Kamis, 17 November 2022

Karakteristik Belajar

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan 
Dosen Pengampu : Dwi Puji Astuti, S.Si, M.Sc
Disusun Oleh Kelompok 6 Angkatan 5 :
1. Akmala Hayatina Rosmada (PAUD)
2. Anisah (PAUD)
3. Khairun Nisa Nurpratiwi (PAUD)
4. Siti Nur Jannah (PAUD)
5. Qonitah Anwar (PAUD)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas segala limpahan karunia Allah Subhanahu wa ta’ala. Dengan pertolongan dan kemudahan dari-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Shalawat dan salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam beserta keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqamah mengikutinya hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi Pendidikan yang berjudul “Karakteristik Belajar”. Dengan kerja sama yang baik dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terimakasih.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak sekali kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh sebab itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi membantu perbaikan dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang luas serta dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca dalam bidang psikologi pendidikan.

Pontianak, 16 November 2022
Penyusun Makalah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
1.2 Rumusan Masalah.
1.3 Manfaat Penelitian.
BAB II PEMBAHASAN.
A. Pengertian Karakteristik.
1. Karakteristik menurut beberapa ahli.
B. Pengertian belajar.
C. Ciri -ciri belajar.
D. Tujuan belajar.
E. Karakteristik belajar peserta didik.
1. Karakteristik belajar anak usia dini.
2. Karakteristik belajar anak usia SD.
3. Karakteristik belajar anak usia SMP.
4. Karakteristik belajar anak usia SMA dan dewasa.
F. Mengenal empat tipe dasar karakter manusia.
1. Sanguin.
2. Koleris.
3. Melankolis.
4. Plegmatis.
BAB III PENUTUP.
A. KESIMPULAN.
DAFTAR PUSTAKA.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Umat Islam disiapkan oleh Allah untuk hadir menjadi “Umat terbaik” (khairu ummah) yang siap menebarkan rahmat bagi semesta. Proyek penyiapan SDM unggul ini dituangkan secara terang benderang dalam Al-Qur’an .

Surah pertama yang turun adalah al-alaq. Muatan surah yang pertama kali turun ini adalah perintah untuk membaca, dan pembacaan pertama yang harus dilakukan oleh umat islam adalah membaca diri dan potensi-potensinya. Dengan membaca, dengan belajar menjadikan manusia mampu mengenali dirinya

Manusia diciptakan di muka bumi ini dengan berbagai karakter yang berbeda-beda. Ini adalah keunikan dan watak dasar dari setiap manusia. Karakteristik ini tidak hanya sifat bawaan sejak lahir, melainkan juga terbentuk melalui sosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Maka karakteristik yang berbeda inilah yang membuat siswa berbeda-beda dalam kemauan, minat dan gaya belajar yang dimiliki. Perbedaan inilah yang mendasari terjadinya hasil belajar yang berbeda-beda pula. Hal ini yang perlu dipelajari dan dipahami oleh seorang pendidik untuk memahami karakter belajar anak didiknya.

Dalam psikologi pendidikan, guru diharapkan mampu memahami aspek perilaku siswa serta karakter belajar siswa yang berbeda-beda sehingga guru bisa menjalankan tugas maupun perannya, karena sering kita jumpai anak yang belajar namun tidak menghasilkan apa-apa dalam belajar, tidak menemukan metode belajar yang tepat, dan tidak bergairah dalam belajar, kesadaran ini yang perlu kita tumbuhkan pada anak didik yang mungkin tidak memiliki tujuan belajar, atau malah kehilangan tujuan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan definisi tentang karakteristik belajar ?
2. Apa saja ciri-ciri dan tujuan belajar ?
3. Apa saja karakteristik belajar dari peserta didik di jenjang usia yang berbeda-beda ?
4. Apa saja 4 tipe dasar karakter manusia

1.3 Manfaat Penelitian

1. Mengetahui pengertian dari karakteristik belajar.
2. Mengetahui ciri-ciri dan tujuan dari belajar.
3. Mengetahui berbagai karakter belajar peserta didik di setiap fase usia.
4. Mengetahui karakter-karakter manusia untuk mengetahui cara belajar.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakteristik

Karakteristik menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan berbagai hal dengan sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Singkatnya, karakteristik tersebut dapat meliputi karakter, akhlak, perangai, kepribadian, perilaku, sifat, watak, hingga tabiat.

Sementara menurut Ryan dan Bohlin karakteristik berasal dari sebuah pola perilaku, sehingga karakter yang baik akan paham mengenai kebaikan, senang dengan kebaikan, serta mengerjakan sesuatu yang baik pula, begitu juga sebaliknya. Kemudian karakteristik menurut Maxwell adalah pilihan yang bisa menentukan sukses atau tidaknya seseorang. Berkaitan dengan proses belajar seseorang dan kemampuan menghadapi proses tersebut menjadi penentu tingkat keberhasilannya. [1]
[1]. https://cherishacademy.sch.id

B. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat.

Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan Pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing.

James O. Whittaker merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Drs. Slamet berpendapat, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah satu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll.

Sehingga dapat disimpulkan belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi terhadap lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. [2]
[2]. Dr. Afi Parnawi, M.Pd, Psikologi Belajar (Sleman : Deepublish, April 2009) hal : 1-2

Dari beberapa penjelasan ahli tentang karakteristik dan belajar, dapat disimpulkan bahwa karakteristik belajar pada umumnya adalah bersifat menetap pada diri individu, perubahan yang terjadi menyeluruh baik secara fisik maupun mental, perubahannya selalu ke arah yang positif dan lebih baik, bersifat permanen dan dapat dilakukan dengan adanya motivasi di dalam diri serta dapat terjadi seumur hidup. Ini mencerminkan bahwa karakteristik dari belajar itu sendiri adalah terjadinya perubahan yang lebih baik sebagai hasil dari kegiatan belajar.

C. Ciri-Ciri Belajar

Telah kita ketahui bahwa pada dasarnya hakikat belajar adalah adanya perubahan pada diri pembelajar. Dari yang tadinya tidak mengetahui jadi tahu, dari yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa, itulah belajar. Jika tidak ada perubahan maka belum bisa disebut dengan belajar. Mungkin semua orang dapat mengalami proses belajar, namun tidak semua orang dapat belajar.

Lalu perubahan seperti apa sehingga orang dapat dikatakan belajar? Tentunya ada ciri-ciri yang dapat diamati dari orang yang mampu belajar maupun tidak belajar. [3]
[3]. https://ilmu-pendidikan.net/pembelajaran/ciri-ciri-belajar

Suardi (2015, 12-13) mengemukakan bahwa beberapa ciri-ciri dari konsep belajar antara lain adalah sebagai berikut:

1. Perubahan yang bersifat fungsional. Perubahan yang terjadi pada aspek kepribadian seseorang mempunyai dampak pada perubahan selanjutnya. Karena belajar anak dapat membaca, karena belajar pengetahuan bertambah, karena pengetahuannya bertambah akan mempengaruhi sikap dan perilakunya.

2. Belajar terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual. Belajar hanya terjadi apabila dialami sendiri oleh yang bersangkutan, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Cara memahami dan menerapkan bersifat individualistik, yang pada gilirannya juga akan menimbulkan hasil yang bersifat pribadi.

3. Belajar adalah proses interaksi. Belajar bukanlah proses penyerapan yang berlangsung tanpa usaha yang aktif dari yang bersangkutan. Apa yang diajarkan guru belum tentu menyebabkan terjadinya perubahan, apabila yang belajar tidak melibatkan diri dalam situasi tersebut. Perubahan akan terjadi jika yang bersangkutan memberikan reaksi terhadap situasi yang dihadapi.

4. Perubahan berlangsung dari yang sederhana ke arah yang lebih kompleks. Seorang anak baru akan dapat melakukan operasi bilangan jika yang bersangkutan sedang menguasai simbol-simbol yang berkaitan dengan operasi tersebut. [4]
[4]. Suardi, Moh. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Dee Publish

5. Perubahan yang terjadi secara sadar. Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

6. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya.

7. Perubahan dalam belajar bukan bersifat temporer (sementara). Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.

8. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang ditetapkannya.

9. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. [5]

Dari poin-poin diatas, kita jadi dapat memahami bahwa karakter belajar memang hakikatnya adalah adanya perubahan pada diri pembelajar. Tentunya perubahan yang terjadi adalah perubahan ke arah yang lebih baik dimana dimulai dari perubahan yang sederhana hingga kompleks. Dalam ciri-ciri diatas dapat diketahui bahwa dalam proses belajar sangat penting adanya pengambilan keputusan dan reaksi tindakan terhadap keputusan yang diambil, karena hasil dari tindakan inilah yang menentukan adanya perubahan atau tidak.

Ini mengapa pendidikan sangat erat kaitannya dengan pembelajaran. Pendidikan yang memang pada dasarnya bertujuan mencerdaskan dan menghasilkan sumber daya yang terdidik tidak bisa dilakukan tanpa adanya pembelajaran.[6]
[6]. https://ilmu-pendidikan.net/pembelajaran/ciri-ciri-belajar

D. Tujuan belajar

Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa. Secara global tujuan dari belajar adalah terjadi perubahan pada diri seseorang menjadi lebih baik. Maka dari pernyataan tersebut akan dijelaskan secara rinci beberapa tujuan belajar berikut:

1. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku. Dengan adanya kegiatan belajar maka norma yang dimiliki oleh seseorang setelah ia melakukan kegiatan belajar akan berubah menjadi lebih baik. Dalam kegiatan ini pendidik bisa melatih dalam pembelajaran di sekolah, ini bisa dimulai dari pemberian contoh oleh pendidik itu sendiri. Jadi seorang pendidik harus senantiasa menjaga sikap agar bisa menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya, karena mengingat bahwa tujuan yang diinginkan dalam belajar adalah bersifat positif.

2. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari buruk menjadi baik, seperti merokok, minum-minuman keras, keluyuran, tidur siang, bangun terlambat, bermalas-malasan dan sebagainya. Kebiasaan tersebut harus diubah menjadi yang baik. Dalam kegiatan di sekolah, pendidik selain memberi pengetahuan melalui pelajaran yang di sampaikan, harus memberikan perhatian yang lebih mengenai peserta didik yang mempunyai kebiasaan buruk. Ini bisa dilakukan dengan pemberian kesadaran bahwa perbuatan yang dimiliki tersebut dapat memberikan dampak negatif bagi diri sendiri dan orang lain. Serta pendidik harus memberikan dorongan yang kuat untuk bisa menghilangkan kebiasaan negatif yang dimiliki peserta didik tersebut.

3. Belajar bertujuan mengubah sikap, dari negatif menjadi positif. Misalnya seorang anak yang tadinya selalu menentang orang tuanya, tetapi setelah ia mendengar, mengikuti ceramah-ceramah agama, sikapnya berubah menjadi anak yang patuh, cinta dan hormat kepada orang tuanya.

4. Belajar dapat mengubah keterampilan. Misalnya seseorang yang terampil main bulu tangkis, bola, tinju, maupun cabang olahraga lainnya adalah berkat belajar dan latihan yang sungguh-sungguh. Jadi kegiatan belajar dan latihan adalah hal yang perlu dilakukan agar terjadi perubahan yang baik pada diri seseorang.

5. Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu. Dalam kaitan hal ini pendidik lebih cenderung memperhatikan dalam penyaluran ilmu pengetahuan (transfer of knowledge). Pendidik harus memiliki kesiapan yang baik ketika ia akan mengajar dan adanya penggunaan pendekatan, strategi maupun metode agar dalam pembelajaran peserta didik tidak merasakan suasana yang membosankan. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan materi, karakteristik pendidik, sarana dan prasarana, biaya, dan sebagainya agar pembelajaran berhasil dengan baik.[7]
[7]. https://disdikpora.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/apa-tujuan-belajar-97

E. Karakteristik belajar peserta didik di setiap usia.

1) Karakteristik Belajar Anak Usia Dini

Setiap fase kehidupan manusia memiliki karakteristik belajar yang berbeda sesuai dengan kebutuhan perkembangan fisik maupun psikologisnya. Demikian pula halnya anak usia dini, dimana mereka memiliki karakteristik belajar yang mencolok dengan rentang usia selanjutnya; remaja, dewasa maupun lansia, baik secara kualitas maupun sifatnya. Terlebih pada fase dini setiap anak memiliki milyaran sel neuron yang siap untuk dikembangkan dalam berbagai aspek; baik fisik, motorik, intelegensi, sensoris, linguinstik, emosional, dan lain-lain.

Berbagai keistimewaan pada anak usia dini, tidak justru mengurangi upaya optimalisasi pengembangan belajarnya. Hal ini dikarenakan mereka dapat distimulus dan difasilitasi sesuai dengan prinsip dan karakteristik belajarnya yang unik dan khas. Hal ini perlu dipahami dan dikaji secara spesifik dan mendalam karena dengan mengenal ciri belajar anak usia dini yang khas, baik orangtua maupun guru akan dengan mudah melejitkan potensi fitrah mereka agar berkembang dengan sempurna. Hasil analisis menunjukkan bahwa:

1. Anak usia dini yang distimulus dengan pengalaman-pengalaman belajar yang tepat dan dibutuhkannya akan berkembang sebagai individu yang berkarakter dalam mengoptimalkan seluruh potensi dirinya.

2. Anak usia dini memiliki karakteristik belajar yang unik dan diposisikan sebagai seorang raja bagi dunianya, yaitu dunia bermain.

3. Anak usia dini memiliki 3 metode dalam belajar, yaitu: peniruan, pengalaman praktis dan berpikir yang tentunya senantiasa dilakukan melalui kegiatan bermain yang menjadi kekhasannya yang menonjol.

4. Anak usia dini memiliki empat gaya belajar yang juga dapat identifikasi melalui dunia bermain yang disenanginya. Keempat gaya tersebut adalah: auditorial, visual, kinestetik, dan campuran. [8]
[8]. https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/bunayya/article/view/6379

Karakteristik belajar Anak Usia Dini menurut Badru Zaman :

a. Anak berbeda satu dengan yang lain

Anak memiliki bawaan, minat, kapabilitas/kemampuan, dan latar belakang kehidupan masing-masing. Hal inilah yang membuat anak bersifat unik.

b. Anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang kepentingan dirinya sendiri. Dalam hal ini anak bersifat egosentris. Bagi anak yang masih bersifat egosentris sesuatu itu akan penting sepanjang hal tersebut terkait dengan dirinya.

c. Anak lazimnya senang melakukan berbagai aktivitas.

Selama terjaga dari tidur, anak seolah-olah tak pernah lelah, tak pernah bosan dan tak pernah berhenti beraktivitas. Anak menunjukan sifat aktif dan energik. Keingintahuan yang besar dari anak merupakan salah satu pendorong bagi mereka untuk terus melakukan kegiatan tanpa mengenal kata lelah dan bosan. Kegiatan pembelajaran atau permainan yang monoton dan tidak menantang seringkali membuat anak menunjukan sikap malas-malasan terhadap kegiatan yang ditawarkan oleh guru. Hal tersebut dapat dimaklumi karena anak merasa tidak dapat mendapatkan sesuatu yang membangkitkan rasa kaingintahuan sesuai dengan karakterisktik mereka.

d. Anak bersifat exploratif dan berjiwa petualang.

Dengan didorong rasa ingin tahu yang kuat, anak lazimnya senang menjajah, mencoba dan mempelajari hal-hal baru. Dia senang membongkar pasang alat-alat mainan yang baru dibelinya. Kadang-kadang ia terlibat secara intensif dalam kegiatan memperhatikan, mempermainkan, dan melakukan sesuatu dengan benda-benda yang dimilikinya.

e. Anak memiliki daya perhatian yang pendek

Anak lazimnya memiliki daya perhatian yang pendek kecuali terhadap hal-hal yang secara intrinsic menarik dan menyenangkan. Ia masih sangat sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu dalam jangka waktu yang lama.

f. Dengan rasa ingin tahu yang kuat, anak usia dini cenderung banyak memperhatikan, membicarakan, dan mempertanyakan berbagai hal yang sempat dilihat dan didengarnya, terutama terhadap hal-hal yang baru. Dalam hal ini akan menunjukan sifat memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.

g. Anak senang dan kaya akan fantasi / daya khayal.

Anak senang dengan hal-hal yang imajinatif/ sifatnya berkhayal. Dengan karakteristik ini, anak tidak saja sengan terhadap cerita-cerita khayal yang disampaikan oleh orang lain, tetapi ia sendiri juga senang bercerita kepada orang lain. Kadang-kadang ia bahkan dapat bercerita melebihi pengalaman aktualnya/nyata pada usianya atau kadang bertanya tentang hal-hal yang ghaib.

h. Anak masih mudah frustasi.

Umumnya anak masih mudah kecewa bila menghadapi sesuatu yang tidak memuaskan, ia akan mudah menangis atau marah apabila keingiannya tidak terpenuhi. Kecenderungan perliaku anak seperti ini terkait dengan sifat egosentrisnya yang masih kuat, sifat spontanitasnya yang masih tinggi, serta rasa empatinya yang masih relative terbatas.

2) Karakteristik Belajar Anak Usia Sekolah Dasar (SD)

Dalam memahami kebutuhan Pendidikan pada anak usia sekolah dasar, perlu juga diketahui karakteristik belajar anak usia sekolah dasar antara lain sebagai berikut ;

a. Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan terlebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai.

b. Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.

c. Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang bekerja dalam kelompok. Dari bergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif).

d. Karakteristik yang keempat anak SD adalah senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, peran jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa.[9]
[9]. www.google.com, Artikel oleh Nursidik Kurniawan: Karakteristik dan Kebutuhan Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar, 15 Oktober 2007.

3. Karakteristik Belajar Anak Usia SMP

Siswa SMP mengalami masa remaja satu periode perkembangan sebagai transisi masa anak-anak menuju masa dewasa. Siswa SMP sebagai peserta didik dipandang ahli psikologi sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Ketidakjelasan karena mereka berada pada priode transisi dari periode kanak-kanak menuju periode dewasa.

Menurut Sukintaka (1991:45), anak setingkat SMP kira-kira mempunyai usia 13-15 tahun, mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Karakteristik Jasmani

1) laki-laki maupun putri terdapat pertumbuhan yang cepat.
2) membutuhkan pengaturan istirahat yang baik.
3) merasa mempunyai ketangguhan dan sumber energi yang terbatas.
4) mudah lelah tetapi tidak dihiraukan.
5) mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat.
6) anak laki-laki mempunyai kecepatan dan kekuatan otot lebih baik dari pada putri.
7) kesiapan dan kematangan untuk keterampilan belajar menjadi lebih baik.

b. Karakteristik Psikis atau Mental

1) banyak mengeluarkan energi untuk fantasinya.
2) ingin menentukan pandangan hidup.
3) mudah gelisah karena keadaan yang lemah.
4) Rasa ingin tahu yang tinggi dan berpikir kritis

c. Karakteristik Sosial

1) ingin tetap diakui oleh kelompoknya.
2) mengetahui moral dan etika dari kebudayaan.
3) persekawanan yang makin tetap berkembang.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa SMP terbagi kedalam tiga tahap yaitu: jasmani, psikis, dan sosial. Perlu diketahui, bahwa untuk fantasi atau imajinasi, kecepatan tubuh, serta kematangan sejenisnya, banyak dibutuhkan energi dalam jumlah besar maka terjadilah kemerosotan jasmani maupun psikis. Karakter anak pada usia remaja sering terjadi kemurungan dan fantasi yang berlebihan. Keadaan ini menyebabkan rasa tidak mampu sehingga enggan bergerak. Selain itu dapat diketahui ada beberapa keburukan dari karakteristik siswa SMP antara lain: mudah gelisah, emosi kurang terkontrol, dan takut untuk gagal. Dengan kondisi seperti ini maka siswa memerlukan dorongan orang yang lebih berpengalaman. Dalam hal ini peran guru disekolah untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa di sekolah baik pada proses pembelajaran maupun diluar pembelajaran.

Upaya yang dapat dilakukan guru dalam menumbuhkan karakter belajar anak usia SMP bisa dengan mendorong anak untuk melakukan riset dan penalaran atau membimbing anak untuk melakukan project based innovation (pembelajaran berinovasi).

4. Karakteristik belajar anak usia SMA dan dewasa

Ciri-ciri belajar usia SMA dan dewasa menurut Soedomo (1989) adalah :
a. lebih menyukai suasana belajar yang menyenangkan dan menantang.
b. lebih sering berpusat pada target pencapaian.
c. lebih fokus dan bersungguh-sungguh untuk menguasai suatu keterampilan ataupun pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
d. belajar secara mandiri, bebas, dan bertanggung jawab. Mereka cenderung tidak suka digurui, namun suka menerima saran.
e. senang dengan pembelajaran yang memungkinkan timbulnya pertukaran pendapat yang memungkinkan terjadinya komunikasi timbal balik.
f. menyukai pembelajaran yang praktis (learning by doing)

Anak usia SMA menuju dewasa diharapkan sudah tahu mengapa mereka perlu belajar. Bagi orang dewasa belajar berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya.[10]
[10]. Pannen dalam Suprijanto, 2008

F. Mengenal empat tipe dasar karakter atau kepribadian manusia

Mengetahui karakter manusia akan membuat kita mengetahui pula cara belajar yang sesuai dan cocok. Karena beda karakter seharusnya beda pula cara belajarnya.

Karakter manusia dibagi empat kategori, yaitu: Sanguin, Koleris, Melankolis dan Plegmatis. Ini adalah keunikan dan watak dasar dari setiap manusia. Ini adalah kepribadian sebagaimana ia dilahirkan dan diturunkan dari orang tuanya. Seperti beberapa orang dilahirkan dengan mata biru, beberapa orang pun dilahirkan sanguin Beberapa orang dilahirkan dengan rambut hitam, maka beberapa orang kepribadiannya melankolis. Tidak ada satu kepribadian yang lebih baik dari yang lain. Pengenalan ini dibuat untuk memahami orang lain dan diri sendiri lebih baik serta menggunakannya untuk kemajuan khususnya dalam hal belajar.

1) Sanguin

Kepribadian sanguin adalah bertipe mempunyai energi besar, suka bersenang-senang, temannya banyak, cenderung populer, modis, berpenampilan menarik, positif, banyak tertawa dan supel. Suka memulai percakapan dan menjadi sahabat bagi semua orang. Biasanya optimis dan selalu menyenangkan. Tipe orang-orang yang banyak dirindukan kehadirannya oleh orang lain. Jika berbicara pasti penuh alman, intonasi dan gesture. Mereka suka mencari perhatian, sorotan, kasih sayang, dukungan, dan penerimaan orang-orang yang disekitarnya.

Tipe sanguin tidak tahan melihat orang asing di depan mereka tanpa memberi tanggapan kepadanya. Dalam pergaulan, orang sanguin sering dikenal sebagai talk active atau "si tukang bicara". Orang sanguin adalah orang yang suka bergaul dan spontan. Mereka jarang khawatir akan masa depan dan masa lalu, mereka menikmati lebih banyak kegembiraan dari hari-hari yang dilaluinya dibandingkan dengan tipe- tipe lainnya. Orang Sanguin biasanya bukan pemikir berat, mereka menafsirkan kejadian- kejadian yang ada dengan cepat. Kadang-kadang mereka mendapat kesulitan karena jarang mengantisipasi dari pilihan itu atau tindakan mereka. Perasaan mereka mempunyai peranan yang sangat dominan didalam segala sesuatu, sehingga mereka cenderung membuat keputusan keputusan yang bersifat emosional Tapi belajar dari pengalaman, keputusan keputusan yang bersifat emosional hampir selalu merupakan keputusan keputusan yang buruk.

Namun kelemahannya, ia tidak teratur, emosional, ia suka pelupa, cepat bosan, semangat di depan tetapi kehilangan motivasi di akhir jalan, suka memotong pembicaraan orang lain, berantakan, tidak konsisten dan sensitif terhadap apa yang dikatakan orang terhadap dirinya, dia cenderung impulsive, yaitu orang yang bertindak sesuai emosi atau keinginannya. Orang yang menonjol karakter-karakter sangunisnya berbakat untuk menjadi pembicara, public relations, atau marketing.

2) Koleris

Tipe koleris adalah juga tipe terbuka tetapi biasanya tingkat keterbukaannya lebih rendah daripada tipe Sanguin yang super terbuka. Orang Koleris adalah juga orang yang aktif, semangat pekerja keras, ambisius, motivator bagi orang lain. Karena sifatnya yang berkemauan keras mandiri dan berpendirian keras, orang koleris cenderung keras kepala. Kompromi merupakan hal yang sangat sulit bagi mereka kecuali kompromi itu bermanfaat bagi tujuan yang mereka miliki. Mereka mempunyai tujuan untuk segala sesuatu dari kesehatan jasmani sampai tingkah laku anak. Mereka adalah tipe yang suka mengambil alih, yang suka memerintah orang- orang lain disekeliling mereka, tidak peduli apakah orang itu menyukainya atau tidak.

Orang Koleris tidak pernah untuk mencoba untuk tidak menguasai suatu situasi dan mereka hidup penuh dengan pertentangan. Bagian dari sifat dasar mereka yang belum berkembang adalah emosi mereka. Mendapatkan persetujuan dari mereka hampir merupakan hal yang tidak mungkin. Mencapai tujuan mereka adalah ambisi bagi orang Koleris. Seseorang yang kolerik adalah seseorang yang dikatakan berorientasi pada pekerjaan dan tugas, dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi. Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan akan bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya.

Tipe orang-orang Koleris adalah orang-orang yang biasanya tahu apa yang ia inginkan, terus berusaha untuk mendapatkannya dengan caranya sendiri, suka berorientasi pada sasaran, aktivitasnya dicurahkan untuk berprestasi, memimpin, dan mengorganisasikan, menuntut loyalitas dan penghargaan dari sesama, berusaha mengendalikan atau mengkoordinasikan dan mengharapkan pengakuan atas prestasinya, serta suka ditantang dan mau menerima tugas-tugas sulit. Tapi mereka juga suka merasa benar sendiri, suka kecanduan jika melakukan sesuatu, keras kepala, dan tidak peka terhadap perasaan orang lain. Mereka sering diidentifikasikan sebagai 'si pelaksana".

la sangat bakat menjadi pemimpin dan berkeinginan kuat. Tidak kenal takut dan selalu mencoba cara-cara baru. Tidak mudah digugah. Sehingga kelemahannnya pun berkisar di sekitar itu juga, seperti keras kepala, mudah marah, cenderung bossy, bisa manipulatif dan cenderung tidak punya perasaan. Dari cara berbicaranya pun tegas dan tidak suka bertele-tele. Kelemahan orang yang berciri koleris adalah kurangnya kemampuan untuk bisa merasakan perasaan orang lain (empati), belas kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga agak minim, karena perasaannya kurang bermain. Jadi ketika kita berkomunikasi atau berhubungan dengan tipe Koleris, kita tidak boleh ragu, lambat, bertele-tele dan terlalu emosional.

3) Melankolis

Tipe yang paling berbakat dari semua tipe adalah tipe melankolis sekalipun mereka tipe paling akhir yang menghargai bakat mereka sendiri. Tipe Melankolis mempunyai sifat dasar yang tertutup. Mereka sering mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi dan bersifat estetis yang mendalam sehingga mereka lebih menghargai seni dibandingkan dengan perangai yang lainnya. Tipe melankolis cenderung suka murung dan mudah putus asa.

Orang melankolis dilahirkan sebagai orang perfeksionis (menuntut kesempurnaan), sering meremehkan diri mereka sendiri untuk tidak melakukan dengan lebih baik walaupun pada kenyataannya produktivitas mereka lebih daripada kebanyakan perangai lainnya. Mereka adalah orang yang mau mengorbankan diri sendiri, serius, dan takut akan kegagalan. Mereka mempunyai sifat dasar yang teliti, hidup dengan tantangan atau visi untuk menginvestasikan hidup mereka, tetapi jarang dapat menghasilkan sendiri.

Tipe melankolis adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling bagus, yang paling sempurna dan dia memang adalah seseorang yang mengerti estetika keindahan hidup ini. Perasaannya sangat kuat dan sangat sensitif. Kelemahan orang melankolis, ia mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan murung.

Orang-orang melankolis semuanya selalu rapi, ada pada tempatnya dan mempunyai prosedur. Ia menyukai hal-hal yang detil. Selalu memikirkan segala hal dan menganalisanya. Walaupun kreatifitasnya pun sangat tinggi. Tipe orang-orang yang sensitif dan romantis masuk dalam kategori ini. cenderung diam dan pemikir. berusaha mengejar kesempurnaan dan apa yang menurutnya penting. la butuh ruang dan ketenangan supaya mereka bisa berpikir dan melakukan sesuatu.

la berorientasi pada tugas, sangat berhati-hati, dan suka keteraturan. Karenanya mereka sering kecewa dan depresi jika apa yang diharapkannya tidak sempurna, la sering diidentifikasi sebagai "si perfeksionis" atau "si pemikir". Menahannya, ia cenderung negatif, pendendam, tidak mudah mempercayai orang lain, moody, depresif dan menyendiri. Jadi, bila menghadapi orang-orang melankolis, jadilah lebih sensitif dan berikan data-data pendukung karena ia akan terus butuh dibuktikan. Mereka bakat menjadi peneliti dan ilmuwan.

4) Plegmatis

Tipe Plegmatis merupakan orang yang tertutup yang sangat diam, tidak menuntut, kalem dan lambat. Mereka jarang mengeluarkan ide-ide atau perasaan jika mereka tidak yakin mereka tidak akan melukai atau menyakiti orang lain. Orang plegmatik merupakan orang yang sangat baik dengan sifat yang bahagia dan menyenangkan. Banyak yang dari mereka sangat lucu karena mereka mempunyai daya humor. Mereka dilahirkan dengan bakat diplomat dan pembawa damai, mereka dicintai oleh anak-anak. Orang-orang Plegmatis merupakan teman yang menyenangkan dan tidak menakutkan. Dua dari kelemahan mereka yang utama adalah rasa takut dan egois, walaupun mereka menunjukkan sikap ini dengan sangat diplomatis sehingga bahkan beberapa teman baik mereka tidak mengenal mereka.

Tipe plegmatik adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cenderung tidak beremosi, tidak menampakkan perasaan sedih atau senang. Naik turun emosinya itu tidak nampak dengan jelas. Orang ini memang cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup baik, ia introspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya.

Kelemahan orang plegmatis adalah ia cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah, sehingga suka mengambil jalan pintas yang paling mudah dan gampang, cenderung penakut, lamban, selalu kuatir, dan tidak dapat mengambil keputusan.

Bersabarlah menghadapi orang-orang plegmatis, terutama dari nada suara kita, karena kita akan mengintimidasi dan lebih menjauhkan mereka.

Orang-orang plegmatis itu pencinta damai, tidak menyukai perselisihan, sangat sabar, berbakat menjadi mediator. la sangat menyenangkan, konsisten dan pendengar yang baik. Banyak orang suka curhat kepada tipe plegmatis. la seimbang, stabil, merasa diri sudah cukup, dan tidak merasa perlu merubah dunia. Tidak suka mempersoalkan hal-hal sepele, tidak suka risiko atau tantangan, dan butuh waktu untuk menghadapi perubahan.

Mereka kurang disiplin dan motivasi sehingga suka menunda-nunda sesuatu, Mereka kadang dipandang sebagai yang lamban. Bukannya karena ia kurang cerdas, tapi justru karena ia lebih cerdas dari orang lain, tak suka keramaian atau banyak bicara, namun, banyak akal dan bisa mengucapkan kata yang tepat, sehingga cocok menjadi negosiator. Kadang diidentifikasikan sebagai 'si pengamat’.

Bagaimana cara belajar yang terbaik? Semua Tergantung karakter kita! Jika kita ;
▪️ Sangunis : suka belajar dengan cara yang menyenangkan.
▪️ Koleris : suka belajar menggunakan cara sendiri.
▪️ Plegmatis : suka belajar dengan cara yang mudah.
▪️ Melankolis: suka belajar dengan cara yang benar.

Apa yang disukai dalam belajar?
▪️ Sangunis : suka belajar sambil bermain.
▪️ Koleris : tidak suka belajar yang bertele-tele.
▪️ Plegmatis: suka suasana belajar yang menyenangkan bagi semua orang.
▪️ Melankolis: suka dengan fakta dan angka.

Orang koleris dalam belajar ingin cepat. la tak sabar berpindah bab atau pembahasan. Sehingga ia terkesan tergopoh-gopoh. Sementara plegmatis sebaliknya. la cenderung lamban dan mempermudah segalanya dengan sikap santainya. Kalau orang sanguin sulit menyelesaikan tugas tanpa bantuan orang lain. Kesulitan yang sulit dipahami orang melankolis, sehingga orang melankolis akan mengecapnya sebagai orang bodoh yang sukanya bicara saja.

Agar belajar menjadi efektif, kita harus belajar banyak dari melankolis yang perilakunya intelek, suka dengan fakta dan data serta berisi. Namun bukan berarti melankolis yang terbaik. la juga banyak tidak bisa melakukan apa yang bisa dilakukan orang-orang sanguin, koleris atau plegmatis.

Antusiasme yang tinggi tampak dari si sanguin, tapi dia sulit mewujudkan antusiasmenya karena selalu merasa sulit menemukan waktu untuk memulainya. Maka ia harus menggali karakter melankolisnya. Atau ia cocok untuk belajar berkelompok dimana didalamnya ada orang-orang melankolis. Tapi jika kelompok tersebut berisi melankolis semua, maka kondisi tertekan dan cenderung pesimis akan terjadi. Disini dibutuhkan sifat sanguinis yang optimis atau sifat koleris yang akan menguatkan motivasi.

Memang setiap sifat dasar atau karakter ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk kelebihan, jelas kita harus manfaatkan untuk agama dan dakwah, bisa juga untuk menjadi orang yang memberikan banyak manfaat bagi manusia, sedangkan kekurangannya bisa kita perbaiki untuk menjadi lebih baik.[11]
[11]. Psikologi Islam yang sempurna karya dr Raehanul Bahraen hal : 172

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Karakteristik belajar pada umumnya adalah bersifat menetap pada diri individu, perubahan yang terjadi menyeluruh baik secara fisik maupun mental, perubahannya selalu ke arah yang positif dan lebih baik, bersifat permanen dan dapat dilakukan dengan adanya motivasi dari dalam diri serta dapat terjadi seumur hidup. Ini mencerminkan bahwa karakteristik dari belajar itu sendiri adalah terjadinya perubahan yang lebih baik sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Dengan mengetahui ciri-ciri dan tujuan dari belajar diharapkan pendidik mampu untuk mewujudkan dan mendukung proses perubahan dan perkembangan peserta didiknya sesuai karakter, sifat bakat mereka. Karena perubahan adalah hasil akhir dari semua proses pembelajaran. Dengan ini tidak ada lagi siswa yang merasa tidak mendapat apa-apa dari belajar, tidak ada orang tua atau guru yang merasa gagal dalam mendidik anak-anaknya.

Mengetahui karakteristik atau sifat dasar manusia mempunyai peran yang amat penting dalam proses belajar, karena kita tidak sedang mengajar robot yang bisa kita atur sesuai keinginan kita, kita berhadapan dengan sesama manusia yang mempunyai akal dan perasaan.

Tugas pendidik untuk memberikan kesempatan belajar yang sesuai dengan karakter siswa, sesuai dengan gaya belajarnya. Tugas kita membimbing agar siswa tumbuh kecintaan nya pada belajar, karena apabila telah tumbuh kecintaannya maka mereka akan menjadi pembelajar seumur hidupnya. Hasil belajarnya akan tampak sepanjang kehidupannya.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Afi Parnawi, M.Pd, Psikologi Belajar (Sleman : Deepublish, April 2009)

Suardi, Moh, Belajar dan Pembelajaran. (Yogyakarta: Dee Publish, 2015)

Abdul Kholiq, Pendidikan Karakter Nabawiyah, (Semarang : Rumah Karakter, 2017)

Dr. Raehanul Bahraen, PSIKOLOGI ISLAM YANG SEMPURNA, (Yogyakarta: Muslimafiyah Publishing, 2018)


https://www.google.com, Artikel oleh Nursidik Kurniawan: Karakteristik dan Kebutuhan Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar, 15 Oktober 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar