Jumat, 05 Agustus 2022

Proses Pengembangan Kurikulum

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum
Dosen pengampu : Muflihin Al Mufti, M.Pd.I
| live google meet | Ahad, 07 Agustus 2022 Jam 10.15 - 11.45 WIB |
Disusun Oleh Kelompok 4 Angkatan 5 :
1. Osa Maliki (MPI)
2. Alberza (PAI)
3. Rama Hidayat (PAI)
4. Nila Sari (PAI)
5. Suci Mardhotilla (PAUD)
6. Hendy Susanto (PAI)

KATA PENGANTAR

ا انَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa ditujukan bagi Rasulullah, keluarga, para sahabat, dan siapa saja yang meneladani mereka dengan baik hingga hari kiamat.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan kenikmatan dengan karunia kesehatan dan kemudahan, sehingga kami kelompok empat dapat menjadi bagian dari penyusunan sebuah pembahasan tentang “Proses Pengembangan Kurikulum“. Semoga penyusunan makalah ini dicatat sebagai amal shalih disisi Allah dan dapat memberikan manfaat di dunia pendidikan.

Akan tetapi jika dalam penyusunan ini terdapat kesalahan, kami selaku penyusun meminta saran dan kritiknya untuk memperbaiki apa yang kurang dari pembahasan pada makalah ini.

Lahat, Juli 2022 M
Muharram 1443 AH
Penyusun Makalah Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Kelompok Empat

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Manfaat Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pengembangan Kurikulum
2.2 Proses-Proses Pengembangan Kurikulum
1. Proses Pengembangan Kurikulum Secara Umum
2. Proses Pengembangan Kurikulum Sesuai Tingkatan
3. Proses Pengembangan Kurikulum Menurut Para Ahli
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
2.3 Hambatan-Hambatan Pengembangan Kurikulum
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian Kurikulum merupakan salah satu komponen dan pedoman yang memudahkan pelaksanaan pendidikan mencapai tujuannya. Kurikulum menjadi komponen penting dalam pendidikan, karena mengatur semua proses pendidikan mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Proses pengembangan kurikulum merupakan langkah-langkah untuk mengembangkan suatu kurikulum, dapat juga diartikan sebagai langkah-langkah untuk menghasilkan kurikulum atau menyempurnakan kurikulum yang telah ada. Dalam pengembangan kurikulum terdapat faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi. Makalah ini membahas mengenai proses pengembangan kurikulum, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum dan penghambat dalam proses pengembangan kurikulum. Diharapakan hasil dari pembahasan ini dapat mengetahui proses pengembangan kurikulum sehingga mengetahui langkah yang di lakukan untuk mengembangkan kurikulum.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi pengembangan kurikulum ?
2. Bagaimana proses pengembangan kurikulum secara umum ?
3. Bagaimana proses pengembangan kurikulum sesuai tingkatan ?
4. Bagaimana proses pengembangan kurikulum menurut para ahli ?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum ?
6. Apa saja hambatan-hambatan pengembangan kurikulum dan solusinya ?

1.3 Manfaat Penelitian

1. Mengetahui definisi pengembangan kurikulum
2. Mengetahui proses pengembangan kurikulum secara umum
3. Mengetahui proses pengembangan kurikulum sesuai tingkatan
4. Mengetahui proses pengembangan kurikulum menurut para ahli
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
6. Mengetahui hambatan-hambatan pengembangan kurikulum dan solusinya

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pengembangan Kurikulum

Istilah kurikulum banyak dijumpai dan digunakan hampir dalam setiap aktivitas pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Dengan demikian keberadaan kurikulum menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses pendidikan itu sendiri.

Kurikulum, sebagai program pendidikan, berfungsi sebagai pedoman umum dalam penyelenggaraan sistem pendidikan. Kurikulum memuat garis-garis besar program kegiatan yang harus dilakukan dalam setiap penyelenggaraan pendidikan, antara lain tujuan pendidikan sebagai sasaran yang harus diupayakan untuk dicapai atau direalisasikan, pokok-pokok materi, bentuk kegiatan, dan kegiatan evaluasi.

Gambaran proses dan hasil yang akan dilahirkan dari setiap lembaga pendidikan, secara umum sudah tercermin dari kurikulum yang digunakan. Dengan kata lain, kualitas siswa atau manusia, seperti apa yang diharapkan dapat dilahirkan dari program pendidikan untuk mengisi kehidupan (individu, masyarakat, berbangsa, dan bernegara) di masa yang akan datang, banyak diwarnai dan ditentukan oleh kurikulum yang dikembangkan oleh pendidikan itu sendiri.

Pendekatan pengembangan kurikulum yang digunakan pada setiap lembaga pendidikan, mungkin memiliki tekanan atau fokus yang berbeda atau penggunaan kurikulum suatu program pendidikan mengalami perubahan dan penyempurnaan dari satu periode ke periode berikutnya. Hal ini sangat dimungkinkan, mengingat tuntutan dan kebutuhan dalam setiap aspek kehidupan yang terus berkembang, yang tidak kalah pentingnya, perkembangan pemahaman para ahli terhadap konsep atau batasan kurikulum itu sendiri juga berpengaruh terhadap pelaksanaan kurikulum.

Terkait dengan kurikulum sebagai suatu program, dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Bab I Pasal 1).

Adapun Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah sebagai rumusan tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan dan harus dicapai oleh siswa. Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003, pasal 3 dijelaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Maka pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang menyeluruh sebagai bentuk kebijakan nasional dalam pendidikan yang disesuaikan dengan visi, misi dan strategi yang dimiliki dari pendidikan nasional. Adapun proses pengembangan kurikulum mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.[1] Proses pengembangan ini bertujuan untuk menciptakan kurikulum yang efektif.
[1] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, ( Bandung: PT remaja Rosdakarya, 2012) hal.22

Ada empat tujuan pengembangan kurikulum yang substansial:
1)  Merekonstruksi kurikulum sebelumnya;
2)  Menginovasi;
3)  Beradaptasi dengan perubahan sosial (sisi positifnya);
4)  Mengeksplorasi pengetahuan yang masih tersembunyi berdasarkan tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan.

Dari pengembangan kurikulum harus berakar, namun harus juga berpucuk menjulang tinggi, beranting, dan berdaun rindang. Berakar berarti tetap berpegang kepada falsafah bangsa dan menjulang berarti mengikuti perubahan dan perkembangan zaman.

2.2 Proses-Proses Pengembangan Kurikulum

1. Proses Pengembangan Kurikulum Secara Umum

Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan, kurikulum diartikan sebagai suatu program yang disediakan untuk siswa. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Oemar Hamalik dalam buku Manajemen Pengembangan Kkurikulum, kurikulum merupakan suatu program yang disediakan untuk siswa. Program pendidikan dalam bentuk kegiatan belajar, tujuannya untuk meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan siswa yang disesuaikan dengan tujuan pendidikan. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang menyeluruh sebagai bentuk kebijakan nasional dalam pendidikan yang disesuaikan dengan visi, misi dan strategi yang dimiliki dari pendidikan nasional. Proses pengembangan kurikulum mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Pengembangan kurikulum diartikan sebagai suatu proses, maka dalam pelaksanaannya terdiri beberapa langkah yang harus dilakukan sebagaimana yang digambarkan oleh Hasan (2002) yang dikutip oleh Muhaimin dalam chart berikut ini,
Chart di atas menggambarkan proses pengembangan kurikulum mulai dari perencanaan kurikulum hingga evaluasi. Dalam perencanaan kurikulum dimulai dengan merumuskan ide yang akan dikembangkan menjadi program. Ide dalam perencanaan kurikulum berasal dari:
1)  Visi yang dicanangkan
2)  Kebutuhan stakeholders dan kebutuhan untuk studi jenjang berikutnya
3)  Hasil evaluasi kurikulum yang telah digunakan dan tuntutan perkembangan ipteks dan zaman
4)  Pandangan berbagai pakar keilmuan
5)  Perkembangan era globalisasi, di mana seseorang dituntut untuk memiliki etos belajar sepanjang hayat, memperhatikan bidang sosial, ekonomi. Politik, budaya dan teknologi.

Dari ide di atas kemudian dikembangkan rancangan program dalam bentuk dokumen seperti format silabus. Rancangan tersebut dikembangkan lagi dalam bentuk rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan seperti RPP atau SAP. Rencana tersebut berisi tentang langkah pembelajaran untuk siswa. Setelah rencana tersebut diterapkan kemudian dievaluasi sehingga dapat diketahui tingkat efektivitasnya. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh bekal untuk menyempurnakan kurikulum berikutnya.

2. Proses Pengembangan Kurikulum Secara Tingkatan

Empat tahap pengembangan kurikulum dilihat dari tingkatannya antara lain:

1) Pengembangan kurikulum pada tingkat nasional.
Pengembangan kurikulum pada tingkat ini membahas pendidikan pada tingkat nasional yang terdiri dari pendidikan formal, informal, dan non formal. Dari tingkatannya dapat dilihat secara vertikal dan horizontal. Secara vertikal, pengembangan kurikulum dilakukan berdasarkan tingkatan pendidikan dari yang terendah sampai ke tinggi. Sedangkan Secara horizontal, pengembangan kurikulum berdasarkan pendidikan yang sederajat, seperti contoh SD, MI, dan program paket A.

2) Pengembangan kurikulum pada tingkat institusi
Pengembangan kurikulum tingkat ini memiliki beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan antara lain, merumuskan tujuan yang akan dicapai sekolah, menyusun SKL (standar kompetensi lulusan), dan penetapan isi kurikulum secara keseluruhan. Standar kompetensi lulusan berupa rumusan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran pada lembaga pendidikan. SKL tersebut dirumuskan sesuai dengan jenis dan tingkatannya.

Standar kompetensi lulusan menunjukkan harapan masyarakat, seperti orangtua, penjabat pemerintah dan swasta tentang dunia pendidikan, dunia usaha, dan lain-lain, serta merupakan harapan bagi pendidikan jenjang tinggi atau dunia kerja.

1. Pengembangan kurikulum pada tingkat mata pelajaran
Silabus merupakan bentuk pengembangan kurikulum pada tingkat mata pelajaran. Silabus yang terdiri dari kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, bentuk penilaian dan alokasi waktu disusun pada setiap semester.

2. Pengembangan kurikulum pada tingkat pembelajaran di kelas.
Pada tingkat pembelajaran dikelas pengembangan kurikulum dilakukan dalam bentuk susunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pendidikan) yang dirancang oleh masing-masing guru. Perencanaan tersebut juga meliputi sumber belajar yang akan digunakan.[2]
[2] Karima Nabila Fajri,Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,karimanabila4@gmail.com Diakses pada sabtu,30 Juli 2022 di Lahat, Sumatera Selatan pukul 18:00

3. Proses Pengembangan Kurikulum Menurut Para Ahli
Ada beberapa Ahli yang merumuskan proses atau tahapan pengembangan kurikulum, yaitu sebagai berikut:

1. Menurut Tyler

Ada 4 tahapan pengembangan kurikulum :
1) Menentukan tujuan pengembangan kurikulum, sehingga dapat diketahui arah dan sasaran pencapaian pendidikan.
2) Menentukan pengalaman belajar siswa, Pengalaman belajar merupakan kegiatan interaksi siswa dengan lingkungan. Pengalaman belajar siswa dapat ditemui dalam proses pembelajaran.
3) Pengorganisasian pengalaman belajar, Pengorganisasian ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu secara vertikal dan horizontal. Untuk pengorganisasian secara vertikal menghubungkan pengalaman belajar suatu kajian ilmu yang sama pada tingkatan yang berbeda. Sedangkan secara horizontal menghubungkan pengalaman belajar beberapa bidang pada tingkat yang sama.
4) Penilaian tujuan belajar sebagai komponen yang dijadikan perhatian utama.

2. Menurut Beauchamp

1) Menetapkan lingkup wilayah yang akan di cakup oleh kurikulum tersebut (sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, negara). Tahapan lingkup wilayah ini ditentukan oleh pihak yang memiliki wewenang untuk mengambil kebijakan dalam pengembangan kurikulum.

2) Menetapkan lingkup wilayah kemudian menetapkan personalia yaitu pihak yang ikut dalam proses pengembangan kurikulum. Pihak tersebut antara lain, para ahli pendidikan ataupun ahli kurikulum yang berada di tingkat pusat, perguruan tinggi dan sekolah. Selain itu juga para profesional dalam sistem pendidikan serta tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh dalam pendidikan.

3) Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum.

4) Mengimplementasikan kurikulum dan mengevaluasi.

3. Menurut Taba

Proses pengembangan kurikulum menurut Taba dapat dilakukan dengan lima langkah :

1) Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru di dalam unit ini diadakan studi yang seksama tentang hubungan antara teori dan praktik.

2) Menguji unit eksperimen, kegiatan ini dilaksanakan tidak hanya pada kelas ekperimen tetapi diuji juga pada kelas atau tempat lain sehingga dapat diketahui tingkat validitas dan juga dapat memperoleh data untuk penyempurnaan.

3) Revisi, Data yang diperoleh dari tahapan pengujian kemudian digunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan

4) Konsolidasi, pada kegiatan ini dilakukan penarikan kesimpulan mengenai hal yang bersifat umum, karena unit eksperimen yang telah digunakan belum tentu valid untuk sekolah yang lain.

5) Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum. Pada tahapan ini dilaksanakan pengkajian oleh ahli kurikulum, tujuannya untuk mengetahui konsep dan landasan yang digunakan seusia atau tidak.[3]
[3] Karima Nabila Fajri “proses pengembangan kurikulum” https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/islamika (diakses pada 27 juli 2022, pukul 18.50).

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum

Dalam Sukmadinata (2006 : 158), ada tiga faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, yaitu :
1)  Perguruan Tinggi.
2)  Masyarakat.
3)  Sistem nilai.

1) Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap kurikulum sekolah. Pertama, dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan diperguruan tinggi umum. Pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan media pendidikan. Kedua, dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK, seperti IKIP, FKIP, STKIP). Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya. Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah. Guru-guru yang mengajar pada berbagai jenjang dan jenis sekolah yang ada dewasa ni, umumnya disiapkan oleh LPTK melalui berbagai program, yaitu program diploma dan sarjana. Pada Sekolah Dasar masih banyak guru berlatar belakang pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara berangsur-angsur mereka mengikuti peningkatan kompetensi dan kualifikasi pendidikan guru melalui program diploma dan sarjana.

2) Masyarakat

Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya bertugas mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara bermartabat di masyarakat. Sebagai bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di tempat sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi masyarakat penggunanya serta upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan mereka. Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat yang homogen atau heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap dan melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarakat akan mempengaruhi pengembangan kurikulum. Hal ini karena sekolah tidak hanya sekedar mempersiapkan anak untuk selesai sekolah, tetapi juga untuk dapat hidup, bekerja, dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada di masyarakat berimplikasi pada kurikulum yang dikembangkan dan digunakan sekolah.

3) Sistem Nilai

Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertangung jawab dalam pemeliharaan dan pewarisan nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam kurikulum. Persoalannya bagi pengembang kurikulum ialah nilai yang ada di masyarakat itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen, terdiri dari berbagai kelompok etnis, kelompok vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, dan kelompok spritual keagamaan, yang masing-masing kelompok itu memiliki nilai khas dan tidak sama. Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politk, fisik, estetika, etika, religius, dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang berbeda.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi berbagai nilai yang tumbuh di masyarakat dalam kurikulum sekolah, diantaranya :
▪️ Mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat.
▪️ Berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral.
▪️ Berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru.
▪️ Menghargai nlai-nilai kelompok lain.
▪️ Memahami dan menerima keragaman budaya yang ada.

Berdasarkan analisis kami, bukan hanya 3 (tiga) faktor yang dikemukan oleh Sukmadinata (2006) saja, yang merupakan faktor-faktoe yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, tetapi masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum. Salah satunya landasan pengembangan kurikulum itu sendiri. Landasan pengembangan kurikulum sangat mempengaruhi pengembangan kurikulum karena bila landasannya berupa maka akan mempengaruhi pengembangan kurikulum.[4]
[4] Putra Andesnata, “ Faktor Yang Mempengaruhi Kurikulum”, diakses dari https://sites.google.com/site/putraandesnata/faktor-yang-mempengaruhi-pengembangan-kurikulum, pada tanggal 26 Juli 2022, pukul 19.30 Wib

2.3 Hambatan-Hambatan Pengembangan Kurikulum

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kurikulum adalah jantungnya sebuah pendidikan, tanpa adanya kurikulum maka pembelajaran tidak akan bisa terarah dengan baik. Dalam pengembangan kurikulum, maka akan kita temukan beberapa hambatan-hambatan dalam mengembangkannya. Berikut ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam pengembangan kurikulum :

1. Guru (Pelaksana Kurikulum)

Sisi yang pertama adalah kemampuan dan kompetensi yang dimiliki oleh guru. Keterbatasan ini karena motivasi yang kurang dalam memaknai pekerjaan yang dia lakukan sebagai guru atau kurangnya meluruskan niat dalam menjadi seorang guru. Mungkin niat dan motivasinya menjadi guru hanya untuk bekerja saja dan agar tidak terlihat seperti pengangguran. Sehingga pekerjaannya pun hanya apa adanya saja tanpa adanya keinginan untuk melakukan perubahan dan perbaikan diri menjadi lebih baik.

Sisi yang kedua adalah mungkin ada seorang guru yang basicnya dari dunia pendidikan namun kompetensinya kurang, sebaliknya ada guru yang tidak dari basic dunia pendidikan namun kompetensinya bagus dalam mengajar. Ini bisa terjadi karena dari lembaga tempat guru tersebut mengambil pendidikan. Ada lembaga yang memang focus kepada mutu SDM sehingga menghasilkan guru yang berkualitas. Namun, tak jarang kita dapati ada lembaga yang hanya mementingkan kuantitas lulusan saja, yang penting lulusannya banyak namun kualitasnya kurang.

Sisi yang ketiga adalah kurangnya pengetahuan guru dalam mengembangkan kurikulum. Guru mungkin belum update tentang bagaimana cara mengembangkan kurikulum.

Sisi yang keempat adalah kurangnya pelatihan yang diberikan untuk guru dalam meningkatkan kompetensi yang ada pada diri guru tersebut.

2. Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah faktor pendukung dalam pengembangan kurikulum. Jika sarana dan prasarana dalam suatu sekolah itu kurang atau terbatas maka akan mempengaruhi pengembangan kurikulum itu sendiri. Sehingga membuat guru menjadi dibatasi ruangnya, karena tidak tersedianya media atau sarana untuk mengembangkan kurikulum itu sendiri.

3. Kepala sekolah

Kepala sekolah juga merupakan fasilitator dan pemangku kebijakan. Maksudnya adalah jika kepala sekolah memfasilitasi dengan baik program kerja dari lembaga, mendukung penuh kurikulum yang dikembangkan oleh guru, memfasilitasinya dengan sarana dan prasarana yang ada maka insyaa Allah kurikulum dapat dikembangkan dengan baik. Namun, jika peran kepala sekolah ini kurang dalam fasilitator untuk memfasilitasi guru-guru dan mengembangkan kurikulum maka tentunya ini akan menjadi sebuah hambatan dalam mengembangkan kurikulum.

Dalam hal pemangku kebijakan, ketika kebijakan yang diambil oleh kepala sekolah ini minim dalam artian menganggap bahwa kurikulum itu tidak penting, tidak perlu untuk diterapkan dan dikembangkan maka tentunya guru akan mengajarkan pembelajaran dengan biasa-biasa saja. Hal ini terjadi karena tidak adanya tekanan dari kepala sekolah untuk kebijakan melakukan pengembangan kurikulum ini.

4. Stockholder (Yayasan)

Kurangnya dukungan dari stockholder dalam hal pembiayaan, hal ini akan menjadi hambatan dalam mengembangkan kurikulum. Pembiayaan dari yayasan ini sangat penting sekali karena terkait dengan sarana dan prasarana. Jika tidak ada dukungan dari hal pembiayaan, maka bagaimana sekolah akan mengembangkan kurikulumnya. Karena dalam pelaksanaan pengembangan kurikulum itu membutuhkan biaya. Bagaimana sebuah kegiatan akan dilaksanakan jika tidak ada biaya dan tidak ada dukungan. Oleh karena itu hambatan.

5. Orangtua

Orangtua adalah mitra kerja kita. Jadi kita harus bersinergi dengan orangtua, agar kurikulum yang kita buat bisa tercapai dan kita kembangkan dengan baik. Karena sebagus apapun kurikulum sebuah sekolah tanpa adanya sinergi dari orangtua maka akan percuma dan sia- sia saja. Contohnya adalah, Kita sudah membuat beberapa program dan pembiasaan disekolah, namun ternyata dirumah tidak selaras dengan apa yang diprogramkan disekolah maka akan berat bagi kita untuk melaksanakan pengembangan kurikulum ini.

6. Masyarakat

Dalam hal ini yang termasuk salah satunya adalah masyarakat dilingkungan sekolah. Karena dalam proses pengembangan kurikulum tidak hanya dilakukan didalam kelas saja, tapi juga mengeksplor diluar dengan melaksanakan kegiatan outdor. Tentunya dalam hal ini ada peran masyarakat yang ada disekitar sekolah dan perlunya dukungan dari mereka. Agar anak-anak tetap nyaman belajar diluar dan masyarakat disekitar sekolah tidak merasa terganggu dengan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Maka dalam hal ini perlu kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat yang berada di sekitar sekolah.

7. Pemangku Kebijakan (Diknas Pendidikan)

Dalam hal ini, diknas yang terkait adalah diknas pendidikan. Diknas penddidikan hendaknya memfasilitasi setiap sekolah untuk mengembangkan kurikulum. Jika diknas pendidikan kurang dalam memberikan wawasan tentang pengembangan kurikulum yaitu pelatihan, maka ini akan menjadi sebuah hambatan dalam mengembangkan kurikulum. Karena kebijakan-kebijakan itu ada pada diknas pendidikan. Mereka harus memfasilitasi dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada guru dan menjadi wadah komunitas bagi suatu lembaga untuk mengembangkan kurikulum.

Dari hambatan-hambatan ini, maka ada beberapa hal yang dapat menjadi solusi atas hambatan yang terjadi agar dapat mengembangkan kurikulum dengan baik, yaitu sebagai berikut :

1. Memberikan motivasi awal bekerja dan selalu meluruskan niat dalam bekerja.

2. Untuk guru, hendaknya sekolah memberikan pengertian dan pemahaman betapa pentingnya sebuah kurikulum disekolah. Karena jika tidak ada kurikulum, kita seakan-akan hidup tanpa sebuah tujuan.

3. Memberikan pelatihan-pelatihan kepada guru tentang kurikulum bahkan juga dilatih untuk menjadi narasumber bagi temannya yang lain, supaya mereka dapat saling berbagi ilmu.

4. Memberikan wadah dan forum untuk guru seperti KKG (Kelompok Kerja Guru) atau MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), agar guru dapat saling memotivasi, berbagi ilmu tentang kurikulum serta inovasi-inovasi terdepan dari kurikulum.

5. Untuk kepala sekolah hendaknya mau menerima masukan dari bawahannya, berkoordinasi, membiasakan guru untuk berbicara dan menyampaikan pendapat mereka tentang kurikulum apa yang mereka butuhkan dan mereka inginkan. Serta kebijakan yang diambil oleh kepala sekolah hendaknya dimusyawarahkan dengan guru agar kepala sekolah dapat mengetahui kekuatan Timnya seperti apa. Karena percuma kepala sekolah menetapkan sebuah kebijakan kurikulum yang tinggi. namun ternyata kesiapan dari SDM nya tidak kuat.

6. Membentuk tim khusus pengembang kurikulum. Dalam lembaga yang kecil mungkin tidak dibentuk karena keterbatasan SDM. Namun, lebih baik dibentuk dan disusun tim pengembang kurikulum agar dapat mengembangkan kurikulum dengan baik.

7. Melakukan evaluasi-evaluasi terhadap kurikulum yang ada di sebuah sekolah dan melakukan sebuah inovasi, sehingga kurikulum yang didapatkan adalah kurikulum yang tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan lembaga.

8. Untuk orangtua, hendaknya sekolah mengadakan sosialisasi tentang program sekolah melalui POMG (Pertemuan Orangtua Murid dan Guru). Sekolah juga hendaknya membuat komite sekolah agar terjalin kerjasama yang baik atas program-program yang dikembangkan dari kurikulum yang ada.

9. Untuk masyarakat sekitar, hendaknya sekolah menjalin hubungan dan komunikasi yang baik dengan masyarakat sekitar. Tunjukkan pada masyarakat bahwa kehadiran mereka itu sangat penting bagi sekolah. Sekolah hendaknya mengadakan program-program melalui kurikulum tentang bagaimana cara menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar. Misalnya dengan membuat program Bakti Sosial. Dalam anak-anak diajarkan untuk peduli dan berbagi sembako untuk masyarakat sekitar.

10. Untuk stockholder (yayasan) hendaknya duduk bersama dengan kepala sekolah dan guru untuk membicarakan tentang pengembangan kurikulum dan mau seperti apa kurikulum yang dijalankan. Dalam hal ini harus ada perencanaan biaya. Sehingga dalam hal ini menjadi jelas dengan perencanaan yang ada dibutuhkan biaya sejumlah berapa. Sehingga pihak stockholder mempunyai gambaran bahwa guru membutuhkan biaya dan merekapun memberikan dukungan dalam bentuk finansial untuk kegiatan tersebut.

11. Untuk diknas pendidikan, hendaknya lebih peka lagi dengan kebutuhan lembaga-lembaga yang ada dibawah naungannya. Peran dari diknas pendidikan ini sangat penting sekali, karena merekalah yang lebih banyak membuat kebijakan dan menyusun sebuah program agar kurikulum dapat dikembangkan dengan baik.[5]
[5] Wawancara dengan Dekayani, SE ( Kepala Sekolah ), pada tanggal 26 Juli 2022, pukul 09.30 Wib di Kantor TK Islam Tunas Ilmu

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengembangan kurikulum sebagai proses menyeluruh yang berkaitan dengan kebijakan nasional di bidang pendidikan, sesuai dengan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Ada empat tahap dalam pengembangan kurikulum menurut tingkatannya antara lain, Pengembangan kurikulum pada tingkat makro (Nasional), tingkat institusi (sekolah), tingkat mata pelajaran (bidang studi), dan pada tingkat pembelajaran di kelas. Proses pengembangan kurikulum secara umum terdiri dari perencanaan, implementasi, serta evaluasi. Ada beberapa tahapan pengembangan kurikulum menurut para ahli antara lain model administratif, Arich lewy, Rogers, Tyler, Beauchamp, dan Taba. Model pengembangan dapat dijadikan pedoman untuk menyusun proses pengembangan kurikulum.

Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain yaitu faktor perguruan tinggi, masyarakat, dan sistem nilai. Selain faktor-faktor di atas ada pula faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam pengembangan kurikulum, yaitu faktor guru, kepala sekolah, orangtua, sarana dan prasarana, stockholder (yayasan), masyarakat dan pemangku kebijakan (diknas). Dari hambatan-hambatan itu, maka ada beberapa solusi yang dapat dilakukan yaitu, memberikan motivasi awal, pelatihan, pemahaman tentang kurikulum, wadah dan forum kepada guru, membentuk tim khusus pengembang kurikulum, menjadi kepala sekolah yang bisa mejadi fasilitator, mengadakan evaluasi kurikulum, mengadakan pertemuan dengan orangtua, menjalin hubungan baik dengan masyarakat dan mendapat dukungan dari stockholder (yayasan) berupa pembiayaan dan sarana dan prasarana.

DAFTAR PUSTAKA

Karima Nabila Fajri “proses pengembangan kurikulum” https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/islamika (diakses pada 27 juli 2022, pukul 18.50).

Karima Nabila Fajri,Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,karimanabila4@gmail.com

Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, ( Bandung: PT remaja Rosdakarya, 2012) hal.22

Putra Andesnata, “ Faktor Yang Mempengaruhi Kurikulum”, diakses dari https://sites.google.com/site/putraandesnata/faktor-yang-mempengaruhi-

pengembangan-kurikulum, pada tanggal 26 Juli 2022, pukul 19.30 Wib

Wawancara dengan Dekayani, SE ( Kepala Sekolah ), pada tanggal 26 Juli 2022, pukul 09.30 Wib di Kantor TK Islam Tunas Ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar