Jumat, 14 Oktober 2022

Teori-Teori Belajar Dalam Pembelajaran

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran 
Dosen Pengampu : Humaidi Tamri, Lc, M.Pd
Disusun Oleh Kelompok 1 Angkatan 5 :
1. Alberza (PAI)
2. Osa Maliki (MPI)
3. Rama Hidayat (PAI)
4. Nila Sari (PAI)
5. Suci Mardhotilla (PAUD)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami haturkan kepada Allah Ta‟ala. Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Teori-Teori Belajar Dalam Pembelajaran” dapat kami selesaikan dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang teori-teori belajar dan pembelajaran yang sering digunakan didunia pendidikan. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah ta‟ala karuniakan kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun dengan baik melalui beberapa sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kami bantuan, semangat dan doa sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat menjadi pengetahuan dan ilmu untuk kami dan para pemmbaca.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Lahat, 13 Oktober 2022 M/17 Rabi‟ul Awal 1444 H
Penyusun Makalah Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kelompok Satu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Manfaat Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prinsip-Prinsip Belajar Dan Pembelajaran
2.2 Klasifikasi Teori Belajar Dalam Pembelajaran
2.3 Paradigma Pembelajaran
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori belajar terdiri dari dua kata penting yaitu teori dan belajar. Menurut Mc. Keachie dalam Grendel (1991:5) teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata. Sedangkan menurut Hamzah (2003:26) teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variabel yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar menggambarkan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana agar individu dapat dilibatkan secara aktif untuk dapat membuat atau memperbaiki hasil belajar yang didapatkannya menjadi suatu pengalaman yang bermanfaat bagi dirinya. Pembelajaran adalah suatu system yang membantu seseorang untuk belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.

Dari definisi teori dan belajar yang sudah dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Teori pembelajaran sangat menentukan bagaimana proses pembelajaran akan terjadi. Sangat penting bagi seorang guru dalam menguasai teori belajar dan pembelajaran agar dapat mempertanggungjawabkan perilaku mengajarnya dikelas secara ilmiah. [1]
[1]. Nita Oktifa, “macam macam teori belajar dan pembelajaran yang harus guru tahu“,https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/macam-macam-teori-belajar-dan-pembelajaran-yang-harus-guru-tahu., (diakses pada 10 Oktober 2022, pukul 20.46)

Belajar dan teori belajar akan sangat membantu guru dengan kedewasaan dan wibawa dalam mengajar, meneliti siswa, menerapkan prinsip-prinsip psikologi dan mengevaluasi metode pengajarannya sendiri. Seorang guru yang benar-benar kompeten akan memiliki kekayaan gaya mengajar, dengan kriteria memilih cara yang tepat untuk menyampaikan pengalaman belajar mengajar berdasarkan materi yang akan disampaikan. Hal ini hanya dapat dicapai jika guru memiliki pemahaman tentang teori belajar.

Teori belajar memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, baik formal, informal maupun informal. Teori belajar akan menentukan bagaimana proses belajar itu terjadi. Sebelum merancang suatu mata kuliah, guru harus menguasai beberapa teori tentang pembelajaran, termasuk beberapa metode pembelajaran. Tujuan penguasaan teori ini adalah agar guru dapat menjelaskan secara ilmiah perilaku mengajarnya di kelas. Melalui teori belajar ini, guru akan memahami berbagai cara siswa belajar dan menghubungkan prinsip dan keteraturan mereka dengan teknik pengajaran untuk pembelajaran yang berkesan..

Guru yang sudah menguasai TBP (Learning & Learning Theory) dan guru yang belum menguasai TBP pasti akan memiliki metode pengajaran yang berbeda. Guru yang telah menguasai TBP tentunya dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran untuk siswanya. Jika guru menggunakan metode pembelajaran yang benar maka proses belajar mengajar siswa secara otomatis akan menjadi lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa. [2]
[2] “Guru perlu menguasai teori belajar & pembelajaran karena pengaruhnya besar pada anak”, http://www.prestasibimbel.com/index.php/artikel/pendidikan/39-guru-perlu-menguasai-teori-belajar-pembelajaran-karena-pengaruhnya-besar-pada-anak-didik, (diakses pada 10 Oktober 2022, pukul 20.52)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran ?
2. Apa saja klasifikasi teori belajar dalam pembelajaran ?
3. Jelaskan tentang paradigma pembelajaran ?

1.3 Manfaat Penelitian

1. Mengetahui prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran
2. Mengetahui klasifikasi teori belajar dalam pembelajaran
3. Mengetahui tentang paradigma pembelajaran

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Prinsip-Prinsip Belajar Dan Pembelajaran

1. Prinsip Kesiapan (Readiness)

Proses belajar dipengaruhi kesiapan peserta didik, yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang peserta didik yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.

2. Prinsip Motivasi (Motivation)

Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajagan dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogianya didorong dan bukan dihambat dengan memberikan aturan yang sama untuk semua anak.

Perhatian dalam belajar dan pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Kenyataan menunjukkan bahwa tanpa perhatian tidak mungkin terjadi pembelajaran baik dari pihak guru sebagai pengajar maupun dari pihak peserta didik yang belajar. Perhatian peserta didik akan timbul apabila bahan pelajaran yang dihadapinya sesuai dengan kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu sebagai sesuatu yang dibutuhkan tentu perhatian untuk mempelajarinya semakin kuat.

Secara psikologis, apabila sudah berkonsentrasi (memusatkan perhatian) pada sesuatu maka segala stimulus yang lainnya tidak diperlukan. Akibat dari keadaan ini kegiatan yang dilakukan tentu akan sangat cermat dan berjalan baik. Bahkan akan lebih mudah masuk ke dalam ingatan, tanggapan yang terang, kokoh dan lebih mudah untuk diproduksikan.

Motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau keinginan untuk belajar itu timbul dari dirinya. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal:
(a) Mengetahui apa yang akan dipelajari,
(b) Memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.

Kedua hal ini sebagai unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil.

3. Prinsip Persepsi dan Keaktifan

“Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi”. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu. Seseorang guru akan dapat memahami peserta didiknya lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu.

Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu aktif. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai pada kegiatan psikis yang susah diamati. Dengan demikian belajar yang berhasil harus melalui banyak aktivitas baik fisik maupun psikis. Bukan hanya sekedar menghafal sejumlah rumus-rumus atau informasi tetapi belajar harus berbuat, seperti membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.

Prinsip aktivitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus di-peroleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energi sendiri dan dapat menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Jadi, dalam pembelajaran yang mengolah dan mencerna adalah peserta didik sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing, guru hanya merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan pelajaran.

4. Prinsip Tujuan dan Keterlibatan Langsung

“Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi”. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang. Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktivitas mengajar dan belajar, maka guru harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran.

5. Prinsip Perbedaan Individual

“Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang”. Proses pengajaran seyogianya memperhatikan perbedaan individual dalam kelas sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh peserta didik. Karena itu seorang guru perlu memperhatikan latar belakang, emosi, dorongan dan kemampuan individu dan menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut.

Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah pada saat ini masih cenderung berlangsung secara klasikal yang artinya seorang guru menghadapi 30-40 orang peserta didik dalam satu kelas. Guru masih juga menggunakan metode yang sama kepada seluruh peserta didik dalam kelas itu. Bahkan mereka memperlakukan peserta didik secara merata tanpa memperhatikan latar belakang sosial budaya, kemampuan, atau segala perbedaan individual peserta didik. Padahal tiap peserta didik memiliki ciri-ciri dan pembawaan yang berbeda. Ada peserta didik yang memiliki bentuk badan tinggi kurus, gemuk pendek, ada yang cekatan, lincah, periang, ada pula yang lamban, pemurung, mudah tersinggung dan beberapa sifat-sifat individu yang berbeda.

Untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka guru harus benar-benar dapat memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut. Begitu pula guru harus mampu mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan sampai pada tahap terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, sehingga peserta didik secara total dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik tanpa perbedaan yang berarti walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.

6. Prinsip Transfer, Retensi dan tantangan

“Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru”. Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Proses tersebut dikenal dengan proses transfer, kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi. Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam situasi baru.

Hal ini sejalan dengan prinsip belajar dan pembelajaran dengan salah satu prinsip konsep contextual teaching and learning yaitu inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses pembelajaran yang berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Jadi, peserta didik akan bersungguh-sungguh dalam menemukan masalahnya terlebih dahulu kemudian menemukan sendiri jalan keluarnya.

7. Prinsip Belajar Kognitif

“Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan”. Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.

8. Prinsip Belajar Afektif

“Proses belajar afektif seseorang menentukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru”. Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal pelajar mungkin tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif meliputi dasar yang asli dan merupakan bentuk dari sikap, emosi dorongan, minat dan sikap individu.

9. Proses Belajar Psikomotor

Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik.

10. Prinsip Pengulangan, Balikan, Penguatan dan Evaluasi.

Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dansebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. [3]
[3]. Andi Abdul Muis, Prinsip -Prinsip Belajar Dan Pembelajaran(Principles of Teaching and Learning), andiabdmuis@umpar.ac.id, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Parepare

2.2 Klasifikasi Teori Belajar Dalam Pembelajaran

Dalam menganalisis pembelajaran kita membutuhkan teori sebagai prinsip dasar. Teori pembelajaran adalah prinsip kasar yang menjadi dasar pembentukan suatu ilmu pengetahuan. Sedangkan pembelajaran merupakan proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Teori-teori pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Teori behavioris yang diperkenalkan oleh Ivan Pavlov dan dikembangkan oleh Thorndike dan Skinner, berpendapat bahwa pembelajaran adalah berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Adanya hubungan stimulus-respon. Teori belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat. Hasil belajar diperoleh dan proses penguatan atas respons yang muncul terhadap stimulus yang bervariasi.

2. Teori Kognitif berpendapat bahwa pembelajaran ialah suatu proses pendalaman yang berlaku dalam akal pikiran, dan tidak dapat diperhatikan secara langsung dengan tingkah laku.

Ahli-ahli psikologi kognitif seperti Bruner dan Piaget menjelaskan kajian kepada berbagai jenis pembelajaran dalam proses penyelesaian masalah dan akal berdasarkan berbagai peringkat umur dan kecerdasan pelajar.

3. Teori Sosial
Teori social juga menyarankan teori pembelajaran dengan menggabungkan teori behavioris bersama dengan kognitif. Teori ini juga dikenal sebagai Teori Perlakuan Model. Albert Bandura, seorang tokoh teori sosial ini menyatakan bahwa proses pembelajaran akan dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan "permodelan‟.

4. Teori Humanisme
Teori humanis juga berpendapat pembelajaran manusia bergantung kepada emosi dan perasaannya. Seorang ahli teori ini, Carl Rogers menyatakan bahwa setiap individu itu mempunyai cara belajar yang berbeda dengan individu yang lain.

Oleh karena itu, strategi dan pendekatan dalam proses pengajaran dan pembelajaran hendaklah dirancang dan disusun mengikut kehendak dan perkembangan emosi pelajar itu. Beliau juga menjelaskan bahwa setiap individu mempunyai potensi dan keinginan untuk mencapai aktualisasi diri. Maka, guru hendaknya menjaga psikologi pelajar dan memberi bimbingan supaya potensi mereka dapat diperkembangkan ke tahap maksimal. [4]
[4]. Nani Wahyuni “klasifikasi teori pembelajaran” https://www.kompasiana.com/nani_wahyuni/550f3cf4a33311a12dba8409/klasifikasi-teori-pembelajaran (diakses pada 12 oktober 2022, pukul 17:00)

2.3 Paradigma Pembelajaran

Paradigma pembelajaran (teaching and learning paradigm) bermakna sebagai cara pandang terhadap proses pembelajaran. [5] Paradigma adalah model, cara atau metode utama untuk mencapai beberapa jenis tujuan. [6]
[5] “Paradigma Pembelajaran”, https://masdik.com/pendidikan-nasional/paradigma-pembelajaran, (Diakses pada 11 Oktober 2022, pukul 13.25)
[6] Islamika : Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan Volume 3, Nomor 1, Januari 2021; 97- 107https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/islamika. Miftahussaadah & Subiyantoro

Biasanya paradigma merupakan ciri terbesar atau dasar dari teori atau cabang ilmu. Dalam kegiatan pembelajaran, paradigma lebih menitikberatkan pada bagaimana kita memandang efisiensi dan efektivitas pada proses pembelajaran yang menyangkut apa yang bisa difahami oleh siswa dan apa yang dapat mereka utarakan ketika menerima informasi baru.

Ada dua paradigma pembelajaran yang saling bertentangan antara satu dengan yang lain. Pertama, paradigma lama yang percaya bahwa faktor guru adalah paling menentukan. Guru dipandang sosok yang paling tahu, yang ibaratnya seperti ceret yang penuh berisi ilmu. Sementara siswa atau peserta didik adalah dapat diibaratkan gelas kosong yang harus dituangi ilmu dari guru. Oleh karena itu, dalam paradigma ini, guru menjadi lebih dominan untuk memberikan ilmu kepada siswa, dan siswa memiliki posisi untuk memperoleh ilmu dari sang guru. Paradigma ini guru menjadi lebih aktif (teachers-centered), sedang siswa lebih menjadi objek. Paradigma inilah yang dikenal dengan paradigma lama atau paradigma behaviorisme.

Paradigma yang Kedua adalah yang sebaliknya, yakni siswa yang memperoleh kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran (student centered learning). Dalam pembelajaran modern, peserta didik lebih memperoleh perhatian untuk belajar secara aktif. Bukan hanya diberitahu oleh guru, tetapi siswa diajak atau diberi kesempatan untuk belajar mencari tahu sendiri. Paradigma baru ini dikenal dengan pendekatan pembelajaran CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) atau PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) atau PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Paradigma inilah yang dikenal dengan paradigma baru atau paradigma Konstruktivisme.

Dalam paradigma pendidikan terbaru, tujuan pembelajaran tidak hanya untuk mengubah perilaku siswa, tetapi juga untuk membentuk profesional yang berorientasi pada karakter dan mentalitas dalam skala global, sehingga memungkinkan siswa untuk aktif berinteraksi dengan guru, teman sekelas, dan multimedia. Paradigma pembelajaran berubah pada kegiatan yang awalnya dipusatkan kepada guru kini beralih dengan pembelajaran yang dipusatkan kepada siswa. Hal ini dilakukan untuk membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran bukan hanya sebagai pendengar atau penyimak dari guru. Guru juga harus menyadari bahwa ia bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa sehingga kemampuan dan keterampilan siswa dapat dikembangkan dengan lebih maksimal lagi. Perubahan global bagi liberalisasi pendidikan menuntut lembaga Pendidikan untuk mendidik siswa-siswa yang berkualitas dan mampu bersaing sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Mengenai teori pembelajaran, ada banyak teori pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbarui pemahaman terkait paradigma pembelajaran, seperti teori pembelajaran behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme, dan humanistik.

Dalam pembelajaran behaviorisme, Gagne dan Berliner menjelaskan tentang perubahan perilaku yang ditimbulkan oleh pengalaman yang menempatkan peserta didik dalam keadaan pasif melalui model hubungan stimulus-respon. Ia menyatakan : “belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dievaluasi dengan cara tertentu.” Perubahan terjadi pada stimulus (stimulus), dan perubahan ini membentuk hubungan perilaku respons menurut hukum mekanisme.

Sedangkan Menurut teori pembelajaran kognitivisme, pembelajaran lebih menekankan pada keberlangsungan “proses” belajar daripada “hasil” belajar. Pembelajaran tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respon tetapi juga pemikiran yang kompleks. Sains dibangun dalam tubuh manusia melalui proses interaksi yang berkelanjutan dengan lingkungan. Proses ini berjalan tanpa gangguan. Sedikit demi sedikit, dan berlanjut melalui proses yang berkesinambungan dan komprehensif.

Adapun pada teori konstruktivisme, guru tidak akan langsung menyampaikan ilmu kepada siswa dalam bentuk yang utuh dan instan. Akan tetapi, pendidik harus mampu membantu siswa dalam memahami atau memperoleh ilmu baru. Sehingga siswa harus mampu menggunakan cara pandangnya sendiri untuk menimba ilmu. Pendidik juga harus bisa menempatkan ilmu yang dimilikinya. John Dewey memberikan penguatan bahwa : “pendidik yang cakap harus mengajar sebagai proses mengumpulkan atau mengembangkan pengalaman.

”Dalam teori humanistik, Alaudine mengungkapkan bahwa teori ini dapat membantu siswa dalam menikmati pembelajaran tentang objek atau topik yang berkaitan dengan manusia. Jika siswa memahami lingkungan dan dirinya sendiri, mereka menganggap proses pembelajaran berhasil. Oleh karena itu, pendidikan dari perspektif teori pembelajaran humanistik dapat menyesuaikan dengan kepentingan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan pendidikan humaniora dimaknai sebagai pendidikan bagi semua komponen pendidikan, bukan hanya humanisme siswa, tetapi juga guru.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Teori pembelajaran sangat menentukan bagaimana proses pembelajaran akan terjadi.

Ada 10 prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran yaitu, prinsip kesiapan (readliness), prinsip motivasi, prinsip persepsi dan keaktifan, prinsip tujuan dan keterlibatan langsung, prinsip perbedaan individual, prinsip transfer dan tantangan, prinsip belajar kognitif, prinsip belajar afektif, prinsip belajar psikomotor, dan prinsip pengulangan, balikan, penguatan dan evaluasi. Teori-teori pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Teori behavioris, Teori Kognitif, Teori Sosial dan Teori Humanisme

Paradigma pembelajaran (teaching and learning paradigm) bermakna sebagai cara pandang terhadap proses pembelajaran. Ada dua paradigma pembelajaran yang saling bertentangan antara satu dengan yang lain. Pertama, paradigma lama yang percaya bahwa faktor guru adalah paling menentukan. Paradigma yang kedua adalah yang sebaliknya, yakni siswa yang memperoleh kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran (student centered learning).

Setiap teori belajar mempunyai kelebihan dan kekurangan. Jadi, setiap guru atau pendidik sebaiknya mencari teori belajar yang sesuai dengan karakter dari setiap murid. Dengan pemilihan teori yang benar maka proses pembelajaran akan lebih maksimal dan hasil yang didapatkan akan berdampak baik bagi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Abdul Muis, Prinsip -Prinsip Belajar Dan Pembelajaran(Principles of Teaching and Learning), andiabdmuis@umpar.ac.id , Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Parepare

Islamika : Jurnal Keislaman dan Ilmu PendidikanVolume 3, Nomor 1, Januari 2021; 97- 107https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/islamika. Miftahussaadah & Subiyantoro

“Guru perlu menguasai teori belajar & pembelajaran karena pengaruhnya besar pada anak”, http://www.prestasibimbel.com/index.php/artikel/pendidikan/39-guru-perlu- menguasai-teori-belajar-pembelajaran-karena-pengaruhnya-besar-pada-anak-didik, (diakses pada 10 Oktober 2022, pukul 20.52)

Nani Wahyuni “klasifikasi teori pembelajaran” https://www.kompasiana.com/nani_wahyuni/550f3cf4a33311a12dba8409/klasifikasi- teori-pembelajaran (diakses pada 12 oktober 2022, pukul 17:00)

Nita Oktifa, “macam macam teori belajar dan pembelajaran yang harus guru tahu“,https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/macam-macam-teori-belajar-dan- pembelajaran-yang-harus-guru-tahu., (diakses pada 10 Oktober 2022, pukul 20.46)

“Paradigma Pembelajaran”, https://masdik.com/pendidikan-nasional/paradigma-pembelajaran, (Diakses pada 11 Oktober 2022, pukul 13.25)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar