Sabtu, 18 Juni 2022

Ujian Akhir Mata Kuliah Pendidikan Aqidah

Petunjuk pengerjaan soal:
a) Pastikan soal dan mata kuliah sesuai jadwal masing-masing prodi.
b) Memulai dengan doa agar dimudahkan mengerjakan ujian.
c) Menjawab langsung dihalaman soal ini.
d) Soal terdiri dari 25 soal pilihan ganda dan 5 soal esay (uraian).
e) Jawaban soal esay dengan cara diuraikan dan diberkan analisanya.
f) Total score = 100.
g) Selesaikan dengan waktu yang tersedia.
Soal pilihan ganda

Pilihlah jawaban yang Anda anggap benar, dibolehkan memilih lebih dari satu item jawaban! (Total 50 poin)

1. Berikut ini yang bukan merupakan nama lain dari kata Aqidah adalah…
A. Tauhid
B. Sunnah
C. Ushuluddin
D. Ijma
E. Fiqhul Akbar

2. Aqidah menjadi disiplin ilmu dimulai sejak…
A. Masa tabiin
B. Masa rasulullah
C. Masa shahabat
D. Masa khulafaaur rasyidin
E. Masa tabiut tabiin

3. Aqidah Islamiyah mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh penganut agama yang lain, diantaranya syumuliyyah yang bermakna…
A. Muatan dan esensi aqidah islam itu didominasi oleh keimanan kepada yang gahib.
B. Bahwa dalam beraqidah dan memahami aqidah islam, kita wajib berhenti dan membatasi diri pada batas-batas ketetapan wahyu Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang shaih saja.
C. Aqidah yang lengkap, sempurna, menyeluruh, komprehensif dan integral, yaitu aqidah dengan makna yang mencakup dan meliputi keseluruhan pokok, prinsip-prinsip dan rukun-rukun keimanan dengan segala konsekuensinya sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan satu sama lain.
D. Jelas dan tidak menimbulkan keraguan, semakin seorang hamba berpegang kokoh pada pedoman agamanya maka semakin bertambah imannya.
E. Bersih tiada kebimbangan.

4. Tauhid Ma’rifat wal Istbat, maknanya menetapkan bagi Allah taala nama-nama dan sifat-sifatnya, serta kekhususan dalam perbuatannya. Dalam artian Dialah yang menciptakan alam semesta, mengatur, memberi rizki, menghidupkan, dan mematikan. Jadi dalam Tauhid ini terkandung dua macam Tauhid yang diberikan Istilah khusus oleh ulama setelahnya yaitu…
A. Tauhid Asma wa Shifat dan Rububiyyah
B. Tauhid Asma wa Shifat dan Uluhiyyah
C. Tauhid Asma wa shifat dan Ilmi
D. Tauhid Asma wa shifat dan Qashd
E. Tauhid Asma wa Shifat dan I’tiqadi

5. رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً
“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (Maryam: 65).
Dari ayat diatas manakah yang menunjukkan dalil dari tauhid Uluhiyah atau Ibadah?
A. رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ)
B. وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِه
C. َلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً)
D. Jawaban a & c benar
E. Jawaban e dan b benar

6. Meng-esakan Allah dalam hal nama-nama dan sifat-sifat-Nya: ialah meyakini secara mantab bahwa Allah menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan suci dari segala sifat kekurangan, dan bahwa Dia berbeda dengan seluruh makhluk-Nya. Merupakan definisi dari…
A. Tauhid Asma wa shifat
B. Tauhid Qashd
C. Tauhid Rububiyyah
D. Tauhid Uluhiyyah
E. Tauhid Ibadah

7. Berikut merupakan sikap yang dapat merusak Tauhid Asma wa Shifat kecuali…
A. Tasybih
B. Tahrif
C. Ta’thil
D. Takyif
E. Tahlil

8. Mengenal Allah dapat diperoleh dengan …
A. Membaca ayat-ayat naqliyyah
B. Mempelajari rububiyahNya
C. Bersemedi
D. Mimpi
E. Mempelajari alam semesta

9. إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ayat tersebut menjelaskan tentang…
A. Kewajiban mengenal Nabi
B. Kewajiban mengenal Agama
C. Kewajiban mengenal Allah
D. Kewajiban berbuat kebajikan
E. Kewajiban mengenal ulama

10. Diantara bukti bahwa Allah itu ada dapat kita ketahui dengan …
A. Adanya biji kurma menunjukkan adanya kurma
B. Adanya jejak kaki menunjukkan adanya manusia atau hewan yang berjalan.
C. Adanya alam semesta menunjukan adanya yang menciptakan.
D. Adanya planet karena tabrakan antara debu.
E. Berjalannya kapal karena ada yang mengendarai.

11. Mencintai Nabi Shallahu alaihi Wasallam dapat direalisasikan dengan…
A. Memuliakannya di saat beliau masih hidup saja.
B. Mengimaninya.
C. Beramal sesuai syariatnya.
D. Menyelenggarakan maulid setiap tahunnya.
E. Membenarkan ajarannya.

12. Salah satu tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah yang bermakna…
A. Mentauhidkan Aku
B. Menaati-Nya dengan cara melakukan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang.
C. Perendahan diri dan ketundukan. dalam melaksanakan berbagai tugas/beban syari’at yang diberikan kepada manusia (mukallaf)
D. Melakukan ketaatan kepada Allah yaitu dengan melaksanakan perintah Allah yang disampaikan melalui lisan para rasul.
E. Istilah yang meliputi segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, berupa ucapan maupun perbuatan, yang tampak maupun yang tersembunyi.

13. لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
Berikut adalah beberapa tafsiran mengenai “siapakah yang lebih baik amalnya" kecuali…
A. Yang paling gesit dalam melakukan ketaatan dan paling waro’ (berhati-hati) dari perkara yang haram.
B. Yang paling ikhlas dan paling showab (sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).
C. Yang paling zuhud.
D. Yang paling banyak amalannya.
E. Yang paling banyak mengingat kematian dan paling takut denganNya.

14. Ibadah tidaklah terbatas pada syiar-syiar seperti sholat, haji, umrah, dan yang semisal. Bahkan ada ibadah yang merupakan amalan hati seperti…
A. Raja
B. Mahabah
C. Khauf
D. Tawakal
E. Ikhlas

15. وَقَالَتِ ٱلْيَهُودُ عُزَيْرٌ ٱبْنُ ٱللَّهِ وَقَالَتِ ٱلنَّصَٰرَى ٱلْمَسِيحُ ٱبْنُ ٱللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَٰهِهِمْ ۖ يُضَٰهِـُٔونَ قَوْلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن قَبْلُ ۚ قَٰتَلَهُمُ ٱللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
Ayat tersebut menjelaskan tentang...
A. Ghuluw pada orang shalih
B. Kesombongan
C. Menolak kebenaran
D. Mengikuti hawa nafsu
E. Putus asa

16. Diantara sekte pengingkar tauhid rububiyah…
A. Majusiyah.
B. Qadariyyah.
C. Jabariyah.
D. Duhriyah.
E. Farainah.

17. Berikut adalah bentuk tawasul yang diperbolehkan dalam tinjauan syariat…
A. Tawassul dengan kedudukan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
B. Tawassul dengan dzat makhluk.
C. Tawassul dengan amal shalihnya.
D. Tawassul kepada Allah dengan do’a orang shalih yang masih hidup.
E. Tawassul dengan orang yang sudah meninggal.

18. Syarat diperbolehkan meminta syafaat kepada selain Allah adalah…
A. Yang memberikan syafaat (bantuan) harus memiliki kemampuan dalam hal tersebut.
B. Bukan merupakan perkara yang khusus bagi Allah taala.
C. Allah meridhai orang yang mensyafa’ati (syafi’).
D. Allah mengizinkan pensyafa’at untuk mensyafa’ati.
E. Yang memberikan syafaat (bantuan) harus masih hidup

19. Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, ia berkata: “Pernah terjadi musim kemarau pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hari Jum’at. Tiba-tiba berdirilah seorang Arab Badui, ia berkata: ‘Wahai Rasulullah, telah musnah harta dan telah kelaparan keluarga.’ Lalu Rasulullah mengangkat kedua tangannya seraya berdo’a: ‘Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami.” Tidak lama kemudian turunlah hujan. Merupakan dalil…
A. Bertawasul dengan orang shalih seperti habib, wali, ulama dan semacamnya.
B. Bertawasul dengan amal shalih.
C. Bertawasul dengan kedudukan Nabi.
D. Bertawasul dengan doa orang shalih.
E. Bertawasul dengan nama Allah.

20. Nabi Muhammad Shallahu alihi wasallam mempunyai hak khusus dalam memberikan syafaat di akhirat kelak setelah mendapatkan ijin dari Allah taala, diantara bentuk syafaat tersebut adalah…
A. Syafaat beliau untuk ahli tauhid yang bermaksiat dan telah masuk ke dalam neraka agar bisa keluar darinya.
B. Syafaat untuk para pelaku maksiat dari umat beliau yang berhak masuk neraka agar tidak memasukinya.
C. Syafaat untuk seluruh manusia pada hari mahsyar.
D. Syafaat untuk penduduk surga agar masuk ke dalamnya.
E. Syafaat yang diberikan untuk paman beliau Abu thalib dalam meringankan siksanya.

21. Merupakan bentuk bahaya dari kesyirikan yaitu…
A. Kekal dalam neraka.
B. Diharamkan syurga baginya.
C. Batal amalan dan pahalanya.
D. Boleh diambil hartanya.
E. Boleh diperangi.

22. Maksud istilah Dzatu Anwath dalam hadist Abi Waqid Al-Laitsi, adalah…
A. Pohon yang digantungkan senjata padanya untuk meminta barakah.
B. Orang shalih yang dimintai barakah.
C. Kota atau daerah yang dikeramatkan.
D. Orang shalih yang sudah meninggal dan diminta barakah padanya.
E. Malaikat yang dimintai barakah.

23. Berdasarkan kadarnya syirik dibedakan atas…
A. Khafi dan jaly.
B. Itiqadi dan amali.
C. Qauli dan amali.
D. Akbar dan ashghar.
E. Rububiyyah dan uluhiyyah.

24. فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ ﴾ [الصافات: 103])
Artinya: Tatkala keduanya (Ibrahim dan anaknya) telah berserah diri dan telah membaringkan anaknya diatas sisi keningnya maka nyatalah kesabaran keduanya. Ayat diatas apabila kita kaji maka dapat mendefinisikan makna dari agama yang berarti…
A. Hari pembalasan.
B. Tunduk dan patuh.
C. Kekuasaan.
D. Hukum.
E. Jalan.

25. Ihsan mempunyai rukun yaitu…
A. Beribadah dengan ikhlas seperti sedang dalam pengawasan
B. Beriman kepada taqdir
C. Haji
D. Syahadat
E. Berpuasa

Soal Essay
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!(Total score 50 poin)

1. Kaum musyrik pada zaman nabi Muhammad Shallahu Alihi wasallam mengadakan ritual haji, bersedekah kepada yang membutuhkan, melayani jamaah haji yang datang, memuliakan tamu dalam bentuk ritual kebaikan lainnya. Mereka juga mengakui eksistensi Allah dan mengata-kan sesembahan yang dimintai selain Allah tidak menciptakan, memberi rizki, memberi manfaat atau menolak bahaya. Namun mengapa masih dianggap kufur oleh Allah dan diperangi Rasul-Nya?
Jawaban :
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ
“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya’.” (QS. Az Zumar:3).

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰٓؤُلَآءِ شُفَعَٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّهِ
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa’atan, dan mereka berkata: ‘Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.’.” (QS. Yunus:18).

Kedua ayat di atas menggambarkan kondisi kaum musyrikin di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menyembah selain Allah sebagai perantara, menganggap hal tersebut akan mendekatkan mereka kepada Allah dan memberi syafaat bagi mereka. Mereka tidak semata-mata meminta kepada sesembahan mereka, namun dalam keyainannya sesembahan mereka hanyalah sebagai perantara dan pemberi syafaat.

Keyakinan dan kebiasaan kaum musyrikin tersebut, dapat dikategorikan sebagai salah satu Tawassul bid’i. Yaitu tawassul yang terlarang dan tidak memiliki tuntunan dari syariat, dan tidak memiliki dalil, baik dari Al Qur’an dan Hadits Nabawi. Diantaranya dengan jalan mendekatkan diri dengan menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah.

Hal ini tentu sangat disayangkan dan menunjukan kejahilan mereka. Karena berapa pun banyaknya ibadah yang dilakukan, amal kebaikan yang di laksanakan seperti mengadakan ritual haji, bersedekah kepada yang membutuhkan, melayani jamaah haji yang datang, memuliakan tamu dalam bentuk ritual kebaikan lainnya, dan lain sebagainya, namun dikarenakan hatinya yang menyekutukan Allah dalam beribadah kepadaNya, maka segala amal ibadah dan kebaikan pun menjadi tertolak.

Syirik adalah dosa yang paling besar. Rasulullah bersabda,
أَلَاأُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِالْكِبَائِرِ؟اَلْإِشْرَاكُ بِاللهِ....
Artinya : "Maukah kalian aku tunjukkan dosa yang besar? Yaitu menyekutukan Allah" (HR.Al-Bukhari)

Allah berfirman :
اِنَّ اللهَ لَايَغْفِرُاَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُمَادُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَآءُۚ وَمَنْ يُّشْرَكَ بِاللهِ فَقَدِافْتَرٰ؅ى اِثْمًاعَظِيْمًا
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni bahwa Dia disekutukan dengan sesuatu dan akan mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan siapa yang menyekutukan Allah,maka sungguh dia telah melakukan suatu dosa yang besar" (Q.S An-nisa:48)

Karena syirik merupakan dosa yang paling berbahaya, paling buruk dan paling berat siksaannya, karena didalamnya terkandung penistaan terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala dan penyerupaan bagiNya dengan makhluk-makhlukNya, Allah mengabarkan didalam ayat ini bahwasanya Allah tidak akan mengampuni orang yang melakukan syirik yang mati diatas kesyirikannya tersebut. Sedangkan siapa yang meninggal dunia diatas tauhid dan dia memiliki sebagian dosa-dosa maka Allah telah menyiapkan ampunan baginya sesuai yang dikehendakiNya. Allah Ta'ala kemudian menyebutkan alasanNya tidak mengampuni orang-orang musyrik, yaitu dengan perbuatan mereka tersebut berarti telah mendustakan Allah dengan menyembah selainNya bersamaNya, dan juga melakukan dosa besar yang tidak ada suatu dosa pun yang sama dengannya.

2. Mengimani dan menetapkan rububiyahNya dapat lebih dipahami melalui beberapa argument sebutkan dan jelaskan!
Jawaban :
Mengimani dan menetapkan rububiyah Allah Subhaanahu wa ta’alaa bisa dipastikan dengan empat argumen yang kuat, yakni : Fitrah, Logika, Panca Indera, dan Syariat.

1. Argumen Secara Fitrah

Setiap makhluk telah diberikan fitrah dalam dirinya untuk beriman dengan keberadaan penciptanya jauh sebelum dirinya dilahirkan ke alam dunia ini. Hal ini telah Allah ﷻ isyaratkan di dalam Al-Qur`an surat Al-A’raf : 172 :
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ
“Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Rabb kalian?’ Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Allah)’.” (Al-A’raf: 172)

Ayat di atas dengan jelas menerangkan bahwa setiap manusia secara fitrah dalam dirinya mengimani keberadaan dan Rububiyyah Allah. Bahkan kaum musyrikin yang telah dikafirkan oleh Allah dan diperangi oleh Rasul-Nya juga mengakui Tauhid Rububiyyah. Allah Subhaanahu wa ta’aalaa berfirman:
وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيْزُ الْعَلِيْمُۙ
“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Niscaya mereka akan menjawab: ‘Semuanya diciptakan oleh Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui’.” (QS : Az-Zukhruf (43) : 9)

Namun karena berbagai sebab tanpa disadarinya seseorang dapat berpaling dan menyimpang dari tuntutan fitrah ini. Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
“Tidaklah seorang anak dilahirkan melainkan di atas fitrah, kedua orangtuanyalah yang mengubahnya menjadi seorang Yahudi, Nashrani, atau Majusi.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah)

2. Argumen Secara Logika

Allah subhanahu wata’ala memberikan anugerah kepada manusia berupa akal. Jika akal ini digunakan dengan sebaik-baiknya, tentu kelahirannya di dunia ini dapat merasakan begitu banyak hal menakjubkan yang dapat mengusik keingintahuan dirinya siapakah sebenarnya pencipta seluruh alam semesta ini ?

Dengan akalnya tentu manusia akan berfikir bahwa tidak mungkin semua ini tercipta dengan sendirinya. Tidak mungkin alam semesta yang begitu luas ini semua dapat begitu tertata dengan begitu rapih dan teratur dengan begitu sempurna, tanpa ada sang pencipta dan pemeliharanya. Dengan logikanya tentu setiap manusia dapat berpikir bahwa pencipta dan pemeliharan alam semesta ini pastilah dzat yang maha hebat dan maha perkasa.

Argumen bahwa secara logika seseorang dapat mengimani dan menetapkan rububiyah Allah ﷻ, dapat kita lihat dari bagaimana kisah Nabi Ibrahim Alaihi salam menemukan Tuhannya, sebagaimana di jelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 76-79 :

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ الَّيْلُ رَاٰ كَوْكَبًا ۗقَالَ هٰذَا رَبِّيْۚ فَلَمَّآ اَفَلَ قَالَ لَآ اُحِبُّ الْاٰفِلِيْنَ ٧٦
فَلَمَّا رَاَ الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هٰذَا رَبِّيْ ۚفَلَمَّآ اَفَلَ قَالَ لَىِٕنْ لَّمْ يَهْدِنِيْ رَبِّيْ لَاَكُوْنَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّاۤلِّيْنَ ٧٧
فَلَمَّا رَاَ الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هٰذَا رَبِّيْ هٰذَآ اَكْبَرُۚ فَلَمَّآ اَفَلَتْ قَالَ يٰقَوْمِ اِنِّيْ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تُشْرِكُوْنَ ٧٨
اِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ حَنِيْفًا وَّمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۚ ٧٩

“Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka, ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.” Kemudian, ketika dia melihat bulan terbit dia berkata (kepada kaumnya), “Inilah Tuhanku.” Akan tetapi, ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk kaum yang sesat.” Kemudian, ketika dia melihat matahari terbit dia berkata (lagi kepada kaumnya), “Inilah Tuhanku. Ini lebih besar.” Akan tetapi, ketika matahari terbenam dia berkata, “Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari yang kamu persekutukan.” Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku (hanya) kepada Yang menciptakan langit dan bumi dengan (mengikuti) agama yang lurus dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik”.

Ayat lain yang menggambarkan bahwa dengan logika seharusnya seseorang dapat mengakui dan mengimani Rububiyah Allah ta’ala:
اِنَّ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۗ ٣
وَفِيْ خَلْقِكُمْ وَمَا يَبُثُّ مِنْ دَاۤبَّةٍ اٰيٰتٌ لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَۙ ٤
وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ رِّزْقٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ اٰيٰتٌ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ ٥
“Sungguh, pada penciptaan langit dan bumi benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang mukmin. Dan pada penciptaan dirimu dan pada mahluk yang bergerak yang bernyawa yang bertebaran (di bumi) terdapat tanda-tanda kebesaran Allah untuk kaum yang meyakini. Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dengan (air hujan) itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering) dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berakal “ (Qs. Al-Jatsiah/37 : 3-5)

Contoh lain yang menguatkan dan membuktikan argumen bahwa dengan logika seseorang dapat mengimani dan menetapkan rububiyah Allah ﷻ, kita sering mendengar kisah dari para peneliti yang masuk islam (mu’alaf) setelah meyakini tentang kekuasaan Allah ﷻ dalam obyek penelitiannya.

3. Argumen Secara Panca Indera

Bahwasanya mengetahui keberadaan Allah Subhaanahu wa ta’aalaa melalui panca indera bisa ditangkap dari dua sisi: Pengabulan doa dan pertolongan kepada orang-orang yang tertimpa kesusahan.

Kita mendengar dan menyaksikan bagaimana Allah mengabulkan doa orang-orang yang meminta kepada-Nya dan menolong orang-orang yang menghadapi kesusahan. Semuanya menunjukkan secara pasti tentang keberadaan Allah. Allah Subhaanahu wa ta’ aala berfirman:
وَنُوْحًا اِذْ نَادٰى مِنْ قَبْلُ فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ فَنَجَّيْنٰهُ وَاَهْلَهٗ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيْمِ ۚ
“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan kami mengabulkan doanya, lalu kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.” (QS : Al-Anbiya`:76)
اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ اَنِّيْ مُمِدُّكُمْ بِاَلْفٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُرْدِفِيْنَ
“(Ingatlah), ketika kalian memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu Dia mengabulkan nya bagi kalian: ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan malaikat yang datang berturut-turut’.” (QS : Al-Anfal: 9)

Pengabulan doa bagi orang-orang yang meminta kepada Allah senantiasa menjadi sebuah perkara yang disaksikan sampai masa kita ini, selama mereka menyandarkan diri kepada Allah Subhaanahu wa ta’aalaa dengan sebenar-benarnya dan memenuhi syarat-syarat pengabulan doa.

Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa semua itu menunjukkan keberadaan Dzat Yang Maha Pencipta atas seantero alam ini.

4. Secara Argumen Syariat

Bahwasanya seluruh kitab samawi telah berbicara tentang keberadaan Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa. Segala hukum yang termuat di dalamnya mengandung kemaslahatan-kemaslahatan bagi para makhluk. Yang demikian ini menunjukkan bahwa kitab-kitab itu datang dari sisi Dzat Yang Maha Bijaksana lagi Mengetahui kebaikan-kebaikan bagi para hamba. Seluruh peristiwa yang diberitakan-Nya dan dipersaksikan kebenarannya oleh realita kehidupan manusia juga menunjukkan bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb Yang Maha Kuasa untuk mewujudkan apa saja yang telah Mengesakan Allah Subhaanahu wata’aalaa dalam hal Penciptaan.

Dengan membaca firman-firmanNya, sudah sepantasnya seorang hamba dapat meyakini bahwa tak ada yang Maha Mencipta seluruh makhluk kecuali Allah ‘Azza wa Jalla. Allah Subhaanahu wa ta’alaa berfirman:
اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهٗ حَثِيْثًاۙ وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُوْمَ مُسَخَّرٰتٍۢ بِاَمْرِهٖٓ ۙاَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْاَمْرُۗ تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ
“Sesungguhnya Rabb kalian ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, lalu dia Maha Tinggi di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, serta (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang, (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam.” (QS : Al-A’raf: 54)

Kesimpulannya bahwa tak ada yang Maha Memiliki seluruh makhluk kecuali Allah Subhaanahu Wa ta’aalaa. Mengesakan Allah Subhaanahu wa ta’aalaa dalam hal Pengaturan. Maksudnya, seorang hamba meyakini bahwa tak ada yang Maha Mengatur seluruh makhluk kecuali Allah Subhaanahu wa ta’aalaa. Allah Subhaanahu wa ta’aalaa berfirman:
قُلْ مَنْ يَّرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ اَمَّنْ يَّمْلِكُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَمَنْ يُّخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُّدَبِّرُ الْاَمْرَۗ فَسَيَقُوْلُوْنَ اللّٰهُ ۚفَقُلْ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab, “Allah.” Maka katakanlah, “Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” (QS : Yunus: 31)

Argumen secara syariat disebutkan diakhir pembahasan bukan karena tidak layak untuk dikedepankan, tetapi hal ini dimaksudkan untuk membantah orang-orang yang tidak beriman dengan syariat sama sekali. Allahul Musta’an.

3. Bagaimana syariat mengeralisasi substansi kesyirikan?
Jawaban :
Syirik merupakan dosa yang paling berbahaya, paling buruk dan paling berat siksaannya, karena didalamnya terkandung penistaan terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala dan penyerupaan bagiNya dengan makhluk-makhlukNya, Allah mengabarkan didalam ayat ini bahwasanya Allah tidak akan mengampuni orang yang melakukan syirik yang mati diatas kesyirikannya tersebut.

Syirik adalah perbuatan, anggapan atau i’tikad yang menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan yang lain, seakan-akan ada yang maha kuasa di samping Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pengertian syirik dapat dipahami dari berbagai seginya. Dalam surah an-Nisa ayat 48, dijelaskan bahwa pembagian syirik dibagikan kepada enam macam, yaitu:

1. Syirik al-Istiqlal, yaitu menetapkan pendirian bahwa Tuhan itu ada dua dan keduanya bebas bertindak sendiri-sendiri. Seperti syiriknya orang majusi (penyembah api). Menurut mereka Tuhan itu dua, pertama Ahuramazda, Tuhan dari segala kebaikan dan Ahriman, Tuhan dari segala kejahatan.

2. Syirik at-Tab’id, yaitu menyusun Tuhan terdiri dari beberapa Tuhan, sebagai syiriknya orang Nasrani.

3. Syirik at-Taqrib, yaitu beribadat, memuja kepada yang selain Allah SWT untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana syiriknya orang Jahiliah zaman dahulu.

4. Syirik at-Taqlid, yaitu memuja, beribadat kepada yang selain Allah SWT karena taqlid (turut-turutan) kepada orang lain.

5. Syirik al-Asbab, yaitu menyandarkan pengaruh kepada sebab-sebab yang biasa, sebagaimana syiriknya orang-orang ahli filsafat dan penganut paham naturalis. Mereka berkata bahwa segala kejadian alam ini tidak ada sangkut-pautnya dengan Tuhan, meskipun Tuhan itu ada. Melainkan adalah sebab-akibat daripada alam itu sendiri.

6. Syirik al-Aghrad, yaitu beramal bukan karena Allah SWT.

Empat yang pertama di atas, hukumnya ialah kufur menurut ijma’ ulama. Hukum yang keenam ialah maksiat (durhaka) bukan kafir, menurut ijma’. Adapun hukum syirik yang kelima mengkehendaki penjelasan.

Barangsiapa yang berkata bahwa sebab-sebab yang biasa itulah yang memberi bekas menurut tabi’atnya, tidak ada sangkut-paut dengan Allah SWT kafirlah hukumnya. Dan barangsiapa yang berkata bahwa alam itu memberi bekas karena Tuhan Allah SWT telah memberikan kekuatan atasnya, orang itu fasiq.

Pembagian syirik secara kuantitas dapat dibagi tiga, mengutip Syahrin Harahap dan Hasan Bakti Nasution dalam Ensiklopedi Aqidah Islam, yaitu:

1. Syirik Uluhiyyah, yaitu menyekutukan Allah SWT dalam arti meyakini adanya Tuhan lain selain Dia, sebagai pencipta alam semesta.

2. Syirik Rububiyyah, yaitu menyekutukan Allah SWT dalam arti meyakini adanya Tuhan lain selain Dia, sebagai pemelihara dan pengatur alam semesta.

3. Syirik ‘Ubudiyyah, yaitu menyekutukan Allah SWT dalam arti meyakini adanya Tuhan lain selain Dia, sebagai yang disembah. Dengan kata lain, seseorang menyembah Allah SWT sekaligus menyembah tuhan-tuhan lain.

Sementara, secara kualitas syirik dapat dibagi dua,yaitu:

1. Syirik besar (al-Syirk al-Akbar), yaitu meyakini adanya Tuhan selain Allah SWT. Disebut syirik besar karena menyekutukan Tuhan secara keseluruhan. Begitu besarnya, sehingga dosa pelaku syirik ini tidak diampuni Allah. Secara teologis tidak semua orang musyrik disamakan dengan kafir, karena di antara mereka ada yang tetap percaya kepada Allah SWT, tidak sama dengan orang kafir yang sebenarnya. Namun, karena dosa-dosanya tidak diampuni Tuhan, maka di akhirat ia akan masuk neraka.

2. Syirik kecil (al-Syirk al-Asqhar), yaitu melakukan sembahan bukan karena Allah SWT, tetapi karena manusia. Misalnya, seseorang melaksanakan shalat bukan karena Tuhan, tetapi karena manusia, agar disebut alim. Dalam Islam syirik bentuk ini disebut juga dengan riya. Disebut syirik kecil karena menyekutukan Tuhan hanya dalam beribadah.

Demikianlah syariat Islam mengeralisasi substansi kesyirikan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar dapat lebih mudah bagi ummat manusia dalam menghindari praktek kesyirikan dalam dirinya. Adapun berbagai macam praktek kesyirikan yang berkembang dalam masyarakat dapat kita kenali dengan kita memahami dan mengenal ciri-ciri dan kriteria kesyirikan yang telah dikelompokan berdasarkan penafsiran para ulama yang telah mendalaminya.

4. Jelaskan korelasi ayat berikut
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ (189) فَلَمَّا آتَاهُمَا صَالِحًا جَعَلا لَهُ شُرَكَاءَ فِيمَا آتَاهُمَا فَتَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
dengan anggapan sebagian pakar tentang kesyirikan yang terjadi pada Nabi Adam dan istrinya!
Jawaban :
“Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan darinya Dia menjadikan pasangannya agar dia cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Kemudian, setelah ia mencampurinya, dia (istrinya) mengandung dengan ringan. Maka, ia pun melewatinya dengan mudah. Kemudian, ketika dia merasa berat, keduanya (suami istri) memohon kepada Allah, Tuhan mereka, “Sungguh, jika Engkau memberi kami anak yang saleh, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.

“Kemudian, setelah Dia memberi keduanya seorang anak yang saleh, mereka menjadikan sekutu bagi Allah dalam (penciptaan) anak yang telah Dia anugerahkan kepada mereka. Maka, Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS : Al-A’raf : 189-190)

Menurut Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI; Begitulah Allah mengalihkan pandangan mereka agar memerhatikan keadaan rasul dan juga mencermati alam raya agar mereka dapat merasakan keesaan tuhan. Kali ini Allah mengajak mereka membaca fakta dalam diri mereka, yaitu bahwa dialah, Allah, yang menciptakan kamu keturunan nabi adam dari jiwa yang satu, yaitu nabi adam, dan dari padanya dia menciptakan pasangannya, yaitu hawa, agar dia merasa tenang dan cenderung hatinya kepada pasangannya. Maka setelah dicampurinya, istrinya mengandung kandungan yang ringan, seperti biasanya kehamilan di masa awal, dan teruslah dia merasa ringan beberapa waktu kemudian ketika dia merasa berat, di saat kandungan semakin besar dan semakin dekat waktu bersalin, keduanya, yakni pasangan suami istri, bermohon kepada Allah, tuhan mereka seraya berkata, demi kekuasaan dan kebesaran-Mu, jika engkau memberi kami anak yang saleh, sempurna, sehat, dan tidak cacat, tentulah kami benar-benar termasuk orang-orang yang bersyukur.

Maka setelah dia, yakni Allah memberi keduanya seorang anak yang sempurna, mereka menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya itu, yakni mereka tidak bersyukur. Orang-orang musyrik menjadikan sekutu bagi tuhan dalam menciptakan anak itu, yaitu bahwa kelahiran anak mereka itu bukan semata-mata karunia Allah, tetapi juga atas berkat berhala-berhala yang mereka sembah. Karena itulah mereka menamakan anak-anak mereka dengan 'abdul 'uzza, 'abdul mana't, abdusy syam dan sebagainya. Maka mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Banyak pertanyaan tentang makna ayat tersebut. Apakah itu berarti Nabi Adam pernah syirik?

Pakar tafsir Alquran yang juga pengasuh Bayt Alquran-Pusat Studi Alquran (PSQ) Ustadz Syahrullah Iskandar menjelaskan, di kalangan mufasirin ada beberapa pendapat dalam takwil kata syirik dalam ayat tersebut yang disandarkan pada Adam dan Hawa.

Ustadz Syahrullah dalam kajian yang disiarkan virtual melalui akun Youtube resmi Bayt Alquran menerangkan dalam kitab tafsir min wahyil quran, terdapat pendapat mufasirin yang menjelaskan ayat tersebut bermakna metafor. Ini juga menjelaskan kondisi keturunan nabi Adam nantinya yang banyak menyekutukan Allah.

Sehingga, menurut pendapat ini, menyebut yang musyrik bukanlah nabi Adam melainkan keturunan-keturunannya kelak. Keturunan nabi Adam pada masa selanjutnya menjadikan sekutu bagi Allah, mereka tidak memercayai yang memberikan karunia itu Allah, tetapi ada yang lain. Mereka menyembah binatang, patung, berhala dan lainnya.

"Ayatnya tidak mengatakan walam yakul musyrikani. Seandainya Adam dan Hawa yang dimaksud disitu musyrik, maka ayatnya akan mengatakan fata alallahu amma yusrikani. Tapi kan ayatnya mengatakan yusrikun, jamak. Berarti itu mencakup keturunan Adam dan Hawa yang musyrik. Jadi, bukan Adam dan Hawa yang musyrik," kata Ustadz Syahrullah.

5. Era milenial telah berkembang dan sekarang manusia sedang dalam tahap transformasi dari era digital tekhnologi industri 4.0 menuju era society 5.0. Apakah pada era sekarang ini masih terjadi kesyirikan? Bagaimana substansi kesyirikan yang terjadi pada era sekarang?
Jawaban :
Indonesia adalah suatu negara di dunia dengan populasi muslim terbesar. Sebagian besar penduduk Indonesia memiliki kepercayaan sebagai seorang muslim namun tidak sedikit yang telah jauh dari agama itu sendiri. Begitu banyak masyarakat yang telah menjauh dari tauhid dalam keadaan sadar ataupun tidak, dalam kondisi sengaja ataupun tidak. Kondisi menjauh dari ajaran tauhid, bahkan telah membuat beberapa diantaranya telah batal keislamannya dikarenakan kesyirikan. Syirik adalah dosa besar yang membuat seorang muslim batal keislamannya namun beberapa masyarakat tidak menyadari bahwa mereka bukan lagi seorang muslim dikarenakan rendahnya ilmu tauhid yang diketahui, atau ada beberapa yang sudah mengetahui hal-hal yang termasuk kesyirikan namun tidak berhati-hati terhadapnya ataupun beberapa diantaranya tidak berusaha mempelajari ilmu sehingga terhindar dari kesyirikan.

Salah satu contoh hal yang membuat masyarakat tidak menyadari bahwa hal yang dilakukan telah membuat batal keislamannya adalah tradisi nenek moyang di beberapa daerah yang beberapa diantaranya bahkan merujuk pada menyekutukan Allah. Dengan dalih melestarikan kebudayaan daerah, tradisi dipertahankan walaupun secara nyata bertentangan dengan Syariah dan mengandung kesyirikan.

Praktek perdukunan yang dapat diakses dengan jangkauan lebih luas secara online, ramalan bintang seperti zodiak atau shio yang beredar terutama di media sosial dimana penggunanya didominasi generasi muda, hal lain bisa lebih berkembang dalam skala besar semakin mendekatkan masyarakat kepada kesyirikan dengan sarana tekhnologi yang tersedia. Bahkan lebih mengagung-kan dan mengutamakan teknologi yang terus berkembang sehingga lupa dan mengesampingkan kekuasaan Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melahirkan sarannya, itu pun sudah termasuk ke dalam kesyirikan yang sering tidak disadari.

Untuk menghindari hal-hal tersebut, pendidikan tauhid sangat penting diajarkan sejak dini sebagai suatu landasan dengan mengacu kepada Firman Allah subhanallahu wa ta’ala
ان الله لا يغفر ان يشرك به و يغفرمادون ذلك لمن يشاءۚ ومن يشرك بالله فقد افترى اثما عظيما
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar”. (QS An Nissa : 48)

(Agis Sugiana / Prodi SBA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar