Selasa, 23 April 2024

Inovasi Pendidikan di Sekolah

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan
Dosen Pengampu : Syarifaeni Fahdiah, M.Hum
Disusun Oleh Kelompok 6 Angkatan 5 :1. Alberza (PAI)
2. M. Nawaf Bahanan (PAI)
3. Yopi Son Haji (SBA)
4. Robbi Nursalim (PAI)


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Terlebih dahulu kami panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah, yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang inovasi pendidikan di sekolah.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi inovasi pendidikan di sekolah dan kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, kami berharap kritik dan saran yang membangun agar kami dapat memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas makalah.

Semoga makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca terhadap pengetahuan inovasi pendidikan di sekolah. Kami berharap, setelah membaca makalah ini, pembaca dapat lebih memahami bagaimana menerapkan inovasi pendidikan di sekolah. Terima kasih telah membaca makalah kami dan mohon maaf jika terdapat kesalahan atau kekurangan dalam penulisan. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Bogor, 13 April 2024

Penulis
Kelompok 6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah.
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan.
BAB II PEMBAHASAN.
A. Tujuan Inovasi di Sekolah.
B. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Inovasi di Sekolah.
C. Model Pembelajaran Inovatif di Sekolah.
D. Langkah-Langkah dalam menerapkan inovasi pendidikan di sekolah.
BAB III PENUTUP.
A. Kesimpulan.
B. Saran.
BAB IV DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah laku merupakan upaya yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang terjadi dapat dilihat atau diamati dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental dan fisik.Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal, yaitu kondisi dalam proses belajar yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Ada beberapa hal yang termasuk faktor internal, yaitu: kecerdasan, bakat (aptitude), keterampilan (kecakapan), minat, motivasi, kondisi fisik, dan mental. Faktor eksternal, adalah kondisi di luar individu peserta didik yang mempengaruhi belajarnya. Adapun yang termasuk faktor eksternal adalah: lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (keadaan sosio-ekonomis, sosio kultural, dan keadaan masyarakat).

Maka lembaga pendiikan adalah salah satu dari peran penting dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas di dalam dunia pendidikan, akan tetapi model pembelajaran di lembaga pendidikan terkadang tidak berbanding lurus dengan tujuan dan harapan yang diingikan,banyak dari peserta didik mereka banyak menguasai bahan pelajaran, namun mereka tidak tahu cara menggunakan dan mengembangkannya. Mereka tak ubahnya seperti seorang anak bayi yang diberikan makanan atau minuman oleh orang tuanya, namun ia tidak tahu dari mana asalnya makanan dan minuman tersebut, bagaimana cara membuatnya, dan bagaimana pula cara mendapatkannya. Sementara itu, oleh karena itu kini kita mulai melakukan inovasi dalam model pembelajaran terutama pada lembaga-lembaga pendidikan pada masyarakat modern. Hasilnya nanti adalah peserta didik yang bukan hanya menguasai bahan pelajaran tersebut, melainkan mereka mengetahui asal usulnya, cara mendapatkan dan mengembangkannya. Di era global yang mengharuskan lahirnya lulusan yang kreatif, inovatif, dinamis dan mandiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa tujuan Inovasi di Sekolah ?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Inovasi di Sekolah ?
3. Apa model pembelajaran Inovatif di Sekolah?
4. Apa langkah-langkah dalam menerapkan inovasi pendidikan di sekolah ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tujuan Inovasi di Sekolah.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Inovasi di Sekolah.
3. Untuk mengetahui model pembelajaran Inovatif di Sekolah.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam menerapkan inovasi pendidikan di sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. INOVASI DI SEKOLAH

Inovasi di sekolah merupakan kunci penting dalam memajukan pendidikan, menyesuaikan metode pengajaran dengan kebutuhan zaman, dan mempersiapkan siswa dengan keterampilan yang relevan untuk masa depan. Berikut ini adalah poin-poin utama mengenai tujuan inovasi di sekolah:

1. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

Inovasi bertujuan untuk memperkaya proses pembelajaran sehingga lebih menarik dan efektif, membantu siswa memahami konsep dengan lebih baik melalui metode dan media pembelajaran yang beragam.

2. Menyiapkan Siswa untuk Masa Depan

Dengan mengintegrasikan teknologi dan metode baru, inovasi di sekolah menyiapkan siswa dengan keterampilan yang diperlukan untuk berhasil di masa depan, termasuk keterampilan digital, pemecahan masalah, dan kreativitas.

3. Meningkatkan Akses dan Kesetaraan Pendidikan

Inovasi dapat membantu menyediakan solusi untuk masalah akses pendidikan, memastikan semua siswa, terlepas dari latar belakang mereka, memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.

4. Memperbaiki Pengelolaan Sekolah

Inovasi tidak hanya terbatas pada proses belajar mengajar tetapi juga pada pengelolaan sekolah, seperti sistem administrasi yang lebih efisien dan transparan melalui penggunaan teknologi informasi.

5. Mendukung Pengembangan Profesional Guru

Inovasi memberikan guru akses ke sumber belajar dan metode pengajaran terbaru, mendukung pengembangan profesional berkelanjutan dan memungkinkan mereka mengajar dengan cara yang lebih dinamis dan responsif terhadap kebutuhan siswa.

6. Meningkatkan Keterlibatan Orang Tua dan Komunitas

Teknologi dan metode inovatif dapat meningkatkan komunikasi dan keterlibatan orang tua serta komunitas dalam proses pendidikan, memperkuat dukungan bagi pengembangan siswa.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INOVASI DI SEKOLAH

Faktor-faktor yang perlu Diperhatikan Dalam Inovasi Untuk menghindari tidak berjalannya kegiatan inovatif di sekolah yaitu ada faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan program/tujuan,

a. Guru

Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri. Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagi motivator dan lain sebagainya.

b. Siswa

Siswa sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan 8 belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekwen. Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya.

c. Kurikulum

Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman atau perencanaan dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah.

d. Fasilitas

Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan sebagainya, akan tetapi terkadang disebagian sekolah ada yang memiliki keterbatasan dalam fasilitas tapi tetap berhasil dalam menerapkan inovasi pendidikan di sekolag, oleh karena itu fasilitas adalah penunjang yang perlu diperhatikan tapi jangan sampai hanya memperhatikan fasilitas tanpa melihat model dan kegigihan guru dalam mendidik.

e. Lingkup Sosial Masyarakat

Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaklsanaan pembahruan pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan.

Kata Kunci : inovasi, perubahan, penolakan, kurikulum, siswa, guru, fasilitas, inovator, pelaksana, masyarakat, sekolah, keterlibatan, topdown-bottom-up, sosial, program, pendidikan. Kesimpulan dari uraian tersebut di atas bahwa inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, tapi harus melibatakan semua unsur yang terkait di dalamnya, seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti guru dan siswa. Disamping itu, keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja ditentukan oleh satu atau dua faktor saja, tapi juga oleh masyarakat serta kelengkapan fasilitas.

Inovasi pendidikan yang berupa top-down model tidak selamanya bisa berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan oleh banyak hal antara lain adalah penolakan para pelaksana seperti guru yang tidak dilibatkan secara penuh baik dalam perencananaan maupun pelaksanaannya. Sementara itu inovasi yang lebih berupa bottom-up model dianggap sebagai suatu inovasi yang langgeng dan tidak mudah berhenti karena para pelaksana dan pencipta sama-sama terlibat mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan. Oleh karena itu mereka masing-masing bertanggung jawab terhadap keberhasilan suatu inovasi yang diterapkan.

Ada beberapa hal mengapa inovasi sering ditolak atau tidak dapat diterima oleh para pelaksana inovasi di lapangan atau di sekolah sebagai berikut:

a). Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan, penciptaan dan bahkan pelaksanaan inovasi tersebut, sehingga ide baru atau inovasi tersebut dianggap oleh guru atau sekolah bukan miliknya, dan merupakan kepunyaan orang lain yang tidak perlu dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi sekolah mereka, oleh karena itu keharmonisan antar guru ini sangat diperlukan, seperti orang tua yang tidak baik hubunganya maka akan memberi pengaruh pada anaknya begitu juga guru.

b). Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan saat sekarang, karena sistem atau metode tersebut sudah mereka laksanakan bertahun-tahun dan tidak ingin diubah. Disamping itu sistem yang mereka miliki dianggap oleh mereka memberikan rasa aman atau kepuasan serta sudah baik sesuai dengan pikiran mereka. dimana guru tetap mempertahankan sistem yang ada.

c). Inovasi yang baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat (khususnya Depdiknas) belum sepenuhnya melihat kebutuhan dan kondisi yang dialami oleh guru dan siswa. Hal ini juga diungkapkan oleh Munro.

d). Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat merupakan kecenderungan sebuah proyek dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi dari pusat. Inovasi ini bisa terhenti kalau proyek atau politik itu selesai atau kalau finasial dan keuangannya sudah tidak ada lagi. Dengan demikian pihak sekolah atau guru hanya terpaksa melakukan perubahan sesuai dengan kehendak para inovator di pusat dan tidak punya wewenang untuk merubahnya.

e). Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekan sekolah atau guru melaksanakan keinginan pusat, yang belum tentu sesuai dengan kemauan mereka dan situasi sekolah mereka.Untuk mengatasi masalah dan kendala seperti diuraikan di atas, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan inovasi baru yaitu faktor-faktor yang telah disebutkan tadi.

C. MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DI SEKOLAH

Sekolah menerapkan metode pembelajaran yang menggunakan cara-cara baru yang kreatif dan mengedepankan pemikiran kritis, keterlibatan aktif, dan partisipasi aktif siswa di sekolah dalam proses pembelajaran. Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara mandiri, kreatif, dan inovatif, sehingga mereka dapat menghasilkan ide-ide baru, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan nyata. Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, seperti diskusi kelompok, proyek kolaboratif, eksperimen, simulasi, dan multimedia interaktif. Beberapa contoh model pembelajaran inovatif di sekolah antara lain adalah cooperative learning, problem-based learning, project-based learning, inquiry-based learning, flipped clasroom dan blended learning.

a. Cooperative Learning

Siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka, serta saling membantu dalam mencapai pemahaman yang lebih baik.

b. Problem-Based Learning

Siswa dihadapkan pada situasi atau masalah yang nyata dan relevan dengan konteks kehidupan mereka. melibatkan siswa dalam aktivitas pemecahan masalah, mereka bekerja secara kolaboratif, mengidentifikasi masalah, dan merumuskan pertanyaan yang perlu dijawab. Siswa melakukan penelitian mandiri untuk mencari jawaban atau solusi yang mereka butuhkan.

c. Project-Based Learning

Siswa diberikan tantangan atau masalah yang harus mereka pecahkan melalui riset, eksplorasi, dan penerapan pengetahuan yang telah mereka pelajari. Siswa bekerja dalam kelompok atau secara mandiri untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proyek mereka. Melibatkan berbagai tahapan, seperti identifikasi masalah, pembentukan hipotesis, pencarian informasi, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Selama proses ini, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis, berkomunikasi, dan bekerjasama.

d. Inquiry-Based Learning

Mendorong siswa untuk menjadi aktif dalam mendapatkan pengetahuan dengan menyelidiki, mengajukan pertanyaan, dan mencari jawaban dari masalah yang diberikan. Guru berperan sebagai fasilitator dan pendamping siswa dalam proses belajar. Mereka memberikan bahan dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan eksplorasi, serta memberikan panduan dan umpan balik selama proses pembelajaran. Mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, berpikir logis, berkomunikasi, bekerja sama, dan mengambil keputusan berdasarkan bukti-bukti yang ada. Untuk meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa, karena mereka merasa menjadi aktif dalam proses belajar.

e. Flipped Classroom

Model pembelajaran inovatif flipped classroom adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran dalam kelas dengan pembelajaran di luar kelas melalui pemanfaatan teknologi informasi. Dalam model ini, materi pembelajaran yang biasanya disampaikan oleh guru di kelas disajikan dalam bentuk video atau materi yang dapat diakses oleh siswa di luar kelas melalui platform pembelajaran online. Dengan demikian, siswa dapat mengakses materi pembelajaran sebelumnya di rumah atau di tempat lain sebelum masuk ke kelas. Di dalam kelas, waktu yang biasanya digunakan untuk menyampaikan materi dapat digunakan untuk interaksi langsung antara guru dan siswa serta kegiatan kolaboratif antara sesama siswa. Dalam flipped classroom, siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran dengan memperoleh pemahaman awal tentang materi sebelumnya. Di dalam kelas, siswa dapat mengajukan pertanyaan, berdiskusi, dan melakukan aktivitas yang lebih mendalam untuk mengembangkan pemahaman mereka.

f. Blended Learning

Siswa mengikuti sebagian materi pembelajaran di kelas secara langsung dengan guru, dan sebagian lainnya melalui platform online. Dengan adanya pembelajaran di kelas secara langsung, siswa dapat berinteraksi langsung dengan guru dan teman-teman sekelas, mengajukan pertanyaan, dan mendapatkan penjelasan secara langsung. Sedangkan dengan adanya pembelajaran online, siswa dapat mengakses materi pembelajaran kapan saja dan di mana saja, menggunakan berbagai media pembelajaran yang menarik, serta melakukan latihan dan evaluasi secara online. Guru memiliki peran sebagai fasilitator dan pembimbing dalam proses pembelajaran. Mereka harus mampu mengintegrasikan metode pembelajaran tradisional dan online dengan baik, serta memberikan panduan dan dukungan kepada siswa dalam memanfaatkan teknologi pembelajaran. Model pembelajaran blended learning memberikan fleksibilitas dan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara mandiri, mengakses materi pembelajaran yang beragam, serta mengembangkan keterampilan digital yang penting dalam era digital seperti sekarang ini.

D. LANGKAH-LANGKAH DALAM MENERAPKAN INOVASI PENDIDIKAN DI SEKOLAH

1. Identifikasi Masalah dan Analisis Kebutuhan

Langkah identifikasi masalah dan analisis kebutuhan merupakan awal dari semua langkah inovasi dalam pembelajaran. Dalam melakukan inovasi guru terlebih dahulu harus mengidentifikasi masalah yang dihadapi. Langkah ini sangat penting dilalui guna menghasilkan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Hasil dari sebuah analisis awal adalah daftar kebutuhan, jenis dan prioritas kebutuhannya.

Inovasi yang dilakukan diharapkan akan bermanfaat dan berdampak positif bagi banyak orang khususnya bermanfaat untuk siswa yang ajar dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Manfaat lainnya adalah guru lain bisa menjadikan hasil analisis sebagai referensi guna memperbaiki pembelajaran.

Pada umumnya, analisis kebutuhan ditujukan pada tiga subjek sasaran yaitu, 1) Analisis Kurikulum, 2) Analisis Sasaran dan 3) Analisis tren perkembangan teknologi. Analisis kurikulum ditujukan untuk mengetahui secara rinci kebutuhan berdasarkan tuntutan kebutuhan kurikulum. Kurikulum yang senantiasa dinamis memerlukan analisis yang lebih tajam.

Contohnya, inovasi yang dirancang untuk memenuhi tuntutan kurikulum KTSP, tentu saja berbeda dengan inovasi pembelajaran berdasarkan tuntutan Kurikulum 2013 yang berorientasi pada keterampilan proses, pendekatan saintifik, kompetensi abad 21, dan pembangunan karakter.

Sementara analisis sasaran ditujukan untuk mendapatkan identifikasi karakteristik sasaran secara tepat. Gaya belajar anak-anak generasi Z harus dianalisis secara tepat, mengingat ada kecenderungan tangan mereka tidak lepas dari gadget. Hampir semua aktivitas seperti membaca, menonton, bermain, berkomunikasi, bahkan bercanda dilakukan melalui tombol- tombol gadget.

Analisis terhadap sasaran berkaitan erat dengan analisis terhadap trend perkembangan teknologi. Sebagaimana yang diketahui bersama bahwa perubahan teknologi secara cepat di satu sisi merupakan peluang bagi berkembangnya teknologi dalam proses pembelajaran di kelas.

2. Penyusunan Rancangan Inovasi

Penyusunan rancangan inovasi perlu dilakukan oleh guru. Terdapat dua pendekatan langkah penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang mengintegrasikan TIK, yaitu pendekatan idealis dan pendekatan pragmatis.

Dalam pendekatan idealis, topik atau satuan pembelajaran dijadikan sebagai acuan. Langkah yang dilakukan adalah: 1) menentukan topik; 2) menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; dan 3) menentukan aktivitas pembelajaran dengan memanfaatkan TIK (seperti modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar online di internet, atau alat komunikasi sinchronous dan asinchronous lainnya) yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

Dalam pendekatan software, langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi TIK (seperti buku, modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar online di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya) yang bisa dilakukan atau digunakan. Selanjutnya, guru dapat memilih topik-topik yang sesuai dengan kondisi TIK yang tersedia.

Setelah menentukan topik yang sesuai dengan ketersediaan TIK, guru dapat merencanakan strategi pembelajaran yang relevan agar dapat mencapai kompetensi dasar dan indikator capaian hasil belajar dari topik pelajaran tersebut. Perlu diingat bahwa dalam menyusun rancangan inovasi guru harus menyiapkan silabus dan rancangan pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disesuaikan dengan kurikulum.

3. Pengembangan Rancangan Inovasi

Pengembangan rancangan inovasi terhadap RPP perlu dilakukan untuk disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Aktivitas pengembangan yang dapat dilakukan oleh guru yaitu dengan cara mengajak rekan sesama guru untuk berdiskusi mengenai bagaimana pengembangan RPP ini dilakukan.

Langkah-langkah pengembangan RPP yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Mengkaji silabus dan kurikulum; 2) Menentukan tujuan; 3) Mengembangkan kegiatan pembelajaran; 4) Menjabarkan jenis penilaian; 5) Menentukan alokasi waktu; dan 6) Menentukan sumber belajar.

4. Pelaksanaan Uji Coba

Semua rancangan inovasi yang telah disiapkan harus melalui uji coba terlebih dahulu sebelum diterapkan dalam proses pembelajaran. Hasil uji coba inovasi tidak perlu mengkhawatirkan berhasil atau tidaknya. Setiap kendala yang ditemukan dalam proses uji coba harus diyakini sebagai sebuah pembelajaran yang akan berdampak positif terhadap guru maupun siswa.

5. Pengendalian dan Perbaikan

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan oleh guru harus melakukan perbaikan pada setiap kelemahan-kelemahan yang mungkin saja muncul selama proses perancangan.

6. Implementasi

Setelah semua dirasa siap maka tindakan selanjutnya adalah implementasi terhadap inovasi dalam pembelajaran. Kesiapan guru dalam mengimplementasikan inovasi pembelajaran ini menjadi kunci kesuksesan di lapangan.

7. Evaluasi

Usai melakukan implementasi selanjutnya guru harus melakukan evaluasi guna perbaikan pada kegiatan pembelajaran berikutnya. Dalam melakukan evaluasi guru harus mampu mengidentifikasi tingkat keberhasilan dalam menerapkan rancangan yang telah diterapkan dan bagian-bagain apa saja yang harus diperbaiki.

Selain itu, guru juga harus menganalisis problem pembelajaran yang harus diselesaikan, jenis aktivitas yang menggambarkan berbagai strategi yang mungkin cocok untuk menyelesaikan persoalan, perbaikan kegiatan, instrumen untuk mengumpulkan data, hasil yang diperoleh dalam menggunakan teknologi, cara alternatif yang lebih baik, sesuatu yang harus diganti dan diperbaiki untuk memperoleh hasil yang lebih baik pada pembelajaran berikutnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Inovasi di sekolah merupakan investasi penting yang tidak hanya berfokus pada pemanfaatan teknologi terkini tetapi juga pada pengembangan pendekatan dan strategi baru dalam semua aspek pendidikan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, merangsang, dan inklusif bagi semua siswa akan tetapi ada faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam Inovasi untuk menghindari tidak berjalannya kegiatan inovatif di sekolah yaitu ada faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan program/tujuan,sehingga mereka dapat menghasilkan ide-ide baru, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan nyata. Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, seperti diskusi kelompok, proyek kolaboratif, eksperimen, simulasi, dan multimedia interaktif. Beberapa contoh model pembelajaran inovatif di sekolah antara lain adalah cooperative learning, problem-based learning, project-based learning, inquiry-based learning, flipped clasroom dan blended learning dan guru harus memperhatikan langkah-langkah agar inovasi berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sudah berusaha memaparkan dan menjelaskan materi dengan semaksimal mungkin, tapi tidak menutup kemungkinan adanya kekeliruan dalam penyusunannya, baik dari segi materi, maupun penyusunannya, oleh karena itu penyusun mengharapakan sumbangsih pembaca untuk penyempurnaan makalah selanjutnya, dan harapan bagi penyusun, semoga makalah ini dapat memberi manfaat dalam proses evaluasinya.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Fullan, Michael. (2013). "Stratosphere: Integrating Technology, Pedagogy, and Change Knowledge." Pearson Canada Inc.

https://www.edukasinfo.com/2022/01/langkah-langkah-melakukan-inovasi-dalam.html

OECD (2019). "Measuring Innovation in Education 2019: What Has Changed in the Classroom?" OECD Publishing, Paris, https://doi.org/10.1787/9789264311671-en.

Wagner, Tony. (2012). "Creating Innovators: The Making of Young People Who Will Change the World." Scribner.

Rahman, Abdul Tibahary dan Muliana,Model-model Pembelajaran Berbasis,Journal of Pedagogy, Volume 1, Number 1, 2018: 54-64



Tidak ada komentar:

Posting Komentar