Jumat, 21 Oktober 2022

Komponen-komponen Strategi Pembelajaran

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran
Dosen pengampu : Humaedi Tamri, Lc, M.Pd
Oleh Kelompok 2 Angkatan 5 :
1. Neng Hindi Hadiyani (SBA)
2. Nur Faridah (PAI)
3. Raisa Salsabila (PAI)
4. Siti Rohmah (SBA)
5. Tanti Rahmi Apadu (SBA)
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Komponen-komponen Strategi Pembelajaran”. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena pengetahuan yang kami miliki belum sempurna. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Bogor, Oktober 2022
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah.
1.3 Tujuan.
BAB II PEMBAHASAN.
2.1 Pengertian strategi pembelajaran.
2.2 Jenis strategi pembelajaran.
2.3 Perbedaan strategi, pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaran.
2.4 Hubungan antar komponen strategi pembelajaran.
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pembelajaran.
2.6 Klasifikasi dan Strategi Pembelajaran.
BAB III PENUTUP.
3.1 Kesimpulan.
3.2 Saran.
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pandangan mengenai konsep pembelajaran terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan IPTEK. Pembelajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain.

Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran atau pembelajaran yang sudah dibuat. Oleh karenanya dalam pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaimana perencanaan pengajaran sebagai operasionalisasi dari sebuah kurikulum.

Pada proses terjadinya pembelajaran mengarahkan pada pemikiran tentang komponen-komponen pembelajaran. Berikut akan diuraikan satu persatu komponen-komponen tersebut.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian strategi pembelajaran?
2. Apa saja jenis-jenis strategi pembelajaran?
3. Apa perbedaan model, pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran?
4. Apa yang dimaksud dengan hubungan antar komponen strategi pembelajaran?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pembelajaran?
6. Apa saja klasifikasi dari strategi pembelajaran?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian strategi pendidikan
2. Mengetahui jenis-jenis strategi pembelajaran
3. Dapat membedakan model, pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran
4. Mengetahui hubungan antar komponen strategi pembelajaran
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pembelajaran
6. Dapat mengkasifikasikan strategi pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian strategi pembelajaran

Kata strategi berasal dari bahasa latín, yaitu ‘strategia’ yang berarti seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. Secara umum strategi adalah alat, rencana, atau metode yang digunakan untuk menyesuaikan suatu tugas. Dalam konteks pembelajaran, strategi berkaitan dengan pendekatan dalam penyampaian materi pada lingkungan pembelajaran. Strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola kegiatan pembelajaran yang dipilih dan digunakan guru secara kontekstual, sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi sekolah, lingkungan sekitar dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Menurut Romiszowsky (1981) strategi dalam konteks kegiatan pembelajaran mengandung makna, yaitu untuk mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar dengan memilih metode-metode yang dapat mengembangkan kegiatan belajar peserta didik secara lebih aktif. Sedangkan Semiawan (1996) berpendapat ditinjau dari segi proses pembelajaran strategi belajar mengajar merupakan proses bimbingan terhadap peserta didik dengan menciptakan kondisi belajar murid secara lebih aktif.

Dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran merupakan pendekatan menyeluruh pembelajaran dalam mengelola kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Sebagai suatu pola aktivitas pendidik-peserta didik, strategi pembelajaran memuat sejumlah komponen yang membentuk jalinan keterkaitan dalam wadah yang disebut dengan pola pembelajaran.

Jadi, strategi pembelajaran adalah keseluruhan pola umum kegiatan pendidik dan peserta didik dalam mewujudkan peristiwa pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan, secara efektif dan efisien terbentuk oleh paduan antara urutan kegiatan, metode dan media pembelajaran yang digunakan, serta waktu yang digunakan pendidik dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. [1]
[1] Wahyudin Nur Nasution, Strategi Pembelajaran. (Medan: Perdana Publishing, 2017), hal 3-5

2.2 Jenis Strategi Pembelajaran

1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran

Pengorganisasian bahan termasuk salah satu bagian penting dari strategi pembelajaran. Pengorganisasian adalah aktivitas menyusun dan membentuk hubungan sehingga terwujudlah kesatuan usaha dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan. Pengoganisasian materi ajar adalah pola atau bentuk penyusunan materi ajar yang akan disampaikan kepada murid-murid. Sebagai bagian dari strategi pembelajaran pengorganisasian materi ajar perlu mengacu pada pendekatan yang digunakan dan strategi yang akan diterapkan dalam pembelajaran. Artinya sebelum melakukan pengoganisasian bahan ajar sebaiknya dilakukan pendalaman terhadap strategi pembelajaran, agar materi yang dirancang dan siapkan untuk diberikan dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

2. Strategi Penyampaian Pembelajaran

Strategi penyampaian pembelajaran yang dimaksud disini adalah metode yang digunakan untuk menyampaikan pembelajaran didalam kelas. Ada beberapa kegiatan pembelajaran yang perlu dilakukan dalam proses penyampaian pembelajaran melalui teknik-teknik berikut :

a) Kegiatan Pendahuluan : menjelaskan tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh semua peserta didik diakhir kegiatan pembelajaran.

b) Penyampaian Informasi : urutan penyampaian, ruang lingkup materi, materi yang akan disampaikan.

3. Strategi Pengelolaan Pembelajaran

Strategi pengelolaan pembelajaran adalah melakukan pengelolaan komponen pembelajaran untuk mencapai sasaran atau tujuan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran atau kelas termasuk bagian strategi yang dianggap menentukan dalam penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran. Pendidik yang efektif pada umumnya mempunyai berbagai strategi pengelolaan kelas yang baik dan dapat diimplementasikan sesuai situasi dan kondisi. Dalam mengelola kelas pendidik perlu mengembangkan komunitas belajar yang menghargai semua siswa, sehingga siswa saling menghormati dan termotivasi untuk bekerja bersama-sama. Pendidik seyogyanya mampu mengembangkan etika kepedulian antara pendidik dengan siswa dan juga antar siswa.Pengelolaan kelas merupakan tantangan penting yang dihadapi pendidik. Seorang pendidik akan dikenal baik oleh siswa, pendidik lain, sekolah, dan orang tua siswa bila kemampuan mengelola kelasnya juga baik, yaitu: dapat menangani pembelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang tertib, dan menangani berbagai permasalahan dan perilaku siswa. Menurut Arend (2007) terdapat beberapa perspektif pengelolaan kelas, yaitu: (1) pengelolaan kelas preventatif,( 2) pengelolaan kelas dengan perspektif penguatan,dan (3) pengelolaan kelas yang berpusat pada siswa.(hal 57)

4. Strategi Pengevaluasian Pembelajaran

Strategi evaluasi merupakan suatu proses mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen test maupun non-test. Penilian dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar yang telah dicapai peserta didik.(hal 69)

Strategi pengevaluasi pembelajaran atau dalam prakteknya sering disebut Evaluasi Hasil Belajar dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar. Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atautugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.Evaluasi juga memerlukan strategi yang tepat, karena penilaian terhadap keberhasilan pendidik maupun peserta didik ditentukan dari keberhasilan dalam evaluasi.(hal 63)

2.3 Perbedaan Strategi, Pendekatan, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran [2]
[2] Darmansyah, Strategi Pembelajaran, No 04, Jurnal bahan ajar, 2012, 31

a. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa (Gerlach dan Ely). Strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pengajarannya (Dick dan Carey). Strategi pembelajaran terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran tertentu dengan kata lain strategi.

Pembelajaran juga merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai (Gropper). Tiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu dipraktekkan. Menurut Gropper sesuai dengan Ely bahwa perlu adanya kaitan antara strategi pembelajaran dengan tujuan pengajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Ia mengatakan bahwa strategi pembelajaran ialah suatu rencana untuk pencapaian tujuan. Strategi pembelajaran terdiri dari metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin siswa betul-betul akan mencapai tujuan, strategi lebih luas daripada metode atau teknik pengajaran.

Sementara itu pendapat lain yang tidak jauh berbeda juga menyatakan bahwa kata strategi semula digunakan dalam lingkungan militer, sekarang ini dipakai dalam berbagai bidang dengan esensi makna yang relatif sama. Istilah strategi, menurut Mulyani Sumantri dan Johar.

Permana (1998/1999) berasal dari kata strategos atau strategus (Yunani) yang mengandung makna jenderal atau dalam hal ini perwira negara (state officer) yang bertanggung jawab merencanakan suatu strategi dan mengarahkan pasukannya untuk mencapai kemenangan. Dalam bahasa Inggeris, menurut Echols dan Hasan Shadily (2003) kata “strategy“ berarti 1) strategi, ilmu siasat (perang), 2) siasat, akal“ Ada beberapa ciri utama dari sebuah strategi antara lain dengan kata “berpikir dan bertindak” Secara spesifik, Shirley (1980) merumuskan pengertian strategi sebagai keputusan-keputusan bertindak yang diarahkan dan diperlukan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan dalam pembelajaran. Sementara J. Salusu (1996) mengartikan strategi sebagai suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan. Seni menggunakan kecakapan dan sumber daya itu tentu saja memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang matang untuk mengkasilkan pembelajaran yang efektif.

Kedua pendapat tersebut meskipun formulasinya berbeda tetapi kedua-duanya mengungkapkan bahwa konsep strategi terkait dengan upaya pencapaian tujuan. Dalam konteks pembelajaran, strategi diartikan oleh Sudijarto (1990) yang mendefinisikan strategi belajar-mengajar sebagai “upaya memilih, menyusun, dan memobilisasi segala cara, sarana/prasarana dan tenaga untuk menciptakan sistem lingkungan untuk mencapai perubahan perilaku optimal.

b. Pendekatan Pembelajaran

Secara harfiah, istilah pendekatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1980) berarti “proses, perbuatan, cara mendekati”. Dalam konteks pembelajaran, pendekatan menurut T. Raka Joni (1993) diartikan sebagai cara umum dalam memandang permasalahan atau obyek kajian, sehingga berdampak terhadap keputusan dalam pembelajaran. Dengan demikian, pendekatan digunakan apabila bersangkut paut dengan cara-cara umum dan atau asumsi dalam menyikapi sesuatu masalah ke arah pemecahannya.

Misalnya, pendekatan sistem menyebabkan dipersepsinya hubungan kait-mengait antara sejumlah unsur yang dianggap memiliki hubungan yang sistemik. Pendekatan juga diartikan sebagai sudat pandang guru dalam menyikapi proses pembelajaran. Berdasarkan sudut pandang tersebut diperoleh keputusan apakah pembelajaran itu dipandang dari peserta didik atau dari sisi pendidik. Jika pembelajaran dipandang menurut sudut pandang peserta didik disebut SCL (Student Center Learning). Sedangkan pendekatan dilihat dari sudut pendidik disebut TCL (Teacher Center Learning). Sebelum kedua istilah tersebut muncul seperti sekarang, sebenarnya pendekatan pembelajaran juga terdiri dari dua yaitu pendekatan ekspository dan inquiry/discovery. Dilihat dari sisi makna, sebenarnya kedua pasang istilah itu memiliki pengertian yang sama. Dalam praktek pembelajaran kedua istilah itu dipakai dan dugunakan untuk tujuan yang sama.

c. Metode Pembelajaran

Menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1980) metode mengandung arti "cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan), cara kerja konsisten untuk memudahkan pelakasanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan“. Sejalan dengan pengertian tersebut, T. Raka Joni (1993) mengartikan metode sebagai "cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu“. Dengan demikian metode dapat diartikan sebagai cara/jalan menyajikan/melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.

d. Teknik Pembelajaran

Istilah teknik pembelajaran menurut T. Raka Joni (1993) menunjuk kepada ragam khas penerapan sesuatu metode dengan latar penerapan tertentu, seperti kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan peralatan, kesiapan siswa dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran misalnya, diskusi merupakan salah satu metode pembelajaran. Pelakasanaan metode diskusi dapat dilakukan dengan berbagai teknik, seperti teknik sumbang saran (brain storming), teknik buzz group, dsb. Akhirnya perlu dikemukakan bahwa terkait dengan proses pembelajaran dikenal pula istilah program, proses, prosedur dan kegiatan. Istilah program menunjuk pada suatu rencana, proses menunjuk pada kejadian-kejadian dalam pelakasanaannya (yang apabila langkah-langkahnya sistematis disebut prosedur) dan kegiatan menujuk pada perilaku orang (guru-siswa) didalam proses belajar-mengajar. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang harus dilakukan agar metode ceramah berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari setelah makan siang dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang terbatas.

e. Model Pembelajaran

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dalam suatu bingkai bingkai daripengajaran penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Dengan menggunakan satu kesatuan yang utuh antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kerangka yang disebut dengan model pembelajaran. Proses memberikan kinerja terbaik dalam mengajar juga membutuhkan penggunaan model atau representasi. Dalam mengajar, model ini bertindak sebagai pola pengajaran yang diterima sangat penting untuk memandu arah pekerjaan kita sebagai guru. Oleh karena itu, mempelajari model pembelajaran tidak bisa dihindari. Model pembelajaran sketsa langkah-langkah tentang bagaimana proses instruksi untuk dilihat. Model-model instruksional mengandung berbagai komponen yang menunjukkan bagaimana pengajaran yang harus dilakukan. Melalui model ini, guru dapat memperoleh pemahaman dan wawasan yang berarti pada seluruh proses pengajaran.
2.4 Hubungan antar Komponen Strategi Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hubungan dapat diartikan menjadi relevansi. Hubungan atau relevansi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki kecocokan atau saling berhubungan. Komponen merupakan bagian dari keseluruhan. Sedangkan pembelajaran merupakan perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman lainnya. [3]
[3] H.M. Jufri Dolong, “Teknis Analisis dalam Komponen Pembelajaran“ https://journal3.uin-alaudin.ac.id/index.php/Inspiratif-Pendidikan/article/view/3484 / dikases pada hari Senin, 17 Oktober 2022 pukul 20.33

Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pada suatu lembaga pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Pendidik secara sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya untuk kepentingan dalam pengajaran. Dr. Wahyudin Nasution dalam bukunya “Strategi Pembelajaran” [4] menjelaskan tentang saling berkaitannya antar komponen-komponen strategi pembelajaran yang terdiri dari 5 poin yang saling berhubungan. Komponen-komponen strategi pembelajaran yang diaplikasikan dengan baik oleh seorang pendidik menjadi salah satu faktor berhasilnya suatu pembelajaran. 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu kegiatan pembelajaran pendahuluan, penyampaian informasi, partisipasi peserta didik, tes dan kegiatan lanjutan.
[4] Wahyudin Nur Nasution, Op.cit., hal 5

Pertama, kegiatan pembelajaran pendahuluan.

Kegiatan pembelajaran pendahuluan memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Pada kegiatan ini pendidik diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas materi pelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan pendahuluan yang disampaikan dengan menarik akan dapat memotivasi peserta didik untuk belajar. Cara guru memperkenalkan materi pelajaran melalui contoh-contoh ilustrasi tentang kehidupan sehari-hari atau cara guru menyakinkan apa manfaat mempelajari pokok bahasan tertentu akan sangat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik

Kegiatan pembelajaran pendahuluan dapat dilakukan melalui teknik-teknik berikut ini:

1. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang diharapkan akan dapat dicapai oleh semua peserta didik diakhir kegiatan pembelajaran. Melalui kegiatan ini, peserta didik akan mengetahui apa yang harus diingat, dipecahkan dan diinterpretasi. Di samping itu, peserta didik terbantu untuk memusatkan strategi belajar kearah hasil pembelajaran. Untuk itu, pendidik hendaknya dalam menyampaikan tujuan pembelajaran menggunakan kata-kata dan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik. Pada umumnya, penjelasan dengan menggunakan ilustrasi kasus yang sering dialami oleh peserta didik dalam kehidupan seharihari. Sedangkan bagi peserta didik yang lebih dewasa dapat dibacakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

2. Lakukan appersepsi, berupa kegiatan yang menghubungkan antara pengetahuan lama dan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Tunjukkan pada peserta didik tentang eratnya hubungan antara pengetahuan yang telah mereka miliki dengan pengetahuan yang akan dipelajari. Kegiatan ini dapat menimbulkan rasa mampu dan percaya diri sehingga mereka terhindar dari rasa cemas dan takut menemui kesulitan dan kegagalan

Kedua, penyampaian informasi.

Dalam kegiatan ini pendidik akan menetapkan secara pasti informasi, konsep, aturan, dan prinsip-prinsip apa yang perlu disajikan kepada peserta didik. Di sinilah penjelasan pokok tentang semua materi pembelajaran. Kesalahan utama yang sering terjadi pada tahap ini adalah menyajikan informasi terlalu banyak, terutama jika sebagian besar informasi itu tidak relevan dengan tujuan pembelajaran. Di samping itu, pendidik harus memahami dengan baik situasi dan kondisi yang dihadapinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi, yaitu urutan, ruang lingkup, dan jenis materi.

1. Urutan penyampaian.

Urutan penyampaian materi pelajaran harus menggunakan pola yang tepat. Urutan materi diberikan berdasarkan tahapan berpikir dari hal-hal yang bersifat kongkret ke hal-hal yang bersifat abstrak atau dari hal-hal yang sederhana atau mudah dilakukan ke hal-hal yang lebih kompleks atau sulit dilakukan. Selain itu, perlu juga diperhatikan apakah suatu materi harus disampaikan secara berurutan atau boleh melompat-lompat atau dibolak balik, seperti misalnya dari teori ke praktik atau dari praktik ke teori. Urutan penyampaian informasi yang sistematis akan memudahkan peserta didik cepat memahami apa yang ingin disampaikan oleh pendidiknya.

2. Ruang lingkup materi yang disampaikan.

Besar kecilnya materi yang disampaikan atau ruang lingkup materi sangat bergantung pada karakteristik peserta didik dan jenis materi yang dipelajari. Umumnya ruang lingkup materi sudah tergambar pada saat menentukan tujuan pembelajaran. Apabila tujuan pembelajaran berisi muatan tentang fakta maka ruang lingkupnya lebih kecil dibandingkan dengan tujuan pembelajaran yang berisi muatan tentang suatu prosedur. Yang perlu diperhatikan pendidik dalam memperkirakan besar kecilnya materi adalah penerapan teori Gestalt. Teori tersebut menyebutkan bagian-bagian kecil merupakan satu kesatuan yang bermakna apabila dipelajari secara keseluruhan dan keseluruhan tidaklah berarti tanpa bagianbagian kecil tadi. Atas dasar teori tersebut perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Apakah materi akan disampaikan dalam bentuk bagian-bagian kecil seperti dalam pembelajaran terprogram;
b. Apakah materi akan disampaikan secara global/keseluruhan dulu baru ke bagian-bagian. Keseluruhan dijelaskan melalui pembahasan isi buku, dan selanjutnya bagian-bagian dijelaskan melalui uraian bab per bab

3. Materi yang akan disampaikan.

Materi pelajaran umumnya merupakan gabungan antara jenis materi berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan (langkah-langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat tertentu), dan sikap (berisi pendapat, ide, saran, atau tanggapan) membedakan isi pelajaran menjadi empat jenis, yaitu fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Dalam menentukan strategi pembelajaran pendidik harus terlebih dahulu memahami jenis materi pelajaran yang akan disampaikan agar diperoleh strategi pembelajaran yang sesuai. Contoh:

1) apabila peserta didik diminta untuk mengingat nama suatu objek, simbol atau peristiwa berarti materi tersebut berbentuk fakta, sehingga alternatif strategi penyampaiannya adalah dalam bentuk ceramah dan tanya jawab;

2) Apabila peserta didik diminta menyebutkan suatu definisi atau menulis ciri khas dari sesuatu benda berarti materi tersebut berbentuk konsep, sehingga alterntif strategi penyampaiannya dalam bentuk resitasi atau penugasan atau diskusi kelompok;

3) Apabila peserta didik diminta untuk menghubungkan antara beberapa konsep atau menerangkan keadaan atau hasil hubungan antara beberapa konsep, berarti materi tersebut berbentuk prinsip, sehingga alternatif strategi penyampaiannya adalah berbentuk diskusi terpimpin dan studi kasus.

Ketiga, partisipasi peserta didik.

Partisipasi peserta didik sangat penting dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Terdapat beberapa hal penting yang terkait dengan partisipasi peserta didik.

a. Latihan dan praktik seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi tentang suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Agar materi tersebut benar-benar terinternalisasi (relatif mantap dan menetap dalam diri mereka) maka kegiatan selanjutnya adalah hendaknya peserta didik diberi kesempatan untuk berlatih atau mempraktikkan pengetahuan, sikap, keterampilan tersebut;

b. Umpan balik. Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sebagai hasil belajarnya, maka pendidik memberikan umpan balik terhadap hasil belajar tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh pendidik, peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang telah mereka lakukan itu benar/salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Umpan balik dapat berupa penguatan positif dan penguatan negatif. Melalui penguatan positif (baik, bagus, tepat sekali, dan sebagainya), diharapkan perilaku tersebut akan terus dipelihara atau ditunjukkan oleh peserta didik. Sebaliknya melalui penguatan negatif (kurang tepat, salah, perlu disempurnakan dan sebagainya), diharapkan perilaku tersebut akan dihilangkan oleh peserta didik.

Keempat, tes.

Ada dua jenis tes atau penilaian yang biasa dilakukan oleh kebanyakan pendidik, yaitu pretest dan posttest. Secara umum tes digunakan oleh pendidik untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum dan apakah pengetahuan, keterampilan dan sikap telah benar-benar dimiliki peserta didik atau belum. Pelaksanaan tes biasanya dilaksanakan diakhir kegiatan pembelajaran setelah peserta didik melalui berbagai proses pembelajaran, yaitu penjelasan tujuan diawal kegiatan pembelajaran, penyampaian informasi berupa materi pembelajaran. Di samping itu, pelaksanaan tes juga dilakukan setelah peserta didik melakukan latihan atau praktik

Kelima, kegiatan lanjutan.

Kegiatan lanjutan atau follow up, secara prinsip ada hubungannya dengan hasil tes yang telah dilakukan. Karena kegiatan lanjutan esensinya adalah untuk mengoptimalkan hasil belajar peserta didik Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan hasil belajar peserta didik antara lain adalah sebagai berikut:
1. Memberikan tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah;
2. Menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik;
3. Membaca materi pelajaran tertentu;
4. Memberikan motivasi dan bimbingan belajar.

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pembelajaran

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sistem pembelajaran,diantaranya faktor pendidik, peserta didik, sarana dan prasarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan (Sanjaya, 2006: 50). [5]
[5] Wahyudin Nur Nasution, Op.cit., hal 19-21

1. Pendidik.

Pendidik merupakan salah faktor yang sangat menentukan dalam implementasi strategi pembelajaran. Tanpa pendidik, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak dapat diimplementasikan.Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran tergantung pada kemampuan pendidik dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran.

2. Peserta didik.

Peserta didik atau siswa atau mahasiswa adalah individu yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya.Perkembangan peserta didik tidak selalu sama tempo dan iramanya. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, di samping karakteristik lain yang melekat pada diri anak. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek peserta didik meliputi aspek latar belakang serta sifat yang dimiliki peserta didik. Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin, tempat kalahiran, tempat tinggal, tingkat sosial ekonomi, dan dari keluarga yang bagaimana peserta didik berasal, sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki peserta didik meliputi kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap (Sanjaya, 2006: 52).Di samping itu, setiap peserta didik memiliki kemampuan berbeda yang dapat dikelompokkan pada peserta didik berkemampuan tinggi, sedang,dan rendah. Peserta didik yang termasuk berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian, dan keseriusan dalam mengikuti pelajaran, dan lain-lain. Sebaliknya, peserta didik yang tergolong pada kemampuan rendah ditandai dengan kurangnya motivasi belajar, tidak adanya keseriusan dalam mengikuti pelajaran, termasuk menyelesaikan tugas (Sanjaya, 2006: 52). Adanya keragaman karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik tersebut menuntut perlakuan yang berbeda baik dalam penempatan atau pengelompokan peserta didik maupun dalam perlakuan pendidik terhadap peserta didik.

3. Sarana dan prasarana.

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain-lain,sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan sebagainya (Sanjaya, 2006:53). Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien sehingga berujung pada peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.

4. Lingkungan.

Lingkungan yang ada di sekitar peserta didik adalah salah satu sumber yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar secara optimal (Winataputra, dkk., 2001: 5.60). Menurut Sanjaya (2006: 54) dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah peserta didik dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kelompok yang besar dalam satu kelas berkecenderungan:

1) Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah peserta didik, sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit;

2) Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan semua sumber daya yang ada;

3) Kepuasan belajar setiap peserta didik akan cenderung menurun;

4) Perbedaan individu antara anggota akan semakin tampak, hingga akan semakin sukar mencapai kesepakatan;

5) Akan semakin banyak peserta didik yang cenderung terpaksa menunggu untuk sama-sama maju mempelajari materi pelajaran baru;

6) Akan semakin banyaknya peserta didik yang enggan berpartisipasi aktif dalam suatu kegiatan kelompok (Sanjaya, 2006: 54).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi sistem pembelajaran adalah iklim sosial psikologis. Yang dimaksud iklim sosial psikologis adalah keharmonisan hubungan antara orang-orang yang terlibat dalam proses pembelajaran.Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal dan eksternal. Iklim sosial-psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, misalnya hubungan antara peserta didik dengan peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik, antara pendidik dengan pendidik, bahkan antara pendidik dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial-psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik,hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat dan lain sebagainya(Sanjaya, 2006: 54-55).Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa jika iklim sosial psikologis baik, maka di samping dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, juga dapat melancarkan program-program sekolah, sehingga usaha sekolah dalam meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik dan sistem pembelajaran akan dapat diwujudkan secara efektif dan efisien.

2.6 Klasifikasi dan Strategi Pembelajaran [6]
[6] Suvriadi Panggabean, Ana Widyastuti, Wika Karina Damayanti, Muhammad Nurtanto, Hani Subakti, Nur Kholifah, Dina Chamidah, Lia Kristina Sianipar, Dewa Putu Yudhi Ardiana, Friska Jualiana Purba, H. Cepep, “Konsep dan Strategi Pembelajaran” / (PDF) Konsep dan Strategi Pembelajaran (researchgate.net) / diakses pada Oktober 2022

Ada beberapa dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan strategi belajar mengajar. Pengklasifikasian dimaksudkan untuk dapat digunakan sebagai kerangka acuan guna memahami dan memilih secara lebih tepat serta menggunakannya secara efektif dalam penciptaan sistem lingkungan belajar mengajar. Di antaranya. adalah:

1. Ditinjau dari segi pengaturan guru dan siswa dapat dibedakan:

a. Dari segi peraturan guru, ada dua macam yaitu pengajaran oleh seorang guru dan pengajaran yang dilakukan oleh suatu tim.

b. Dari segi hubungan antara guru dengan siswa, ada dua macam, yaitu : - Pengajaran dengan tatap muka guru dan siswa - Pengajaran dengan perantara media baik media cetak atau media visual.

c. Dari segi siswa dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: - Pengajaran klasikal atau dalam kelompok besar. - Pengajaran dalam kelompok kecil (antara 5-7 siswa) - Pengajaran perorangan.

2. Ditinjau dari segi struktur peristiwa belajar mengajar dibedakan menjadi:

a. Struktur belajar mengajar yang bersifat tertutup, artinya segala sesuatu sudah ditentukan secara ketat sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung.

b. Struktur belajar mengajar yang bersifat terbuka, dalam arti tujuan khusus; materi, prosedur yang ditempuh ditentukan sementara pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

3. Ditinjau dari segi peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Strategi belajar mengajar ekspositorik, yaitu pengajaran yang menyampaikan pesan dalam keadaan “telah siap” dalam arti telah diolah secara tuntas oleh guru sebelum disampaikan.

b. Strategi belajar mengajar heuristik, yakni pengajaran yang mengharuskan siswa untuk mengolah pesan. Strategi heuristik yang akhir-akhir ini dikembangkan dan sering dikemukakan orang adalah penemuan (discovery) dan inkuiri (inquiry), atau dengan kata lain dalam pengolahan pesan mengharuskan siswa untuk menemukan dan mencari sendiri melalui pendekatan pemecahan masalah.

4. Ditinjau dari proses pengolahan pesan, dapat dibedakan menjadi dua:

a. Strategi belajar mengajar yang bersifat deduktif, artinya peristiwa belajar mengajar yang bertolak dari umum untuk dilihat keberlakuannya atau akibatnya pada khusus.

b. Strategi belajar mengajar yang bersifat induktitif artinya strategi belajar mengajar yang ditandai oleh proses berpikir ymg bergerak dari khusus ke umum.

5. Ditinjau dari segi tujuan belajar 

Dalam hal ini terdapat lima kemampuan hasil belajar yang menjadi tujuan belajar, yang daripadanya dapat dijabarkan strategi-strategi belajar mengajar yang sesuai. Kelima kemampuan hasil belajar yang menjadi tujuan belajar tersebut adalah:
a. Ketrampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari sistem sekolah)
b. Strategi kognitif, mengatur “cara belajar” dan berpikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termasuk kemampuan memecahkan masalah
c. Informasi verbal, yakni pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.
d. Ketrampilan motorik, misalnya ketrampilan menulis, mengetik, menggambar, menggunakan jangka dan sebagainya.
e. Sikap dan nilai yang dapat dilihat dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang, barang atau kejadian.

Menurut Saskatchewan Education (Saskatchewan, 1991) pada artikel berjudul “Instructional Approaches A Framework for Professional Practice”, bahwa strategi pembelajaran dibagi kedalam 5 bagian, yaitu :

1. Strategi pembelajaran langsung (direct Instruction)

Strategi pembelajaran langsung lebih banyak terpusat pada guru guru menjadi poros pembelajaran, informasi banyak diperoleh dari guru, namun tidak mutlak guru semata. Strategi pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif, kelebihannya mudah direncanakan dan dilaksanakan sedangkan kelemahannya bersifat monoton karena lebih banyak terpusat pada guru atau satu arah.

2. Strategi Pembelajaran tidak langsung (indirect instruction)

Strategi pembelajaran interaktif, focus kajian pada diskusi dan sharing berbagi antar peserta didik dengan guru dan sesama peserta didik. Kelebihan strategi ini terletak pada :
a. Keterampilan sosial dan kemampuan terkait pembelajaran bisa diperoleh peserta didik dari sesame mereka
b. Suasana pembelajaran aktif dan multi arah
c. Banyak gagasan dan ide baru muncul

3. Strategi pembelajaran eksperimen (experiment learning)

Strategi pembelajaran eksperimen, fokus kajiannya pada bagaimana peserta didik menggunakan logika berpikir untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi ataupun data yang terkumpul melalui serangkaian kegiatan eksperimen (percobaan).

Kelebihan strategi pembelajaran ini terletak pada :
a. Peserta didik lebih percaya diri atas kebenaran percobaan yang telah dilakukan atau dialaminya.
b. Jiwa eksplorasi dan tertantang siswa terpacu.
c. Munculnya terobosan-terobosan melalui percobaan/eksperimen yang bermanfaat bagi umat manusia.

4. Strategi pembelajaran mandiri (individual learning)

Strategio ini focus kajiannya pada bagaimana strategi mengatur pembelajaran sehingga setiap siswa secara mandiri mampu memacu kecepatan belajarnya dengan bimbingan dan arahan guru.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar. Di dalam belajar terdapat komponen-komponen pembelajaran. Dari semua komponen pembelajaran, antara komponen yang satu dengan yang lain memiliki hubungan saling keterkaitan untuk mencapai suatu tujuan.

3.2 Saran

Dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan di harapkan kedepannya dapat lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Darmansyah. “Strategi pembelajaran”. Jurnal bahan ajar, no 04 (2012) : 31

Dolong, H.M. Jufri. 2022. “Teknis Analisis dalam Komponen Pembelajaran“.dalam Jurnal inspiratf pendidikan jilid 5 (2) (hlm. 294). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

Nur Nasution, Wahyudin. 2017. Strategi Pembelajaran. Medan: Perdana Publishing

Suvriadi Panggabean, Ana Widyastuti, Wika Karina Damayanti, Muhammad Nurtanto, Hani Subakti, Nur Kholifah, Dina Chamidah, Lia Kristina Sianipar, Dewa Putu Yudhi Ardiana, Friska Juliana Purba, H. Cepep, 2021, Konsep dan Strategi Pembelajaran, Medan: Yayasan Kita Menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar