Jumat, 25 Maret 2022

Urgensi Ma'rifatullah

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Aqidah
Dosen Pengampu : Humaidi Tamri, Lc, M.Pd
D
isusun Oleh Kelompok 2 Angkatan 5 :
1. Charina Mayangsari (PAI)
2. Futty Nayu Soka Kemala (PAI)
3. Lutfi Andaristin (PAI)
4. M. Nawaf Bahanan (SBA)
5. Muh Faiz Tholib (PAI)
6. Nurul Haslinda (PAI)

KATA PENGANTAR

الـ َح ْم ُد  ِهلل َر ِب ال َعالَـ ِم َْْي ، َوال َّصََلةُ َوال َّسََلمُ عَلَى أَ ْشَر ِف األَنْبَِياِء َوالـ ُم ْر َسِل َْْي ، نَِبِينَا َو َحِبْيبِنَا ُمـ َح َّم ٍد َوعَلَى آلِِه َو َص ْحِبِه

.أَ ْجـ َم ِع َْْي ، َوَم ْن تَبِعَ ُه ْم ِِبِ ْح َسا ٍن إََِل يَـْوِم ال ِديْ ِن ، أَمَّا بَـ ْع ُد


Segala Puji Bagi Allah Subhanahu Wa Taalaa serta sholawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad وسلم عليه هللا صلى.

Semoga Allah senantiasa memberikan kita keistiqomahan serta kesehatan untuk terus belajar dan mendakwahkan ilmu Allah Subhanahu Wataalaa.

Diantara ilmu yang mulia adalah ilmu yang ketika kita mempelajari nya membuat kita semakin takut kepada Allah, semakin ta'at dalam menjalankan perintah dan Menjauhi segala larangan Allah.

Maka dari itu kami kelompok 2 menyusun sebuah makalah yang membahas tentang bagaimana seorang hamba mengenal Allah sebagai penciptanya dan pencipta seluruh alam semesta. Semoga dengan hadirnya makalah ini bisa mendatangkan manfaat bagi diri kami pribadi dan bagi orang-orang yang membacanya.

Akan tetapi jika dalam penyusunan makalah ini terdapat kekeliruan atapun kesalahan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan dari pembaca agar kami bisa memperbaikinya.

Purwakarta, 19 Maret 2022
Penyusun Makalah Mata Kuliah Pendidikan Aqidah Kelompok Dua.

DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Manfaat
D. Metodologi
BAB II LANDASAN TEORI
A. Identifikasi Masalah Dan Kerangka Berpikir
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Ma’rifatullah
B. Urgensi Ma’rifatullah
C. Indikator Pembantu Dalam Memahami Ma’rifatullah
D. Realisasi Ma’rifatullah Dalam Kehidupan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tak kenal maka tak cinta. Begitulah pepatah yang sering kita dengar di masyarakat. Cinta yang hakiki bagi seorang muslim adalah kecintaannya pada sang pencipta, yaitu Allah Subhanahu Wa ta'ala. Maka ma'rifatullah adalah bekal yang pertama kali disiapkan seorang muslim untuk menggapai kesempurnaan cinta kepada Allah Subhanahu wata'ala.
         
Tanpa ma'rifatullah seseorang akan kehilangan arah dan tak mampu menjalankan ketaatan kepada pencipta-Nya. Dan tingkatan tertinggi taqwa seseorang adalah ketika ia senantiasa merasa diawasi oleh Allah baik Zahirr (Terlihat) maupun Baatin (tersembunyi).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah ma’rifatullah itu?
2. Bagaimana cara yang baik dan benar dalam ma’rifatullah ?
3. Apa urgensi ma'rifatullah ?

1.3 MANFAAT

1. Pembaca dapat mengetahui definisi ma’rifatullah
2. Pembaca dapat mengetahui cara berma’rifatullah
3. Pembaca dapat mengetahui urgensi ma’rifatullah

1.4 METODOLOGI

Adapun metode penelitian makalah ini menggunakan metode studi pustaka yaitu berisi teori-teori yang relevan dengan masalah-masalah dan pembahasan penelitian. Tema pembahasan makalah ini adalah Ma’rifatullah, pada bagian ini dilakukan pengkajian mengenai pemahaman atau pengertian secara syar’i dan teori yang digunakan berdasarkan literatur yang tersedia, terutama dari artikel-artikel yang dipublikasikan.

Proses studi pustaka dalam makalah ini sebagai berikut : pemilihan topik, eksplorasi informasi, menentukan fokus penelitian, pengumpulan sumber data, membaca sumber data, membuat catatan penelitian,mengolah catatan penelitian dan penyusunan laporan.

Proses studi pustaka berfungsi untuk membangun konsep atau teori yang menjadi dasar studi dalam penelitian.

Dengan menggunakan metode penelitian ini kami dapat dengan mudah menyelesaikan masalah yang hendak di teliti.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 IDENTIFIKASI MASALAH DAN KERANGKA BERPIKIR

Sungguh banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, nikmat yang paling besar adalah Allah masih memberikan kita nikmat Iman dan Islam. Tugas kita adalah mensyukurinya dengan terus memperbaiki ketakwaan kita kepada Allah.

Allah Subhannahu Wa Ta’ala berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman ! bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepadaNya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim”(QS. Ali Imran : 102)

Begitu banyak nikmat yang Allah berikan dapat kita perhatikan dalam ciptaan-ciptaanNya tetapi masih banyak manusia yang melakukan kemaksiatan dan hal-hal yang Allah haramkan.

Kita melihat ada mentari yang terbit dan tenggelam, ada bulan yang bulat menjadi sabit, ada planet-planet, langit tanpa ada tiang yang menyangganya. Bumi terhampar dengan luas, Gunung, Laut bahkan Manusia yaitu diri kita sendiri.

Itu semua adalah tanda-tanda kebesaran Allah dan tidak ada campur tangan manusia sedikitpun disana. Demikian pula merenungi dan memperhatikan keadaan alam semesta beserta semua makhluk Allah Azza wa Jalla di dalamnya yang merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah.

Allah Ta’ala berfirman :

وَفِى الْاَرْضِ اٰيٰتٌ لِّلْمُوْقِنِيْنَۙ وَفِيْٓ اَنْفُسِكُمْ ۗ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ

"Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah Azza wa jalla : bagi orang-orang yang yakin dan (juga) pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS Adz-Dzariyaat : 20-21)

Ketika manusia kurang mengenal Allah dalam beribadah kepada-Nya sehingga bermudah-mudahan dalam bermaksiat, melakukan hal-hal yang Allah haramkan dan muncullah islamphobia. Mereka hanya berfikir nikmat Allah hanya berupa makanan dan minuman. Hal itu terjadi karena Ia tidak mengenal Allah, karena semakin mengenal Allah maka akan semakin besar rasa takut kita kepada Allah ketika melakukan maksiat. Ada rasa takut yang membuat rindu bukan yang membuat kita lari dari Allah, Ilmu-ilmu tentang Allah akan membuat kita takut.

Rasulullah bersabda : “Demi Dzat yang diri Muhammad berada di tanganNya, kalaulah kalian tahu apa yang aku ketahui, tentu kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawa”. (Imam Bukhari No. 6.637)

Berdasarkan hadits diatas, Allah mensyariatkan kita untuk mengenal-Nya. Bahkan seseorang tidaklah disebut muslim yang benar hingga ia mengenal kemudian bersaksi bahwasanya hanya Allah Ta’ala saja yang berhak disembah. Ma’rifatullah (Mengenal Allah) merupakan kebutuhan yang utama bagi setiap kaum muslim.

Jika kita mengenal Allah kita akan mendapatkan cinta Allah, jika cinta kita akan melaksanakan ibadah dengan nyaman, kita akan rindu kepada Allah dan takut kepada Allah.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata :

“Semakin bertambah pengetahuan seorang hamba tentang Allah Azza wa Jalla, maka semakin bertambah pula rasa takut dan pengagungan hamba tersebut kepada-Nya, kemudian pengetahuan ini akan mewariskan perasaan malu, pengagungan, pemuliaan, mereka selalu diawasi, kecintaan, bertawakkal, selalu kembali, serta ridha dan tunduk kepada perintah-Nya.” [1]
[1]. Ibnu Qayyim. Kitab Raudhatul Muhibbin, hal. 406.

Namun ironisnya, istilah Ma’rifatullah yang agung ini sering disalahartikan dan disalahgunakan oleh sebagian kaum Muslimin. Lebih parah dari itu, sebagian kalangan justru membawa pengertian istilah ini kepada pemahaman yang sangat menyimpang dan bersebrangan dengan syariat islam yang diturunkan Allah Azza wa jalla kepada Rasulullah.

Orang-orang ahli tasawuf yang mengklaim bahwa metode pemahaman merekalah yang paling dekat dan mudah untuk mencapai ma’rifatullah. Akan tetapi ternyata ma’rifatullah yang mereka maksud bukanlah cara mengenal Allah melalui wahyu yang diturunkan dalam ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits yang shahih. Ma’rifatullah yang dikenal di kalangan mereka adalah cara mengenal Allah yang bersumber dari pertimbangan akal dan perasaan, atau dari ciptaan pimpinan-pimpinan kelompok mereka, bahkan berdasarkan khayalan atau mimpi yang kemudian mereka namakan mukassyafah (tersingkapnya tabir) ini jelas tipu daya iblis yang terlaknat untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah.

Karena itu makalah ini dibuat, semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan Taufik kepada kita semua untuk dapat mengenal Allah (Ma’rifatullah) dan beribadah kepada-Nya dengan baik dan benar.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 PENGERTIAN MA’RIFATULLAH

Secara bahasa kata معرفة dalam bahasa arab berasal dari kata  ّرف يع - ّرف ع yang bermakna mengenal. Adapun lafadz للا merupakan lafdzul jalalah yang khusus diperuntukan hanya kepada Allah. Maka Ma’rifatullah artinya adalah Mengenal Allah.

Adapun secara istilah ahlussunnah wal jama’ah meyakini dan menetapkan bahwa ma’rifatullah yang benar adalah mengenal Allah Azza Wa Jalla dengan nama-nama-Nya yang Maha indah, sifat-sifat-Nya yang Maha sempurna dan perbuatan-perbuatannya yang Maha terpuji, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih dari Rosulullah Shollahu Alaihi Wassalam, tanpa at-ta’rif (Menyelewengkan maknanya yang benar), at-ta’thil (menolak/mengingkarinya), at-takyif (membagaimanakannya) dan at-tamtsil (menyerupakannya dengan makhluk).

Yang keseluruhannya bertujuan untuk merealisasikan ubudiyyah (peribadatan) yang sempurna sesuai dengan tujuan diciptakannya seorang hamba ;

Allah Ta’ala berfirman ;

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia Kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (Qs. Adz-Dzariyat : 56).

Syaikh Abdurrahman As-Sa’dy Rahimahullah mengatakan :

“Hal itu erat kaitannya dengan Ma’rifatullah. Karena sesungguhnya kesempurnaan ibadah dipengaruhi oleh ma’rifatullah. Bahkan setiap kali bertambah pengenalan seorang hamba kepada Allah, maka semakin sempurna ibadahnya.” [2]
[2]. Syaikh Abdurrahman As Sa’dy. Taisiirul Karimir Rahman, hal. 755.

Bukan sebagaimana yang diyakini oleh sebagian kaum muslimin. Lebih parah itu, sebagian kalangan justru membawa pengertian istilah ini kepada pemahaman yang menyimpang dan berseberangan dengan syariat islam yang diturunkan Allah Azza Wa Jalla kepada Rasul-Nya Shallahu Alaihi Wassalam.

3.2 URGENSI MA’RIFATULLAH

Ma'rifatullah (mengenal Allah) merupakan suatu asupan utama bagi setiap manusia karena Allah adalah zat yang telah menciptakannya dan pencipta seluruh yang ada dimuka bumi. Dengan mengenal Allah hidup akan semakin terarah karena Allah-lah yang Maha memberi petunjuk yang benar.

Adapun urgensi ma'rifatullah terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya :

1. Dalam Ibadah

Tujuan utama diciptakannya manusia adalah untuk semata-mata beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wata'alaa. Sebagaimana tertera dalam Al Qur'an :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Qs. Adz-Dzariyat : 56 )

Maka akankah seorang manusia bisa beribadah dengan baik dan akankah ibadah seorang manusia berganjarkan pahala ? Sedangkan manusia tersebut tidak mengenal kepada siapa mereka harus beribadah.

Dan tanpa mengenal Allah seorang manusia tidak akan bisa merasakan manisnya keimanan.

2. Kebebasan dan ketenangan

Dengan mengenal Allah Subhanahu wata'alaa setiap manusia akan mendapatkan rasa bebas dari ketergantungan dan keterikatan kepada selain Allah, Contohnya : Orang-orang yang mempercayai bahwa jimat dan guna-guna bisa mendatangkan kebaikan dengan mengorbankan sanak keluarga sebagai tumbal. Tentu mereka akan selalu tergantung kepada pekerjaan buruk tersebut. Sedangkan manusia yang mengenal Allah dengan baik maka hidupnya akan selalu diiringi dengan ketenangan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

الَّ ِذي َن آَمنُوا َوتَطْ َمِئ ُّن قُـلُوُُبُْم بِ ِذْك ِر ا ََِّّلل أََّل بِ ِذْك ِر ا ََِّّلل تَطْ َمِئ ُّن الُْقلُو ُب

Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”. (Qs. ar-Ra’du :28)

3. Istiqomah

Mengenal Allah dapat mendorong setiap insan untuk senantiasa istiqomah dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata'alaa. Karena ia yakin bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'alaa selalu mengawasinya baik zahir ataupun bathin dan Allah maha tahu segalanya. Dengan kesadaran ini maka seorang Hamba akan terus berusaha menjauhi segala bentuk larangan Allah atas dasar takut kepada Allah.

Allah Subhanahu wata'alaa berfirman :

إِ َّن الَّ ِذي َن ق َُالوا َربـُّنَا ا ََّّللُ ُُثَّ ا ْسَتـَقاُموا تَـَتـنَـَّزُل َعلَْيِه ُم الْ َمََلئِ َكةُ أَََّّل ََتَافُوا َوََّل ََتَْزنُوا َوأَبْ ِشُروا ِِب ْْلَنَِّة الَِِّت ُكْنـتُ ْم تُو َع ُدو َن

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka tetap istiqamah, maka para malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu dengan balasan surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (Qs. Fusshilat : 30)

4. Tidak Mudah Putus Asa

Kecewa, emosi, marah, dan kebimbangan merupakan perasaan-perasaan manusia yang bisa saja hadir ketika seseorang menghadapi suatu kejadian yang tidak menyenangkan.

Perasaan-perasaan ini merupakan hal yang bersifat fitrah bagi setiap manusia yang telah dikaruniai oleh Allah. Namun, dengan kesadaran yang kuat bahwa setiap kejadian itu merupakan bagian dari skenario Allah untuk kita, dan meyakini bahwa tidaklah Allah menguji seorang hamba melainkan kita mampu untuk melewatinya dan Allah senantiasa akan memberikan kita jalan keluar dari setiap permasalahannya.

Dengan keyakinan ini seorang manusia tidak akan merasa terpuruk yang berkepanjangan dan dia akan kembali bangkit Karena dia yakin bahwasannya Allah akan selalu ada untuk kita semua yakni para hambanya.

Allah Ta’ala Berfirman :
فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ

"Maka sesungguhnya sesusah kesulitan itu ada kemudahan". (Qs.Asy-syarh (94) : 5)

Ayat ini pun diulang setelah itu,
اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ

"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan". (Qs.Asy-syarh (94) : 6)

Oleh Karena itu maka wajib hukumnya bagi seorang hamba mengetahui ilmu tentang mengenal Allah, yaitu ma'rifatullah.

Allah adalah Rabb satu-satunya dan tidak ada yang setara dengan-Nya, tidak ada Rabb selain-Nya, dan merupakan dzat yang paling agung diatas seluruh keagungan, yang paling indah dari seluruh keindahan, yang paling cinta dengan hambanya lebih dari cinta yang dimiliki seorang hamba kepada Rabb-Nya.

Dengan mengenal Allah Subhanahu Wa Ta'ala pula seorang hamba akan lebih semangat untuk melaksanakan segala Perintah-Nya, agar mendapatkan pahala untuk menggapai Surga-Nya, Serta Menjauhi segala Larangan-Nya, karena itu adalah dosa yang dapat memasukkan pelakunya kedalam neraka.

Maka dari itu hendaklah seorang hamba mempelajari ataupun mengetahui tentang bagaimana tata cara agar segala Amalan yang ia lakukan semata-mata untuk meraih Ridha- Nya.

Syeikh Abdurrahman as-Sa’di Rahimahullah berkata :

“Semakin banyak pengetahuan seseorang tentang Allah, maka rasa takutnya kepada Allah pun semakin besar, yang kemudian rasa takut ini menjadikan dirinya (selalu) menjauh dari perbuatan-perbuatan maksiat dan senantiasa mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Dzat yang ditakutinya yaitu Allah Azza Wa Jalla”. [3]
[3]. Taisirul Karimir Rahman, hal 502.

3.3 INDIKATOR PEMBANTU DALAM MEMAHAMI MA’RIFATULLAH

Diantara sarana yang dapat mengantarkan kita pada ma'rifatullah adalah :

1. ِAkal Sehat ( xxx

Akal sehat manusia jika digunakan untuk memikirkan dan merenungkan apa yang ada di sekelilingnya dari ciptaan Allah dapat menjadikan pemiliknya sampai pada ma'rifatullah yang sempurna. Alqur-an menjelaskan dalam berbagai ayatnya pengaruh perenungan makhluk terhadap pengenalan kepada sang khaliq.

Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) "Ya tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci engkau maka peliharalah kami dari siksa api neraka”. (QS. Ali Imron : 190-191).

Rasulullah Shollahu Alahi Wassalam juga Bersabda :

تَـَف َّكُروا ِ ِْف َخ ْل ِق ا ََِّّلل َوََّل تَـَف َّكُروا ِِف ذَا ِت ا ََِّّلل

"Berfikirlah kalian tentang ciptaan Allah dan janganlah berfikir tentang dzat Allah". (HR. Abu Nu'aim).

2. Para Nabi dan Rasul ( xxx

Kita dapat mengenal Allah dengan baik melalui dakwah dan penjelasan dari para rasul. Karena mereka memang di utus untuk mengenalkan dan mengajak manusia kepada Allah.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنٰتِ وَاَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتٰبَ وَالْمِيْزَانَ لِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِۚ وَاَنْزَلْنَا الْحَدِيْدَ فِيْهِ بَأْسٌ شَدِيْدٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗ وَرُسُلَهٗ بِالْغَيْبِۗ اِنَّ اللّٰهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌ ࣖ

"Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al-kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan". (QS. Al-Hadid (57) : 25)

3. Nama dan sifat Allah ( xxx

Mengenali nama dan sifat Allah disertai dengan perenungan makna dan pengaruhnya bagi kehidupan ini menjadi sarana untuk mengenali Allah. cara inilah yang Allah gunakan untuk memperkenalkan dirinya kepada makhluk-Nya. Dengan asma dan sifat ini terbukalah jendela bagi manusia untuk mengenali Allah lebih dekat lagi. Asma dan sifat Allah akan menggerakkan dan membuka hati manusia untuk menyajikan pancaran cahaya Allah. Allah Ta’ala berfirman:

قُلِ ادْعُوا اللّٰهَ اَوِ ادْعُوا الرَّحْمٰنَۗ اَيًّا مَّا تَدْعُوْا فَلَهُ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰىۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذٰلِكَ سَبِيْلًا

"Katakanlah: serulah Allah atau Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, dia memiliki nama–nama yang baik .( الحسنى األسماء). (Qs. Al-Isro (17) :110)

3.4 REALISASI MA’RIFATULLAH DALAM KEHIDUPAN

Dalam menjalani Kehidupan, manusia harus menjadikan Allah sebagai tujuan dengan senantiasa mengharap ridha-Nya dan menjadikan surga sebagai cita-cita.

Diantara bentuk Realisasi Ma'rifatullah dalam kehidupan Adalah :
1. Tadabbur atas penciptaan makhluk dan alam semesta.
2. Mengetahui tujuan utama diciptakannya manusia.
3. Meyakini bahwa Rezeki, Jodoh, Takdir dan Maut merupakan Rahasia Allah.
4. Selalu merasa diawasi oleh Allah dalam setiap tindakan yang akan dilakukannya.
5. Dengan pahamnya seorang hamba tentang ma'rifatullah, dapat membuat ibadahnya semakin Ikhlas, Khusyu’ dan Semangat.


BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. Mengenal Allah Azza Wa jalla akan membuat kita semakin giat untuk mendekatkan diri kepada-Nya dengan menjalankan setiap perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Mengenal Allah dengan cara yang baik merupakan suatu pendukung agar kita senantiasa melakukan Amal kebaikan dan ketahuilah bahwa amalan yang baik akan menciptakan hasil yang baik dan sesuatu yang baik dapat mendatangkan Pahala serta Ridha dari Allah تعالى.

2. Cara-cara Untuk menggapai Ma'rifatullah yang Baik :
- Belajar tentang Kalamullah yakni Al Qur'an (Tafsir).
- Belajar tentang Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah /Aqidah yang benar.
- Berguru kepada para Masyaikh/Ustadz/Ustadzah yang ahli dalam bidang aqidah ahlussunnah wal Jama'ah
- Rajin mendengarkan kajian atau membaca kitab yang berkaitan tentang kekuasaan Allah.
- Jauhilah Keraguan dalam menerima kebenaran dari Arah yang tepat.
- Mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

3. Ma'rifatullah dapat membersihkan jiwa dari segala penyakit hati dan sifat tak terpuji, seperti : dendam, sum'ah (ingin didengar), riya' (Ingin dilihat), hubbu al-Jah (Cinta kedudukan), hubbu al-mal (Cinta Harta), hubbu Ad-dunyaa (Cinta Dunia) dan yang lainnya.

Bersihnya jiwa seseorang dapat menjadi pendorong untuk senantiasa melakukan amal kebaikan yang bernilai pahala serta dapat mendatangkan ridha Allah تعالى.

Ketahuilah bahwasannya setiap amal kebaikan dapat mendatangkan ketentraman dalam jiwa serta dapat menghapus dosa dan kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Imam Ibnu Qoyyim. Kitab Raudhatul Muhibbin.
As-Syeikh Abdurrahman As-Sa’dy. Kitab Taisiirul Karimir Rahman.


Baca juga :
▪️ Ayat-ayat A-Qur'an tentang Allah Ta' Alla

Tidak ada komentar:

Posting Komentar