Jumat, 11 November 2022

Diagnostik Kesulitan Belajar

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Dwi Puji Astuti, S.Si, M.Sc
Oleh Kelompok 5 Angkatan 5 :
1. Kahfi (PAI)
2. Agis Sugiana (SBA)
3. Muhammad Nawaf Bahanan (SBA)
4. Muhammad Faiz Tholib (PAI)
5. Uu Ubaidillah (MPI)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah mata kuliah Psikologi Pendidikan dengan judul “Diagnostik Kesulitan belajar” tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Bekasi, 10 November 2022
(Penyusun)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang Masalah.
1.2 Rumusan Masalah.
1.3 Tujuan Penelitian.
1.4 Manfaat Penelitian.
BAB II PEMBAHASAN.
A. Konsep Diagnostik Kesulitan Belajar.
B. Jenis-jenis Kesulitan Belajar.
C. Mendiagnosis Kesulitan Belajar Secara Formal.
D. Ciri-ciri Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar.
E. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesulitan Belajar.
F. Pengajaran Remedial dan Kaitannya dengan Diagnosis Kesulitan Belajar.
G. Tujuan dan Fungsi Pengajaran Remedial.
BAB III PENUTUP.
A. Kesimpulan.
B. Saran.
DAFTAR PUSTAKA.

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebuah proses belajar-mengajar di dunia pendidikan tidak selamanya mengalami kelancaran. Selalu saja ada hambatan dalam proses tersebut. Umumnya hambatan yang terjadi seperti adanya kesulitan belajar dalam diri peserta didik. Kesulitan belajar tersebut akan berdampak pada penurunan prestasi akademik dari peserta didik. Dampak tersebut seyogianya dapat diatasi dengan berbagai cara seperti diadakannya penyelidikan terhadap penyebab kesulitan belajar yang terjadi pada peserta didik agar dapat ditemukan solusi yang tepat dalam menangani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar tersebut. Tindak lanjut yang biasanya dilakukan oleh seorang pendidik salah satunya adalah dengan mengadakan remedial

Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Karena itu guru dalam proses pembelajaran harus memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual, agar dapat membantu perkembangan peserta didik secara optimal dan dapat mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.

Guru harus mampu mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Guru harus memahami faktor-faktor yang memengaruhi proses dan hasil belajar, karena kesulitan belajar akan bersumber pada faktor yang memengaruhi proses dan hasil belajar.

Dengan melihat hasil belajar peserta didik, guru akan mengetahui kelemahan siswa beserta sebab-musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian sebenarnya guru mengadakan diagnosis siswa tentang kelebihan dan kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajarnya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan tersebut, akan lebih mudah mencari cara untuk mengatasinya.

Hal inilah yang mendasari diperlukannya sebuah konsep diagnostik kesulitan belajar serta pengajaran remedial yang dilakukan untuk mengatasi salah satu masalah penting di dunia pendidikan tersebut.

1.2  Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan konsep diagnostik kesulitan belajar?
2. Apa saja jenis-jenis kesulitan belajar?
3. Bagaimana kesulian belajar secara formal didiagnosis?
4. Bagaimana ciri-ciri peserta didik yang mengalami kesulitan belajar?
5. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi kesulitan belajar?
6. Apa yang dimaksud dengan pengajaran remedial serta kaitannya dengan diagnosis kesulitan belajar?
7. Apa saja tujuan dan fungsi pengajaran remedial?

1.2 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui konsep diagnostik kesulitan belajar.
2. Memahami jenis-jenis kesulitan belajar.
3. Memahami cara mendiagnosis kesulitan belajar secara formal.
4. Memahami ciri-ciri peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
5. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi kesulitan belajar.
6. Memahami pengertian pengajaran remedial serta kaitannya dengan diagnosis kesulitan belajar.
7. Memahami tujuan dan fungsi pengajaran remedial.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Memberikan pengetahuan mengenai tata cara menyelidiki kesulitan belajar yang sangat sering terjadi di kalangan peserta didik.
2. Memberikan pemahaman mengenai bentuk-bentuk solusi untuk mengatasi kesulitan belajar pada peserta didik.
3. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kesulitan belajar sehingga mampu berusaha untuk meminimalisir kesulitan belajar.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Diagnostik Kesulitan Belajar

Konsep diagnosis kesulitan belajar dalam proses pembelajaran merupakan sumbangsih pemikiran bagi dunia pendidikan untuk lebih peka akan pentingnya langkah kuratif dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga harapannya melalui proses diagnosis kesulitan belajar yakni dengan melokalisasi letak kesulitan belajar dan mencari faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya dan menentukan pemecahan permasalahannya mampu mewujudkan tujuan akhir pembelajaran yang optimal.

Pendahuluan

Belajar akan membawa perubahan pada peserta didik yang belajar. Perubahan tersebut meliputi pengetahuan, sikap, kecakapan, dan lain-lain. Peserta didik yang telah mengalami proses belajar tidak sama keadaannya bila dibandingkan dengan keadaan pada saat belum belajar. Peserta didik akan lebih sanggup menghadapi kesulitan, memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya. Sehingga dapat dimaknai bahwa proses belajar merupakan proses perubahan yang ada dalam diri individu sehingga mengarah pada penguasaan keterampilan, kecakapan, kemahiran, pengetahuan baru dan sikap yang diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang adaptif dan progresif.

Pencapaian hasil belajar yang ditandai dengan prestasi belajar yang baik merupakan indikator berhasilnya suatu proses belajar dalam kegiatan pembelajaran. Keberhasilan belajar yang berwujud prestasi belajar yang baik dan maksimal mampu diperoleh bagi setiap peserta didik, jika mereka dapat belajar dengan wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Namun, realitanya ancaman, hambatan, dan gangguan tersebut dihadapi dan dialami oleh peserta didik tertentu. Alhasil mereka mengalami kesulitan dalam belajar.

Adapun kegiatan melokalisasi letak kesulitan belajar dan mencari faktorfaktor yang diduga sebagai penyebabnya dan menentukan pemecahan permasalahannya merupakan langkah kuratif dalam usaha mengatasi kesulitan belajar. Pemecahan kesulitan belajar tersebut mampu dilakukan dengan cara melakukan diagnosis. Dalam melakukan diagnosis dibutuhkan adanya prosedur yang terdiri dari atas langkah-langkah tertentu dan sistematis yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dihadapi peserta didik. Prosedur seperti ini dikenal sebagai "diagnostik" kesulitan belajar, dimana akan dapat diketahui gejala yg dihadapi seorang peserta didik. Jika gejala sudah ditemukan, maka guru atau pembimbing sebaiknya mengetahui langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik serta untuk mencari pemecahannya.

Kesulitan Belajar

Secara umum kesulitan belajar merupakan istilah yang diambil dari bahasa inggris yaitu learning disability. Secara khusus kesulitan belajar merupakan suatu gangguan atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengar, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut meliputi kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasi perkembangan. Batasan tersebut tidak meliputi peserta didik yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.[1]
[1] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm. 6

Menurut Blassic dan Jones kesulitan belajar ialah adanya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya mengemukakan bahwa peserta didik yang mengalami kesulitan belajar ialah peserta didik yang normal inteligensinya, tetapi menunjukkan satu atau lebih kekurangan dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya. [2]
[2] Warkitri dkk., Penilaian Pencapaian Hasil Belajar., (Jakarta: Karunika, 1990), hlm. 8.3

Sementara itu Siti Mardiyanti dkk. Menyatakan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh ditemukannya hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya.[3] Hal senada diungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah, kesulitan belajar ialah suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar. [4]
[3] Siti Mardiyati, Layanan Bimbingan Belajar, (Surakarta: Penerbit UNS, 1994), hlm. 4-5
[4] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2002), hlm. 201

Berdasarkan uraian ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan gejala psikis yang dihadapi peserta didik yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dapat menghambat proses belajar sehingga hasil belajar tidak dapat tercapai dengan baik.

Beberapa gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar peserta didik dapat dilihat dari petunjuk-petunjuk berikut:

a. Menujukkkan hasil belajar rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok peserta didik dikelas.

b. Hasil belajar yang diperoleh tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan padahal peserta didik sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya selalu rendah.

c. Peserta didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal. Misalnya mengerjakan soal dalam waktu lama baru selesai.

d. Peserta didik menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung dan sebagainya.

e. Peserta didik menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukkan kepada orang lain. Dalam hal ini misalnya anak didik menjadi pemurung, pemarah, selalu bingung, selalu sedih, kurang gembira, atau mengasingkan diri dari kawan-kawannya.

f. Peserta didik yang tergolong mempunyai IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi yang rendah.

g. Peserta didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran. Tetapi di lain waktu prestasi belajarnya menurun gratis.

B. Jenis-jenis Kesulitan Belajar

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu:

1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan keterlambatan pada tahapan-tahapan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial.

2) Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities). Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, atau berhitung/matematika. 

Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar peserta didik dapat berupa faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri yang peserta didik, dan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri yang peserta didik. Rincian faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor psikologis (tidak ada keinginan atau motivasi untuk belajar, minat belajar yang rendah, rasa percaya diri kurang, disiplin pribadi rendah, kurang kesediaan dalam merespon atau bereaksi, sering mengalami konflik psikis, dan integritas kepribadian lemah) dan faktor fisiologis (keadaan fisik lemah, adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan, adanya gangguan pada fungsi indera, kelelahan secara fisik).

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri peserta didik yang berasal dari lingkungan mereka. Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan peserta didik. Dalam lingkunganlah peserta didik berinteraksi dalam rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Selama hidup peserta didik tidak akan bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dari dengan lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan peserta didik. Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap belajar peserta didik di sekolah. Faktor eksternal ini dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

a. Faktor Keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang primer dan bersifat fundamental karena keluarga merupakan madrasah pertama dalam membentuk pribadi seorang anak. Faktor keluarga yang dapat menyebabkan kesulitan belajar meliputi pola asuh orang tua yang kurang baik dan bersifat otoriter, hubungan atau relasi antar keluarga yang kurang intim, suasana rumah yang gaduh/ramai, dan latar belakang sosial yang kurang baik dan lemahnya tingkat ekonomi keluarga.

b. Faktor Sekolah. Lingkungan sekolah adalah lingkungan kedua setelah lingkungan keluarga dalam membentuk pribadi anak. Faktor sekolah yang dapat menyebabkan kesulitan belajar meliputi pemilihan dan penerapan metode mengajar yang monoton dan kurang bervariasi, kurikulum yang disusun terlalu padat, relasi antara guru dengan siswa yang kurang baik, relasi antara siswa dengan teman sabaya yang kurang solid, kurangnya kedisiplinan dalam lingkungan sekolah, sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai, dan lain-lain.

c. Faktor Masyarakat. Jika keluarga adalah komunitas masyarakat terkecil, maka masyarakat adalah komunitas masyarakat dalam kehidupan sosial yang terbesar. Lingkungan masyarakat memberi pengaruh kepada peserta didik karena keberadaannya dalam lingkungan ini. Faktor masyarakat yang dapat menyebabkan kesulitan belajar meliputi aktivitas bermasyarakat yang berlebihan di luar jam sekolah, dan interaksi atau pergaulan teman sebaya yang buruk di lingkungan sekitar, serta media massa yang kurang baik.

C. Mendiagnosis Kesulitan Belajar Secara Formal

1. Konsep Diagnostik Kesulitan Belajar

Dalam proses pembelajaran, tugas guru tidak hanya sekedar menyampaikan atau mentransfer ilmu atau bahan pelajaran kepada peserta didik. Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Kegiatan memahami kesulitan belajar peserta didik ini dikenal dengan konsep diagnostik kesulitan belajar yang lebih umunya dikelanl dengan istilah diagnosis kesulitan belajar. Dalam pengertian diagnosis kesulitan belajar terdapat dua istilah yang perlu dipahami terlebih dahulu yaitu istilah diagnosis dan kesulitan belajar.

▪️ Konsep Diagnostik dan Pengertian Diagnosis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diagnostik /di·ag·nos·tik/ adalah ilmu untuk menentukan jenis penyakit berdasarkan gejala yang ada.

Sedangkan, diagnosis /di·ag·no·sis/ adalah penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya. Banyak ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian diagnosis antara lain, menurut Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological Term, diagnosis adalah suatu analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian dari pola gejala-gejalanya. Jadi diagnosis merupakan proses pemeriksaan terhadap hal-hal yang dipandang tidak beres atau bermasalah. Sedangkan menurut Webster, diagnosis diartikan sebagai proses menentukan hak menentukan permasalahan kikat kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian, dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta yang dijumpai, yang selanjutnya untuk menentukan permasalan yang dihadapi.

Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak.

▪️ Pengertian Kesulitan Belajar

Secara harfiah, kesulitan belajar didefinisikan sebagai rendahnya kepandaian yang dimiliki seseorang dibandingkan dengan kemampuan yang seharusnya dicapai orang itu pada umur tersebut. Kesulitan belajar secara informal dapat dikenali dari keterlambatan dalam perkembangan kemampuan seorang anak.

Kesulitan belajar dapat menghinggapi seseorang dalam kurun waktu yang lama. Beberapa kasus memperlihatkan bahwa kesulitan belajat ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang, baik itu di sekolah, pekerjaan, rutinitas sehari-hari, kehidupan keluarga, atau bahkan terkadang dalam hubungan persahabatan dan bermain. Beberapa penderita menyatakan bahwa kesulitan ini berpengaruh pada kebahagiaan mereka. Sementara itu, bagi penderita lain, gangguan ini menghambat proses belajar mereka, sehingga tentu saja pada gilirannya juga akan berdampak pada aspek lain kehidupan mereka. Terkadang seseorang juga mengalami berbagai kesulitan belajar yang saling tumpang tindih, sementara itu yang lainnya ada yang hanya mengalami satu macam kesulitan saja, sehingga hanya sedikit pengaruhnya bagi aspek lain dari kehidupan mereka.

Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat berasal dari faktor fisiologik, psikologik, instrument, dan lingkungan belajar.

Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah atas ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak.

1. Jenis-jenis Kesulitan Belajar

Mengenali kesulitan belajar jelas berbeda dengan mendiagnosis penyakit cacar air atau campak. Cacar air dab campak tergolong penyakit dengan gejala yang dapat dikenali dengan mudah. Berbeda dengan LD (Learning Disorder / Gangguan belajar) yang sangat rumit dan meliputi begitu banyak kemungkinan penyebab, gejala-gejala, perawatan, serta penanganan. LD (Learning Disorder / Gangguan belajar) yang memiliki beragam belajar ini, sangatlah sulit untuk didiagnosis dan dicari penyebabnya secara pasti. Hingga saat ini, belum ditemukan obat atau perawatan yang sanggup menyembuhkan mereka sepenuhnya.

Kriteria yang harus dipenuhi sebelum seseorang dinyatakan menderita LD (Learning Disorder / Gangguan belajar) tertuang dalam buku petunjuk yang berjudul DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders). Kesulitan belajar dibagi menjadi tiga kategori besar. Yaitu:

1. Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa

Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa sering menjadi indikasi awal bagi kesulitan belajar yang dialami seorang anak. Orang yang mengalami kesulitan jenis ini menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang tepat, berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar, atau memahami apa yang orang lain katakan.

2. Permasalahan dalam hal kemampuan akademik

Siswa-siswi yang mengalami gangguan kemampuan akademik berbaur bersama teman-teman sekelasnya demi meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung mereka.

Kesulitan lainnya seperti “gangguan kemampuan motorik” dan “gangguan perkembangan khusus yang belum diklasifikasikan”. Gejala-gejalanya adalah keterlambatan atau keterbelakangan dalam memahami bahasa, kemampuan akademis serta motorik yang pada gilirannya memengaruhi kemampuannya untuk mempelajari sesuatu. Tetapi bedanya, ini semua tidak sesuai kriterianya dengan jenis-jenis keterlambatan belajar yang telah kita bahas sebelumnya. Gejala-gejala ini juga mencakup gangguan koordinasi tubuh yang pada gilirannya dapat mengakibatkan buruknya tulisan seseorang, dan begitu pula halnya dengan kesulitan mengeja serta mengingat.

3. Mendiagnosis Kesulitan Belajar Secara Formal

Diagnosis yang sebenarnya terhadap kesulitan belajar dilakukan dengan metode uji standar yang membandingkan tingkatan kemampuan seorang anak terhadap anak lainnya yang dianggap normal. Hasil uji tidak hanya tergantung pada kemampuan aktual anak, tetapi juga reliabilitas pengujian itu serta kemampuan sang anak untuk memerhatikan dan memahami pertanyaannya.

Masing-masing tipe LD (Learning Disorder / Gangguan belajar) didiagnosis dengan cara yang sedikit berbeda. Untuk mendiagnosis kesulitan berbicara dan berbahasa, ahli terapi wicara menguji cara pelafalan bunyi bahasa anak-anak, kosakata, dan pengetahuan tata bahasa serta membandingkannya dengan kemampuan anak sebaya mereka yang normal.

Sehubungan dengan gangguan kemampuan atau perkembangan akademis yang mencakup membaca, menulis, dan matematika, maka pengujiannya dilakukan dengan metode uji standar. Kita perlu memperhatikan bahwa penanganan gangguan belajar itu sangatlah berbeda dengan upaya mengejar ketertinggalan pelajaran di sekolah.

D. Ciri-ciri Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar

Siswa sering mengalami gejala atau ciri-ciri yang dapat ditemukan saat mereka mengalami hambatan dalam proses belajarnya. Gejala yang muncul tidak jarang menimbulkan keadaan yang berbeda ditimbang biasanya sehingga terkadang orang lain menganggapnya bahwa sedang malas dalam belajar.

Gejala yang muncul biasanya nampak dan dapat diamati melalui tingkah lakunya. Namun jika ditelaah, dibalik gejala yang muncul menandakan bahwa sebenarnya siswa sedang mengalami kesulitan dalam belajar. Berikut dikemukakan ciri-ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar menurut Mulyadi (2010) antara lain, yaitu:

1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimiliki.

2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada murid yang sudah berusaha untuk belajr dengan giat, tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah.

3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan. Misalnya rata-rata anak dapat menyelesaikan suatu tugas dalam waktu 40 menit, maka anak yang mengalami kesulitan belajar memerlukan waktu yang lebih lama, karena dengan waktu yang tersedia ia tidak dapat menyelesaikan tugasnya.

4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.

5. Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib dalam kegiatan belajar mengajar, mengasingkan diri, tidak mau bekerjsama dan sebagainya.

6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan perasaan sedih dan menyesal dan sebagainya.

Lebih lanjut dalam situs yang dikeluarkan oleh Learning Disabilites Association of America menyebutkan bahwa gejala yang sering timbul bagi anak dengan kesulitan belajar bervariasi dan tergantung pada usia anak.

Pada Usia Pra Sekolah

1. Keterlambatan berbicara jika dibandingkan dengan anak seusianya.
2. Adanya kesulitan dalam pengucapan kata.
3. Kemampuan penguasaan jumlah kata yang minim.
4. Sering kali tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk suatu kalimat.
5. Kesulitan untuk mempelajari dan mengenali angka, huruf dan nama-nama hari.
6. Mengalami kesulitan dalam menghubungkan kata-kata dalam suatu kalimat.
7. Kegelisahan yang sangat ekstrim dan mudah teralih perhatiannya.
8. Kesulitan berinteraksi dengan anak seusianya.
9. Menunjukkan kesulitan dalam mengikuti suatu petunjuk atau rutinitas tertentu.
10. Menghindari pekerjaan tertentu seperti menggunting dan menggambar.

Pada Usia Sekolah

1. Daya ingatnya (relatif) kurang baik.
2. Sering melakukan kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca.
3. Lambat untuk mempelajari antara huruf dengan bunyi pengucapannya.
4. Bingung dengan operasionalisasi tanda-tanda dalam pelajaran matematika.
5. Sulit dalam mempelajari ketrampilan baru, terutama yang membutuhkan kemampuan daya ingat.
6. Sangat aktif dan tidak mampu menyelesaikan satu tugas atau kegiatan tertentu dengan tuntas.
7. Impulsif (bertindak sebelum berfikir).
8. Sulit berkonsetrasi atau perhatiannya mudah teralih.
9. Sering melakukan pelanggaran baik di sekolah ataupun di rumah.
10. Tidak bertanggung jawab terhadap kewajibannya.
11. Tidak mampu merencanakan kegiatan sehari-hari.
12. Problem emosional, seperti mengasingkan diri, pemurung, mudah tersinggung atau acuh terhadap lingkungannya.
13. Menolak sekolah.
14. Menunjukkan kesulitan dalam mengikuti suatu petunjuk atau rutinitas tertentu.
15. Ketidakstabilan dalam menggenggam pensil/pen.
16. Kesulitan dalam mempelajari tentang hari dan waktu.

Pada Usia Remaja dan Dewasa

1. Membuat kesalahan dalam mengeja hingga dewasa.
2. Sering menghindar dari tugas membaca dan menulis.
3. Kesulitan dalam menyimpulkan suatu bacaan.
4. Kesulitan menjawab pertanyaan yang membutuhkan penjelasan lisan dan/tulisan.
5. Kemampuan daya ingat lemah.
6. Kesulitan dalam menyerap konsep yang abstrak.
7. Bekerja lamban.
8. Bisa kurang perhatian dalam hal-hal yang rinci atau bisa juga terlalu.
9. Bisa salah dalam membaca informasi.

Bentuk-Bentuk Kesulitan Belajar

Menurut Mulyadi (2010) Kesulitan belajar memiliki bentuk-bentuk atau jenis-jenis, diantaranya yaitu :

1. Learning Disorder (Ketergangguan Belajar)

Adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya orang yang mengalami gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan.

2. Learning Disabilities (Ketidakmampuan belajar)

Adalah ketidakmampuan seorang murid yang mengacu kepada gejala dimana murid tidak mampu belajar (menghndari belajar), sehingga hasil belajarnya dibawah potensi intelektualnya.

3. Learning Disfunction (Ketidakfungsian belajar)

Menunjukkan gejala dimana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat indera atau gangguan psikologis lainnya.

4. Under Achiever (Pencapaian rendah)

Adalah mengacu kepada murid murid rendah yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.

5. Slow Learner (Lambat belajar)

Adalah murid yang lambat dalam proses belajarnya sehinnga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

Di dalam buku Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (2003) karya Abdurrahman menjelaskan beberapa jenis yang termasuk ke dalam kesulitan belajar khusus diantaranya :
1. Gangguan perkembangan motorik dan perceptual.
2. Kesulitan belajar kognitif.
3. Kesulitan belajar bahasa.
4. Kesulitan belajar membaca.
5. Kesulitan belajar menulis.
6. Kesulitan belajar matematika.

E. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesulitan Belajar

Perubahan tingkah laku merupakan salah satu tujuan belajar, namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam belajar. Faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam belajar ada 2 macam, yaitu :

a. Faktor Intern Belajar

Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam individu sendiri, misalnya kematangan, kecerdasan, motivasi dan minat.

b. Faktor Ekstern Belajar

Faktor ekstern erat kaitannya dengan faktor sosial atau lingkungan individu yang bersangkutan. Misalnya keadaan lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, guru dan alat peraga yang dipergunakan di sekolah.

1. Faktor Intern

a. Kematangan

Karena kematangan mentalnya belum matang, kita akan sukar mengajarkan konsep-konsep ilmu Filsafat kepada siswa sekolah dasar. Pemberian materi tertentu akan tercapai apabila sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu atau siswa. Oleh karena itu, baik potensi jasmani maupun rohaninya perlu dipertimbangkan lagi kematangannya.

b. Kecerdasan (IQ)

Keberhasilan individu mempelajari berbagai pengetahuan ditentukan pula oleh tingkat kecerdasannya, misalnya, suatu ilmu pengetahuan telah cukup untuk dipelajari oleh seseorang individu dalam taraf usia tertentu. Tetapi kecerdasan individu yang bersangkutan kurang mendukung, maka pengetahuan yang telah dipelajarinya tetap tidak akan dimengerti olehnya. Demikian pula dalam hal-hal yang lain, seperti dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, misalnya memasak dan membuat mainan sederhana, dalam tingkat yang sama tidak semuanya individu mampu mengerjakannya dengan baik.

c. Motivasi

Motivasipun menentukan keberhasilan belajar. Motivasi merupakan dorongan untuk mengerjakan sesuatu. Dorongan tersebut ada yang datang dari dalam individu yang bersangkutan dan ada pula yang datang dari luar yang bersangkutan, seperti peran orang tua, teman dan guru.

d. Minat

Minat belajar dari dalam individu sendiri merupakan faktor yang sangat dominan dalam pengaruhnya pada kegiatan belajar, sebab kalau dari dalam diri individu tidak mempunyai sedikitpun kemauan atau minat untuk belajar, maka pelajaran yang telah diterimanya hasilnya akan sia-sia. Otomatis pelajaran tersebut tidak masuk sama sekali di dalam IQ-nya.

2. Faktor Ekstern

a. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga pun sangat menentukan keberhasilan belajar. Status ekonomi, status sosial, kebiasaan dan suasana lingkungan keluarga ikut serta mendorong terhadap keberhasilan belajar. Suasana keluarga yang tentram dan damai sangat menunjang keharmonisan hubungan keluarga. Hubungan orang tua dan anak akan dirasakan saling memperhatikan dan melengkapi. Apabila anak menemukan kesulitan belajar, dengan bijaksana dan penuh pengertian orang tuanya memberikan pandangan dan pendapatnya terhadap penyelesaian masalah belajar anaknya.

b. Lingkungan Masyarakat

Peran masyarakat sangat mempengaruhi individu dalam belajar. Setiap pola masyarakat yang mungkin menyimpang dengan cara belajar di sekolah akan cepat sekali menyerap ke diri individu, karena ilmu yang didapat dari pengalamannya bergaul dengan masyarakat akan lebih mudah diserap oleh individu daripada pengalaman belajarnya di sekolah. Jadi peran masyarakat akan dapat merubah tingkah laku individu dalam proses belajar.

c. Guru

Peran guru dapat mempengaruhi belajar. Bisa dilihat dari cara guru mengajar kepada siswa, hal ini sangat menentukan dalam keberhasilan belajar. Sikap dan kepribadian guru, dasar pengetahuan dalam pendidikan, penguasaan teknik-teknik mengajar, dan kemampuan menyelami alam pikiran setiap individu siswa merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, guru sebagai motivator, guru sebagai fasilitator, guru sebagai inovator, dan guru sebagai konduktor masalah-masalah individu siswa, perlu menjadi acuan selama proses pendidikan berlangsung.

d. Bentuk Alat Pelajaran

Bentuk alat pelajaran bisa berupa buku-bukun pelajaran, alat peraga, alat-alat tulis menulis dan sebagainya. Kesulitan untuk mendapatkan atau memiliki alat-alat pelajaran secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar siswa. Siswa akan cenderung berhasil apabila dibantu oleh alat-alat pelajaran yang memadai. Alat pelajaran tersebut akan menunjang proses pemahaman anak. Misalnya, melalui praktek sederhana dari materi pelajaran yang telah mereka pelajari.

e. Kesempatan Belajar

Kesempatan belajar merupakan faktor yang sedang diupayakan Pemerintah melalui Wajib Belajar (Wajar) Pendidikan Dasar 9 Tahun yang mulai dicanangkan tahun pelajaran 1994/1995. Pencanangan Wajar tersebut merupakan alternatif pemberian kesempatan kepada para siswa, terutama bagi mereka yang orang tuanya berekonomi kurang mampu. Seorang anak yang tidak memiliki kesempatan belajar karena secara ekonomis kurang mampu, tetapi di sisi lain anak tersebut berintelegensi tinggi, maka ia akan menemukan hambatan dalam penyaluran aspirasi cita-citanya secara utuh. Walaupun motivasi begitu tinggi untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, tetapi apabila tidak didukung oleh ekonomi yang cukup, maka akan menemukan kendala yang relatif serius. Begitu pula sebaliknya, seorang anak dari keluarga yang mampu, memiliki intelegensi yang tinggi, bersekolah di sekolah favourit, dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang serba ada, belum tentu dapat belajar dengan baik, sebab masih ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi anak tersebut untuk belajar dengan baik, seperti motivasi belajar, keharmonisan lingkungan keluarga, jarak dari rumah ke sekolah yang cukup jauh sehingga melelahkan, perhatian khusus dari guru kelas, serta hal-hal lain yang memungkinkan ketidak berhasilan siswa tersebut. Fenomena lain kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan sering minggat dari sekolah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti :

1) Rendahnya kemampuan intelektual anak.
2) Gangguan perasaan / emosi.
3) Kurangnya motivasi untuk belajar.
4) Kurang matangnya anak untuk belajar.
5) Usia yang terlalu muda
6) Latar belakang sosial yang tidak menunjang.
7) Kebiasaan belajar yang kurang baik.
8) Kemampuan mengingat yang rendah.
9) Terganggunya alat-alat indera.
10) Proses belajar mengajar yang tidak sesuai.
11) Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar.

F. Pengajaran Remedial dan Kaitannya dengan Diagnosis Kesulitan Belajar

Kata remedial berasal dari bahasa Inggris yang artinya menyembuhkan atau membetulkan. Ini berarti bahwa pembelajaran remedial adalah pembelajaran yang bersifat menyembuhkan sehingga menjadi baik atau sembuh dari masalah pembelajaran yang dirasa sulit.[5] Adapun pengertian diagnostik sendiri adalah jika dilihat dari akar katanya, "diagnosa atau diagnosis berasal dari kata Yunani atau Greek "dia ("apart") dan gigno skein yang berarti mengetahui. "Gnosis" berarti pengetahuan/ pengenalan/ ilmu". [6]
[5] https://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-pembelajaran-remedial.html
[6] https://www.kompasiana.com/auliaandriani8461/5be017b66ddcae3a01487578/diagnostik-dan-remedial-teaching-untuk-kesulitan-belajar-siwa

Menurut Natawija dalam bukunya Pengajaran Remedial, mengemukakan bahwa dilihat dari arti katanya remedial berarti bersifat menyembuhkan/ membetulkan atau membuat menjadi baik. Sedangkan Menurut Nafsiah Ibrahim dan Partino dalam bukunya Pengantar Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial, pembelajaran remedial perlu diadakan bila telah diketahui terlebih dahulu apa dan bagaimana kesulitan belajar yang dialami peserta didik, pengajaran remedial merupakan bentuk khusus pengajaran yang meliputi cara mengajar, cara belajar, materi pelajaran, metode mengajar, fasilitas dan lingkungan yang ikut mempengaruhi proses belajar tersebut.

Oleh karena itu, pembelajaran remedial adalah sebuah bentuk pembelajaran yang sifatnya memperbaiki kekeliruan-kekeliruan siswa dalam belajar atau untuk lebih memberikan pemahaman yang lebih bagi siswa yang mengalami kelambatan dalam belajar, ini berarti bahwa pengajaran remedial merupakan lanjutan dari kegiatan-kegiatan diagnostik kesulitan belajar.

G. Tujuan dan Fungsi Pengajaran Remedial

a. Tujuan Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial bertujuan agar murid yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses perbaikan, baik segi proses belajar mengajar maupun kepribadian murid. Tujuan pengajaran remedial secara rinci adalah agar murid dapat :
1). Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi belajar meliputi segi kekuatan, kelemahan, jenis dan sifat kesulitan.
2). Memperbaiki cara-cara belajar ke arah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan yang dihadapi.
3). Memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitan belajarnya.
4). Mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang baik.

5. Mengatasi hambatan-hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya.

Dengan demikian, maka pembelajaran remedial bertujuan memberikan bantuan, baik yang berupa perlakuan pengajaran maupun yang berupa bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa yang mungkin disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Secara operasional kegiatan perbaikan yang dilaksanakan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar bertujuan untuk memberikan bantuan yang berupa perlakuan pengajaran kepada siswa yang lamban, sulit, gagal belajar, agar mereka secara tuntas dapat menguasai bahan pelajaran yang diberikan.[7]
[7] https://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-pembelajaran-remedial.html

b. Fungsi Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial mempunyai fungsi yang amat penting dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Adapun beberapa fungsi pengajaran remedial tersebut adalah :

1. Fungsi Korektif

Pengejaran remedial mempunyai fungsi korektif, artinya melalui pengajaran remedial dapat diadakan pembentukan atau perbaikan terhadap sesuatu yang dianggap masih belum mencapai apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Hal-hal yang diperbaiki atau dibetulkan melalui pengajaran remedial antara lain :
▪️ Perumusan tujuan.
▪️ Penggunaan metode mengajar.
▪️ Cara-cara belajar.
▪️ Evaluasi.
▪️ Segi-segi pribadi murid.

Dengan perbaikan terhadap hal-hal tersebut di atas, meka prestasi belajar murid beserta faktor-faktor mempengaruhi dapat diperbaiki.

2. Fungsi Penyesuaian

Yang dimaksud fungsi penyesuaian adalah agar dapat membantu murid untuk menyesuaian dirinya terhadap tuntutan kegiatan belajar. Murid dapat belajar sesuai dengan keadaan dan kemampuan pribadinya sehingga mempunyai peluang besar untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Tuntutan belajar yang diberikan murid telah disesuaikan dengan sifat jenis dan latar belakang kesulitannya sehingga murid diharapkan lebih terdorong untuk belajar.

3. Fungsi Pemahaman

Fungsi pemahaman adalah agar pengajaran remedial memungkinkan guru, murid dan pihak-pihak lain dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap pribadi murid. Demikian pula murid diharapkan dapat lebih memahami dirinya dan segala aspeknya. Begitu pula guru dan pihak-pihak lainnya dapat lebih memahami akan keadaan pribadi murid.

4. Fungsi Pengayaan

Fungsi pengayaan dimaksud agar pengajaran remedial dapat memperkaya proses belajar mengajar. Bahan pelajaran yang tidak disampaikan dalam pengajaran reguler, dapat diperoelh melalui pengajaran remedial. Pengayaaan lain adalah dalam segi metode dan alat yang dipergunakan adalam pengajaran remedial. Dengan demikian diharapkan hasil yang diperoleh murid dapat lebih banyak, lebih luas dan lebih dalam sehingga hasil belajarnya lebih kaya.

5. Fungsi Terapuetik

Dengan pengajaran remedial secara langsung atau tidak langsung dapat meyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian murid yang diperkirakan menunjukkan adanya penyimpangan. Penyembuhan kondisi kepribadian dapat menunjang pencapaian prestasi belajar, demikian pada sebaliknya.

6. Fungsi Akselarasi

Fungsi akselarasi adalah agar pengajaran remedial dapat mempercepat proses belajar baik dalam arti aktu maupun materi. Misalnya : murid yang tergolong lambat dalam belajar dapat dibantu lebih cepat proses belajarnya melalui pengajaran remedial.

Kelompok siswa yang masuk dalam pembelajaran remedial, yaitu : (a) kemampuan mengingat relatif kurang; (b) perhatian yang sangat kurang dan mudah terganggu dengan sesuatu yang lain disekitarnya pada saat belajar; (c) secara relatif lemah kemampuan memahami secara menyeluruh (d) kurang dalam hal memotivasi diri dalam belajar (e) kurang dalam hal kepercayaan diri dan rendah harapan dirinya; (f) lemah dalam kemampuan pemecahan masalah; (g) sering gagal dalam menyimak suatu gagasan dari suatu informasi; (h) mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep yang abstrak; (i) gagal menghubungkan suatu konsep lainnya yang relevan; (j) memerlukan waktu relatif lama dari pada yang lainnya untuk menyelesaikan tugas-tugas. [8]
[8] https://alisadikinwear.wordpress.com/2012/07/22/tujuan-fungsi-dan-prinsip-pengajaran-remedial/kunandar,2008

Dengan demikian, maka fungsi pembelajaran remedial dalam proses belajar mengajar di sekolah adalah sebagai penunjang terlaksananya kegiatan belajar siswa ke arah yang lebih baik. Untuk itu siswa sangat perlu diberikan bantuan serta bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajarnya. Dengan jalan ini kita menggunakan suatu bentuk pengajaran mengatasi kekeliruan-kekeliruan yang menjadi penyebab kesulitan belajar sehingga ia dapat memahami kembali konsep-konsep pelajaran yang pernah didapatkannya.
 
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas dapat di simpulkan bahwa Diagnosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis.

Diagnosis yang sebenarnya terhadap kesulitan belajar dilakukan dengan metode uji standar yang membandingkan tingkatan kemampuan seorang anak terhadap anak lainnya yang dianggap normal. Faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam, yaitu faktor internal (dari dalam diri peserta didik, baik fisik maupun psikis) dan faktor eksternal (seperti faktor keluarga, sekolah, masyarakat).

B. SARAN

Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan, semoga dapat menambah pengetahuan, wawasan serta bermanfaat bagi kita semua.Kami menyadari akan ketidaksempurnaan makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari teman-teman sangat bermanfaat untuk memperbaiki makalah selanjutnya.

Diagnostik kesulitan belajar merupakan salah satu cara yang disarankan penulis untuk mengatasi masalah kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik. Hal ini disebabkan karena konsep diagnostik kesulitan belajar ini menggunakan metode pendekatan yang memang cukup efektif menjadi solusi untuk masalah tersebut. Konsep diagnostik kesulitan belajar dan pengajaran remedial juga disarankan penulis untuk dipahami oleh calon pendidik yang akan terjun langsung ke dunia pendidikan dan menghadapi masalah kesulitan belajar pada peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Warkitri, dkk. 1990. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta: Karunika.

Mardiyati, Siti dkk. 1994. Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta : Penerbit UNS.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Achmadi Arief Saputra, 2016, “Konsep Diagnostik Kesulitan Belajar”, Karya Tulis Ilmiah, Gugusdepan 02.015-02.016, Pangkalan Universitas Mulawarman, Samarinda.

Ciri-Ciri Siswa Berkesulitan Belajar, https://gurubelajar.id/kesulitan-belajar-siswa-hakikat-ciri-ciri-bentuk-bentuk-dan-faktor-penyebab/ (diakses pada Kamis 10 November 2022, 05:58 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar