Kamis, 30 Maret 2023

Kontribusi Muhammadiyah Dalam Pengembangan Pendidikan Islam

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Aqidah
Dosen Pengampu : Arif Fardhan, M.Hi
Disusun Oleh Kelompok 9 Angkatan 5 :
1. Osa Maliki (MPI)
2. Agis Sugiana (SBA)
3. Rama Hidayat (PAI)
4. Hadni (PAI)

KATA PENGANTAR

الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله، وكفى بالله شهيداً.وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له إقراراً به وتوحيداً، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم تسليماً مزيداً.أما بعد

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah subhanahu wa ta’ala atas izin-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam yang berjudul Islam "Kontribusi Muhammadiyah dalam Pengembangan Pendidikan Islam" dan bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan.

Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Lahat, 09 Maret 2023
Penyusun Makalah
Kelompok 9

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang.
1.2 Rumusan Masalah.
1.3 Manfaat Penelitian.
BAB II PEMBAHASAN.
2.1 Sejarah berdirinya Muhammadiyah.
2.2 Gagasan berdirinya Muhammadiyah.
2.3 Maksud dan Tujuan Didirikannya Muhammadiyah.
2.4 Pengaruh berdirinya Muhammadiyah di Indonesia.
2.5 Upaya-upaya Muhammadiyah dalam Mengembangkan Pendidikan di Indonesia.
2.6 Kontribusi Muhammadiyah dalam Pengembangan Pendidikan di Indonesia.
2.7 Majelis dan lembaga Pendidikan di Indonesia.
BAB III PENUTUP.
3.1 Kesimpulan.
3.2 Saran.
DAFTAR PUSTAKA.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang banyak menaruh perhatian pada bidang dakwah, pendidikan, kesehatan dan amal usaha lainnya. Dengan pengalamannya sebagai organisasi Islam yang sudah berdiri sejak tahun 1912 M, Muhammadiyah dirasa sudah sangat berpengalaman makan manis dan pahitnya perjuangan hidup. Muhammadiyah harus menjadi problem solver terhadap masalah yang ada, sudah saatnya Muhammadiyah berperan, minimal memberikan kontribusi nyata dengan berbagai ide cemerlang dan aksi kongkrit, solutif terhadap berbagai persoalan yang ada.

Pendidikan merupakan salah satu pilar penting suatu bangsa selain ekonomi dan keamanan. Pendidikan menjadi salah satu tolak ukur sumber daya manusia yang dimiliki atau yang ada pada satu bangsa tertentu. Maka artinya, pendidikan memiliki peran yang penting untuk kemajuan suatu bangsa.

Oleh sebab itu, perhatian terhadap pendidikan tidak boleh dikesampingkan bahkan harus menjadi prioritas utama untuk mencetak dan melahirkan insan-insan akademis yang akan menjadi tonggak bagi kemajuan bangsa. Bangsa yang penduduknya berpendidikan tinggi dan maju, akan menjadikan bangsa tersebut maju dan disegani oleh bangsa lainnya.

Muhammadiyah adalah satu organisasi Islam besar di Indonesia yang menaruh perhatian besar terhadap pendidikan. Rekam jejak Muhammadiyah dalam berkontribusi di dunia pendidikan memiliki sejarah yang sangat panjang. Sebelum Indonesia merdeka, Muhammadiyah telah bergelut dan berkecimpung dengan dunia pendidikan sejak zaman kolonial Belanda.

Sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh kolonial Belanda hanya menguntungkan para penjajah saja. Masyarakat pribumi tidak pernah merasakan hasil dari pendidikan tersebut. Oleh sebab itu, KH. Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri organisasi Muhammadiyah mulai berfikir untuk mengentaskan pribumi dari segala bentuk kebodohan yang diterapkan oleh kolonial Belanda.

Berbagai problematika dihadapi oleh masyarakat Indonesia saat itu, maka Muhammadiyah lahir sebagai jawaban dan solusi atas berbagai problematika yang ada di masyarakat di antaranya bidang agama, sosial dan pendidikan.

Langkah Muhammadiyah tidak pernah surut untuk berperan memajukan pendidikan di negeri ini. Perjuangan Muhammadiyah dalam dunia pendidikan sudah terlihat dengan jelas dan hasilnya pun dapat dinikmati bersama. Bukti sejarah Muhammadiyah dapat dilihat dengan menjamurnya lembaga-lembaga pendidikan yang beraviliasi ke Muhammadiyah.

Mulai dari tingkat taman kanak-kanak yang dikenal dengan TK Aisyiah, sampai pada perguruan tinggi Muhammadiyah. Bahkan saat ini Muhammadiyah sedang ber-fastabiqul khoirot dengan sesama organisasi Muhammadiyah yaitu Aisyiah, organisasi Muhammadiyah yang mewakili kaum hawa dalam memajukan pendidikan bangsa.

Sehingga saat ini, dapat kita lihat mulai bermunculan lembaga-lembaga pendidikan dengan nama Aisyiah. Muhammadiyah adalah organisasi dakwah amar ma’ruf nahi mungkar yang andil besar dalam bidang pendidikan yang ada di Indonesia. Muhammadiyah memiliki keterkaitan yang unik dan spesial dengan dunia pendidikan. Manifestasi gerakan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan adalah yang paling menonjol dan mengakar (Ali, 2016).

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah Muhammadiyah dan Pengaruh Berdirinya Muhammadiyah di Indonesia.
2. Upaya-upaya Muhammadiyah dalam mengembangkan Pendidikan di Indonesia
3. Kontribusi Muhammadiyah dalam Pengembangan Pendidikan di Indonesia

1.3 Manfaat Penelitian

1. Mengetahui sejarah Muhammadiyah dan Pengaruhnya di Indonesia
2. Mengetahui upaya upaya Muhammadiyah dalam mengembangkan Pendidikan di Indonesia
3. Mengetahui Kontribusi Muhammadiyah dalam mengembangkan Pendidikan di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah berdirinya Muhammadiyah.

Tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H, yakni 18 November 1912 M adalah sebuah peristiwa penting bagi sejarah Muhammadiyah. Ini menandai lahirnya gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia yang mempelopori pemurnian dan pembaruan Islam di negara berpenduduk agama Islam terbesar di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh Kyai reformis yang taat dan intelektual, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau dikenal juga Muhammad Darwis yang berasal dari kota santri Kauman Yogyakarta.

Kata “Muhammadiyah” secara harfiah berarti “orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad.” Penggunaan kata “Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menghubungkan (menisbahkan) ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad.

Penamaan tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma, memiliki arti sebagai berikut, “Dan tujuannya adalah untuk memahami dan mengamalkan Islam sebagai ajaran dan keteladanan Nabi Muhammad SAW agar dapat menjalani kehidupan dunia selama yang diinginkannya. Oleh karena itu, ajaran Islam yang murni dan benar dapat menginspirasi kemajuan umat Islam dan masyarakat Indonesia pada umumnya”.

Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada saat awal berdirinya juga tidak terlepas dari perjuangan pendirinya, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan. Setelah KH. Ahmad Dahlan berziarah ke tanah suci dan menetap untuk kedua kalinya pada tahun 1903, ia mulai menabur benih untuk pembaruan di Indonesia. KH. Ahmad Dahlan muncul dengan ide reformasi setelah belajar dengan para imam Indonesia yang tinggal di Mekah, seperti Syekh Ahmad Khatib di Minangkabau, Kiai Nawawi di Banten, Kiai Mas Abdullah di Surabaya, dan Kyai Faqih di Maskumambang.

Selain itu juga membaca pemikiran-pemikiran para pembaharu Islam seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad bin Abduh Wahab, Jamaludin al Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan membaca karya intelektual dan pertukaran selama tinggal di Arab Saudi serta para pembaharu pemikiran Islam, KH. Ahmad Dahlan menabur benih-benih gagasan pembaruan. Jadi, sekembalinya dari Arab Saudi, KH. Ahmad Dahlan tidak konservatif dan justru membawa ide dan gerakan reformasi.

Embrio lahirnya sejarah Muhammadiyah sebagai organisasi untuk mewujudkan ide-idenya adalah hasil interaksi dengan teman- temannya di organisasi Boedi Oetomo yang tertarik dengan tema-tema keagamaan, yakni R. Budi Harjo dan Sosros Gondo. Ide ini juga merupakan usulan dari salah satu santri KH. Ahmad Dahlan di Kweekschool Jetis. Di sana, beliau mengajar agama di luar sekolah dan sering datang ke rumah Kyai, menyarankan agar kegiatan pendidikan yang diprakarsai oleh KH. Ahmad Dahlan tidak boleh diarahkan oleh Kiai sendiri. Melainkan melalui organisasi agar ada kesinambungan setelah kematian Kiai.

Menurut catatan sejarawan UGM Adaby Darban yang lahir di Kauman, nama “Muhammadiyah” awalnya diusulkan oleh kerabat sekaligus sahabat KH. Ahmad Dahlan bernama Muhammad Sangidu. Ia adalah seorang Ketib Anom Keraton Yogyakarta dan juga salah satu tokoh pembaharuan yang menjadi penghulu Kraton Yogyakarta. Peristiwa tersebut menandakan bahwa pilihan mendirikan Muhammadiyah memiliki dimensi spiritual yang tinggi, yakni tradisi Kiai dan dunia pesantren.

2.2 Gagasan berdirinya Muhammadiyah.

Gagasan mendirikan organisasi Muhammadiyah, selain mewujudkan gagasan reformasi Kiai Dahlan, menurut Adaby Darban adalah mewadahi madrasah ibtidaiyah secara praktis dan sistematis yang dibangun pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut didirikan sebagai bentuk tindakan lanjutan dari kegiatan yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan dalam menjelaskan ajaran Islam yang dikembangkannya secara informal dan pengajaran pengetahuan umum di beranda rumahnya.

Berdasarkan tulisan Djarnawi Hadikusuma, tempat yang dibagun tahun 1911 di kampung Kauman Yogyakarta tersebut adalah ”Sekolah Muhammadiyah”, yakni sebuah sekolah agama yang tidak diselenggarakan di surau-surau seperti biasanya yang dilakukan umat Islam saat itu. Namun sekolah tersebut bertempat di dalam sebuah gedung milik ayah KH. Ahmad Dahlan dengan menggunakan meja dan papan tulis yang mengajarkan agama dengan dengan cara baru. Selain itu disana juga diajarkan ilmu-ilmu umum.

Itulah sebabnya di tanggal 18 November 1912 Miladiyah atau 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah didirikanlah sebuah organisasi yang bernama ”Muhammadiyah” di Yogyakarta. Organisasi islam yang baru ini mengajukan pengesahannya tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim ”Statuten Muhammadiyah” atau bentuk Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama di tahun 1912. Kemudian organisasi ini baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Statuten Muhammadiyah yang pertama bertanggal resmi yang diajukan ialah tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912.

2.3 Maksud dan Tujuan Didirikannya Muhammadiyah.

Maksud didirikan organisasi islam ini adalah sebagai berikut:

1. Menyebarkan pengajaran Agama islam berdasarkan panutan Nabi Muhammad  kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta.

2. Memajukan hal Agama kepada anggota-anggotanya, yakni memajukan pendidikan dan pembelajaran agama di Hindia Belanda.

3. Memajukan dan menikmati hidup (way of life) selama kehendak Islam mencapai akhir.

Menurut Djarnawi Hadikusuma, kata-kata sederhana ini memiliki makna yang sangat dalam dan luas. Artinya, jika umat Islam lemah dan terbelakang karena tidak memahami ajaran Islam yang sebenarnya, Muhammadiyah mengungkapkan dan menekankan ajaran Islam yang murni, mendorong umat Islam untuk mempelajarinya secara umum. Ulama mengajari mereka suasana dan hal-hal menarik yang mendorong mereka untuk belajar dengan cara yang lebih maju.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Keormasan tahun 1985, prinsip-prinsip Islam digantikan oleh prinsip-prinsip Pancasila. Tujuan berdirinya organisasi Muhammadiyah adalah berubah menjadi “Islam yang mewujudkan masyarakat yang besar, adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah Subhanahu Wata'ala". Diselenggarakan di Jakarta pada tahun 2000, umur Muhammadiyah yang ke-44 mengembalikan dasar dan tujuan Islam kepada “Masyarakat Islam Sejati” AD Muhammadiyah.

2.4 Pengaruh berdirinya Muhammadiyah di Indonesia.

Sejarah Muhammadiyah menunjukan sikap KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri yang mampu memadukan paham Islam yang ingin kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dengan arah Tajdid yang terbuka. kemajuan yang dikait-kaitkan dengan pemikiran dan langkah ini memberikan karakter tersendiri bagi lahir dan berkembangnya Muhammadiyah di masa depan. KH. Ahmad Dahlan, seperti para pembaharu Islam lainnya, memiliki karakter unik yang membebaskan umat Islam dari keterbelakangan dan termasuk dalam aspek tauhid (`aqidah), ibadah, mu`amalah, dan pemahaman tentang tajdid (`aqidah).

Muhammadiyah membangun kehidupan yang sejahtera melalui (pembaruan) ajaran Islam dan umat Islam dengan kembali ke sumber informasi yang asli, Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shaki, dengan membuka Ijtihad sebagai berikut: Kehidupan: “Dalam ranah tauhid, KH. Ahmad Dahlan ingin mensucikan Aqidah Islam dari segala macam Syirik, dalam bidang ibadah, tata cara ibadah dari bid’ah, bidang mu'amalah, bidang akidah tahayul dan bidang pemahaman ajaran dari Islam. Dia memodifikasi Taqlid untuk memberinya kebebasan dalam Ijtihad.

Langkah-langkah yang sifatnya “reformasi” itu terletak pada terobosan pendidikan “modern” yang menggabungkan pengajaran agama dan pengetahuan umum. Berdasarkan pendapat Kuntowijoyo, gagasan pendidikan yang dikembangkan oleh KH. Ahmad Dahlan adalah seorang muslim terpelajar yang dapat mengintegrasikan aspek “keyakinan” dan “kemajuan” serta memodernisasi waktu kehidupan tanpa memecah belah kepribadian. Lembaga pendidikan Islam “modern” bahkan menjadi ciri utama dari sejarah Muhammadiyah mulai berkembang dan menjadi pembeda dengan pesantren-pesantren saat itu.

Pendidikan Islam “modern” ala Muhammadiyah kemudian diadopsi dan umumnya menjadi lembaga pendidikan bagi umat Islam. Sejarah muhammadiyah di masa lalu ini merupakan gerakan reformasi yang sukses dan menghasilkan generasi Muslim terdidik yang tentu saja akan berbeda karena konteks yang diukur dengan keberhasilan Islam saat ini. Reformasi Islam yang bermula pada KH. Ahmad Dahlan dapat ditelusuri kembali ke pemahaman dan pengamalan Al-Qur'an Surah al-Ma'un. Gagasan dan ajaran Al-Qur'an Surah al-Ma'un adalah contoh monumental lain dari reformasi filantropi berorientasi kesejahteraan, yang kemudian menjadi sebuah lembaga yang disebut Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKU).

Langkah penting dalam wacana Islam modern ini dikenal sebagai “teologi transformasi”. Karena Islam berurusan dengan pemecahan masalah tertentu melalui manusia, bukan hanya doktrin ritual ibadah dan “Hablumminallah” atau hubungan dengan Tuhan. Inilah tipikal “teologi amal” KH. Ahmad Dahlan yang menjadi awal mula keberadaan Muhammadiyah sebagai bentuk lain dari pemikiran dan amal pembaruan di tanah air.

KH. Ahmad Dahlan juga merawat umat Islam dengan cara yang bijak dan anggun agar mereka tidak dikorbankan untuk misi Christian Zending. Kiai melakukan diskusi dan debat langsung dan terbuka dengan banyak biksu di Yogyakarta. Memahami bahwa ada persamaan selain perbedaan antara Al Quran sebagai kitab suci Muslim dan kitab suci sebelumnya.

Pelopor reformasi Kiai Dahlan yang menjadi tonggak sejarah berdirinya Muhammadiyah, tercermin dalam kegiatan perintis Gerakan Wanita Aisyiah 1917. “Kita harus bertindak proaktif untuk menyampaikan ajaran masyarakat, khususnya Islam, dan memajukan kehidupan perempuan” adalah salah satu statement mereka. Langkah reformasi ini dilakukan oleh Afghani, Abdu, Ahmad Khan dan lainnya, yang membedakan Kay Darlan dari reformis Islam lainnya.

Karya rintisan ini lahir dari pemahaman intelektual dan gairahnya tentang Tajdid, status dan peran seorang wanita. Meskipun Kiai tidak bersentuhan langsung dengan gerakan feminism seperti yang popular saat ini.

Jadi Kiai Dahlan bersama dengan pendirinya Muhammadiyah, menampilkan Islam sebagai “sistem kehidupan manusia dalam segala hall.” Di dalam Muhammadiyah, ajaran Islam dilihat secara keseluruhan, tidak hanya mencakup Aqidah dan Ibada, tetapi juga perilaku moral dan sekuler. Selain itu, aspek akidah dan ibadah dalam akhlak dan pergaulan harus dimutakhirkan agar Islam benar-benar eksis dalam realitas pemeluknya. Oleh karena itu, Muhammadiyah memulai gerakannya dengan meluruskan dan memperluas pemahaman Islam yang seharusnya diamalkan dalam kehidupan nyata.

KH. Ahmad Dahlan benar-benar mengajarkan Islam dengan sangat mendalam, luas, kritis dan intelektual. Menurutnya Muslim adalah seorang fanatik yang mencari kebenaran yang hakiki, memikirkan mana yang benar dan mana yang salah, tidak jujur ​​dan buta akan kebenarannya, serta menimbang-nimbang hakikat kehidupan. dan berpikir secara teoritis dan sekaligus praktis. KH. Ahmad Dahlan tidak ingin umat Islam taat beragama dan tertinggal dalam perjalanan hidupnya.

Oleh karena itu, memahami Islam harus mencapai akar, kebenaran atau esensinya dengan menggunakan kekuatan akal dan ijtihad secara penuh. Ketika mengajarkan Al-Qur’an Al Ma’un untuk memahami Al-Qur’an, KH. Ahmad Dahlan mempelajari syair-syair Al-Qur’an satu, dua, atau tiga ayat sekaligus, dan kemudian memintanya untuk membaca dan mendengarkannya secara tartil dan tadabbur.

Menurut Mukti Ali, model pemahaman yang kemudian menjadi tokoh Muhammadiyah ini terkenal dengan ilmu agamanya, lulusan Al Azhar Kairo dan akrab dengan pemikirannya dan berbagai persoalan kehidupan yang dikembangkan oleh KH. Mas Mansoer yang berpandangan luas.

Kelahiran Muhammadiyah dengan ide-ide intelektual dan pembaharuan pendirinya Kyai Haji Ahmad Dahlan didorong oleh perjuangannya menghadapi realitas kehidupan umat Islam dan bangsa Indonesia saat itu. Ada beberapa faktor-faktor yang mendukung lahirnya organisasi Muhammadiyah adalah seperti berikut ini:

1). Islam tidak lagi bersinar dalam cahaya murninya.

2). Kurangnya persatuan dan kesatuan umat Islam sebagai akibat gagalnya penegakan Uhuwah Islamiyah dan lemahnya organisasi yang kuat.

3). Beberapa lembaga pendidikan Islam tidak mampu menghasilkan eksekutif-eksekutif Islam karena tidak lagi memenuhi tuntutan zaman.

4). Sebagian besar umat Islam hidup dalam kisaran sempit fanatisme, keyakinan buta, pemikiran dogmatis, konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme.

5). Dari persepsi bahaya Islam yang mengancam jiwa, dan sehubungan dengan misi dan kegiatan pusat Kristen di Indonesia yang semakin mempengaruhi penduduk.

Berdasarkan penjelasan sejarah Muhammadiyah di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa berdirinya Muhammadiyah karena alasan dan tujuan sebagai berikut ini:

1). Pemurnian pengaruh dan adat-istiadat non-Islam dari Islam Indonesia.

2). Merekonstruksi Islam dengan pandangan ke pemikiran kontemporer.

3). Reformasi pengajaran dan pendidikan Islam.

4). Melindungi Islam dari pengaruh dan serangan luar.

Fenomena baru yang menonjol dari keberadaan organisasi Muhammadiyah ini adalah gerakan Islam yang murni dan progresif dihadirkan melalui sistem yang terorganisir, bukan melalui jalur individu. Presentasi gerakan Islam melalui organisasi dibentuk oleh budaya tradisional di mana umat Islam bergantung pada kelompok lokal seperti pesantren.

Saat peran Kiai sebagai pemimpin informal sangat dominan, itu adalah peristiwa yang membuat perkembangan zaman. Organisasi jelas merupakan fenomena modern abad ke-20, dan KH. Ahmad Dahlan secara cerdas dan adaptif mengadopsinya sebagai “washira” (alat, alat) untuk mewujudkan cita-cita Islam.

Formalisasi organisasi gerakan Islam yang terkait dengan lahirnya Muhammadiyah tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga berdasarkan referensi keagamaan yang digunakan oleh para ulama sehubungan dengan Kaidah Maa laa yutimmul waajibi illa bihi fa huwa waajibun” (Sesuatu yang wajib tidak bisa sempurna kecuali dengan sesuatu itu, maka sesuatu itu wajb hukumnya). Alat-alat yang unik itu penting jika suatu perkara tidak akan sempurna tanpanya. Pada dasarnya, sejarah Muhammadiyah sebagai gerakan Islam juga telah mendapat rujukan teologis melalui sistem organisasinya. Tercermin dalam makna/interpretasi Al-Qur'an Surat Imran ayat 104, dan itu tidak terjadi.

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ 

"Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar.111) Mereka itulah orang-orang yang beruntung."

Syair Al-Qur’an ini kemudian dikenal sebagai “puisi” Muhammadiyah. Terinspirasi Al-Qur’an Surat Ali Imran 104, Muhammadiyah ingin menghadirkan Islam sekaligus doktrin “transendental” yang mengundang rasa keimanan hanya dalam konteks tauhid. Tidak hanya Islam murni, tetapi acuh tak acuh terhadap kehidupan.

Terlebih lagi, Islam murni hanya dipahami sebagian saja. Namun di samping itu, Islam telah mengubah umat manusia di dunia nyata melalui gerakan-gerakan “humanisasi” atau ajakan kebaikan dan “pembebasan” atau “liberation”, yakni pembebasan dari segala kejahatan yang menunjukkan dirinya sebagai kekuatan yang dinamis. Islamnya telah diperbarui sebagai agama surgawi yang membumi yang menandai dimulainya fajar baru reformisme dan modernisme Islam di Indonesia.

2.5 Upaya-upaya Muhammadiyah dalam Mengembangkan Pendidikan di Indonesia.

Muhammadiyah mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam sistem pendidikan nasional, dimana dalam gerakan pendidikannya, Muhammadiyah mempunyai landasan-landasan filosofis yang sesuai dengan prinsip pendidikan di Indonesia seperti: keselarasannya dengan realitas masyarakat dan kebudayaan serta sistem sosial, ekonomi, dan politik. Gerakan pendidikan Muhamadiyah bersifat terbuka terhadap segala pengalaman yang baik (hikmah) dan bersifat universal dengan standar keilmuan yang termutakhir. Pada akhirnya, Muhammadiyah mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan pendidikan di Indonesia.

Upaya muhammadiyyah dalam mengembangkan pendidikan di indonesia diantaranya :

1. Mendirikan pendidikan formal (dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi).

2. Mendirikan sekolah madrasah/pesantren yang mengajarkan ilmu pengetahuan umum /modern.

3. melaksanakan dakwah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dan Tajdid, yang bertujuan menjunjung tinggi agama islam sehingga terwujudnya masyarkat islam yang sebenar-benarnya.

4. melaksanakan pendidikan agama Islam yang luas dan mendalam yang meliputi tauhid, ibadah, akhlak dan ilmu bantu dalam pendidikan Islam, serta kemuhammadiyahan.

2.6 Kontribusi Muhammadiyah dalam Pengembangan Pendidikan di Indonesia.

Jika melihat dari sejarah, sebelum berdirinya organisasi Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan mendirikan Lembaga Pendidikan terlebih dahulu, Lembaga Pendidikan tersebut diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, suatu Lembaga Pendidikan modern yang didirikan bulan Desember 1911 yang merupakan cikal bakal dari terus berlanjutnya pengembangan Muhammadiyah dalam bidang Pendidikan.

Lembaga Pendidikan yang berdiri di bawah naungan organisasi Muhammadiyah telah melewati berbagai macam zaman dan peristiwa, dari mulai zaman penjajahan belanda, jepang, orde lama, orde baru, hingga reformasi. Kini Muhammadiyah sudah berumur lebih dari 1 abad lamanya,  dan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah masih tetap berdiri dan terus berkembang. 

Lembaga Pendidikan Muhammadiyah mendorong instansinya untuk terus bergerak mengikuti perkembangan zaman, sehingga Lembaga Pendidikan Muhammadiyah tidak kalah saing dengan Lembaga Pendidikan yang didirikan oleh negara ataupun melihat dari kaca mata Pendidikan internasional. 

Keunggulan dari Lembaga Pendidikan Muhammadiyah adalah isi dari penyampaian keilmuannya, dimana Lembaga ini tidak hanya memasukkan mata pelajaran yang bersifat formal, namun juga ditambahkan keilmuan religiusitas, sesuai dengan kh Ahmad Dahlan pernah ungkapkan di masa lampau "dadiyou kiai sing kemajuan, lan asal kesel kesel anggonmu nyambut gawe kanggo Muhammadiyah" yang mempunyai arti, jadilah ulama yang berkemajuan, dan tidak kenal lelah bekerja atau beramal bagi Muhammadiyah. 

Dilihat dari kalimat tersebut bisa diambil arti bahwa tujuan Pendidikan Muhammadiyah adalah untuk menumbuhkan dan mewujudkan masyarakat yang religious, dimana setiap insan dapat menguasai ilmu-ilmu formal dan ilmu-ilmu agama sehingga secara individualitas mereka dapat mengembangkan potensi dirinya.

Sejak era Belanda Muhammadiyah mendapat banyak pertentangan dari masyarakat, namun hal tersebut tidak membuat KH. Ahmad Dahlan menyerah, terdapat fitnah-fitnah yang dilontarkan kepada beliau, hal ini dikarenakan tidak banyak dari masyarakat yang benar-benar mendalami ilmu agama, perubahan dari sistem Pendidikan yang menggunakan papan tulis hingga meja belajar dan kursi, dianggap ke barat-baratan, padahal dilihat dari segi fungsional, ini sangat bagus dan juga menguntungkan bagi masyarakat lokal. 

Namun hal seperti ini juga tidak semua orang menolak, terdapat juga orang yang menerima perubahan tersebut. Dari kegigihan KH. Ahmad Dahlan tersebut, kini Muhammadiyah masih tetap eksis di dalam ranah Pendidikan, bahkan perguruan tinggi Muhammadiyah sudah ada di luar negeri, salah satunya UMAM, perguruan tinggi Muhammadiyah yang ada di Malaysia. Bila saya menuliskan prestasi yang sudah diraih Muhammadiyah dalam bidang Pendidikan di internasional, itu sudah terlalu banyak, mungkin penulis dapat mengerjakan ini lebih lama dari waktu yang tenggatkan. Muhammadiyah yang selalu progresif akan terus berkembang dan tidak akan luput dari perkembangan zaman sembari berpegang pada Alquran dan Sunnah.

K.H. Ahmad Dahlan memandang pendidikan sebagai salah satu sarana yang efektif untuk menyebarkan perubahan dan pembaharuan, sedangkan pendidikan yang ada saat itu belum bisa memenuhi harapannya, maka kemudian K.H. Ahmad Dahlan menyelenggarakan pendidikan dengan menggabungkan kurikulum pondok pesantren dengan sekolah barat (modern), dengan porsi pendidikan agama yang cukup. Maka muncullah pondok pesantren yang juga mengajarkan pelajaran umum seperti Madrasah Mualimin dan Mualimat. Sedangkan SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah adalah sekolah model barat yang mengajarkan pendidikan agama islam dengan porsi yang cukup banyak.

Partisipasi Muhammadiyah dalam dunia pendidikan tidaklah kecil. Muhammadiyah mampu menyelenggarakan program pendidikan dengan menyediakan 1132 SD; 169 MI; 1184 SMP; 534 MTs; 511 SMA; 263 SMK; 172 MA; 67 Pondok Pesantren; 55 Akademi; 4 Politehnik; 70 Sekolah Tinggi dan 36 Universitas yang tersebar diseluruh Indonesia.

2.7 Majelis dan Lembaga Pendidikan di Indonesia.

Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (disingkat Dikdasmen) merupakan salah satu lembaga yang membawahi pendidikan tingkat dasar dan menengah pada sekolah-sekolah yang berada dalam naungan Muhammadiyah.

Majelis adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan sebagai tugas pokok muhamadiyah. Sedangkan Lembaga adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan tugas pendukung yang tidak operasional atau tidak berhubungan dengan pencapaian tujuan muhamadiyah.

Muhammadiyyah memiliki 13 majelis dan 17 lembaga, :

Majelis Muhammadiyyah, diantaranya yaitu:
1. Majelis Tarjih dan Tajdid.
2. Majelis Tabligh.
3. Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan.
4. Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Nonformal.
5. Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani.
6. Majelis Pembinaan Kesehatan Umum.
7. Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial.
8. Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata.
9. Majelis Pendayagunaan Wakaf.
10. Majelis Pemberdayaan Masyarakat.
11. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia.
12. Majelis Lingkungan Hidup.
13. Majelis Pustaka dan Informasi.

Lembaga Pendidikan Muhammadiyyah, diantaranya :
1. Lembaga Pengembangan Pesantren.
2. Lembaga Pengembangan Cabang/Ranting dan Pembinaan Masjid.
3. Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis.
4. Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Keuangan.
5. Lembaga Resiliensi Bencana.
6. Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah.
7. Lembaga Pengembang Usaha Mikro Kecil Menengah.
8. Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik.
9. Lembaga Seni Budaya.
10. Lembaga Pengembangan Olahraga.
11. Lembaga Hubungan dan Kerja Sama Internasional.
12. Lembaga Dakwah Komunitas.
13. Lembaga Pemeriksa Halal dan Kajian Khalalan Thayyiban.
14. Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah.
15. Biro Pengembangan Organisasi.
16. Biro Pengelolaan Keuangan.
17. Biro Komunikasi dan Pelayanan Umum.

Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengelola AUM Pendidikan se-Indonesia, dalam pengelolaannya memiliki program strategis sebagai berikut : 

Sistem Gerakan
Menguatkan identitas pendidikan Muhammadiyah melalui instensifikasi pembinaan akhlak Islami dan ideologi Muhammadiyah.

Jaringan
Meningkatkan kualitas, jaringan, kemitraan dan kerjasama pendidikan Muhammadiyah dalam dan luar negeri.

Organisasi dan Kepemimpinan
Menyusun road map dan data base pendidikan Muhammadiyah untuk memetakan potensi, peran dan fungsi pendidikan Muhammadiyah sebagai pusat kaderisasi.

Sumber Daya
Meningkatkan kualitas kepemimpinan pembelajaran bagi guru dan kepala sekolah, tata kelola, peraturan dan penjaminan mutu pendidikan Muhammadiyah baik Sekolah, Madrasah dan Pondok Pesantren.

Aksi Pelayanan
Meningkatkan jumlah dan mutu sekolah, madrasah, dan pondok pesantren yang memenuhi kualifikasi akreditasi dengan meningkatkan sistem penjaminan mutu, serta menampilkan identitas pendidikan Muhammadiyah.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.

Muhammadiyah berdiri pada 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 H, dengan tujuan yang mulia yaitu untuk menebarkan syariat islam yang berlandaskan atas dasar ajaran baginda Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, juga untuk memajukan pendidikan islam dalam dunia pendidikan formal, dan ini adalah sebuah gagasan dari pendiri Muhammadiyah yang bernama KH. Ahmad Dahlan di karenakan beliau melihat bahwa islam tidak bersinar dalam cahaya murninya, kurang nya persatuan atas dasar islam (ukhuwah islamiyah), umat islam sudah di selimuti dengan sifat fanatisme dan banyak nya masyarakat yang tidak mengetahui akan ilmu tentang ajaran islam.

Dengan adanya pendidikan islam yang di ajarkan oleh KH. Ahmad Dahlan sangat berpengaruh di negara kita ini yaitu Indonesia, karena cara penyampaian beliau yang hikmah, mengajarkan kepada masyarakat akan kehidupan yang sejahtera melalui ajaran islam, mengajarkan umat islam kepada ajaran yang asli, menjauhi perbuatan syirik, khurofat, bid’ah dan semisalnya yang menjadikan cahaya kemurnian islam sirna, mengajarkan kepada masyarakat akan haq antar sesama muslim, tetangga dan kerabat.

Keberhasilan KH. Ahmad Dahlan dalam dakwahnya menebarkan ajaran islam membuat orang-orang ingin melanjutkan perjuangan beliau, sehingga Muhammadiyah berupaya dengan sekuat tenaga mereka untuk bisa menebarkan ajaran islam sebagaimana pendiri mereka menebarkan nya, sehingga Muhammadiyah pun melakukan upaya-upaya untuk memberikan manfaat kepada masyarakat yaitu dengan, mendirikan pendidikan formal, pesantren, majelis-majelis dan lembaga. Maka dengan ini, tidak bisa kita pungkiri bahwa kontribusi Muhammadiyyah dalam dunia pendidikan dan perkembangan pendidikan di indonesia sangat memiliki pengaruh yang kuat untuk kemajuan bangsa karena upaya yang telah di lakukan dengan banyak nya lembaga pendidikan formal dan non formal yang telah di didirikan dengan tujuan, untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada manusia, baik itu ilmu agama maupun ilmu dunia.

3.2 Saran.

Penyusun makalah tidak terlepas dari sebuah kesalahan, tidak bisa untuk mencapai tingkat kesempurnaan dan pasti memiliki kekurangan dan kesalahan, di karenakan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya referensi dalam pembuatan makalah ini.

Maka kami sangat membutuhkan saran dan kritikan guna memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini.

Sekian yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini, kami mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://lensakini.com/opini/strategi-dan-peran-muhammadiyah-dalam-memajukan-pendidikan-di-indonesia/, diakses tanggal 3 Maret 2023 jam 17:13 WIB.

https://muhammadiyah.or.id/sejarah-singkat-muhammadiyah/, diakses tanggal 5 Maret 2023 jam 07:10 WIB.

https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-muhammadiyah/#Sejarah_Berdirinya_Muhammadiyah, diakses tanggal 5 Maret 2023 jam 07:25 WIB.

https://radarsolo.jawapos.com/opini/25/02/2022/peran-muhammadiyah-dalam-pendidikan-di-indonesia/, diakses tanggal 5 Maret 2023 jam 08:15 WIB.

https://muhammadiyah.or.id/majelis-dan-lembaga/, diakses tanggal 20 Maret 2023 jam 16:15 WIB.

http://umbulharjo.muhammadiyah.or.id/artikel-kontribusi-muhammadiyah-dalam-pendidikan-detail-132.html, diakses tanggal 20 Maret 2023 jam 16:45 WIB.

https://dikdasmenppmuhammadiyah.org/, diakses tanggal 22 Maret 2023 jam 07:45 WIB.

https://radarsolo.jawapos.com/opini/25/02/2022/peran-muhammadiyah-dalam-pendidikan-di-indonesia/, diakses tanggal 20 Maret 2023 jam 16:55 WIB.

https://www.kompasiana.com/lutfichaidir1932/611f93290101903a642b1262/peran-muhammadiyah-dalam-perkembangan-pendidikan-di-indonesia?page=all#section1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar