Sabtu, 14 Mei 2022

Adab Terhadap Al-Qur'an Dalam Perspektif Pendidikan Islam

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata Kuliah Pendidikan Akhlak Dosen Pengampu: Abu Fuhairah az-Zahid, M.Pd
Disusun Oleh kelompok 6 Angkatan 5:
1. Efni Redho (PAI)
2. Fitrianti A (PAI)
3. Nur Fadhillah (PAI)
4. Nurul Hasanah (PAI)
5. Putri Rahemah (SBA)
6. Roslina Asis (PAI)

KATA PENGANTAR

xxx

Syukur Alhamdulillah atas segala kelimpahan karunia Allah subhanahu wa ta’ala atas izin-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Adab berjudul “Adab Terhadap Al-Qur’an Dalam Perspektif Pendidikan Islam” dan bahan penambahan ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan.

Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah Pendidikan Adab yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Bangka, Mei 2022
Penyusun Makalah Kelompok 6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 MANFAAT PENELITIAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Al-Qur’an
2.2 Adab terhadap Al-Qur’an
2.3 Adab membaca Al-Qur’an
2.3.1 Adab Sebelum Membaca Al-Qur’an
2.3.2 Adab ketika membaca Al-Qur’an
2.3.3 Adab Sesudah Membaca Al-Qur’an
2.4 Keutamaan dan Hikmah Adab Terhadap Al-Qur’an
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam melalui Malaikat Jibril 'alahi wassalam yang merupakan mukjizat terbesar sepanjang sejarah manusia. Bagi siapa saja yang membaca Al-Qur’an sekalipun tidak memahami maknanya, terhitung sebagai ibadah dan mendapatkan ganjaran pahala yang sangat besar.

Tentu dalam membaca atau pelajari Al-Qur’an terdapat etika atau adab nya. Supaya Al-Qur’an tersebut nantinya bisa memberikan syafaat.

Orang yang sibuk membaca Al-Qur’an dan tak sempat membaca dzikir yang lain tetap akan mendapatkan balasan terbaik. Bahkan melebihi balasan mereka yang meminta. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Sa'id dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

xxx

"Allah berfirman, 'Siapa saja yang disibukkan oleh membaca Al-Qur’an, hingga tak sempat dzikir yang lain kepada-Ku dan meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya balasan terbaik orang-orang yang meminta. Ingatlah, keutamaan Al-Qur’an atas kalimat-kalimat yang lain seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya,” (HR. Al- Baihaqi).

Dari Hadits di atas, jelas sekali bahwa al-Quran memiliki posisi yang sangat mulia sebagai mana sebaik-baik kitab suci dan sekaligus pedoman hidup bagi umat manusia. Karena kemulian al-Quran dan untuk mendapatkan ganjaran pahala yang besar.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi Al-Qur’an itu?
2. Apa saja adab terhadap Al Qur’an?
3. Bagaimana adab membaca Al Qur’an?
4. Apakah keutamaan dan hikmah adab terhadap Al Qur’an?

1.3 MANFAAT PENELITIAN

1. Mengetahui definisi Al-Qur’an.
2. Mengetahui apa saja adab terhadap Al-Qur’an.
3. Mengetahui bagaimana adab membaca Al-Qur’an.
4. Mengetahui apa keutamaan dan hikmah adab terhadap Al-Qur’an.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Al Qur’an

Al-Qur’an Secara bahasa diambil dari kata وقرأنا 
قرأ - يقرأ - قرأة - yang berarti sesuatu yang dibaca (bacaan). ‘’Qara’a’’ memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Maka Al Qur’an merupakan bentuk mashdar dari Qira’ah yang berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur dan benar. Allah menjelaskan.

اِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهٗ وَقُرْاٰنَهٗ ۚ

"Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya (pada lisanmu)"(QS : Al Qiyamah (75) :17)

فَاِذَا قَرَأْنٰهُ فَاتَّبِعْ قُرْاٰنَهٗ ۚ

"Maka apabila kami telah menyempurnakan bacaannya (kepadamu, dengan perantaraan jibril), maka bacalah menurut bacaan nya itu.”". (QS : Al Qiyamah (75) :18)

Qur’anah disini berarti Qira’ah (bacaan atau cara membacanya). Maka jelas kata Qur’an itu adalah akar kata (mashdar) yang berdasarkan wazan (tashrif) dari kata fu’lan seperti, ghufran sehingga menjadi qara’atuhu, qur’an, qira’atan dan qur’anah, dengan satu makna.

Secara khusus, Al-Qur’an menjadi nama bagi sebuah kitab yang diturunkan kepada Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga menjadi sebuah identitas diri. Dan penyebutan al-Qur’an tidak hanya terbatas pada sebuah kitab dengan seluruh kandungannya. Tapi, setiap bagian dari ayat-ayatnya juga disebut dengan al-Qur’an. Maka apabila kita mendengarkan atau membaca satu ayat al-Qur’an saja, dibenarkan mengatakan bahwa kita sedang mendengar atau membaca al-Qur’an.

وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْاٰنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

“Dan apabila al Qur’an itu dibacakan, maka dengarkanlah bacaannya dan diamlah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS : al-A’raf (7) : 204)

Adapun menurut istilah, Al-Qur’an adalah firman atau kalam Allah swt yang disampaikan dalam bahasa arab, diturunkan secara berangsur-angsur melalui Malaikat Jibril ‘alaihis salam kepada Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, sebagai mukjizat dan yang disampaikan kepada kita umatnya secara mutawatir, dan yang diterima oleh umat islam dari generasi kegenerasi tanpa ada sedikit pun perubahan didalamnya. [1] Dan dia adalah sumber utama yang harus dijadikan sebagai dasar hukum dan pedoman dalam kehidupan umat manusia.
[1] Anshari, Ulumul Qur’an, (Jakarta : Rajawali Press, 2013)….p.18

2.2 Adab terhadap Al Qur’an

Setiap muslim haruslah meyakini bahwa Al-Qur’an adalah kalam (perkataan) Allah subhanahu wa ta’ala. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang Allah turunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad shallallah ‘alahi wassalam untuk dijadikan sebagai petunjuk dan kabar gembira bagi umat islam.

Oleh kerana itu seorang muslim yang baik selalu beradab terhadap Al-Qur’an dengan adab-adab utama, diantaranya:

1. Mengimaninya

Setiap muslim mengetahui bahwa iman kepada kitab Allah termasuk ke dalam rukun iman yang ketiga dan Al-Qur’an merupakan salah satu kitab Allah yang di turunkan sebagai penyempurna kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya. Sebagai seorang muslim tentunya tidak boleh ada keraguan tentang kebenaran dari isi Al-Qur’an. Allah pun secara tegas memerintahkan kita untuk beriman kepada Al-Qur’an.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا 

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. an-Nisa:136)

Ayat Al-Quran diatas terdapat perintah untuk beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala, Rasul-Nya, Al-Qur’an, dan kitab-kitab terdahulu. Beriman kepada hal-hal di atas hukumNya wajib dan seorang hamba tidak menjadi orang yang beriman kecuali dengannya, yaitu beriman secara menyeluruh dalam perkara yang perinciannya tidak sampai kepadanya, dan secara rinci dalam perkara yang perinciannya sudah sampai kepadanya. Maka barangsiapa beriman dengan keimanan ini, dia telah mengikuti petunjuk dan sukses. [2]
[2] Lihat Tafsir Taisir Karimir Rahmân, surat an-Nisa’ ayat 136, karya Syaikh `Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di.

2. Membacanya

Tidak cukup mengimaninya, kita juga diajarkan untuk membacanya. Sesungguhnya membaca al-Qur’an merupakan salah satu bentuk ibadah yang agung dan membaca Al-Qur’an memiliki banyak keistimewaan. Banyak sekali ayat-ayat dan hadits-hadits shahîh yang menunjukkan hal ini.

xxx

"Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka dia mendapatkan satu kebaikan dengannya. Dan satu kebaikan itu (dibalas) sepuluh lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Tetapi alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf.” [3]
[3] HR. Tirmidzi no: 2910, dari `Abdullah bin Mas’ud. Dishahihkan Syaikh Salim al-Hilali dalam Bahjatun Nazhirin 2/229

3. Belajar dan mengajarkannya

Setiap muslim pastinya ingin menjadi orang yang paling utama di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala di akhirat kelak. Oleh itu, untuk menjadi mukmin yang utama tersebut bisa diperoleh dengan cara mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.

Dari Utsman bin ‘Affan ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda: “Orang yang paling utama di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya.” (HR Bukhari No 4640)

4. Mengikutinya

Al-Qur’an merupakan kitab Allah subhanahu wa ta’ala yang berisi petunjuk bagi umat muslim. Demikian, sudah sepatutnya setiap umat muslim mengikuti apa yang dituliskan di dalamnya (Al-Qur’an).

يَّهْدِيْ بِهِ اللّٰهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهٗ سُبُلَ السَّلٰمِ وَيُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ بِاِذْنِهٖ وَيَهْدِيْهِمْ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ

“dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya dan menunjukkan ke jalan yang lurus.” (QS. Al-Ma’idah:16)

5. Mengamalkannya

Al-Qur’an tidak cukup hanya sekedar dibaca dan dipelajari saja, namun juga wajib diamalkan dalam kehidupan. Kedekatan seorang mukmin dengan Al-Qur’an biasanya dapat memperlihatkan kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari. [4]
[4] Lihat di (https://izi.or.id/adab-terhadap-al-quran/, diakses pada tanggal 21 April 2022)

2.3 Adab membaca Al Qur’an

Adab membaca Al-Qur’an dapat kita bahagikan menjadi tiga bagian, yaitu adab sebelum membaca, ketika membaca dan sesudah membaca Al-Qur’an.

2.3.1 Adab Sebelum Membaca Al-Qur’an

Sebelum membaca Al-qur’an, kita sebagai seorang muslim harus memperhatikan adab-adab sebelum membaca Al-qur’an, agar mendapatkan kesempurnaan pahala dan manfaat dari membaca Al-qur’an. Berikut beberapa adab sebelum membaca Al-qur’an:

Ø Niat yang ikhlas karena Allah Subhanahu wa ta’ala

Apapun ibadah harus diawali dengan niat yang ikhlas, begitu pula saat hendak membaca Al-qur’an. Seseorang yang membaca Al-qur’an hendaknya berniat yang baik, yaitu berniat ikhlas lillahi Ta’ala. Untuk mencari ridho Allah dan bukan untuk perkara dunia seperti menginginkan pujian dan keridhoan manusia.

Ø Hendaknya membersihkan mulut terlebih dahulu

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan di dalam kitab at-tibyan [5], sebaiknya sebelum membaca Al-Qur’an didahului dengan membersihkan mulut. Baik itu dengan bersiwak serta selainnya. Membersihkan mulut dapat dilaksanakan dengan bersiwak menggunakan kayu Arok, membersihkan dengan kain kasar atau jari-jari yang kasar, sikat gigi dan minimalnya dengan berkumur-kumur.
[5] At-Tibyan

Imam As-Suyuthi menyatakan lebih jelas, bahwa hukum bersiwak sebelum membaca Al-Qur’an adalah sunnah, sebagai bentuk penghormatan dan langkah mensucikan diri tatkala bersinggungan dengan Al-Qur’an. Imam As-Suyuthi kemudian mengutip sebuah hadis dari sahabat ‘Ali [6]
[6] (Al-Itqan/1/125)

“Sesungguhnya mulut-mulut kalian adalah jalan bagi Al-Qur’an, maka bersihkanlah dengan siwak. “ [7]
[7] (HR. Ibn Majah dan Al-Bazzar)

Imam Nawawi rahimahullah mengutip dari sebagian ulama, ada do’a yang dibaca saat bersiwak

xxx

“ya Allah, berikan aku keberkahan dalam bersiwak. Wahai dzat yang paling pengasih di antara para pengasih”

Imam Nawawi mengatakan bahwa membaca Al-Qur’an dalam keadaan mulut yang belum dibersihkan atau terkena najis, hukumnya hanya makruh saja. Memang ada yang berpendapat bahwa hukumnya haram, namun pendapat yang paling shahih adalah tidak haram.

Ø Bersuci

Seseorang yang hendak membaca Al-Qur’an dengan mushaf diwajibkan berwudhu terlebih dahulu, tidak diperbolehkan meyentuh mushaf apabila tidak berwudhu (bersuci) terlebih dahulu baik dia berhadats kecil maupun besar. Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

ًل يمس القران إًل طاهر

“tidaklah menyentuh Al-Qur’an kecuali orang-orang yang suci” [8]
[8] (HR. Al-Hakim 3/485. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil no. 122)

Larangan menyentuh mushaf di sini berlaku bagi orang yang berhadats kecil seperti orang yang sehabis kentut atau kencing dan belum bersuci. Inilah mayoritas pendapat pakar fiqih. Jika seseorang membaca Al-Qur’an dengan hafalannya, maka disunnahkan untuk berwudhu sehingga diperbolehkan membaca Al-Qur’an tanpa berwudhu. Mushaf yang dimaksud berarti seluruhnya berisi bacaan Al-Qur’an tanpa ada terjemahannya, namun Al-Qur’an yang ada terjemahannya tidak termasuk mushaf. Tidak mengapa menyentuh Al-Qur’an terjemahan seperti itu karena hukumnya sama dengan menyentuh kitab tafsir. Akan tetapi, jika isi Al-Qur’annya lebih banyak atau sama banyaknya dari kajian terjemahan, maka seharusnya tidak disentuh dalam keadaan berhadats. [9]
[9] https://rumaysho.com/1161-menyentuh-mushaf-al-quran-bagi-orang-yang-berhadats.html

Bagi orang yang berhadats besar seperti haidh dan nifas, solusinya dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Baz rahimahullah di mana beliau berkata, “Diperbolehkan bagi wanita haid dan nifas untuk membaca Al-Qur’an menurut pendapat ulama yang paling kuat. Alasannya, karena tidak ada dalil yang melarang hal ini. Namun, seharusnya membaca Al-Qur’an tersebut tidak sampai menyentuh mushaf Al-Qur’an. Kalau memang mau menyentuh mushaf Al-Qur’an, maka seharusnya dengan menggunakan pembatas seperti kain yang suci dan semacamnya (bisa juga dengan sarung tangan). Demikian pula untuk menulis Al-Qur’an di kertas ketika hajat (dibutuhkan), maka diperbolehkan dengan menggunakan pembatas seperti kain tadi.” [10]
[10] Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 10: 209-210

Adapun bagi orang yang berhadats besar seperti junub, maka tidak diperbolehkan baginya membaca Al Qur’an. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad jayyid, dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia mengatakan;

أن النبي ﷺ خرج من الغائط وقرأ شيئاا من القرآن، وقال هذا لمن ليس بجنب أما الجنب فَل وًل آية

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai dari buang hajat, lalu beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam membaca sesuatu ayat dari Al- Quran. Dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan perbuatan ini boleh bagi yang tidak sedang junub/hadas besar. Adapun jika dalam kondisi junub, maka dia tidak boleh membacanya walaupun hanya satu ayat” [11]
[11] HR. Ahmad dalam Musnad-nya no. 830

Maksudnya adalah orang yang dalam kondisi junub tidak boleh membaca Al-Quran baik dari mushaf maupun dari hafalannya sampai dia mandi junub untuk menghilangkan hadas besarnya.

Apabila tidak ada air, diperbolehkan bertayamum untuk bersuci. Namun apabila setelah bertayamum terdapat air untuk bersuci, maka wajib baginya untuk bersuci kembali.

Ø Pakaian yang bersih dan menutup aurat

Membaca Al-Qur’an merupakan suatu bentuk ibadah kepada Allah Ta’ala, yang mana ibadah itu sendiri merupakan bentuk penghambaan manusia kepada Allah Sang Pencipta. Sebagian orang tidaklah memperhatikan hal ini. Kadang dengan kesadaran ia menggunakan pakaian yang kotor, kumal dan bau. Alangkah baiknya apabila ingin membaca Al-Qur’an pakailah pakaian yang bersih agar lebih nyaman dan khusu’ ketika membaca Al-Qur’an. Begitu juga dengan memakai pakaian yang menutup aurat. Walaupun tidak ada dalil pengharaman atau larangan membaca Al-Qur’an dengan aurat terbuka, tapi hal tersebut tidaklah sesuai dengan adab yang diajarkan dalam membaca Al-Qur’an. [12]
[12] https://konsultasisyariah.com/9115-membaca-alquran-dengan-aurat-terbuka.html

Ø Memilih tempat yang bersih dan menghadap kiblat

Para ulama menganjurkan untuk membaca Al-Qur’an di masjid. Selain merupakan tempat yang mulia dan bersih, juga kita dapat meraih fadhilah i’tikaf. Imam Nawawi Rahimahullah mengatakan “Hendaklah setiap orang yang duduk di masjid berniat i’tikaf, baik untuk waktu yang lama atau hanya sesaat". Bahkan sudah sepatutnya sejak masuk masjid tersebut sudah berniat untuk i’tikaf. Adab seperti ini sudah sepatutnya diperhatikan dan disebarkan, apalagi pada anak-anak dan orang awam (yang belum paham). Karena mengamalkan seperti itu sudah semakin langka. [13] Dalam membaca Al-Qur’an juga dianjurkan untuk menghadap kiblat.
[13] At-Tibyan, hal. 83

Ø Memulai membaca Al-Qur’an dengan ta’awudz dan basmalah ketika awal surah kecuali surat Bara’ah (surat At-Taubah)

Hukum membaca ta’awudz adalah sunnah. Perintah untuk membaca ta’awudz di sini disebutkan dalam ayat,

فَاِذَا قَرَأْتَ الْقُرْاٰنَ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ 

“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)

Memulai pertengahan surat adalah dengan ta’awudz, bukan bismillahir rohmaanir rohiim. [14]
[14] https://www.orami.co.id/magazine/adab-membaca-alquran

2.3.2 Adab ketika membaca Al Qur’an

Membaca Al-Quran tentunya memiliki banyak keutamaan. Mulai dari sebagai syafaat kita di hari akhir nanti, mendapatkan pahala, hingga keberkahan bagi kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Rasulullah bersabda bahwa orang yang membaca Al Quran kelak akan diseru:

“Bacalah, telitilah, dan tartilkan sebagaimana kamu dahulu di dunia mentartilkannya, karena kedudukanmu berada di akhir ayat yang engkau baca.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Lalu Bagaimana adab ketika membaca alquran?

Ø Membaca dengan tartil [15]
[15] https://alhasanah.or.id/pengetahuan/keutamaan-membaca-al-quran-dengan-tartil 

Tartil menurut arti kata adalah perlahan-lahan. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, tartil berarti membaca sesuai hukum tajwid. Membaca secara perlahan akan membantu seseorang untuk memahami dan mentadabburi maknanya.

Syeikh Abdul Aziz dalam tafsirnya menyebutkan bahwa arti asal tartil adalah membaca dengan terang dan jelas. Sedangkan menurut syariat adalah membaca Al-Qur’an dengan tertib.

Allah perintahkan dalam QS Al-Muzzammil (73) : 4 (surah Makkiyah)

اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ

“Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.”

Rasulullah juga bersabda, “Siapa saja yang membaca Al-Qur’an (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami.” [16]
[16] (HR. Ahmad dan para penyusun kitab-kitab Sunan)

Ø Membaca al quran dengan suara keras[17]
[17] https://muslim.or.id/104-adab-membaca-al-quran.html 

Kita perhatikan kondisi orang-orang di sekitar kita. Jika di sekitar terdapat orang-orang yang sedang tidur, atau sedang membaca Al-Qur’an, atau sedang shalat, maka jangan mengeraskan bacaan Al-Qur’an tersebut sampai pada level yang bisa menimbulkan gangguan kepada orang lain. Akan tetapi, keraskan secukupnya sehingga diri sendiri yang mendengar bacaan Al-Qur’an tersebut dan tidak mengganggu orang lain.

Adapun jika di sekelilingnya tidak terdapat orang yang merasa terganggu dengan bacaan Al-Qur’an tersebut, maka boleh dikeraskan, namun tidak boleh berlebihan-lebihan. Karena hal ini terlarang Adab ini juga berlaku ketika kita melaksanakan shalat malam. Agar tidak mengganggu orang lain yang sedang tidur.

Ø Membaguskan suara ketika membacanya. [18]
[18] https://muslim.or.id/104-adab-membaca-al-quran.html

Sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim).

Di dalam hadits lain dijelaskan, “Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-Qur’an.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Maksud hadits ini adalah membaca Al-Qur’an dengan susunan bacaan yang jelas dan tenang, makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah tajwid. Dan seseorang tidak perlu melenggok-lenggokkan suara di luar kemampuannya

Ø Menghayati Al-Quran

كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِهٖ وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS Sad (38) : 29) (Surat Makiyah)

Al-Qur-an adalah kitab yang mulia, diberkahi, mengandung banyak kebaikan dan manfaat dunia dan akhirat. Dia menurunkan Al-Qur’an dengan tujuan agar manusia menghayati petunjuk-Nya, mengamalkannya serta menjadikan peringatan.

Ø Menghafal al-Quran[19] 
[19] https://griyalquran.id.inilah-keutamaan- menghafal-alquran

Dengan membaca, menghafal, dan memahami ayat-Nya, Allah akan melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya. Selain itu, hadis riwayat Bukhari dan Muslim menjelaskan mengenai janji Allah kepada penghafal Al-Qur’an, yakni akan bersama para malaikat dan juga mendapatkan pahala meski terbata-bata.

Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, [20]
[20] (HR. Hakim 1/756 dan dihasankan al-Abani).

من قرأ القرآن وتع هلم وعمل به أُلبس والداه يوم القيامة تاجاا من نور ضوؤه مثل ضوء الشمس ،
القرآن ولدكما بأخذ : فيقال ؟ هذا كسينا بم : فيقوًلن الدنيا لهما تقوم ًل حلتين والداه ويكسى 

"Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan al-Quran.”’

2.3.3 Adab Sesudah Membaca Al-Qur’an[21]
[21] An Nuha Ejournal - http://ejournal.staimadiun.ac.id/index.php/annuha/article/view/134

Setelah atau sesudah membaca Al-Qur’an kita diperintahkan untuk mentadabburi dan mengamalkan isi yang terkandung pada Al-Qur’an perintah Allah ta’ala dan petunjuk Rasul-Nya, dan mengambil pelajaran pada kisah-kisah yang terdapat pada Al-qur’an.

كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِهٖ وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS Sad (38) : 29) (Surat Makiyah)

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah ta’ala menurunkan Al-Qur’an kepada Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam dan para pengikutnya. Al-Quran adalah kitab yang menuntun manusia agar hidup sejahtera di dunia dan berbahagia di akhirat. Dengan merenungkan isinya, manusia akan menemukan cara-cara mengatur kemaslahatan hidup di dunia. Dan terdapat juga kisah-kisah dari umat terdahulu yang yang boleh menjadi pelajaran.

Ø Berpegang teguh pada Al-Qur’an

Maksud berpegang teguh pada Al-Qur’an adalah menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar pemikiran. Artinya merumuskan permasalahan dan pemecahan dengan didasari nilai-nilai yang ada dalam kitab Al-Qur’an.

Berpegang teguh pada Al-Qur’an adalah menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar dalam pengalaman menjalani kehidupan sehari-hari.

فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِيْٓ اُوْحِيَ اِلَيْكَ ۚاِنَّكَ عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ 

“Maka berpegang teguhlah engkau kepada (agama) yang telah diwahyukan kepadamu. Sungguh, engkau berada di jalan yang lurus." (QS. Az Zukhruf (43) : 43)

Berpegang teguh pada Al-Qur’an dapat meningkatkan lagi iman kita agar tetap kokoh dan tekun dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah ta’ala seperti mana yang terdapat dalam Al-Qur’an.

Ø Mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an

Mengamalkan isi yang terkandung dalam Al-Qur’an dengan menggunakan anggota badan seperti lisan untuk membacanya, mata untuk melihat hurufnya, telinga untuk mendengarkan bacaannya, akal untuk berfikir pengajaran yang bisa diambil, dan hati digunakan untuk merasakan hikmah yang terkandung di dalamnya.

اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًاۙ  

“Sungguh, Al-Quran ini memberikan petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.” (QS. Al Isra (17): 9)

Dengan kita mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan dengan itu kita menjadi orang yang mukmin dan Allah sudah menjanjikan pahala yang besar untuk orang mukmin yang mengerjakan kebajikan.

Ø Muhasabah,

Muhasabah artinya merenungkan diri dari amalan atau perbuatan yang lalu. Dan berusaha untuk meningkatkan lagi amalan atau perbuatan baik dan ibadah kita kepada Allah ta’ala agar kita menjadi orang yang lebih bertakwa.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ 

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr (59): 18)

Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu berkata, ”adakanlah al-muhasabah kepada dirimu sendiri, sebelum kamu diadakan orang akan al-muhasabah dan timbangkanlah akan dirimu itu sebelum kamu ditimbangkan orang lain.” [22]
[22] (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M], juz IV, halaman 419).

Dengan memuhasabah dapat mengingatkan pembaca Al-Qur’an mengenai kebenaran, kesalahan, bacaan yang telah dilakukan . Apabila bacaannya sudah benar perlu diperhatikan dan apabila terdapat kekeliruan bacaannya dapat dibetulkan pada waktu berikutnya. [23]
[23] An Nuha Ejournal - http://ejournal.staimadiun.ac.id/index.php/annuha/article/view/134

2.4 Keutamaan dan Hikmah Adab Terhadap Al Qur’an

Yang menciptakan manusia adalah Allah subhanahu wa ta’ala, tentunya bukan tanpa alasan dan bukan juga sesuatu hal yang sia-sia. Manusia diciptakan untuk senantiasa beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar kelak di kehidupan abadi mendapat balasan yang sesuai. Meskipun begitu, terkadang umat manusia melenceng dari ketetapan yang sudah dibuat-Nya. Itulah kenapa, manusia membutuhkan petunjuk atau pedoman yang bisa membawa mereka pada kebenaran.

Salah satu keutamaan dari membaca Al-Qur’an, tentunya agar kita bisa mendapatkan petunjuk agar bisa menjalani kehidupan di jalan yang benar. Sesuai dengan firman Allah di dalam QS. Al- Isra: 9 sebagai berikut: [24]
[24] https://masjidpedesaan.or.id/keutamaan-membaca-al-quran-beserta-dalilnya

اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًاۙ  

“Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebaikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar,” (QS. Al- Isra: 9)

Tak hanya firman itu saja, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam pun sudah memberikan wasiat kepada para umatnya agar selalu membaca Al Qur’an karena di situlah setiap jalan dan petunjuk akan dibuka. Hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam yang artinya:

“Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah dan Al Qur’an sesungguhnya ia adalah cahaya kegelapan, petunjuk di siang hari maka bacalah dengan sungguh-sungguh.” (HR. Baihaqi) [25]
[25] Hadist Baihaqi

Hikmah terhadap Al Qur’an adalah untuk menegaskan bahwa kitab-kitab samawi lainnya diturunkan hanya bersifat temporer (berlaku sementara). Adapun Al Qur’an diturunkan untuk membetulkan dan mengontrol kitab-kitab sebelumnya. Dalam kitab-kitab itu mengandung kebenaran yang pasti, tetapi Allah menambahnya sesuai dengan yang dikehendakinya. Al-Qur’an menjalankan fungsi kitab-kitab sebelumnya, tetapi kitab kitab itu tidak dapat menempati posisinya. Allah telah menakdirkan untuk menjadikanya sebagai bukti di hari kiamat. Dan apabila Allah menghendaki suatu perkara, maka akan di permudahkan jalanNya [26]
[26] Kitab pengantar studi ilmu Al-Qur’an. hal 21

Allah subhanahu wa ta’ala, melukiskan Al Qur’an dengan banyak sifat, di antaranya sebagai berikut :

1. Nur (cahaya)

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَكُمْ بُرْهَانٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكُمْ نُوْرًا مُّبِيْنًا

"Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang menderang (Al Qur’an).” (QS. An-Nisaa: 174)

2. Mau’izhah (nasehat), Syifa (obat), Huda (petunjuk), dan Rahmah (rahmat)

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ 

“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al Qur’an) dari tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)

3. Mubin (yang menjelaskan)

يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ قَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيْرًا مِّمَّا كُنْتُمْ تُخْفُوْنَ مِنَ الْكِتٰبِ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍەۗ قَدْ جَاۤءَكُمْ مِّنَ اللّٰهِ نُوْرٌ وَّكِتٰبٌ مُّبِيْنٌۙ

“Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menjelaskan.” (QS. Al-Ma’idah : 15)

4. Al-Mubarak (yang diberkati)

وَهٰذَا كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ مُبٰرَكٌ مُّصَدِّقُ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ اُمَّ الْقُرٰى وَمَنْ حَوْلَهَاۗ وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ وَهُمْ عَلٰى صَلَاتِهِمْ يُحٰفِظُوْنَ 

"Dan ini (Al-Qur'an), Kitab yang telah Kami turunkan dengan penuh berkah; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar engkau memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang-orang yang beriman kepada (kehidupan) akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Qur'an), dan mereka selalu memelihara shalatnya.” (QS. Al-An’am : 92)

5. Busyra (berita gembira)

۞ وَلَقَدْ جَاۤءَكُمْ مُّوْسٰى بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْۢ بَعْدِهٖ وَاَنْتُمْ ظٰلِمُوْنَ

“Katakanlah (Muhammad), “Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka (ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.” (QS. Al-Baqarah: 97)

6. Aziz (yang mulia)

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِالذِّكْرِ لَمَّا جَاۤءَهُمْ ۗوَاِنَّهٗ لَكِتٰبٌ عَزِيْزٌ ۙ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur'an ketika (Al-Qur'an) itu disampaikan kepada mereka (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya (Al-Qur'an) itu adalah Kitab yang mulia.”  (QS. Fussilat : 41)

7. Majid (yang dihormati)

بَلْ هُوَ قُرْاٰنٌ مَّجِيْدٌۙ 

"Bahkan (yang didustakan itu) ialah Al-Qur'an yang mulia,” (QS. Al-Buruj: 21)

8. Basyir (pembawa berita gembira), dan Nadzir (pemberi peringatan)

كِتٰبٌ فُصِّلَتْ اٰيٰتُهٗ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لِّقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَۙ 

“Kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan, bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui.” (QS.Fussilat : 3)

بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًاۚ فَاَعْرَضَ اَكْثَرُهُمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُوْنَ 

“yang membawa berita gembira dan peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya) serta tidak mendengarkan.” (QS.Fussilat : 4)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Al-Qur'an secara syariat adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Rasul-nya dan penutup para nabi, yaitu Nabi Muhammad. Yang diawali surah Al-fatihah sampai surah An-Nas. Para Ulama bersepakat mengenai beberapa adab atau etika dalam membaca kitab al-Quran. Di dalam al-Quran surat al A'raaf ayat 204, Allah berfirman:

وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْاٰنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

“… dan apabila dibacakan al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”

Membaca Al-Qurān adalah suatu pengamalan bernilai ibadah kepada Allah, yang dapat dilakukan dengan cara memberdayakan lisan, mata (penglihatan), pendengaran, akal dan hati. Membaca Al-Qurān merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya, sehingga diperlukan ilmu tentang tata cara membacanya agar terhindar dari kesalahan. Oleh karenanya, membaca Al-Qurān dengan baik dan benar diperlukan adab untuk menjalankannya, yaitu adab sebelum, ketika, dan setelah membaca Al-Qurān.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat mengemukakan saran-saran kepada penulis dan kepada seluruh pembaca, khususnya para mahasiswa/i.

Al Qur’an untuk lebih mengedepankan adab atau etika dalam membaca al-Quran, karena al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan sebagai pedoman hidup manusia di dunia dan akhirat sekaligus untuk mendapatkan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala.

Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun, agar kami dapat Menyusun makalah lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

▪️ Anshari,Ulumul Qur’an,(Jakarta:Rajawali Press,2013)….p.18

▪️ https://izi.or.id/adab-terhadap-al-quran/, (diakses pada tanggal 21 April 2022)

▪️ https://rumaysho.com/1161-menyentuh-mushaf-al-quran-bagi-orang-yang-berhadats.html

▪️ https://konsultasisyariah.com/9115-membaca-alquran-dengan-aurat- terbuka.html

▪️ https://www.orami.co.id/magazine/adab-membaca-alquran

▪️ https://alhasanah.or.id/pengetahuan/keutamaan-membaca-al-quran-dengan-tartil

▪️ https://muslim.or.id/104-adab-membaca-al-quran.html

▪️ https://griyalquran.id.inilah-keutamaan-menghafal-alquran

▪️ Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M], juz IV, halaman 419).

▪️ An Nuha Ejournal http://ejournal.staimadiun.ac.id/index.php/annuha/article/view/134

Tidak ada komentar:

Posting Komentar