Rabu, 24 Januari 2024

Metode Inquiry Research

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Media Pengajaran
Dosen Pengampu : Dwi Puji Astuti, S.S1, MSc
Disusun Oleh Kelompok 9 Angkatan 5 :
1. Alberza (PAI).
2. Willy Rahman (SBA).
3. Azzubair Juarsa (SBA).
4. Muhammad Faiz Tholib (PAI).
5. Hadni (PAI).

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Terlebih dahulu kami panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah , yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang zakat ini.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi metode inquiry research serta memperluas pengetahuan bagi tenaga pendidik tentang pengenalan dan manfaat dari metode inquiry research.

Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, kami berharap kritik dan saran yang membangun agar kami dapat memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas makalah.

Semoga makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca tentang metode inquiry research. Kami berharap, setelah membaca makalah ini, pembaca dapat lebih memahami pentingnya metode inquiry research dalam mendidik serta dapat melaksanakannya dengan baik dan benar. Terima kasih telah membaca makalah kami dan mohon maaf jika terdapat kesalahan atau kekurangan dalam penulisan. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Bogor, 15 Januari 2024

Penulis
Kelompok 9

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah.
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan.
BAB II PEMBAHASAN.
A. Pengertian Metode Inquiry Research.
B. Prinsip-Prinsip Metode Inquiry Research.
C. Langkah-Langkah Metode Inquiry Research.
D. Impletasi Metode Inquiry Research.
E. Manfaat Metode Inquiry Research.
BAB III PENUTUP.
A. Kesimpulan.
B. Saran.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran dalam proses belajar mengajar dinilai tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan ke dalam benak siswa oleh guru di ruang dan waktu tertentu seperti lazimnya di sekolah, tetapi lebih daripada itu yakni lebih kepada bagaimana siswa memiliki kapasitas belajar, sehingga apapun materinya dapat dipelajari oleh guru maupun siswa dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Dengan pemahaman seperti ini guru yang mengajar akan lebih kreatif dan inovatif sehingga pada sisi lain akan dapat memberikan motivasi belajar kepada siswa. Dengan kata lain timbulnya motivasi dari dalam diri siswa ditentukan oleh adanya kreativitas dan inovasi guru dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa guru memegang peranan penting dalam menentukan termotivasi atau tidaknya seorang dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Apabila guru itu kreatif, inovatif dan bersungguh-sungguh dalam mengajar maka pasti siswanyapun akan termotivasi untuk belajar apapaun materi pelajarannya.

Dalam berbagai kasus menunjukkan bahwa dengan adanya perubahan paradigma pendidikan saat ini siswa pada umumnya cenderung memperlihatkan sikap yang bebas di depan guru, apalagi terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan cara pandangnya. Keluar masuk ruangan belajar pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung, bermain di dalam kelas ketika guru sedang mengajar dan perilakuperilaku tidak etis lainnya.

Uraian di atas menunjukan bahwa proses pembelajaran di sekolah di mana guru adalah ujung tombak perubahan sikap dan perilaku mental siswa cenderung mengalami kegagalan. Kreativitas siswa yang seharusnya diberdayakan melalui proses pembelajran yang kreatif dan inovatif justru terabaikan sehingga siswa keliru menyalurkan kreativitas dan motivasinya. Pelajar yang seharusnya menunjukkan kreativitas, motivasi dan akhlak baik sehingga hasil dari proses pembelajaran justru malah menunjukkan tingkah laku yang buruk. Dengan mencermati persoalan-persoalan tersebut di atas diperlukan sebuah metode pembelajaran yang memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Diantaranya adalah metode inquiry dimana siswa dilibatkan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Tidak hanya itu, metode pembelajaran inquiry juga mengarahkan kegiatan siswa secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran serta mengembangkan sikap percaya diri tentang apa yang ditemukan dalam proses inquiry.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian Metode Inquiry Research?
2. Apa prinsip-prinsip mengunakan Metode Inquiry Research ?
3. Bangaimana langkah-langkah Metode Inquiry Research?
4. Bagaimana contoh impletasi Metode Inquiry Research ?
5. Apa manfaat dari Metode Inquiry Research?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pergertian dari Metode Inquiry Research.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Metode Inquiry Research.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah Metode Inquiry Research.
4. Untuk mengetahui impletasi dari Metode Inquiry Research.
5. Untuk mengetahui manfaat dari Metode Inquiry Research.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN METODE INQUIRY RESEARCH

Inquiry berasal dari bahasa Inggris artinya “penyelidikan atau penelitian” bahwa “inquiry merupakan proses perluasan discovery yang digunakan secara lebih mendalam berarti pertanyaan atau pemeriksaan atau penyelidikan”

Kemudian dalam istilah pembelajaran, inquiry adalah Pendekatan pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif secara terpimpin atau mandiri oleh mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Moh. Amien mengatakan bahwa tidak akan terjadi belajar mengajar yang sejati, apabila siswa tidak bereaksi atau bertindak terhadap informasi secara mental pada sesuatu yang dijumpai dalam lingkungannya.

Proses mental dalam pengajaran dan metode discovery meliputi mengamati, mengklasifikasikan, melakukan pengukuran, menginterpretasi. Proses mental dalam metode inquiry mencakup proses mental dalam metode discovery atau yang kita kenal proses pembelajaran merdeka atau merdeka belajar tetapi mempunyai tingkat lebih tinggi antara lain merumuskan masalah, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan membuat kesimpulan.

Berdasarkan pendapat dan uraian di atas, bahwa inquiry merupakan bentuk belajar yang fundamental yaitu mendasar. Lebih-lebih jauh sebelum anak memasuki pendidikan formal, ia telah mempunyai pengalaman dalam mengumpulkan data membantu dalam pembentukan konsep (pengertian) secara intuitif (pengetahuan yang diperoleh dari berpikir) pada anak tentang keadaan-keadaan di sekitarnya.[1]
[1] Ringkasan dari Skripsi Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata PelajaranFiqh Di Madrasah Tsanawiyah Lembang Bau Kabupaten Kepulauan Selayar pada halaman 6-8.

Maka metode Inquiry merupakan metode mengajar yang menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif. Dengan menggunakan metode Inquiry ini diharapkan siswa terangsang oleh tugas, aktif mencari dan meneliti sendiri pemecahan masalah, mencari sumber sendiri yang pada akhirnya siswa mampu mengungkapkan pendapat untuk merumuskan kesimpulan.

Sund dan Trowbridge dalam Mulyasa menyatakan bahwa ”Inquiry yaitu suatu pelajaran yang direncanakan sedemikian hingga siswa menemukan konsep-konsep melalui proses mental mereka sendiri. Kegiatan praktikum dengan inquiry dapat dilakukan secara terpimpin, mandiri maupun bebas”.

Roestiyah mengemukakan kelebihan teknik Inquiry ini sebagai berikut:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”self-concept” pada diri siswa, sehingga dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.

6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.

8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

9. Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional.

10. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.[2]
[2] Penerapan Metode Pembelajaran Inquiry Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Kelas Xi Mia 3 Sma Negeri 2 Sungguminasa Tahun Pelajaran 2015/2016.

B. PRINSIP-PRINSIP METODE INQUIRY RESEARCH

Metode pembelajaran dengan teknik inquiry memuat beberapa prinsip penting yang harus diketahui untuk dilaksanakan oleh guru. Prinsip-prinsip tersebut menurut Suardi yaitu pengetahuan bersifat tentatif atau berubah-ubah, manusia memiliki keingin tahuan yang bersifat alamiah, dan manusia mampu mengembangka individuality yang bersifat mandiri. Masing – masing prinsip tersebut terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :

Prinsip pertama yaitu ilmu pengetahuan bersifat tentatif, artinya perlu pelaksanaan suatu penelitian yang bersifat berkelanjutan.

Prinsip kedua yaitu manusia memiliki rasa ingin tahu yang bersifat alamiah, artinya manusia berheka untuk melakukan eksplorasi untuk menambahkan atau memperoleh pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

Prinsip ketiga yaitu manusia mampu mengembangkan individuality secara mandiri, artinya merujuk pada pengenalan terhadap jati diri sendiri dan sikap alamiahnya.

Ketiga prinsip penting dari metode pembelajaran dengan teknik inquiry, setidaknya menjadi gambaran bagi guru yang ingin melaksanakan metode jenis ini dalam kegiatan pembelajarannya. Maka bisa disimpulkan bahwa prinsip pada metode ini sebagai berikut

Prinsip-Prinsip dalam Model Pembelajaran Inquiry

1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.

Oleh karena itu, keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan di tentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pembelajaran, akan tetapi sejauh mana beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu.

2. Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi, artinya menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.

3. Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi inquiry adalah guru sebagai penanya. Kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inquiry sangat diperlukan.

4. Prinsip Belajar untuk Berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Oleh karena itu, pembelajaran berpikir ini berusaha untuk memanfaatkan otak secara maksimal saat belajar.

5. Prinsip Keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

Prinsip-prinsip penggunaan metode inquiry tersebut harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh seorang guru, agar dalam proses pembelajaran dengan metode inquiry dalam berjalan dengan baik dan bisa mendapatkan hasil yang memuaskan yaitu menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan dan berorientasi pada penciptaan peserta didik yang mampu berpikir kritis dan ilmiah.[3]
[3] Suardi, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran.Yogyakarta: Deepublish.

C. LANGKAH-LANGKAH METODE INQUIRY RESEARCH

Langkah-langkah metode inquiry menurut Kindsvatter dkk dalam buku Paul Suparno adalah sebagai berikut:[4]
[4] Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2007), h. 66-67

a. Identifikasi dan klarifikasi persoalan.

Langkah awal adalah menentukan persoalan yang ingin didalami atau dipecahkan dengan metode inquiry. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan oleh guru. Sebaiknya persoalan yang ingin dipecahkan disiapkan sebelum mulai pelajaran. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa. Dari persoalan yang diajukan akan tampak jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu diperhatikan bahwa persoalan itu real, dapat dikerjakan oleh siswa, dan sesuai dengan kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu tinggi akan membuat siswa tidak semangat, sedangkan persoalan yang terlalu mudah yang sudah mereka ketahui tidak menarik minat siswa. Sangat baik bila persoalan itu sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan siswa.

b. Membuat hipotesis.

Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara tentang suatu persoalan. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih dulu. Guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah nantinya akan kelihatan setelah pengambilan data dan analisis data yang diperoleh.

c. Mengumpulkan data.

Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak.

d. Menganalisis data.

Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar atau tidak.

e. mengambil kesimpulan.

Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan, kemudian dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah hipotesis kita diterima atau tidak.

D. IMPLEMENTASI METODE INQUIRY RESEARCH

Latar belakang dari diterapkannya metode inkuiri pada mata pelajaran PAI di SDN Bogorejo, Kec. Sumber, Kab. Rembang adalah karena kondisi pembelajaran PAI di sana dapat dikatakan monoton dengan hanya menggunakan metode ceramah dan hafalan saja yang dominan. Akibatnya, siswa menjadi bosan dalam belajar sehingga berimplikasi pada pemahaman materi atau prestasi belajar siswa yang kurang maksimal. Karakteristik pembelajaran di sana hampir sama seperti konsep pembelajaran yang disebut oleh Paulo Freire dengan istilah pendidikan gaya bank.18 Pendidikan gaya bank adalah sebuah model pendidikan di mana guru menjadi figur kebenaran tunggal yang memandang siswa atau peserta didik sebagai botol kosong yang harus diisi atau dijejali dengan informasi-informasi baru atau ilmu-ilmu baru.

Sistem pendidikan semacam ini suasana kelas dikendalikan oleh guru (Teacher center) sementara peserta didik harus selalu mengikuti arahan-arahan guru. Barangkali dapat dikatakan sistem pendidikan tersebut memiliki gaya di mana guru menjelaskan siswa mendengarkan, guru memerintah siswa mengikuti, guru mengisi siswa diisi, guru menganalisi siswa menerima analisisnya, guru tidak masuk kelas siswa tidak belajar, dan seterusnya.

Sistem pendidikan semacam ini di satu sisi memang memberikan pendidikan kepada siswa mengenai budi pekerti atau tata krama kepada guru. Guru dalam konteks ini memperoleh penghormatan setinggi-tingginya dari semua siswa. Namun di sisi lain, ternyata sistem pendidikan gaya bank memberikan implikasi negatif yang cukup besar, yakni terbunuhnya daya kreatifitas, inovasi, dan nalar peserta didik secara masal. Dengan kata lain sistem pendidikan gaya bank tersebut membungkam siswa sekaligus memasung kebebasan siswa sebagai manusia. Bahkan tidak berlebihan kiranya jika dikatakan pembunuhan terhadap hak asasi manusia (HAM) para siswa itu sendiri. Sebab idealnya, ketika guru menjelaskan, menganalisis, dan menemukan teori, seharusnya peserta didik juga melakukan hal yang sama. Sehingga dengan seperti itu maka daya nalar, kreatifitas, dan inovasi peserta didik akan hidup dan berkembang yang pada gilirannya peserta didik dapat menjadi dirinya sendiri, dapat mengenali dirinya sendiri, dan dapat mengeksploitasi segala potensi yang ada dalam dirinya[5].
[5] Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), hlm. 135. 18 Anatri Desstya et al., “MODEL PENDIDIKAN PAULO FREIRE, REFLEKSI PENDIDIKAN IPA SD DI INDONESIA (Relevansi Model Pendidikan Paulo Freire Dengan Pendidikan IPA Di Sekolah Dasar),” Profesi Pendidikan Dasar 1, no. 1 (2018): 1

Bertolak dari alasan tersebut, kemudian guru PAI SDN Bogorejo, Kec. Sumber, Kab. Rembang mengimplementasikan metode inkuiri pada mata pelajaran PAI dengan harapan dan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tekniknya dengan cara guru memberikan salah satu materi PAI yang ada, kemudian diajarkan dengan menggunakan metode inkuiri. Misalnya guru memberikan materi tentang puasa. Kemudian para siswa diwajibkan untuk mengeksploitasi informas-informasi secara mendalam dan serius mengenai konsep puasa tersebut. Dalam hal ini tentu siswa harus mengakses berbagai sumber informasi baik itu dari media cetak ataupun elektronik sebanyak-banyaknya. Intinya murid diberikan kebebasan untuk memperoleh ilmu pengetahuan seluas-luasnya dari materi yang sedang dipelajari dengan menggunakan media apa saja. Harapan dan tujuan metode inkuiri ini adalah supaya siswa dapat berkreasi, berinovasi, dan bebas menggunakan nalarnya sehingga mereka tidak terkungkung dan tidak berani mengungkapkan opininya dengan percaya diri. Karena itu pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri ini membutuhkan kemandirian siswa, motivasi siswa, semangat siswa, dan rasa ingin tahu (curiosity) siswa yang tinggi.

Pada titik ini kemudian siswa-siswa SDN Bogorejo menghadapi berbagai problematika. Misalnya, siswa kurang memiliki akses informasi yang baik, motivasi dan semangat siswa dalam belajar mandiri kurang baik, siswa justru kurang mampu untuk memperoleh informasi materi ketimbang ketika tidak menggunakan metode inkuiri. Namun demikian, banyak pihak juga mendukung untuk diimplementasikannya metode inkuiri ini dalam penyelenggaraan pendidikan di SDN Bogorejo ini. Beberapa alasannya misalnya, melatih siswa untuk memiliki semangat belajar, merangsang siswa supaya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, melatih siswa supaya mandiri, melatih siswa supaya mau bekerja kelompok dengan temannya dalam belajar, melatih siswa supaya menggunakan nalarnya, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, mereka diharapkan dapat menjadi pribadi-pribadi yang memiliki semangat tinggi, memiliki rasa ingin tahu tinggi, memiliki jiwa kemandirian dan menjadi pejuang yang tangguh, serta mau bernalar sehingga tumbuh kreatifitas dan inovasi yang maksimal. Hasil Belajar Mata Pelajaran PAI dengan Menggunakan Metode Inkuiri di SDN Bogorejo, Kec. Sumber, Kab. Rembang. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa model pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri ini benar-benar dapat menjadikan siswa lebih aktif, kreatif, inovatif, mandiri, kritis, dan percaya diri untuk menjadi dirinya sendiri.

Para siswa secara umum menjadi lebih percaya diri dalam bernalar, menganalisis, dan mengungkapkan pendapatnya. Walaupun memang pada awalnya metode inkuiri ini menyulitkan siswa dalam memahami materi PAI yang diajarkan guru lantaran mereka harus mencari informasi sendiri mengenai materi yang diajarkan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, para siswa kemudian terbiasa dan justru menjadi pribadi-pribadi yang lebih tangguh dalam belajar, menggali informasi, menganalisis, dan mengungkapkan pandangan-pandangannya. Melihat hasil tersebut, menurut peneliti, metode inkuiri memang sangat cocok untuk diterapkan di era seperti sekarang ini di mana akses informasi sangat mudah diperoleh di manapun dan kapanpun. Siswa dengan menggunakan smart phonenya dapat berselancar ke seluruh penjuru dunia dengan murah dan praktis.

Dunia seolah berada dalam genggaman, dan informasi apa saja dapat diperoleh dengan cepat dan akurat. Namun jika metode inkuiri diterapkan untuk siswa SD, menurut hemat peneliti guru tidak boleh lepas begitu saja dalam melakukan pengawalan pembelajaran. Dalam konteks ini guru harus membiarkan siswa untuk bereksplorasi menggunakan nalar dan kreatifitasnya, namun pada saat yang sama guru juga harus mengawal secara ketat, supaya siswa yang masih anak-anak itu dapat dipastikan memperoleh informasi yang benar, bernalar yang benar, sekaligus benar-benar dapat memahami materi yang sedang dipelajari.

Sementara ketika metode inkuiri ini diimplementasikan pada siswa menengah atas ataupun bahkan mahasiswa, menurut peneliti guru atau dosen dapat memberikan kelonggaran bagi siswa yang lebih maksimal supaya siswa atau mahasiswa tidak terkungkung dalam sudut pandang yang sempit serta dapat menjadi pribadi yang matang. Namun walaupun demikian, guru atau dosen juga tetap harus melakukan bimbingan dan arahan secara serius kepada peserta didik dan mahasiswa. Namun jika terdapat kasus para siswa atau mahasiswa yang sulit untuk belajar secara mandiri, maka di sini guru atau dosen harus bekerja keras membangunkan motivasi peserta didik, memberikan stimulus, memberikan hukuman, dan seterusnya. Sesungguhnya motivasi siswa dalam belajar dapat dikatakan menjadi penentu dari keberhasilan implementasi metode inkuiri ini. Sehingga jika guru atau dosen menginginkan metode inkuiri ini berhasil, maka tenaga pendidik harus benar-benar membangun budaya dan motivasi belajar yang tinggi di tengah-tengah peserta didik[6].
[6] Saliman, “PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN,” INFORMASI 2, no. XXXV (2009)

E. MANFAAT METODE INQUIRY RESEARCH

Menurut Suyadi (2013 : 116), mengatakan bahwa “tujuan utama pembelajaran inquiry adalah membantu peserta didik untuk dapat mengembangkan disiplin ilmu intelektual dan keterampilan berfikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas rasa ingin tahunya tersebut.”

Adapun kelebihan dari metode inquiry antara lain :

1. Membantu menggunakan daya ingat siswa dan mentransfernya pada situasi-situasi belajar.

2. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas kemauan atau inisiatifnya sendiri.

3. Mendorong siswa untuk berpikir secara inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

4. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.

5. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

6. Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri setiap siswa.

7. Memungkinkan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar di luar sekolah, dan tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.

8. Menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal).

9. Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Siswa dengan kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa lain yang lemah dalam belajar.[7]
[7] https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/model-pembelajaran-inkuiri/

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Inquiry berasal dari bahasa Inggris artinya “penyelidikan atau penelitian” bahwa “inquiry merupakan proses perluasan discovery yang digunakan secara lebih mendalam berarti pertanyaan atau pemeriksaan atau penyelidikan” Metode pembelajaran dengan teknik inquiry memuat beberapa prinsip penting yang harus diketahui untuk dilaksanakan oleh guru. Seperti prinsipberorientasi pada pengembangan intelektual, prinsip interaksi, prinsip bertanya, prinsip belajar untuk berpikir, prinsip keterbukaan.

Prinsip-prinsip penggunaan metode inquiry tersebut harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh seorang guru, agar dalam proses pembelajaran dengan metode inquiry dalam berjalan dengan baik dan bisa mendapatkan hasil yang memuaskan yaitu menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan dan berorientasi pada penciptaan peserta didik yang mampu berpikir kritis dan ilmiah. Kemudian melaksanakan langkah – langkah dari metode pembelajaran dengan teknik inquiry.

Menurut Suyadi (2013 : 116), mengatakan bahwa “tujuan utama pembelajaran inquiry adalah membantu peserta didik untuk dapat mengembangkan disiplin ilmu intelektual dan keterampilan berfikir.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sudah berusaha memaparkan dan menjelaskan materi dengan semaksimal mungkin, tapi tidak menutup kemungkinan adanya kekeliruan dalam penyusunannya, baik dari segi materi, maupun penyusunannya, oleh karena itu penyusun mengharapakan sumbangsih pembaca untuk penyempurnaan makalah selanjutnya, dan harapan bagi penyusun, semoga makalah ini dapat memberi manfaat dalam proses evaluasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Jawaruddin, “Penerapan Metode Pembelajaran Inquiry Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Kelas Xi Mia 3 Sma Negeri 2 Sungguminasa Tahun Pelajaran 2015/2016” ,Volume V, Nomor 1, Januari - Juni 2016.

Mustakim, Rahi, “Skripsi Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh Di Madrasah Tsanawiyah Lembang Bau Kabupaten Kepulauan Selayar” Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, 1435 H / 2014 M.

Rositawat, Dwi Nugraheni i, “KAJIAN BERPIKIR KRITIS PADA METODE INKUIRI,” Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika Dan Aplikasinya) 3 (2019): 74, Implementasi Metode Pembelajaran | 81.

Santoso, B. 2010. Skema dan Mekanisme Pelatihan: Panduan Penyelenggaraan Pelatihan. Jakarta: Yayasan Terumbu Karang Indonesia.

Suardi, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran.Yogyakarta: Deepublish.

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), hlm. 135. 18 Anatri Desstya et al.

https://hermananis.com/model-pembelajaran-inquiry/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar