Jumat, 10 Juni 2022

Syirik Tinjauan Historis dan Faktor yang Melatarbelakanginya

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan Aqidah
Dosen Pengampu : Humaidi Tamri, Lc, M.Pd
Disusun Oleh Kelompok 10 Angkatan 5 :
1. Yopi Son Haji
2. Yuni Herisa
3. Princess Endira Nathania
4. Yessi Darma

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Syirik Tinjauan Historis dan Faktor yang Melatarbelakanginya”. Penyelesaian makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akidah. 

Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini.

Tangerang Selatan, 20 Maret 2022

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Bab I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Bab II
PEMBAHASAN
1. Awal mula kesyirikan pada makhluk.
2. Awal Kesyirikan Pada Umat Manusia.
3. Awal Kesyirikan Pada Bangsa Arab.
4. Faktor Yang Melatarbelakangi Kesyirikan.
5.Cara Umat Manusia Menyikapi Perbuatan Syirik.
Bab III
PENUTUP. 
Kesimpulan.
Saran-Saran.
DAFTAR PUSTAKA.

Bab I
PENDAHULUAN

Penyimpangan aqidah dianggap sebagai dosa terbesar karena menyimpang dari fitrah manusia. Penyimpangan aqidah pertama terjadi pada masa nabi Nuh ‘alaihissalam yang merupakan Rasul pertama yang diutus Allah subhanahu wata’ala untuk meluruskan aqidah. Seribu tahun lamanya nabi Nuh mengajak umatnya untuk mengesakan Allah ta’ala, namun penyimpangan itu tak juga kunjung hilang. Pada masa nabi Musa ‘alaihissalam terdapat seorang raja arogan bernama Fir’aun. Al-Qur’an sering mengulang kisah Fir’aun karena dianggap sebagai lambang kezaliman tirani. Fir’aun mengklaim dirinya sebagai Tuhan dengan kekuasaannya dan memerintahkan penduduknya untuk menuhankan dirinya.

Pada masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, penyimpangan aqidah tak kalah hebat dengan masa-masa sebelumnya. Dalam suatu riwayat disebutkan ada sekitar 360 berhala di sekeliling Ka’bah yang disembah oleh kaum Quraisy. Berhala yang paling penting dinamakan Hubal, dianggap sebagai dewa terbesar. Lata dewa tertua yang terletak di Thaif, Uzza terletak di Hijaz, dimana kedudukannya berada di bawah Hubal, dan Manat yang terletak di Yatsrib. Berhala tersebut dijadikan sebagai tempat bertanya tentang nasib baik dan buruk. Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam tiada henti menyeru kepada ajaran tauhid, meski perlawanan, tekanan dan penindasan tiada henti. Kurang lebih dua puluh tahun lamanya Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah, akhirnya praktek kesyirikan itu dapat dihilangkan.

Latar Belakang

Ada tiga sebab fundamental munculnya perilaku syirik, yaitu al-jahlu (kebodohan). Dhai'ful iman (lemahnya iman), dan taqlid (ikut-ikutan secara membabi-buta). Al-jahlu sebab pertama perbuatan syirik. Karenanya masyarakat sebelum datangnya Islam disebut dengan musyarakat jahiliyah Sebab, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang cenderung berbuat syirik. Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum bisa dipastikan kecenderungan berbuat syirik semakin kuat. Dan biasanya di tengah masyarakat jahiliyah para dukun selalu menjadi rujukan utama. Mengapa? Sebab mereka bodoh, dan dengan kobodohannya mereka tidak tahu bagainana seharusnya mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ujung-ujungnya para dukun sebagai narasumber yang sangat mereka agungkan.

Penyebab kedua perbuatan syirik adalah dha'iful iman (lemahnya iman) Seorang yang imannya lemah cenderung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut kepada Allah Azza wa Jalla tidak kuat.

Lemahnya rasa takut kepada Allah Azza wa Jalla ini akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk menguasai diri seseorang. Ketika seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya, maka tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan syirik seperti memohon kepada pepohonan besar karena presiden, atau selalu merujuk kepada para dukun supaya penampilannya tetap memikat hati orang banyak.

Sebab yang ketiga yaitu Taqlid. Al-Qur'an selalu menggambarkan bahwa orang-orang yang menyekutukan Allah Subhanahu wata’ala selalu memberi alasan mereka melakukan itu karena mengikuti jejak nenek moyang mereka.

Rumusan Masalah

1. Kapan awal mula kesyrikan kepada mahluk?
2. Kapan kesyirikan kepada umat manusia?
3. Kapan kesyirikan kepada bangsa arab.?
4. Apa faktor yang melatarbelakangi kesyirikan.?
5. Bagaimana umat manusia menyikapi kesyirikan.?

Bab II
PEMBAHASAN

1. Awal Mula Kesyirikan pada Makhluk

Beberapa peneliti berpendapat bahwa keberhalaan tumbuh akibat penghormatan dan takzim berlebih-lebihan serta keinginan untuk mengabadikan kenangan terhadap tokoh-tokoh besar. Setiap kali seorang tokoh besar meninggal dunia, mereka memahat patung untuk menghidupkan kenangan kepadanya dan mengabadikan penghormatan kepadanya dalam diri mereka. Namun dengan berlalunya masa dan bergantinya generasi demi generasi, patung-patung ini pada akhirnya berubah menjadi sesembahan.

Sejarah kesyirikan dimuka bumi ini dan sejarah pertama kalinya berhala disembah didepan ka’bah adalah sejak Nabi adam sampai Nabi Nuh berjarak 10 generasi (ingat umur mereka dahulu bisa mencapai 900 tahun), selama ini mereka semuanya berada di atas tauhid dan tidak menyekutukan Allah sama sekali, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu.

Sebagaimana perkataan dari Ibnu Abbas,

كان بين نوح وآدم عشرة قرون، كلهم على شريعة من الحق، فاختلفوا، فبعث الله النبيين مبشرين ومنذرين

”Antara Nuh dan Adam ada 10 generasi. Mereka semua berada di atas syariat yang benar. Kemudian mereka saling berselisih. Kemudian Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi gambar gembira dan kabar peringatan". (Tafsir At-Thabari 4/275, Mu’assasah Risalah, syamilah).

Syaikh Muhammad At Tamimi menjelaskan tentang Rasul pertama adalah Nuh dan sesembahan di masa Nabi Nuh alaihis salam.

Syaikh rahimahullah berkata, “Awal rasul adalah Nuh alaihis salam. Di mana Allah mengutus Nuh kepada kaumnya. Kaum Nuh beribadah secara berlebihan kepada Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan Nasr.”

Nuh Rasul Pertama

Nuh adalah rasul pertama dan beliau adalah di antara rasul ‘ulul ‘azhmi. Dan keturunan Nuh tetap terus ada di muka bumi. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ

“Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan” (QS. Ash Shaffaat: 77). Manusia selanjutnya adalah keturunan dari Nabi Nuh ‘alaihis salam. Anak Nuh ada tiga yaitu Sam, Ham dan Yafits. Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir, 6: 380.

Adapun Nabi Adam adalah Nabi yang diajak bicara oleh Allah dan bukanlah Rasul. Sebagaimana disebutkan dalam hadits mengenai Nabi Adam,

آدَمُ أَنَبِيٌّ كَانَ ؟ قَالَ : نَعَمْ ، نَبِيٌّ مُكَلَّمٌ

“Adam, apakah seorang Nabi? Iya, dia adalah Nabi yang diajak bicara.” (HR. Ahmad 5: 178).

Nuh Diutus pada Kaum yang Berlebihan terhadap Orang Sholih

Nuh diutus pada kaum yang berbuat syirik di mana mereka telah berlebihan dalam mengagungkan orang sholih. Orang sholih yang dimaksud di sini yang pertama adalah Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan Nasr.

Coba kita perhatikan dalam surat Nuh,

وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آَلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

“Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr” (QS. Nuh: 23). Ibnu Katsir berkata bahwa ini adalah nama-nama berhala-berhala orang musyrik. Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 389.

Disebutkan dari ‘Ali bin Abi Tholhah dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa berhala-berhala tersebut adalah berhala yang disembah di zaman Nabi Nuh. (Idem, 7: 390).

Awal Mula Kesyirikan : Berlebihan pada Orang Sholih

Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda:

ﻻَ ﺗُﻄْﺮُﻭْﻧِﻲْ ﻛَﻤَﺎ ﺃَﻃْﺮَﺕِ ﺍﻟﻨَّﺼَﺎﺭَﻯ ﻋِﻴْﺴَﻰ ﺑْﻦَ ﻣَﺮْﻳَﻢَ، ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺃَﻧَﺎ ﻋَﺒْﺪٌ، ﻓَﻘُﻮْﻟُﻮْﺍ ﻋَﺒْﺪَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ

”Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang- orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: Abdullah (hamba Allah) dan Rasulullah (Utusan Allah) .” (HR Bukhari dan Muslim)

Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, “Nama-nama yang disebutkan dalam ayat tersebut adalah nama-nama orang sholih dari kaum Nuh. Ketika orang-orang sholih tersebut mati, maka orang-orang mulai i’tikaf di kubur-kubur mereka. Kemudian berlalulah waktu hingga mereka membuat bentuk untuk orang-orang sholih tersebut dengan wujud patung. Dan perlu dipahami bahwa berdiam (beri’tikaf) di kubur, mengusap-ngusap kubur, menciumnya dan berdo’a di sisi kubur serta semacam itu adalah asal dari kesyirikan dan asal mula penyembahan berhala. Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a,

اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا يُعْبَدُ

“Ya Allah, janganlah jadikan kuburku sebagai berhala yang disembah.” (Majmu’ Al Fatawa, 27: 79).

Ibnu Taimiyah di tempat lain juga mengatakan,

“Ibnu ‘Abbas dan ulama lainnya mengatakan bahwa mereka yang disebut dalam surat Nuh adalah orang-orang sholih di kaum Nuh. Ketika mereka mati, orang-orang pada i’tikaf di sisi kubur mereka. Lalu mereka membuat patung orang sholih tersebut. Lantas orang sholih tersebut disembah. Ini sudah masyhur dalam kitab tafsir dan hadits, serta selainnya seperti disebutkan oleh Imam Bukhari . Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingkarinya dan mencegah agar tidak terjadi kesyirikan seperti itu. Sampai-sampai beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang menjadikan kubur para nabi dan orang sholih sebagai masjid.

Terlarang shalat di kubur semacam itu walau kubur tersebut tidak dimintai syafa’at. Begitu pula terlarang shalat menghadap kubur tadi. ‘Ali bin Abi Tholib pun pernah diutus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meratakan kubur yang tinggi dan menghancurkan berhala-berhala, serta juga menumpas berbagai patung atau gambar yang diagungkan. Dari Abul Hiyaj Al Asadi, ia berkata bahwa ‘Ali bin Abi Tholib berkata kepadanya, “Aku akan mengutusmu sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusku, yaitu untuk memerintah agar menghancurkan berhala, meratakan kubur yang ditinggakan.” Dalam lafazh lain disebutkan agar gambar yang diagungkan itu dihapuskan. Demikian dikeluarkan oleh Imam Muslim.” (Majmu’ Al Fatawa, 1: 151-152).

Singkatnya adalah awal mula kesyirikan yang terjadi pada makhluk adalah dikarenakan rasa cinta yang teramat sangat kepada orang sholih yang di ungkapkan dan direalisasikan dalam bentuk sesembahan yang menyerupai makhluk(orang sholih) tersebut, yang kemudian seiring dengan berlalunya zaman bentuk cinta yang salah tersebut mendarah daging dan hingga kini telah dijadikan sebagai peribadatan dan sebuah ritual yang dianggap biasa.

2. Awal Kesyirikan Pada Umat Manusia

Sejarah adalah cermin yang baik agar seseorang tidak jatuh dalam lubang yang sama, karenanya bangsa yang baik adalah bangsa yang memahami akan sejarah mereka. Awalnya, sejak Nabi adam sampai Nabi Nuh ‘alaihimassalam berjarak 10 generasi ( umur mereka dahulu bisa mencapai 900 tahun ). Selama kurun waktu itu mereka semuanya berada di atas tauhid dan tidak menyekutukan Allah sama sekali, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu

كان بين نوح وآدم عشرة قرون، كلهم على شريعة من الحق، فاختلفوا، فبعث الله النبيين مبشرين ومنذرين

”Antara Nuh dan Adam ada 10 generasi. Mereka semua berada di atas syariat yang benar. Kemudian mereka saling berselisih. Kemudian Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan kabar peringatan (Tafsir At-Thabari 4/275, Mu’assasah Risalah, syamilah).

Sebagaimana kita fahami bahwa Syirik adalah dosa terbesar yang dimana setan sangat berusaha agar manusia berbuat kesyirikan yaitu menyekutukan Allah, agar Islam dan agama mereka sia-sia sehingga menjadi teman setan di neraka selama-lamanya. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِينَ يُشَبِّهُونَ بِخَلْقِ اللَّهِ

“Sesungguhnya manusia yang paling berat siksaannya pada hari kiamat adalah mereka yang menyerupakan makhluk Allah.” (HR. Al-Bukhari no. 5954 dan Muslim no. 5525 dan ini adalah lafazhnya).

Lalu sejak kapan manusia melakukan kesyirikan?

Berikut sejarah kesyirikan di muka bumi dan sejarah pertama kalinya berhala disembah di depan ka’bah, di mana sebelumnya manusia bertauhid dan sebelumnya ka’bah adalah rumah suci tempat beribadah hanya kepada Allah semata. Berawal dari Kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam terdapat orang-orang shalih yang rajin ibadah dan sangat bermanfaat bagi masyarakat serta dicintai kaumnya. Ketika orang-orang shalih itu meninggal, mereka sangat sedih dan merasa kehilangan sekali karena tidak ada lagi tempat mereka bertanya serta penyemangat dalam kehidupan mereka. Maka disinilah setan melihat ada celah, setan membisikkan agar mereka membuat semacam patung untuk mengenang orang-orang shalih tersebut. Saat itu mereka tidak menyembah patung, melainkan hanya sebagai pengingat dan kenangan dengan melihat patung orang-orang shalih itu mereka akan semangat lagi untuk beribadah. Kemudian datang generasi setelahnya, setan membisikkan lagi secara perlahan, bahwa patung tersebut keramat dan harus dihormati serta diperlakukan istimewa sebagaimana orang-orang shalih ketika masih hidup serta diyakini mempunyai kekuatan tertentu. Kemudian generasi itu berganti dan setan pun kembali membisikan bahwa patung tersebut harus disembah, hingga akhirnya patung-patung orang shalih itu disembah dan diagungkan selayaknya Tuhan. Dan dijelaskan pula oleh Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, dikisahkan bahwa ;

أَسْمَاءُ رِجَالٍ صَالِحِينَ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ ، فَلَمَّا هَلَكُوا أَوْحَى الشَّيْطَانُ إِلَى قَوْمِهِمْ أَنِ انْصِبُوا إِلَى مَجَالِسِهِمُ الَّتِى كَانُوا يَجْلِسُونَ أَنْصَابًا ، وَسَمُّوهَا بِأَسْمَائِهِمْ فَفَعَلُوا فَلَمْ تُعْبَدْ حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ وَتَنَسَّخَ الْعِلْمُ عُبِدَتْ

Mereka adalah nama-nama orang soleh di kalangan kaumnya Nuh. Ketika mereka meninggal, setan membisikkan kaumnya untuk membuat prasasti di tempat-tempat peribadatan orang soleh itu. Dan memberi nama prasasti itu sesuai nama orang soleh tersebut. Merekapun melakukannya. Namun prasasti itu tidak disembah. Ketika generasi (pembuat prasasti) ini meninggal, dan pengetahuan tentang prasasti ini mulai kabur, akhirnya prasasti ini disembah.(HR. Bukhari 4920).

Nama-nama orang shalih tersebut disebutkan dalam Al-Quran yaitu wadd, suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr. Allah berfirman,

قَالَ نُوحٌ رَبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِي وَاتَّبَعُوا مَنْ لَمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَوَلَدُهُ إِلَّا خَسَارًا . وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا. وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آَلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

Nuh berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, dan melakukan tipu-daya yang amat besar”.

Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr.” (QS. Nuh: 21 – 23).

Lihatlah bagaimana setan memanfaatkan patung-patung tersebut sebagai jalan menuju kesyirikan. Oleh karena itu dalam Islam dilarang keras membuat patung dan gambar yang bisa menampakkan ciri makluk yaitu memiliki mata dan wajah. Dan pelakunya akan mendapatkan siksaan paling berat di hari kiamat. Lihatlah pula bagaimana setan memanfaatkan sikap ghuluw atau berlebih-lebihan terhadap orang shalih. Karenanya Islam sangat melarang keras akan hal ini. Sikap ghuluw terhadap orang-orang shalih. Bahwa kafir Quraisy tidak menganggap berhala sebagai Rabb mereka (bandingkan dengan kesyirikan sekarang). Kesyirikan orang kafir Quraisy masih lebih ringan dibandingkan praktek kesyirikan yang ada di zaman sekarang dan kita berdoa semoga saja semua praktek kesyirikan ini hilang dari nusantara tercinta. Beberapa bukti bahwa kafir Quraisy tidak mengakui berhala sebagai Rabb mereka:

1. Orang kafir Quraisy beranggapan bahwa berhala itu akan menyampaikan doa (sebagai perantara kepada Allah). Mereka berkata dalam AL-Quran:

مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى

“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. [Az-Zumar: 3]

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullah berkata,

أي: ولئن سألت المشركين عن توحيد الربوبية، ومن هو الخالق، لأقروا أنه الله وحده لا شريك له.

“Yaitu, jika engkau [Muhammad] bertanya kepada orang-orang musyrik tentang tauhid rububiyah dan siapakah pencipta, maka sungguh mereka akan mengakui bahwasanya dialah Allah semata dan tiada sekutu baginya.” (Taisir Karimir Rahmahhal. 737, Dar Ibnu Hazm, Beirut, Cet. Ke-1,1424 H)

2. Mereka mengakui bahwa Allah adalah Rabb mereka .

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” [QS. Az-Zukhruf: 87]

Terbukti nama Ayah Nabi adalah Abdullah (Hamba Allah) dan nama Asli Abu Bakar adalah Abdullah juga.

3. Mereka menganggap berhala tersebut akan memberi syafaat di sisi Allah kelak.

Quraisy berkata,
هَـؤُلاء شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللّهِ

“Mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”.[Yunus: 18]

Inilah yang manjadi kaidah kedua dalam kitab tauhid Qowa’idul Arba’ syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab,

القاعدة الثانية: أنهم يقولون: ما دعوناهم وتوجهنا إليهم إلا لطلب القربة والشفاعة.

“Kaidah kedua: bahwasanya mereka [orang-orang kafir Quraisy] berkata, “tidaklah kami berdoa dan menghadapkannya kepada mereka [berhala-berhala] melainkan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meminta syafaat.”

4. Beberapa berhala tersebut adalah patung-patung simbol orang shalih, jadi bukan Rabb

Misalnya berhala Latta, dahulunya adalah orang shalih yang sering membagikan roti kepada jamaah haji, kemudian dibuatkan patung dan disembah. Dalam Tafsir At-Thabari

كان رجلا يَلُتّ السويق للحاج فلما مات عكفوا على قبره فعبدوه

“Al-latta adalah seorang lelaki yang membuat adonan roti kepada jama’ah haji (secara gratis). Ketika ia meninggal, orang-orang beri’tikaf di kuburannya dan menyembahnya” (Tafsir Ath Thabari, 22/523).

Mereka tidak meminta kepada berhala tersebut dan tidak menyakini berhala yang mengabulkan, Sedangkan praktek kesyirikan di zaman sekarang manusia langsung meminta berdoa kepada pohon, penunggu gunung, penunggu laut dan sebagainya. Fakta ini harusnya membuat kita lebih semangat lagi mendakwahkan tauhid, berusaha merubahnya secara perlahan dengan lembut, bijaksana lagi penuh hikmah. Karena praktek kesyirikan sudah berlangsung lama, maka mengubahnya juga bisa jadi butuh waktu yang lama. Demikianlah sejarah syirik pertama kali dan begitu juga pola kesyirikan yang terjadi setelahnya. Oleh karena itu Allah mengutus Nuh ‘alaihissalam sebagai Rasul pertama untuk memberantas kesyirikan di muka bumi .

3. Awal Kesyirikan Pada Bangsa Arab

Seperti kita ketahui, penduduk Jazirah Arab khususnya kota Mekkah pada masa jahiliyah telah melakukan praktek kesyirikan yang sangat di benci oleh Allah Azza wa Jalla. Tapi dari mana mereka tahu dengan kesyirikan, bukankah penduduk Mekkah dahulu bertauhid sesuai ajaran dari Nabi Isma’il ‘Alashissalam.

Amr bin Luhay Pencetus Kesyirikan di Mekkah

Siapa itu Amr bin Luhay? Ia adalah seorang berdarah Syam pemimpin dari Bani Khuza’ah yang menguasai Baitullah selama kurang lebih tiga ratus tahun. Dia hijrah ke negeri-negeri Hijaz. Dialah orang yang pertama kali menyeru kepada orang-orang Arab untuk beribadah kepada berhala.

Sebagian menyebutkannya sebagai Amr bin Luhay (Rabi’ah) bin Haritsah bin Amr Muzaiqiya, dari Bani Azad yang termasuk Arab Qohtaniyyah.

Sebagian lagi menyebutkannya sebagai Amr bin Luhay bin Qoma’ah bin Khandaf, dari Bani Mudhar yang termasuk Arab Adnaniyyah.

Dia adalah orang yang memiliki banyak sekali harta yang melimpah yang disebut “dialah orang yang mencungkil mata dua puluh ekor onta. Itu adalah sebuah ungkapan yang menunjukkan bahwa dia memiliki dua puluh ribu ekor onta. Ucapan dan perbuatannya di tengah-tengah orang Arab ibarat syari’at yang dipatuhi lantaran kemuliaannya di mata orang-orang Arab, kewibawaannya dalam pandangan mereka dan kehormatannya atas mereka.

Suatu hari Amr bin Luhay bersafar ke negri Syam, yang memang menjadi rutinitas atau kegiatan masyarakat Mekkah pada umumnya yaitu berdagang. Saat di negri Syam Amr bin Luhay melihat penduduknya melakukan ritual menyembah patung, ini menjadi hal yang menarik bagi Amr bin Luhay, dia menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik serta benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat lahirnya para nabi, rosul dan turunnya kitab-kitab suci. Lalu ditanyalah penduduk yang melakukan ritual tersebut.

Para penduduk menjawab, “Ini adalah berhala kami yang kami sembah, kami menyembah berhala ini, agar dia menurunkan hujan, memberikan pertolongan dan semua hajat kami, dan setelah menyembah berhala ini maka hajat kami akan segera terkabul”. Lalu Amr bin Luhay meminta berhala tersebut untuk dibawa ke Mekkah seraya berkata, “Bolehkah saya beli berhala ini untuk saya, agar masyarakat saya di Mekkah bisa menyembah dan mendapatkan manfaat dari berhala ini”. Lalu penduduk Syam pun menyetujui dan memberikan berhala tersebut kepada Amr bin Luhay seraya memberi nama patung tersebut dengan nama “Hubal” (dewa bulan).

Setelah pulang ke Mekkah, maka Amr bin Luhay memberitahukan kepada penduduk Mekkah apa yang telah dibawanya dan meletakkannya di dalam Ka’bah serta menyuruh mereka untuk menyembah berhala tersebut.

Semenjak saat itulah para penduduk Mekkah menyembah patung Hubal. Orang-orang Hijaz pun banyak uyang mengikuti penduduk tanah suci. Berhala mereka yang terdahulu adalah Manat, yang ditempatkan di Musyallah di tepi Laut Merah. Kemudian mereka membuat Latta di Tha’if dan ‘Uzza di Wadi Nakhlah. Seiring dengan berjalannya waktu, patung-patung tersebut bertambah banyak, dan pada saat pembebasan Mekkah tidak kurang dari 320 berhala yang ada di Ka’bah untuk dihancurkan.

Dikisahkan bahwa ‘Amr bin Luhay mempunyai pembantu dari jenis jin. Jin ini memberitahukan kepadanya bahwa berhala-berhala kaum Nabi Nuh (yaitu Wadd, Suwaa, Yaghuts, Ya’uq an Nasr) terpendam di Jiddah. Maka dia datang ke sana dan mengangkatnya, lalu membawanya ke Tihamah. Setelah tiba musim haji, dia menyerahkan berhala-berhala tersebut kepada berbagai kabilah. Akhirnya berhala-berhala itu kembali ke tempat asalnya masing-masing, sehingga di setiap kabilah dan di setiap rumah hampir pasti ada berhalanya.

Amr bin Luhay Juga Membuat Bid’ah

Dahulu dia menciptakan syariat baru kemudian penduduk Mekkah mengikutinya. Dia juga membuat bid’ah dan memperindah bid’ah itu. Itulah pertama kalinya ada yang mengganti agama Ibrahim dan Ismail ‘Alaihimassalam di kawasan jazirah Arab. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رَأَيْتُ جَهَنَّمَ يَحْطِمُ بَعْضُهَا بَعْضًا، وَ رَأيْتُ عَمْروً يَجُرُّ قُصْبَهُ فِيْ النَّارِ، وَ هُوَ مَنْ سَيَّبَ السَّوَائِبَ

“Aku melihat neraka Jahannam sebagiannya saling membakar pada sebagian yang lain (apinya berkobar-kobar), dan Amr bin Luhay menarik-narik isi perutnya di dalam Neraka. Dan dia adalah orang pertama yang memberikan persembahan berupa saa’ibah kepada berhala. (HR. Bukhari)

Itulah kisah awal mula terjadinya kesyirikan di Jazirah Arab hingga sampai terjadinya penaklukan kota Mekkah.

4. Faktor Yang Melatarbelakangi Kesyirikan

Ada tiga sebab fundamental munculnya perilaku syirik, yaitu al jahlu (kebodohan), dha’iful iman (lemahnya iman) dan taqlid (ikut-ikutan secara membabi buta). Salah satu contoh penyebab kesyirikan adalah kebodohan dan ketidakmampuan manusia dalam mengatasi problem kehidupannya, sehingga manusia mencari jalan (red memohon) kepada sesuatu yang dianggap memiliki kekuatan ghaib luar biasa di luar dirinya. Karena beragam problem, kondisi, situasi, zaman dan tempat, maka beragam pula tata cara mereka mengatasi masalahnya, terutama dalam mendekatkan diri kepada Tuhan.

Ada manusia yang menyembah kepada sesama manusia, ada manusia yang menyembah kepada malaikat, ada manusia yang menyembah kepada alam, ada manusia yang menyembah kepada jin. Misalnya ada di masyarakat Jawa yang datang memberikan persembahan berupa sesaji kepada pohon tua, batu besar, kuburan angker, laut selatan yang dikuasai Nyai Loro Kidul, hewan langka (red Kebo Kyai Slamet), keris dan bentuk-bentuk peribadatan lainnya. Bentuk kesyirikan bisa juga menimpa para ilmuwan dengan pemahaman-pemahaman modern menyesatkan seperti liberalisme, sekulerisme, komunisme, pluralisme, hedonisme, dan isme-isme lainnya. Atau manusia mempertuhankan teknologi, hatinya terpaut dengan HP, TV, game, dan sebagainya.

Ketidakmurnian penganut agama Islam tidak terjadi di zaman sekarang saja, bahkan sejak Nabi Nuh ‘alaihissalam adalah awal mula percampuran keyakinan yang murni. Umatnya Nabi Nuh ’alaihissalam menyembah kepada berhala karena ada orang-orang shaleh yang meninggal, kemudian mereka berlebih-lebihan dalam memberikan bentuk penghormatan sehingga sampai pada bentuk penyembahan patung-patung dengan diberi nama orang-orang sholeh tersebut (Wadd, Suwwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr). Sebagaimana yang Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَقَالُوْا لَا تَذَرُنَّ اٰلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَّلَا سُوَاعًا ەۙ وَّلَا يَغُوْثَ وَيَعُوْقَ وَنَسْرًاۚ

Artinya :dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr. (Q.S Nuh: 23)

Demikianlah dari generasi ke generasi berikutnya selalu terjadi penyelewengan-penyelewengan terhadap agama tauhid ini, sampai kepada zaman modern sekarang dengan ragam bentuk yang berbeda dari generasi sebelumnya. Atau masih ada juga bentuk kesyirikan ala tradisionalis yang melekat dengan unsur-unsur adat dan budaya. Adapula kesyirikan dikemas dengan kemasan modern, seolah-olah itu adalah bagian dari perkembangan teknologi.

Dari pemaparan diatas kita bisa mengambil hikmah bahwa penyebab dari manusia berbuat syirik adalah karena ketidakmampuan manusia dalam mengandalkan akal dan indera saja, sehingga menyimpulkan Tuhan dengan berbagai macam bentuk. Akal dan indra tidak mampu menjangkau hal-hal ghaib yang hanya diketahui oleh Pencipta makhluk. Oleh karena itu perlu adanya bimbingan wahyu yang akan menuntun jalan hidupnya.

5. Cara Umat Manusia Menyikapi Perbuatan Syirik

Cara Umat Manusia Menyikapi Perbuatan Syirik adalah :

1. Mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah ‘azza wa jalla dengan senantiasa berupaya memurnikan tauhid.

2. Menuntut ilmu syar’i sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.

3. Mengenali dampak kesyirikan dan menyadari bahwasanya syirik itu akan menghantarkan pelakunya kekal di dalam Jahanam dan menghapuskan amal kebaikan.

4. Menyadari bahwasanya syirik akbar tidak akan diampuni oleh Allah kecuali bertaubat.

5. Tidak berteman dengan orang-orang yang bodoh yang hanyut dalam berbagai bentuk kesyirikan.

Maka berhati-hatilah dari syirik dengan seluruh macamnya, dan ketahuilah bahwasanya syirik itu bisa berbentuk ucapan, perbuatan dan keyakinan. Terkadang satu kata saja bisa menghancurkan kehidupan dunia dan akhirat seseorang dalam keadaan dia tidak menyadarinya.

هل تعلم ما قال ربك؟ " قالوا (الصحابة): "الله ورسوله أعلم". قال: هذا الصباح يؤمن بي بعض عبيدي ومنهم من كفروا. القائل: نلنا المطر بفضل فضل الله ورحمته ، فمن آمن بي وكفر بالنجوم. وأما من قال: ((تمطر بسبب هذه الكوكبة أو تلك ، فهذا هو الذي كفر بي ، وآمن بالنجوم)).

Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian tahu apa yang difirmankan Rabb kalian?” Mereka (para sahabat) mengatakan, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”. Dia bersabda, “Pada pagi hari ini ada di antara hamba-Ku yang beriman dan ada yang kafir kepada-Ku. Orang yang berkata, ‘Kami telah mendapatkan anugerah hujan berkat keutamaan Allah dan rahmat-Nya maka itulah yang beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata, ‘Kami mendapatkan curahan hujan karena rasi bintang ini atau itu, maka itulah orang yang kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang.’” (Muttafaq ‘alaih)

Bab III
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pada analisa yang telah kami lakukan tentang “Syirik Dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian Tematik Tafsir Al-Maragi Karya Ahmad Mustafa Al-Maragi)” maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

Syirik adalah perbuatan yang mengakui bahwa ada Tuhan selain Allah subhanahu wata’ala, yang mempunyai kemampuan seperti kemampuan yang dimiliki oleh Allah ta’ala . Dengan kata lain bahwa perbuatan syirik itu adalah perbuatan yang mengakui adanya sekutu kekuatan yang menyamai kekuatan Allah ‘azza wa Jalla, lalu dijadikan sesembahan dan dipuja, padahal yang disembah itu adalah ciptaan Allah ta’ala yang tidak memiliki kekuatan apapun. Persekutuan semacam itu sama sekali tidak dibenarkan dan sesat, karena yang dapat memberikan keberkahan hanyalah Allah Yang Maha Perkasa. Perbuatan seperti itu justru tidak dapat memberikan keberkahan sekalipun. Al-Qur’an mengatakan bahwa orang yang mempersekutukan Allah sesungguhnya mereka telah melakukan dosa besar, karena membawa manusia kepada kezhaliman yang sangat besar.

Syirik termasuk jajaran dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah ta’ala. Karena syirik merupakan pemutus hubungan Allah ta’ala dan hamba-Nya. Alqur’an juga mengatakan syirik merupakan penyebab utama seseorang masuk Neraka, Allah sunhanahu wata’ala mengharamkan kepadanya surga dan tidaklah ada bagi orang-orang zhalim seorang penolong pun. Itulah sebagian bahaya syirik dan dampak negatifnya bagi diri manusia di dunia dan akhirat. Dalam Al-Qur’an, kata syirik dan derivasinya ditemukan sebanyak 168 kata dengan 63 kata yang berbeda. Yaitu terdapat dalam Q.S Al- Nisa [5]: 48 dan 116, Q.S Al-Maidah [5]: 72, Q.S Al-Mumtahanah [28]: 12, Q.S Al-Anam [8]: 148, Q.S Al-A’raf [7]: 190, Q.S Yusuf [12]: 106, Q.S Al-Kahfi [16]: 110, Q.S Al-Taubah [10]: 30 dan 31, Q.S Al-Haj [22]: 17, Q.S Al-Taubah [9]: 5, Q.S Al-Maidah [7]: 172, Q.S Al-Mumtahanah [28]: 12, Q.S Al-Zumar [24]: 65, Q.S Luqman [21]: 13, Q.S Al-Baqarah [2]: 165, Q.S Ali Imran [4]: 151.

Selain itu larangan untuk menyekutukan Allah ta’ala dan ancaman bagi yang berbuat syirik terdapat dalam Q.S Luqman [21]: 13, Q.S Al-Zumar [24]: 65, Q.S Al-Baqarah [2]: 165, Ali-῾Imran [4]: 151, Q.S Al-Nisa’ [5]: 48, Q.S Al-Nisa’ [5]: 116, Q.S Al-Taubah 10[10]: 31.

Menurut Ahmad Mustafa Al-Maragi dalam kitab Tafsir Al-Maragi mengatakan Syirik adalah menyekutukan Allah Ta’ala dalam uluhiyyah-Nya dan rububiyyah-Nya. Jika seorang hamba meyakini bahwa ada sang Pencipta atau sang Penolong selain Allah ta’ala dengan menjadikan sebagian makhluk sebagai pembuat syariat yang menghalalkan apa yang dipandang halal dan mengharamkan apa yang dipandang haram, lalu ia mengikuti mereka dalam hal itu maka ia telah musyrik. Jika ia berkeyakinan bahwa ada Tuhan selain Allah yang berhak untuk disembah, maka ia telah musyrik. Dimana menurut pandangan Ahmad Mustafa Al-Maragi dalam Tafsir Al-Maragi menyatakan, mereka berdoa kepada selain Allah atau bersama-Nya ketika terjadi keadaan berat. Mereka tidak menamakan pekerjaaannya itu sebagai do’a, melainkan tawassul (perantara) dan permohonan syafa’at, serta menamakan orang-orang yang mereka seru itu sebagai para pelindung dan pemberi syafa’at. Meskipun do’a itu mereka maksudkan untuk memenuhi hajat dan melapangkan kesusahan, namun hal itu cukup dikatakan sebagai suatu ibadah dan syirik kepada Allah subhanahu wata’ala.

Saran-Saran

Sebelum mengakhiri penulisan makalah ini, penulis akan menyampaikan beberapa hal:

a. Jadikanlah kitab suci al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pedoman dalam hidup agar tidak terjerumus dalam perbuatan syirik.

b. Peliharalah iman dan takwa kita agar kita terhindar dari dosa-dosa besar seperti syirik yang akan menghancurkan segala amal perbuatan kita akibat penyelewengan terhadap kekuasaan Allah ta’ala.

c. Kuatkan akidah dan keimanan kita dengan cara melaksanakan segala perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

d. Jauhilah perbuatan syirik, karena Allah tidak akan mengampuni dosa syirik. Karena syirik termasuk kezhaliman yang sangat besar dan dapat menghancurkan ketauhidan kita kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Syukur Alhamdulillah berkat taufik dan hidayahNya penyusun dapat menyelesaikan penulisan makalah ini, walaupun dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan kekhilafan.

Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penyusun dan kemudian bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

- HR. Al-Bukhari no. 5954 dan Muslim no. 5525 (diakses tanggal 2 februari 2022)

- Tafsir At-Thabari 4/275, Mu’assasah Risalah, syamilah (diakses tanggal 2 februari 2022)

- Tafsir Ath Thabari, 22/523 (diakses tanggal 9 april 2022)

- Al-Qur'an Surat Nuh Ayat ke-23 | merdeka.com (diakses tanggal 10 maret 2022)

- Yulian Purnama, S.Kom. 25 Oktober 2020. Kesyirikan Pertama di Muka Bumi. https://muslim.or.id (diakses tanggal 9 april 2022)

- Bahraen, Raehanul. 2015. “Ghuluw”/Berlebihan Terhadap Orang Shalih. https://muslimafiyah.com/ghuluwberlebihan-terhadap-orang-shalih.html (diakses tanggal 9 april 2022)

- Bahraen, Raehanul. 2016. Kafir Quraiys Tidak Menganggap Berhala Sebagai Rabb Mereka (Bandingkan Dengan Kesyirikan Sekarang). https://muslimafiyah.com/kafir-quraiys-tidak-menganggap-berhala-sebagai-rabb-mereka-bandingkan-dengan-kesyirikan-sekarang.html (diakses tanggal 9 april 2022)

- Bahraen, Raehanul. 2016. Sejarah Kesyirikan Pertama di Muka bumi dan di Jazirah Arab. https://muslimafiyah.com/sejarah-kesyirikan-pertama-di-muka-bumi-dan-di-jazirah-arab.html (diakses tanggal 9 april 2022)

- Muhammad Abduh Tuasikal, MSc August 15, 2013 https://muslim.or.id/58749-kesyirikan-pertama-di-muka-bumi.html- (diakses tanggal 9 april 2022)

- Muhammad Abduh Tuasikal,MSc August 15, 2013
https://rumaysho.com/ (diakses tanggal 23 januari 2022)

- Tafsir al-Maraghi

https://waqfeya.net/book.php?bid=785 (diakses tanggal 25 maret 2022)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar