentasi manfaat persatuan dan kesatuan antar masyarakat di daerah tempat tinggal dengan bahasa yang komunikatif melalui presentasi hasil diskusi kelompok.
siswa= audience
dapat menyampaikan argumentasi manfaat persatuan dan kesatuan antar masyarakat di daerah tempat tinggal = behavior
dengan bahasa yang komunikatif = degree
melalui presentasi hasil diskusi kelompok = condition

2. Peserta didik

➡️ Pengertian Peserta Didik

Pengertian siswa atau peserta didik menurut ketentuan umum undangundang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.[6]
[6] Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen & Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, (Bandung: Permana, 2006), h. 65.

Oemar Hamalik mendefinisikan peserta didik sebagai suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Menurut Abu Ahmadi peserta didik adalah sosok manusia sebagai individu/pribadi (manusia seutuhnya). Individu di artikan "orang seorang tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat dan keinginan sendiri".[7] Sedangkan Hasbullah berpendapat bahwa siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan.[8] Tanpa adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Sebabnya ialah karena peserta didiklah yang membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada peserta didik.[9]
[7] Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 205.
[8] Hasbullah, Otonomi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), h. 121
[9] Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (t.tp., Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 47

Sesuai dengan pengertian-pengertian di atas, kita mengetahui bahwa peserta didik adalah orang yang mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta memiliki kepuasan ketika menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidiknya.

3. Materi Pelajaran

➡️ Pengertian Materi Pelajaran

Materi pembelajaran atau materi ajar (instructional materials) adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.[10] Materi pelajaran diartikan pula sebagai bahan pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.
[10] Lukmanul, Perencanaan Pembelajaran, 115.

Materi pembelajaran pada hakekatnya merupakan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan sebagai isi dari suatu mata pelajaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa materi pelajaran adalah berbagai pengalaman yang akan diberikan kepada siswa selama mengikuti proses pendidikan atau proses pembelajaran. Pengalaman belajar yang diperoleh siswa dari sekolah menjadi materi pembelajaran.

Peran materi pembelajaran dalam proses pendidikan menempati posisi yang sangat strategis dan turut menentukan tercapainya tujuan pendidikan, karena materi pembelajaran merupakan input instrumental bersama dengan kurikulum/program pendidikan, guru, media, evaluasi, dan sebagainya. Materi pembelajaran merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi output. Dengan kata lain kualitas proses dan hasil pendidikan, dapat dipengaruhi oleh materi pembelajaran yang digunakan. Atas dasar itulah, dalam sistem pendidikan, materi pembelajaran memegang peran yang cukup penting dan menentukan.

Tugas guru disini adalah bagaimana guru dapat menyampaikan atau menyajikan materi pelajaran dengan semenarik mungkin, sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan penuh semangat. Usaha yang dapat dilakukan oleh guru adalah mengkombinasi dan mengkoordinasikan materi pelajaran dengan media dan strategi pembelajaran yang relevan. Hal ini tentu saja harus didukung dengan penguasaan materi atau bahan pelajaran yang ia sajikan dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar.[11]
[11] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, 162.

➡️ Jenis-jenis Materi Pelajaran

Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar, materi pembelajaran berisikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa.

Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran tersebut terdiri dari:

1) Pengetahuan, yang meliputi fakta, konsep, prinsip dan prosedur.[12] Pengetahuan menunjuk kepada informasi yang disimpan dalam pikiran (mind) siswa.[13]
[12] Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, 140. lihat juga Lukmanul, Perencanaan Pembelajaran, 115.
[13] Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, 139.

2) Keterampilan, yaitu melakukan suatu jenis kegiatan tertentu.[14] Keterampilan (skill) biasanya menunjuk kepada tindakan-tindakan (intelektual atau jasmaniah) dan reaksi-reaksi (gagasan, hal-hal, atau orang) yang dilakukan oleh seseorang dengan cara yang kompeten dengan maksud mencapai tujuan tertentu.[15] Keterampilan merupakan suatu bentuk pengalaman belajar yang sepatutnya dicapai atau diperoleh seseorang melalui proses belajar yang ditandai oleh adanya kemampuan menampilkan bentuk-bentuk gerakan tertentu dalam melakukan suatu kegiatan, sebagai respon dari rangsangan yang datang kepada dirinya. Respon atau reaksi itu ditampilkan dalam bentuk gerakan-gerakan motorik jasmani. Suatu tindakan keterampilan memiliki empat komponen kegiatan yakni, persepsi, perencanaan, mengungkapkan kembali pengetahuan prasyarat, dan pelaksanaan (performance) dari tindakan.
[14] Lukmanul, Perencanaan Pembelajaran, 117.
[15] Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, 140.

3) Sikap atau nilai, yaitu berkaitan dengan sikap atau interes (minat) siswa mengikuti materi pembelajaran yang disajikan guru, nilai-nilai berupa apresiasi (penghargaan) terhadap sesuatu dan penyesuaian perasaan sosial.

Materi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:[16]
[16] Lukmanul, Perencanaan Pembelajaran, 118.

1) Materi pembelajaran utama, yaitu materi pembelajaran pokok yang menjadi rujukan wajib dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran, seperti buku teks, modul, handout, dan materi-materi panduan utama lainnya.

2) Materi pembelajaran penunjang, yaitu materi sekunder atau tersier yang keberadaannya sebagai pelengkap dan pengayaan, seperti buku bacaan, majalah, poster, komik instruksional, dan sebagainya.

➡️ Kriteria Menentukan dan Memilih Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran perlu dipilih dengan tepat agar dapat membantu siswa secara optimal dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Jenis materi pembelajaran memerlukan strategi, media dan cara mengevaluasi yang berbeda-beda. Ruang lingkup dan kedalaman materi pembelajaran perlu diperhatikan agar sesuai dengan level kompetensinya. Urutan materi pembelajaran perlu diperhatikan agar pembelajaran menjadi runtut. Perlakuan (cara mengajarkan/ menyampaikan dan mempelajari) perlu dipilih secara tepat agar tidak salah mengajarkan atau mempelajarinya (misalnya perlu kejelasan apakah suatu materi pembelajaran harus dihafalkan, dipahami atau diaplikasikan).[17]
[17] Lukmanul, Perencanaan Pembelajaran,h.129

Pemilihan materi pembelajaran meliputi cara penentuan jenis materi pembelajaran, kedalaman, ruang lingkup, urutan penyajian, dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran. Hal lain berkenaan dengan materi pembelajaran adalah memilih dan mendapatkan sumber materi pembelajaran.

Ada beberapa prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran, yaitu:

1) Prinsip relevansi/keterkaitan, yaitu materi pembelajaran hendaknya relevan, terkait atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

2) Prinsip konsistensi/keajegan, yaitu jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam, tidak lebih tidak kurang.

3) Prinsip kecukupan, yaitu materi pembelajaran yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan, tidak boleh terlalu sedikit, atau tidak boleh terlalu banyak.

Materi pelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan materi pelajaran tentu saja harus sejalan dengan ukuranukuran (kriteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi yang bersangkutan.[18]
[18] Harjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 222.

Ada beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan materi pembelajaran, diantaranya:
1) Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
2) Relevan dengan kebutuhan dan minat siswa.
3) Kesesuaian dengan kondisi masyarakat dan dianggap berguna bagi manusia dan kehidupannya.
4) Berguna untuk menguasai suatu disiplin ilmu.
5) Materi pelajaran tersusun dalam ruang ringkup dan urutan yang sistematik dan logis.

Pengembangan materi pembelajaran pada tingkatan pembelajaran yang lebih spesifik merupakan kegiatan guru yang bersifat rutin. Sebagaimana pengembangan pada tingkat mata pelajaran, guru terlebih dahulu harus mengembangkan tujuan dan merumuskannya ke dalam tujuan pembelajaran khusus. Selanjutnya berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran khusus itu, dikaji hakekatnya, dan diidentifikasi berbagai alternatif materi atau sub materi pembelajaran. barulah dipilih materimateri pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran khusus itu.

4. Dasar-dasar pemilihan strategi pembelajaran

Dalam menggunakan strategi belajar mengajar harus diperhatikan dasar-dasar pemilihan strategi pembelajaran. Dasar-dasar pemilihan strategi pembelajaran ada tiga macam, yaitu: faktor belajar, faktor lingkungan belajar, besar kecilnya kelompok belajar.[19]
[19] Abdul Ghofur, Desain Intruksional, (Solo: Tiga Serangkai, 1989), h.89.

1. Faktor Belajar, meliputi :

a) Stimulus (rangsangan) atau metode penyampaian mata pelajaran.
b) Respon jawaban atau reaksi yang dilakukan oleh siswa terhadap stimulus tersebut.
c) Feed Back (umpan balik) yang diberikan kepada siswa untuk menunjukkan tepat tidaknya respone atas jawaban tersebut.

Dengan berdasarkan pedoman diatas, guru diharuskan menganalisa tentang faktor-faktor belajar, yaitu bagaimana memakai stimulus atau metode penyampaian mata pelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, sehingga guru dapat memperoleh respon atau reaksi yang diharapkan dari siswa, untuk kemudian siswa diberitahu tentang benar tidaknya respon tersebut sebagai umpan balik, sehingga kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dapat berjalan dengan baik dan efektif.

2. Faktor lingkungan belajar

Langkah selanjutnya dalam proses pemilihan strategi belajar mengajar adalah faktor lingkungan. Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, kedisiplinan pegawai serta kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya seluruh staf sekolah mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula. Selain itu juga memberikan pengaruh positif terhadap belajarnya.

3. Besar kecilnya kelompok belajar

Langkah ketiga dalam pemilihan strategi mengajar adalah besar kecilnya kelompok belajar yang dihadapi guru juga perlu diperhatikan. Jumlah siswa dalam kelas juga sangat berpengaruh pada pemilihan strategi belajar mengajar yang akan digunakan untuk guru dalam mengajar, jika kelas kecil, lebih mudah guru menguasai kelas dibandingkan kelas yang jumlah siswanya besar.

Adapun menurut Oemar Hamalik, bahwasanya jumlah siswa dalam kelas merupakan dasar untuk menentukan suatu strategi pembelajaran disamping kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa.[20]
[20] Oemar Hamalik, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), h. 5.

5. Faktor-Faktor yang memengaruhi pemilihan strategi pembelajaran

Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi pemelajaran dan hal ini harus benar-benar diperhatikan oleh orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran,baik langsung maupun tidak langsung.

1. Karakteristik Peserta Didik

Peserta didik sebagai orang yang belajar merupakan subjek yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Dalam pemilihan strategi pembelajaran yang tepat, pengajaran harus memperhatikan karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta dididk itu anatara lain sebagai berikut: [21]
[21] https://mastiahumiaisyabilal.wordpress.com/2018/11/20/faktor-faktor-yang-memengaruhi-pemilihan-strategi-pembelajaran/

Ø Kematangan mental dan kecakapan intelektual

Tingkat kematangan mental dan kecakapan intelektual peserta didik sangat mempengaruhi strategi yang akan digunakan. Masing-masing peserta didik memiliki kematangan mental dan kecakapan intelektual yang berbeda.oleh karena itu, strategi yang digunakn harus benar-benar bermanfaat sesuai dengan tingkat kematangan mental dan kecakapan intelektual.

Ø Kondisi fisik dan kecakapan psikomotor

Kondisi fisik merupakan faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi pembelajaran. Demikian pula, kecakapan psikomotor yang demikian dimiliki peserta didik. Kecakapan psikomotor menyangkut gerakan-gerakan jasmani, seperti kekuatan, kecpatan, koordinasi, dan fleksibilitas. Suatu strategi pembelajaran digunakan bila sesuai dengankondisi fisik dan kecakapan psikomotor peserta didik.tidak semua strategi cocok digunakan untuk setiap kondisi. Pengajar harus benar-benar memperhatikan keadaan seperti ini.

Ø Umur

Umur merupakan hal yang harus dipertimbangan dalam pememilihan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran bahasa untuk umur 6-12 tahun tentu akan berbeda dengan penggunaan strategi untuk peserta didik yang berumur 15-17 tahun, demikian seterusnya. Hal ini kaitannya dengan tugas-tugas perkembangan belajar peserta didik.

Ø Jenis kelamin

Meskipun secara prinsip antara peserta didik perempuan dan laki-laki tidak terdapat perbedaan, namun dalam hal-hal tertentu terdapat perbedaan, misalnya minat, cara beljar, kebiasaan, kecakapan, psikomotor, dan perhatian. Jenis kelamin merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran yang dipakai, terutama dalam kelas yang heterogen.

2. Kompetensi Dasar yang Diharapkan

Kompetensi dasar adalah pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek subaspek mata pelajaran tertentu.

Strategi pembelajaran harus dipilih sesuai kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai peserta didik. kompetensi tersebut merupakan titik tolak penentuan strategi yang akan digunakan. Untuk mencapai kompetensi dasar tertentu, kira-kira strategi apa yang cocok digunakan. Misalnya. Pada aspek kebahasaan, kompetensi yang diharapkan adalah menguasai dan menggunakan kata dalam konteks. Dengan demikian, metode yang dipakai sebagai bagian dari strategi adalah dengan menggunakan metode kontekstual.

3. Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan seperangkat informasi yang harus diserap peserta didik melalui pembelajaran yang menyenangkan. Peserta didik harus benar-benar merasakan manfaat bahan ajar atau materi itu setelah ia mempelajarinya.

Secara umum, sifat bahan ajar dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori, yaitu fakta, konsep, prinsip dan keterampilan. Fakta merupakan sifat suatu gejala, peristiwa, benda yang nyata, atau wujudnya dapat dilihat atau dirasakan oleh indra.fakta dapat dipelajari melalui informasi dalam bentuk lambang, kata-kata atau kalimat, istilah, maupun pernyataan.

Bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan strategi tertentu harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Relevan dengan standar kompetensi mata pelajaran dan kompetensi dasr yang harus dicapai peserta didik.
2. Bahan ajar merupakan isi pembelajaran dan penjabaran dari standar kompetensi dasar tersebut.
3. Memberi motivasi peserta didik untuk belajar lebih jauh.
4. Berkaitan dengan bahan sebelumnya.
5. Bahan disusun secara sistematis dari yang sederhana menuju yang kompleks.
6. Bermanfaat bagi peserta didik.
7. Sesuai dengan perkembangan zaman.
8. Dapat diperoleh dengan mudah.
9. Menarik minat peserta didik.
10. Membuat ilustrasi yang menarik hati peserta didik.
11. Mempertimbangkan aspek-aspek linguistik yang ssuai dengan kemampuan peserta didik.
12. Berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lain.
13. Menstimulasi aktivitas-aktivitas pribadi para peserta didik yang menggunakannya.
14. Menghindari konsep yang samar-samar agar tidak membingungkan peserta didik.
15. Mempunyai sudut pandang yang jelas dan tegas.
16. Membedakan bahan ajar untuk anak dan untuk orang dewasa.
17. Menghargai perbedaan pribadi para peserta didik pemakaianya.

4. Waktu yang Tersedia

Sebagaimana diketahui, dalam kurikulum pembelajaran bahasa yang berlaku saat ini, terdapat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik dalam kurun waktu tertentu, misalnya satu semester atau satu tahun ajaran. Untuk mencapai standar kompetensi ataupun kompetensi dasar tersebut, pengajar mengembangkan bahan ajar/materi pembelajaran, kemudian menyampaikan kepada apeserta didik. dalam penyampaiannya diperlukan strategi yang tepat agar mencapai sasaran.

Bahan ajar yang termaksud kategori sulit diberi waktu yang lebih banyak. Oleh karena itu, strategi yang dipilih pun harus sesuai dengan alokasi waktu yang sudhah ditentukan sebelumnya.jangan sampai strategi yang dipilih melebihi waktu yang sudah ditentukan. Kalau hal ini terjadi terus menerus tentu ada bahan ajar yang tidak tersampaikan. Dengan demikian, kompetensi dasar peserta didik pun ada yang tidak bisa dicapai.

5. Sarana/Prasarana Belajar

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai tujuan(KBBI 1993). Yang dimaksud dengan sarana belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipakai peserta didik dalam belajar untuk mencapai suatu kompetensi dasar tertentu. Misalnya, buku paket, kamus, ensiklopedia, peta, alat peraga. Sedangkan, prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggarannya suatu proses. Prasarana belajar bahasa, misalnya laboratorium bahasa, ruang belajar, kelas yang luas, podium, dan lain-lain.

6. Kemampuan/Kecakapan Pengajar Memilih dan Menggunakan Strategi Pembelajaran

Memilih dan Menguasai Strategi Pembelajaran Bahasa. Salah satu tujuan utama pembelajaran bahasa adalah mempersiapkan peserta didik untuk melakukan interaksi yang bermakna dengan bahasa yang alamiah. Disamping memiliki kemampuan penguasaan keilmuan pengajar juga harus memiliki kemampuan dan penguasaan memilih dan menerapkan strategi yang didalamnya terdapat: pendekatan, metode, dan teknik secara baik.

6. Kriteria pemilihan strategi pembelajaran

Kriteria pemilihan strategi pembelajaran adalah suatu dasar acuan yang dapat digunakan dalam memilih strategi yang tepat dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Orentasi dari pemilihan strategi pembelajaran haruslah pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik siswa serta situasi dan kondisi lingkungan dimana proses belajar tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa teknik dan metode yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Mager (1977) menyampaikan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam pemilihan strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut :

1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran
Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik, misalnya menyusun bagan analisis pemebelajaran. Hal ini berarti metode yang paling dekat dan sesuai yang dikehendaki oleh latihan atau praktek langsung.

Gerlach dan Ely (1990) menyebutkan Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah berorentasi pada tujuan pembelajaran apa yang harus dicapai.

2. Pilih teknik atau metode pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja). Misalnya setelah bekerja, peserta didik dituntut untuk pandai memprogram data komputer (programmer). Hal ini berarti metode yang paling mungkin digunakan adalah praktikum dan analisis kasus/pemecahan masalah (problem solving).

3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indera peserta didik. Artinya, dalam satuan-satuan waktu yang bersamaan peserta didik dapat melakukan aktivitas fisik maupun psikis, misalnya menggunakan OHP. Dalam menjelaskan suatu bagan, lebih baik guru menggunakan OHP dari pada berceramah, karena penggunaan OHP Memungkinkan peserta didik sekaligus dapat melihat dan mendengarkan penjelasan guru.

Selain kriteria diatas, pemilihan strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan memperhatikan pertannyaan-pertannyaan dibawah ini:

1. Apakah materi pelajaran paling tepat disampaikan secara klasikal (serentak bersama-sama dalam satu-satuan waktu)?

2. Apakah materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta didik secara individual sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing?

3. Apakah pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh dengan jalan praktek langsung dalam kelompok dengan guru atau tanpa kehadiran guru?

4. Apakah diperlukan diskusi atau konsultasi secara individual antara guru dan siswa?

Gerlach dan Ely menjelaskan pola umum pemilihan strategi pembelajaran yang didasari pada prinsip efisiensi, efektivftas, dan keterlibatan peserta didik.[22]
[22] 1990, hal.173

1. Efisiensi

Yaitu Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan metode yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Contoh kasus: Seorang guru biologi akan mengajar insekta (serangga). Tujuan pengajarannya berbunyi : Diberikan lima belas jenis gambar binatang, yang belum diberi nama, siswa dapat menunjukkan delapan jenis binatang yang termasuk jenis serangga. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi yang paling efisien ialah menunjukkan gambar jenis-jenis serangga itu dan diberi nama, kemudian siswa diminta memperhatikan ciri-cirinya. Selanjutnya para siswa diminta mempelajari di rumah untuk dihafal cirinya, sehingga waktu diadakan tes mereka dapat menjawab dengan betul. Dengan kata lain mereka dianggap telah mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Strategi ekspository tersebut memang merupakan strategi yang efisien untuk pencapaian tujuan yang bersifat hafalan. Untuk mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan strategi inquiry diberikan dengan suatu konsep, bukan hanya sekedar menghafal.

Strategi ini lebih tepat. Guru dapat menunjukkan berbagai jenis binatang, dengan sketsa atau slide kemudian siswa diminta membedakan manakah yang termasuk serangga; ciri-cirinya, bentuk dan susunan tubuhnya, dan sebagainya. Guru menjawab pertanyaan siswa dengan jawaban pelajari lebih jauh. Mereka dapat mencari data tersebut dari buku-buku di perpustakaan atau melihat kembali gambar (sketsa) yang ditunjukkan guru kemudian mencocokkannya. Dengan menunjuk beberapa gambar, guru memberi pertanyaan tentang beberapa spesies tertentu yang akhirnya siswa dapat membedakan mana yang termasuk serangga dan mana yang bukan serangga. Kegiatan ini sampai pada perolehan konsep tentang serangga.

Metode terakhir ini memang membawa siswa pada suatu pengertian yang sama dengan yang dicapai melalui ekspository, tetapi pencapaiannya jauh lebih lama. Namun inquiry membawa siswa untuk mempelajari konsep atau prinsip yang berguna untuk mengembangkan kemampuan menyelidiki. Kelak kemampuan ini akan sangat berguna bagi masa depannya.

2. Efektivitas

Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi strategi yang efektif. Jadi efisiensi akan merupakan pemborosan bila tujuan akhir tidak tercapai. Suatu cara untuk mengukur efektifitas ialah dengan jalan menentukan transferbilitas (kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari. Kalau tujuan dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat dengan suatu strategi tertentu dari pada strategi yang lain, maka strategi itu efisien. Kalau kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dicapai melalui suatu strategi tertentu dibandingkan strategi yang lain, maka strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan.

3. Keterlibatan Peserta Didik

Pada dasamya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan yang dapat membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran yang bersifat inkuiri pada umumnya dapat memberikan rangsangan belajar yang lebih intensif dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang hanya bersifat ekspositori.

Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari’ SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.[23]
[23] Dick dan Carey, 1978, hal 108

Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik, yaitu:

a. Latihan dan praktek

Latihan dan praktek seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi tentang suatu pengetahuan, sikap atau keterampiian tertentu. Agar materi tersebut dapat terinternalisasi (relatif mantap dan termantapkan dalam diri mereka), maka kegiatan selanjutnya adalah hendaknya peserta didik diberi kesempatan untuk berlatih dan mempraktekkan pengetahuan, sikap, atau ketrampilan tersebut.

b. Umpan Balik

Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sebagai hasil belajarnya, maka guru memberikan umpan balik (feedback) terhadap hasil belajar tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh guru, peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang telah mereka lakukan itu benar/atau salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu diperbaiki.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pada dasamya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan yang dapat membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran yang bersifat inkuiri pada umumnya dapat memberikan rangsangan belajar yang lebih intensif dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang hanya bersifat ekspositori. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Melalui umpan balik yang diberikan oleh guru, peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang telah mereka lakukan itu benar/atau salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu diperbaiki.

Saran-saran

Apa yang di sampaikan penulis agar dengan membaca makalah ini disarankan pembaca agar mengetahui tentang pentingnya Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran dalam sistem pembelajaran di sekolah. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.

Daftar Pustaka

Agama, Departemen.2005. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan. t.tp., Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Ghofur, Abdul. 1989. Desain intruksional. Solo: Tiga Serangkai.

Hakiim, Lukmanul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Hamalik, Oemar.1993. Strategi Belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara.

Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hasbullah. 2010. Otonomi Pendidikan. Jakarta: PT Rajawali Pers.

Indonesia, Republik. Undang-undang Republik Indonesia Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen & Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas. Bandung: Permana.

Poerwadarminta, W.J.S . 1992. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Shalahuddin, Mahfudz dkk. 1987. Metodologi Pendidikan Agama. Surabaya:Bina Ilmu.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

UPI,Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2009. Manajemen Pendidikan.Bandung: Alfabeta








Tidak ada komentar:

Posting Komentar