Sabtu, 13 Agustus 2022

Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kurikulum Dosen pengampuh : Muflihin Al Mufti, M.Pd
| live google meet | Ahad, 14 Agustus 2022 Jam 10.15 - 11.45 WIB |
Oleh Kelompok 5 Angkatan 5:
1. Neng Hindi Hadiyani (SBA)
2. Nur Faridah (PAI)
3. Raisa Salsabila (PAI)
4. Siti Rohmah (SBA)
5. Tanti R. Apadu (SBA)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami senantiasa haturkan atas kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum sebagai salah satu tugas mata kuliah pendidikan kurikulum.

Sholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi kita Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, beserta keluarga beliau, dan sahabat-sahabat beliau Insya Allah sampai kepada kita yang senantiasa berusaha mengamalkan sunnah-sunnah beliau.

Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan kurikulum serta bisa membuat kita semua yang membaca makalah ini mengetahui apa itu pendekatan dalam pengembangan kurikulum beserta mengetahui jenis-jenis dari pendekatan dalam pengembangan kurikulum serta tujuannya.

Kami menyadari masih banyak celah dan kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan demi perbaikan makalah ini.

Segala kekurangan yang ada pada makalah ini adalah milik kami penyusun dan segala kelebihannya milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami penyusun khususnya dan bagi para pembaca.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pendekatan dalam pengembangan kurikulum
B. Jenis-jenis pendekatan dalam pengembangan kurikulum
C. Model pendekatan dalam pengembangan kurikulum
D. Langkah-langkah pengembangan kurikulum
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis. Oleh karenanya kurikulum harus selalu dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta masyarakat yang sedang membangun. Hal ini dimaksudkan agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat, bakat kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan daerah, sehingga dapat mempelancar program pendidikan salam rangka perwujudan dan pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Kurikulum pendidikan yang selalu berubah dan berkembang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang mana seluruh komponen bangsa ikut memberikan dorongan bagi penyelenggara pendidikan untuk selalu melakukan proses perbaikan, modifikasi, dan evaluasi pada kurikulum yang digunakan.

Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti: politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.

Selain harus memperhatikan unsur-unsur diatas, di dalam mengembangkan sebuah kurikulum juga harus melihat model pendekatan pengembangan kurikulum serta langkah-langkahnya sehingga di dalam penerapannya sebuah kurikulum dapat mencapai sebuah tujuan seperti yang di harapkan. Di dalam proses pengendalian mutu pendidikan, kurikulum merupakan perangkat yang sangat penting karena menjadi dasar untuk menjamin kompetensi keluaran dari proses pendidikan. Kurikulum harus selalu diubah secara periodik untuk menyesuaikan dengan dinamika kebutuhan pengguna dari waktu ke waktu.

B. Rumusan Masalah

Dari Latar belakang yang dipaparkan kami mengambil beberapa rumusan masalah yakni :

1. Apa pengertian pendekatan pengembangan kurikulum?
2. Apa saja jenis-jenis pendekatan dalam pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana model pengembangan pendekatan dalam pengembangan kurikulum?
4. Bagaimana langkah-langkah pengembangan kurikulum?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah di atas maka kami menentukan tujuan dari makalah ini, yakni :

1. Mengetahui pengertian pendekatan pengembangan kurikulum.
2. Mengetahui jenis-jenis pendekatan-pendekatan dalam pengembangan kurikulum.
3. Mengetahui model pengembangan pendekatan dalam pengembangan kurikulum
4. Mengetahui langkah-langkah pengembangan kurikulum

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian pendekatan dalam pengembangan kurikulum

Untuk mendesain kurikulum yang juga mempertimbangkan landasan-landasan kurikulum, pasti pendekatan-pendekatan yang sesuai dan terbaiklah yang akan dipilih sehingga terselenggara pendidikan yang dinamis.

Hal ini dimaksudkan agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat, bakat kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan daerah, sehingga dapat memperlancar program Pendidikan dalam rangka perwujudan dan pencapaian tujuan Pendidikan nasional.

Pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti Langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang baik. Pendekatan juga dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum merujuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.

Dari penjelasan diatas, maka pendekatan dalam pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang kegiatan atau proses penyusunan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan kurikulum untuk menghasilkan Pendidikan yang lebih baik.[1]
[1] Hasan Baharun, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. (Yogyakarta: Pustaka Nurja, 2017), hal 244

B. Jenis-jenis pendekatan dalam pengembangan kurikulum

Berikut adalah jenis pendekatan-pendekatan kurikulum menurut beberapa ahli, diantaranya sebagai berikut:

1. Pendekatan Bidang Studi (Pendekatan Subjek atau Disiplin Ilmu)

Pendekatan ini menggunakan bidang studi (mata pelajaran) sebagai dasar mengorganisasi kurikulum, misalnya Matematika, Sains, Sejarah, IPA, IPS dan sebagainya sebagai suatu disiplin ilmu yang setiap mata pelajarannya terpisah antara satu dan lainnya yang tidak saling berhubungan dan berkaitan. Pola dan implementasi pendekatan ini terpisah-pisah dengan sistem pembagian tanggung jawab guru sebagai ‘guru mata pelajaran’, yang hanya bertanggung jawab terhadap mata pelajaran semata, tanpa ada keharusan mengorelasikan dengan mata pelajaran yang lain.

Sehingga dalam 1 (satu) bidang studi/mata pelajaran, dapat didetailkan perbedaan didalamnya dalam bentuk macro organizer (misal: Matematika), yang didalamnya terdapat organizer (misal: Aljabar, Geometri, Kalkulus) dan yang didetailkan lagi didalamnya yakni micro organizer (misal: Aljabar I, Aljabar II, dan lain-lain). Sehingga utamanya dalam pendekatan ini adalah guru yang mengajar menguasai disiplin ilmu tersebut, baik bahan dan proses ajarnya.

2. Pendekatan Interdisipliner

Pendekatan ini mencoba menggabungkan beberapa mata pelajaran/disiplin ilmu, dengan memperhatikan masalah-masalah sosial dikehidupan nyata atau peristiwa yang terjadi dalam masyarakat sebagai pertimbangan dalam menyusun kurikulum.

3. Pendekatan Humanistik

Kurikulum ini berpusat pada siswa (student centered), dan mengutamakan perkembangan efektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Para pendidik (humanistik) yakin, bahwa kesejahteraan mental dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar itu memberi hasil maksimal.

Kurikulum humanistik didasarkan atas apa yang terkadang disebut psikologi humanistik yang erat kaitannya dengan psikologi lapangan (field psycology) dan teori kepribadian. Pendekatan ini tampak pada interaksi dikelas, dalam suasana belajar, dalam menyajikan pelajaran.

4. Pendekatan Accountability

Pendekatan accountability berpusat pada tugas-tugas yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan agar lebih memperhatikan pengukuran efektifitas pendidikan berdasarkan standar akademis yang ditetapkan terlebih dahulu secara cermat dengan mempertimbangkan sumber yang tersedia. Suatu sistem yang akuntabel menentukan standar dan tujuan spesifik yang jelas serta mengatur efektifitasnya berdasarkan taraf keberhasilan siswa untuk mencapai standar itu.

Agar memenuhi tuntutan itu, para pengembang kurikulum terpaksa menspesifikasikan tujuan pelajaran agar dapat mengukur prestasi belajar. Pendekatan ini terdapat dua sistem yang bersifat tertutup dan sistem terbuka.

5. Pendekatan Pembangunan Nasional 

Pendekatan ini mengandung tiga unsur:

a. Pendidikan kewarganegaraan.

Peran pendidikan ini adalah mempersiapkan siswa agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk disumbangkan kepada kesejahteraan umum sebagai warga negara yang aktif.

b. Pendidikan sebagai alat pembangunan nasional.

Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Para pengembang kurikulum bertugas untuk mendisain program yang sesuai dengan analisis jabatan yang akan diduduki.

c. Pendidikan keterampilan praktis bagi kehidupan sehari-hari.

Keterampilan yang diperlukan bagi kehidupan sehari- hari dapat dibagi dalam beberapa kategori yang tidak hanya bercorak keterampilan akan tetapi juga mengandung aspek pengetahuan dan sikap. [2]
[2] Rendra FR, “Pendekatan Pada Pengembangan Kurikulum” https://www.rendrafr.com/2018/08/pendekatan- dalam-pengembangan-kurikulum.html?m=1 diakses pada 29 Juli 2022 pukul 19.25

Demikian pendekatan pengembangan kurikulum menurut Prof. Dr. S. Nasution M.A dalam bukunya Kurikulum dan Pengajaran (Bandung, 1989)

Pendekatan pengembangan kurikulum selanjutnya menurut Muhaimin dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi (Jakarta, 2010)

6. Pendekatan Teknologis

Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas program metode dan material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan. Teknologi memengaruhi kurikulum dalam dua cara, yaitu aplikasi dan teori. Aplikasi teknologi merupakan suatu rencana penggunaan beragam alat dan media, atau tahapan basis instruksi. Sebagai teori, teknologi digunakan dalam pengembangan dan evaluasi material kurikulum dan instruksional.

Pandangan pertama menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi lebih diarahkan pada bagaimana mengajarnya, bukan apa yang diajarkan. Sementara pandangan kedua menyatakan bahwa teknologi diarahkan pada penerapan tahapan instruksional. Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (system technology).

Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada penggunaan alat-alat teknologi untuk menunjang efisiensi dan efektifitas pendidikan. Kurikulumnya berisikan rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga model-model pengajaran yang banyak melibatkan penggunaan alat. Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan film dan video, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul. Pengajaran dengan bantuan komputer, dan lain-lain.

Pendekatan teknologi dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Karenanya materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job analysis) tersebut.

7. Pendekatan Rekontruksionalisme

Kurikulum rekonstruksi sosial sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Banyak prinsip kelompok ini yang konsisten dengan cita-cita tertinggi, contohnya masalah hak asasi kaum minoritas, keyakinan dalam intelektual masyarakat umumnya, dan kemampuan menentukan nasib sendiri sesuai arahan yang mereka inginkan. Pengajaran kurikulum rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi.

Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah, sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut. Di daerah pertanian misalnya maka sekolah harus mengembangkan bidang pertanian, sementara kalau daerah industri maka yang harus dikembangkan oleh sekolah adalah bidang industri. Sehingga kurikulum tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat daerah tersebut.

Pendekatan kurikulum rekonstrksi sosial ini selain menekankan pada isi pembelajaran, sekaligus juga menekankan pada proses pendidikan dari pengalaman belajar. Ini dikarenakan, pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi bahwa, manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang kehidupannya membutuhkan orang lain, selalu bersama, berinteraksi dan bekerjasama. Dari pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini, nantinya diharapkan peserta didik mempunyai tanggung jawab dalam masyarakatnya guna membantu pemerintah dalam perbaikan-perbaikan dalam masyarakatnya yang lebih baik lagi kedepannya. [3]
[3] Nurul Huda, “Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum” https://ejournal.alkhoziny.ac.id/index.php/qudwatuna/article/download/21/19 Diakses pada Sabtu, 6 Agustus 2022 di Depok, Jawa Barat pukul 10.20

8. Pendekatan Berorientasi pada Tujuan.

Pendekatan ini menempatkan rumusan atau penempatan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

9. Pendekatan dengan Pola Organisasi

Bahan Pendekatan ini dapat dilihat dari tiga pola pendekatan:

a. Pendekatan pola Subject Matter Curriculum

Pendekatan ini penekanannya pada berbagai matapelajaran secara terpisah-pisah, misalnya: sejarah, ilmu bumi, biologi, matematika dan sebagainya. Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu sama lain.

b. Pendekatan pola Correlated Curriculum

Pendekatan ini adalah pendekatan dengan pola mengelompokkan beberapa matapelajaran (bahan) yang sering dan bisa secara dekat berhubungan. Misalnya, bidang studi IPA, IPS dan sebagainya. Pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek (segi), yaitu:

1. Pendekatan Struktur

Contoh: IPS, terdiri atas Sejarah, Ekonomi, Sosiologi. b. Pendekatan Fungsional Pendekatan ini berdasarkan pada masalah yang berarti dalam kehidupan sehari- hari.

2. Pendekatan tempat atau daerah

Atas dasar pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai pokok pembicaraan.

c. Pendekatan pola Integrated Curriculum

Pendekatan ini berdasarkan kepada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu, Misalnya: pohon; sebatang pohon ini bukan merupakan sejumlah bagian-bagian pohon yang terkumpul, akan tetapi merupakan sesuatu yang memiliki arti tertentu yang utuh, yaitu pohon.[4]
[4] Nurul Huda, IAI Uluwiyah Mojosari Mojokerto, Nurul_huda85@gmail.com Diakses pada Selasa, 9 Agustus 2022 di Depok, Jawa Barat pukul 18.30

C. Model pendekatan dalam pengembangan kurikulum [5]
[5] Masykur, Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum. (Lampung: CV. Anugrah Utama Raharja, 2019), hal 64

Dilihat dari aspek pendekatan ada beberapa model pengembangan kurikulum yang digunakan ketika menyusun program pendidikan atau pembelajaran. Berdasarkan teori- teori yang dikemukakan oleh para akhli terkait dengan model pengembangan kurikulum. Ada beberapa model pengembangan kurikulum yang pernah dilaksanakan sesuai dengan kondidi dan kebutuhan peserta didik dan pengguna lulusan. Model pengembangan kurikulum tersebut meliputi :

a. Administratif (administrative approach)

Pendekatan pertama yaitu pendekatan pengembangan kurikulum dengan sistem komando dari atas ke bawah (top-down). Pendekatan ini disebut pendekatan top-down karena pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif para pejabat pendidikan dan bersifat sentralisasi dan perintah langsung dari atas ke bawah, semacam garis komando. Pendekatan ini juga disebut line staff model artinya pelaksanaan suatu program berdasarkan garis perintahperintah. Pendekatan administrasi ini bersifat sentralisasi, pengembangan kurikulum dilakukan dari atas ke bawah, artinya pemerintah pusat menyusun dan mempersiapkan desain pembelajaran yang akan diimplementasikan, daerah hanya menerima apa yang telah diprogramkan dari pusat untuk dilaksanakan di daerah. Ada beberapa keuntungan dan kelebihan dari pendekatan ini. Adapun kelebihan pendekatan ini adalah kurikulum memiliki standar yang sama di berbagai daerah, sehingga guru tinggal melaksanakan tidak lagi berpikir berbagai menyusun kurikulum. Selain ada kelebihan juga ada kekurangan yaitu, potensi guru tidak dapat berkembang bahkan semakin dininabobokan tugas dan perannya, materi bahan ajarpun monoton, tidak mempertimbangkan potensi kemampuan peserta didik yang beragam.

b. Pendekatan akar rumput (grassroots approach)

Pendekatan ini merupakan kebalikan dari administrasi qdimana pengembangan kurikulum dimulai dari inisiatif yang muncul dari guru sebagai tenaga pendidik dan ujung tombak di lapangan, kemudian disebarluaskan pada tingkat yang lebih luas, pendekatan ini sering juga dinamakan pendekatan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas (bottom up). Langkah-langkah pendekatan Model Grassroots Approach adalah; ide pengembangan kurikulum diawali dari tenaga pendidik yang merasakan adanya kebutuhan akan peserta didik terhadap materi yang harus disampaikan sesuai dengan kondisi yang diketemukan dilapangan. Guru dituntut pada pendekatan model ini untuk menyempurnakan dan menjadikan sebuah dokumen kurikulum yang bisa dimplementasikan. Menurut Sanjaya (2008:80), minimal ada dua syarat sebagai kondisi yang memungkinkan pendekatan grass roots dapat berlangsung. Pertama, manakala kurikulum itu benar-benar bersifat pleksibel sehingga memberikan kesempatan kepada setiap guru secara lebih terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan kurikulum yang sedang diberlakukan. Kedua, pendekatan grass roots hanya mungkin tejadi manakala guru memiliki kompetensi profesional. Sikap profesional adalah sikap yang bertanggung jawab, bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas dan hasilnya berkualitas.

c. Model Tyler

Model Tyler menitik beratkan pada pada bagaimana merancang suatu kurikulum yang disesuaikan dengan tujuan dan misi suatu institusi lembaga pendidikan.

d . Model Hilda Taba

Model Taba lebih menitik beratkan pada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan penyempurnaan kurikulum.

e. Model Oliva

Model kurikulum yang dirancang menggambarkan konsep yang sistematik dan bersifat komprehensif, artinya rancangan yang menjelaskan secara utuh dan menyeluruh yang terbentuk dalam sebuah sistem.

f. Model Beauchamp

Beauchamp mengemukakan lima langkah dalam proses pengembangan kurikulum, seperti berikut :

a) Menetapkan wilayah atau area yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum Wilayah itu bisa terjadi hanya pada satu sekolah, satu kecamatan, kabupaten, atau mungkin tingkat provinsi dan tingkat nasional.

b) Menetapkan pihak-pihak yang akan terlibat dalam prosespengembangan kurikulum Pihak-pihak yang harus dilibatkan itu terdiri dari paraahli/spesialis kurikulum, para ahli pendidikan termasuk di dalamnya para guru yang dianggap berpengalaman, para profesional lain dalam bidang pendidikan (seperti pustakawan, laboran, konsultan pendidikan), dan para profesional dalam bidang lain beserta para tokoh masyarakat (para politikus, industriawan, pengusaha). Dalam proses pengembangan kurikulum, semua kelompok yang terlibat itu perlu mendapat informasi tentang tugas dan perannya secara jelas.

c) Menetapkan prosedur yang akan ditempuh, yang meliputi merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar serta menetapkan evaluasi. Keseluruhan prosedur itu selanjumya dilaksanakan dalam lima langkah berikut. (1) Membentuk tim pengembang kurikulum, (2) Melakukan penilaian terhadap kuri kulum yang sedang berjalan, (3) Melakukan studi atau penjajagan tentang penentuan kurikulum baru, (4) Merumuskan kriteria dan alternatif pengembangan kurikulum, dan (5) Menyusun dan menulis kurikulum yang dikehendaki.

d) Implementasi kurikulum

Pada tahap ini perlu dipersiapkan secara matang berbagai hal yang dapat berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap efektivitas penggunaan kurikulum seperti pemahaman guru tentang kurikulum itu, sarana atau fasilitas yang tersedia, dan manajemen sekolah.

g) Model Berbasis Kompetensi

Model Kurikulum berbasis kompetensi sebenarnya sudah berkembang sejak lama dan merupakan pengaruh dari munculnya pendidikan berdasarkan kompetensi yang menekankan padapengembangan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performans yang telah ditetapkan. Pada tahun 1970-an konsep pendidikan berdasarkan kompetensi (PBK) atau Competency-Based Education (CBE) mulai banyak digunakan di dunia pendidikan. Perkembangan terkini mengenai model kurikulum yang diterapkan dalam proses pendidikan di negara kita pada semua jenjang pendidikan yaitu kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Model kurikulum tersebut dibutuhkan di masa mendatang dengan harapan akan mampu membekali para siswa dalam menghadapi tantangan hidupnya di kemudian hari secara mandiri, cerdas kritis, rasional, dan kreatif. Kompetensi-kompetensi yang dikembangkan dalam kurikulum tersebut diarahkan untuk memberi bekal keterampilan bertahan hidup di era globalisasi yang penuh dengan perubahan, pertentangan, ketidakmenentuan, ketidakpastian, dan kerumitan-kerumitan dalam kehidupan.Mengingat model kurikulum berbasis kompetensi ini dianggap sangat tepat dilaksanakan untuk menghadapi tantangan kehidupan di masa mendatang.

h) Model Berbasis Masyarakat

Pendidikan pada dasarnya merupakan upaya mengembangkan manusia yang memiliki karakteristik dan sifat-sifat yang diperlukan baik oleh dirinya sebagai pribadi maupun oleh masyarakatnya. Sebagai konsekuensi dari pandangan tersebut maka kurikulum sebagai program pendidikan harus pula dikembangkan berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Landasanmasyarakat dalam pengembangan kurikulum sekolah didukung oleh kenyataan bahwa pengalaman siswa yang berupa kegiatan nyata di kelas dan lingkungan sekolah tidak dapat dipisahkan dari pengalaman siswa ketika berada dalam lingkungan masyarakat. Bahkan S. Hamid Hasan (2000) menyatakan bahwa pemahaman dan proses pengembangan diri di kelas, lingkungan sekolah dan lingkungan lainnya sangat ditentukan oleh pengetahuan dan kepribadian dasar yang terbentuk oleh budaya yang ada di lingkungan masyarakat di mana siswa itu berada.

Kurikulum berbasis masyarakat bisa dikembangkan baik dalam lingkup nasional, regional, ma upun lingkup lokal oleh guru di sekolah. Apabila kurikulum itu dikembangkan oleh guru tanpa kaitan dengan kurikulum mana pun, maka guru tersebut melakukan pendekatan pengembangan kurikulum yang bersifat grass-root. Ciri utama kurikulum berbasis masyarakat yaitu keterkaitan berbagai komponen kunikulum dengan berbagai aspek dan dimensi kehidupan masyarakat, baik dalam bentuk kunikulum sebagai dokumen/rencana tertulis maupun dalam bentuk prosespembelajarannya. Tujuan yang ingin dicapai kurikulum yaitu manusia yang memiliki kualitas yang diperlukan untuk pelestarian dan pengembangan kehidupan masyarakat. Target kualitas yang harus dicapai siswa ditandai oleh kemampuan siswa tersebut dalam mengembangkan diri dan kepribadiannya, kepemimpinan dalam menggerakkan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik, rasa kebangsaan yang kuat, dan partisipasi dalam berbagai bentuk dan dimensi kehidupan masyarakat di sekitamya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan merupakan tujuan utama, tetapi memajukan dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui kualitas individu anggota masyarakatnya. Masyarakat dalam hal ini terdiri atas masyarakat yang paling dekat dengan siswa, sekolah, lingkungan sosial, budaya, lingkungan pemerintahan, dan masyarakat intemasional.

D. Langkah-langkah pengembangan kurikulum [6]
[6] Ibid, hal 82

Setelah mengetahui dan memahami berbagai pendekatan dan model yang dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum,kegiatan selanjutnya berkaitan dengan langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh dalam pengembangan kurikulum tersebut. Secara umum langkah-langkah pengembangan kurikulum itu terdiri atas diagnosis kebutuhan, perumusan tujuan, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar, dan pengembangan alat evaluasi.

a. Analisis dan Diagnosis Kebutuhan

Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah menganalisis dan mendiagnosis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan mempelajari tiga hal, yaitu kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat/dunia kerja, dan harapan-harapan dari pemerintah (kebijakan pendidikan). Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek perkembangan psikologis siswa,tuntutan masyarakat dan dunia kerja dapat dianalisis dari berbagai kemajuan yang ada di masyarakat dan prediksi-prediksi kemajuan masyarakat di masa yang akan datang, sedangkan harapan pemerintah dapat dianalisis dari kebijakan-kebijakan, khususnya kebijakan-kebijakan bidang pendidikan yang dikeluarkan, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hasil analisis dari ketiga aspek tersebut kemudian didiagnosis untuk disusun menjadi serangkaian kebutuhan sebagai bahan masukan bagi kegiatan pengembangan tujuan. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menganalisis kebutuhan ada tiga, yaitu survei kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis tugas. Survei kebutuhan merupakan cara yang relafif sederhana dalam menganalisis kebutuhan. Seorang pengembang kurikulum dapat melakukan wawancara dengan sejumlah orang,tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dan para ahli terkait tentang apa yang dibutuhkan oleh siswa, masyarakat, dan pemerintah berkaitan dengan kurikulum sebagai suatu program pendidikan. Studi kompetensi dilakukan dengan analisis terhadap kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan oleh lulusan suatu jenis dan jenjang program pendidikan. Pendekatan-ketiga, analisis tugas merupakan cara yang lebih rumit dibandingkan dengan dua pendekatan sebelumnya. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menganalisis setiap jenis tugas yang harus diselesaikan. Tugas-tugas itu bisa berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan atau psikomotor.Hasil akhir kegiatan analisis dan diagnosis kebutuhan ini adalah deskripsi kebutuhan sebagai bahan yang akan dijadikan masukan bagi langkah selanjutnya dalam pengembangan kurikulum yaitu perumusan tujuan.

b. Perumusan Tujuan

Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan. Tujuan-tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai dari tujuan yang paling umum (kompleks) sampai pada tujuan-tujuan yang lebih khusus dan operasional. Hierarki tujuan tersebut meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, serta tujuan instruksional: tujuan instruksional umumdan tujuan instruksional khusus. Tujuan juga dapat dibagi ke dalam beberapa taksonomi tujuan. Benyamin S. Bloom dalam Taxonomy of Educational Objectives membagi tujuan ini menjadi tiga ranah/domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga domain ini masing-masing terdiri atas beberapa aspek yang disusun secara hierarkis, Domain kognitif berkenaan dengan penguasaan kemampuan-kemampuan intelektual atau berpikir, domain afektif berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan perasaan, sikap, minat, dan nilai-nilai, sedangkan domain psikomotor berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan keterampilan-keterampilan motorik. Menurut Davies (1976), ketiga domain tujuan tersebut dirinci gambar sebagai berikut :

c. Pengorganisasian Materi

Secara makro materi kurikulum disusun berdasarkan prosedur- prosedur tertentu yang merupakan salah satu bagian dalam pengembangan kurikulum secara keseluruhan.

Hal ini berkaitan. dengan kegiatan memilih, menilai, dan menentukan jenis bidang studi apa yang harus diajarkan pada suatu jenis dan jenjangpersekolahan, kemudian pokok-pokok dan subpokok bahasan serta uraian materi secara garis besar, juga termasuk scope (ruang lingkup) dan sequence (urutan)-nya. Adapun patokan kegiatan tersebut ditentukan oleh tujuan-tujuan dari jenis dan jenjang sekolah yang bersangkutan.Handbook for Evaluating and Selecting Curriculum Materials, M.D. Gall (1981) mengemukakan sembilan tahap dalam pengembangan bahan kurikulum, yaitu : identifika si kebutuhan,merumuskan misi kurikulum, menentukan anggaran biaya,membentuk tim, mendapatkan susunan bahan, menganalisis bahan, menilai bahan. membuat keputusan adopsi, menyebarkan, mempergunakan, dan memonitor penggunaan bahan. Secara spesifik, yang dimaksud dengan materi kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Isi dari kegiatan pembelajaran tersebut adalah isi dari kurikulum. Isi atau bahan tersebut disusun dalam berbagai program pendidikan berdasarkan jenis dan jenjang sekolah, kemudian dikemas dalam berbagai bidang studi yang kemudian dijabarkan dalam pokok dan subpokok bahasan, yang secara lebih rinci disusun dalam bentuk bahan pengajaran dalam berbagai bentuknya. 

Tugas guru adalah mengembangkan bahan pelajaran tersebut berdasarkan tujuan instruksional yang telah disusun dan dirumuskan sebelumnya. Dalam hal penyusunan bahan pelajaran ini dikenal ada istilah scope dan sequence. Scope atau ruang lingkup menyangkut keluasan dan kedalaman materi kurikulum. Scope materi kurikulum sebenarnya agak sulit untuk disusun, karena setidaknya.ada dua hall, vaitu (1) materi suatu ilmu berkembang dan bertambah setiap waktu dan (2) belum ada kriteria yang pasti tentang materi apa yang perlu diajarkan dan pengorganisasian bahan yang dapat diterima oleh semua pihak. Namun demikan ada sejumlah kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan materi kurikulum ini, antara lain: (1) Materi kurikulum harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai; Materi kurikulum dipilih karena dianggap berharga sebagaiwarisan budaya (positif) dari generasi masa lalu; (2) Materi kurikulum dipilih karena berguna bagi penguasaan suatu disiplin ilm u; (3) Materi kurikulum dipilih karena dianggap bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, untuk bekal hidup di masa kini dan masa yang akan datang; (4) Materi kurikulum dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak didik (siswa) dan kebutuhan masyarakat. Sequence menyangkut urutan susunan bahan kurikulum. Sequence materi kurikulum dapat disusun dengan mempertimbangkan tiga hal, yaitu struktur disiplin ilmu, taraf perkembangan siswa, dan pembagian materi kurikulum berdasarkan tingkatan kelas. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menyusun sekuens bahan ajar, yaitu sekuens kronologis (urutan kejadian), sekuens kausal (sebab-akibat), sekuens struktural, sekuens logis dan psikologis, sekuens spiral, dan lain-lain. Untuk itu dalam penyusunan sequence, perlu dipertimbangkan beberapa hal berikut: (1) Taraf kesulitan materi pelajaran/isi kurikulum; (2) Apersepsi atau pengalaman masa yang lalu; (3) Kematangan dan perkembangan siswa; (4) Minat dan kebutuhan siswa.

d. Pengorganisasian Pengalaman Belajar

Setelah materi kurikulumdipilih dan diorganisasikan, langkah selanjutnya adalah memilih dan mengorganisasikan pengalaman belajar. Cara pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan. strategi, metode serta teknik yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat materi yangakan diberikan. Pengalaman belajar siswa bisa bersumber dari pengalaman visual, pengalaman suara, pengalaman perabaan, pengalaman penciuman, atau variasi dari visual, suara, perabaan, dan penciuman. Semua pengalaman belajar tersebut dapat diorganisasikan sedemikian rupa dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti siswa, guru, bahan, tujuan, waktu, sumber, fasilitas, dan masyarakat. Pengalaman belajar yang dipilih harus mencakup berbagai kegiatan mental - fisik yang menarik minat siswa, sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan merangsang siswa untuk belajar aktif dan kreatif.

e. Penggunaan Alat Evaluasi

Pengembangan alat evaluasi dimaksudkan untuk menelaah kembali apakah kegiatan yang telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Mc. Neil (1977) mengungkapkan ada dua hal yang perlu mendapatkan jawaban dari penilaian kurikulum, yaitu (1) apakah kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan diorganisasikan itu memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan dan (2) apakah kurikulum yang telah dikembangkan itu dapat diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. Setelah informasi/jawaban terhadap kedua pertanyaan tersebut diperoleh, langkah selanjutnya adalah memutuskan dan menetapkan bahwa kurikulum itu diberlakukan dan dilaksanakan. Ada orang yang beranggapan bahwa penilaian sama artinya dengan pengukuran, tes atau pemberian nilai. Ketiganya memang merupakan bagian dari proses penilaian. Penilaian pada dasarnya merupakan suatu proses pembuatan.Pertimbangan terhadap suatu hal. Scriven dalam Nurgiyantoro (1988) mengemukakan bahwa penilaian itu terdiri atas tiga komponen, yaitu, pengumpulan informasi, pembuatan pertimbangan, dan pernbuatan keputusan. Informasi merupakan bagian dari penilaian yang penting karena berkaitan dengan data-data awal yang berguna dalam pembuatan keputusan selanjutnya. Informasi ini bisa berupa kualitatif atau kuantitatif. Pertimbangan adalah taksiran atau estimasi dari kondisi yang ada sekarang atau merupakan prediksi penampilan di masa yang akan datang. Sedangkan pengambilan keputusan adalah suatu pilihan tindakan yang didasarkan pada informasi yang diperoleh dan pertimbangan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi kurikulum dapat dilakukan terhadap komponen-komponen kurikulum itu sendiri, evaluasi terhadap implementasi kurikulum, dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Langkah yang perlu diperhatikan dalam pendekatan pengembangan kurikulum ialah teknik pendekatan kurikulum yang serasi, namun masih perlu pegangan yang lebih rinci, yakni :

a. Memilih pendekatan kurikulum yang serasi untuk mendesain kurikulum dengan mempertimbangkan keempat determinan itu

b. Berdasarkan pendekatan yang disiplin, menentukan mata pelajaran/mata kuliah yang akan disajikan, beserta bidang dan rangkaiannya yang dianggap dapat mencapai tujuan lembaga pendidikan itu.

Untuk mendesain kurikulum yang juga mempertimbangkan landasan-landasan kurikulum, pasti pendekatan-pendekatan yang sesuai dan terbaiklah yang akan dipilih sehingga terselenggara pendidikan yang dinamis.

Hal ini dimaksudkan agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat, bakat kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan daerah, sehingga dapat mempelancar program pendidikan salam rangka perwujudan dan pencapaian tujuan pendidikan nasional.

B. Saran

Pendekatan pengembangan kurikulum harus dilakukan cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.

Untuk dapat menjadi pengembang kurikulum yang andal, guru dituntut untuk memiliki sejumlah kemampuan. Dalam rangka memberikan atau membentuk kompetensi guru, maka guru haruslah diberikan kesempatan terlibat secara langsung menghadapi dan memecahkan masalah-masalah kurikulum.

DAFTAR PUSTAKA

Baharun, Hasan. 2017. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Yoyakarta: Pustaka Nurja

Masykur. 2019. Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Lampung: CV. Anugrah Utama Raharja

Nurul Huda, IAI Uluwiyah Mojosari Mojokerto, Nurul_huda85@gmail.com Diakses pada Selasa, 9 Agustus 2022 di Depok, Jawa Barat pukul 18.30

Nurul Huda, “Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum” https://ejournal.alkhoziny.ac.id/index.php/qudwatuna/article/download/21/19 Diakses pada Sabtu, 6 Agustus 2022 di Depok, Jawa Barat pukul 10.20

Rendra FR, “Pendekatan Pada Pengembangan Kurikulum” https://www.rendrafr.com/2018/08/pendekatan-dalam-pengembangan-kurikulum.html?m=1 diakses pada 29 Juli 2022 pukul 19.25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar