Jumat, 18 Maret 2022

Urgensi Mengenal Tauhid Dan Pembagiannya

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Aqidah
Dosen Pengampu : Humaidi Tamri, Lc, M.Pd
Disusun Oleh Kelompok 1 Angkatan 5 :
1. Alberza (PAI)
2. Osa Maliki (MPI)
3. Rama Hidayat (PAI)
4. Nila Sari (PAI)
5. Suci Mardhotilla (PAUD)


KATA PENGANTAR

اﻟﺤﻤﺪ اﻟﺬي أرﺳﻞ رﺳﻮﻟﮫ ﺑﺎﻟﮭﺪى ودﯾﻦ اﻟﺤﻖ ﻟﯿﻈﮭﺮه ﻋﻠﻰ اﻟﺪﯾﻦ ﻛﻠﮫ، وﻛﻔﻰ ﺑﺎ ﺷﮭﯿﺪاً.وأﺷﮭﺪ أن ﻻ إﻟﮫ إﻻ ﷲ وﺣﺪه ﻻ ﺷﺮﯾﻚ ﻟﮫ إﻗﺮاراً ﺑﮫ وﺗﻮﺣﯿﺪاً، وأﺷﮭﺪ أن ﻣﺤﻤﺪاً ﻋﺒﺪه ورﺳﻮﻟﮫ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ
وﻋﻠﻰ آﻟﮫ وﺻﺤﺒﮫ وﺳﻠﻢ ﺗﺴﻠﯿﻤﺎً ﻣﺰﯾﺪاً.أﻣﺎ ﺑﻌﺪ

Segala puji bagi Allah. Kami memuji-Nya, meminta pertolongan, dan memohon ampunan kepada-Nya. Diantara kewajiban yang harus seseorang terhadap perintah dan larangan dari Allah adalah berilmu dengan hal tersebut.

Maka banyak para ulama muslim yang menulis kitab tauhid yang lurus berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman para Sahabat dan setelahnya yang mengikuti mereka dengan baik.

Maka kami kelompok satu akan berusaha menjadi bagian dari penyusunan sebuah pembahasan tentang urgensi mengenal tauhid dan pembagiannya, semoga penyusunan makalah ini dicatat sebagai amal shalih disisi Allah dan semua yang terlibat memperoleh ganjaran berlipat ganda

Akan tetapi jika dalam penyusunan ini terdapat kesalahan, kami selaku penyusun meminta saran dan kritiknya untuk memperbaiki apa yang kurang dari pembahasan pada makalah ini.

Shalawat berserta salam semoga Allah curahkan kepada Nabi-Nya, Muhammad bin abdillah, juga kepada keluarganya dan para sahabat beliau serta kepada orang-orang yang setia mengikuti jalannya hingga hari kiamat. Aamiin

Lahat, Maret 2022 M Sha’ban 1443 AH
Penyusun Makalah Mata Kuliah Pendidikan Aqidah Kelompok Satu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Manfaat Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Memahami Definisi Tauhid Secara Etimology dan Terminology
2.2 Memahami Historis dan Latar Belakang Pembagian Tauhid dan Maknanya
2.3 Hal-hal Yang Dapat Berpengaruh Pada Tauhid Seorang Muslim
2.4 Menjelaskan Korelasi Antara Tauhid dan Al-Qur’an
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diantara perintah yang paling agung adalah mentauhidkan Allah ﷻ dan diantara larangan yang paling agung adalah menjauhi syirik. Karena hal tersebut merupakan bagian dari tujuan penciptaan manusia dan jin, bukan karena Allah butuh kepada manusia dan jin.

Allah ﷻ berfirman :
}وَﻣَﺎ ﺧَﻠَﻘْﺖُ اﻟْﺠِﻦﱠ وَاﻹﻧْﺲَ إِﻻ ﻟِﯿَﻌْﺒُﺪُونِ{

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS:Adz-Dzariyat [51]: 56)

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas : melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Yakni agar mereka mengakui kehambaan mereka kepada-Ku, baik dengan sukarela maupun terpaksa. Karena Allah berfirman :

}ﻣَﺎ أُرِﯾﺪُ ﻣِﻨْﮭُﻢْ ﻣِﻦْ رِزْقٍ وَﻣَﺎ أُرِﯾﺪُ أَنْ ﯾُﻄْﻌِﻤُﻮنِ. إِنﱠ ﷲﱠَ ھُﻮَ اﻟﺮﱠزﱠاقُ ذُو اﻟْﻘُﻮﱠةِ اﻟْﻤَﺘِﯿﻦُ{

“Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS:Adz-Dzariyat (51): 57-58) 1

Maka kedudukan ilmu tauhid sangat mulia, karena ilmu agama islam mengajarkan apa-apa yang membawa kepada kebahagian didunia dan akhirat terutama ilmu tauhid, maka ilmu At-tauhid merupakan ilmu yang sangat penting karena dengan ilmu tauhid tersebut seseorang akan menuju kepada kebahagian yang hakiki. 1
1. Yazid bin Abdul Jawas,2016, Syarah Kitab Tauhid, Jakarta, Pustaka Imam Asy-Syafi’i

Rasulullah ﷺ bersabda :

ﻣﻦ ﺷﮭﺪ أن ﻻ اﻟﮫ إﻻ ﷲ ﻣﺨﻠﺼﺎً ﻣﻦ ﻗﻠﺒﮫ دﺧﻞ اﻟﺠﻨﺔ

“Barangsiapa yang bersaksi tiada sesembahan yang hak selain Allah dengan penuh ikhlas dari hatinya maka dia akan masuk surga”
HR.Ahmad dan Ibnu Hibban didalam Shahihnya
2. Said Yai Ardiansyah Lc,MA, 2020, Cara Mudah Menghafal 100 Hadist, Martapura, Miftahul Khair

Untuk menjadi orang yang dikatakan telah benar-benar bertauhid dibutuhkan ilmu yang benar dan bekal. Oleh karena hal tersebut setiap muslim wajib bersungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu tauhid yang berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, serta dengan bimbingan para ulama rabaniyyin yang lurus, dengan menempuh cara seperti ini maka seseorang dijamin dapat terhindar dari pemahaman tauhid yang keliru dan sesat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi tauhid secara etimologi dan terminology ?
2. Bagaimana historis dan latar belakang pembagian tauhid dan maknanya ?
3. Apa saja hal-hal yang dapat berpengaruh pada tauhid seorang muslim ?
4. Jelaskan korelasi antara tauhid dan Al-Qur’an ?

1.3 Manfaat Penelitian

1. Mengetahui definisi tauhid secara etimology dan terminology
2. Mengetahui historis dan latar belakang pembagian tauhid dan maknanya
3. Mengetahui apa saja hal-hal yang berpengaruh pada tauhid seorang muslim
4. Mengetahui korelasi antara tauhid dan al-Qur’an


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Memahami Definisi Tauhid Secara Etimology Dan Terminology

Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada (وَﺣﱠﺪ) yuwahhidu (ﯾُﻮَﺣﱢﺪُ) tauhiidan (ﺗَﻮْﺣِﯿْﺪًا), (dengan huruf ha di tasydid) yang artinya secara etimologi adalah ; “Mengesakan”, menjadikannya satu. 3
3. Firanda Andirja dalam Syarah Kitab Tauhid hal 1

Dan istilah tauhid disebutkan dalam sunnah Nabi Muhammad ﷺ diantaranya dalam sebuah riwayat :

ﻓﻠﯿﻜﻦ أول ﻣﺎ ﺗﺪﻋﻮھﻢ إﻟﻰ أن ﯾﻮﺣﺪوا ﷲ

“Maka jadikanlah dakwahmu yang pertama kali kepada mereka adalah agar mereka mentauhidkan Allah” 4
4. HR. Al Bukhari no.372

Secara terminology definisi tauhid adalah “mengesakan Allah dalam beribadah”, maksudnya, hendaknya kamu menyembah Allah semata dan jangan menyekutukannya dengan sesuatupun, jangan engkau sekutukan Dia dengan Nabi yang diutus, malaikat yang dekat dengan Allah, pemimpin, raja, atau siapapun dari jenis makhluk, tetapi hendaknya engkau mengesakannya semata dalam beribadah dengan penuh cinta dan pengagungan, rasa harap dan takut.

Disamping itu juga definisi tauhid secara terminology yang lebih umum yaitu : “menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususan-Nya. 5
5. Muhammad Shalih Al utsaimin dalam terjemah syarh tsalatsatil ushul hal 54

2.2 Memahami Historis Dan Latar Belakang Pembagian Tauhid Dan Maknanya

1. Historis dan Latar Belakang Pembagian Tauhid

Sebagian orang menyangka bahwa pembagian tauhid menjadi tiga ini tidak memiliki dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah, sehingga mereka pun mengingkarinya. Mereka menyangka bahwa pembagian tauhid menjadi tiga itu mengada-ada sehingga tidak perlu diikuti.

Anggapan dan persangkaan ini keliru dan tidak tepat. Pembagian tauhid menjadi tiga tidaklah semata-mata hanya berdasarkan pendapat atau logika manusia, atau hanya berdasarkan kesepakatan sekelompok orang (ulama) saja. Akan tetapi, kesimpulan bahwa terdapat tiga jenis tauhid itu disimpulkan dari telaah dan kajian terhadap dalil-dalil dari Al-Qur’an, atau dikenal dengan istilah “istiqra’”.

Yang paling mudah adalah ketika kita membaca surat Al-Fatihah. Dalam surat Al- Fatihah, terdapat isyarat tentang tiga jenis tauhid.

Dalam firman Allah ,

اﻟْﺤَﻤْﺪُ ِﱠِ رَبﱢ اﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﯿﻦَ

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Fatihah : 2)

Terdapat isyarat tentang Tauhid Rububiyyah. Karena dalam ayat tersebut, Allah ﷻ menetapkan rububiyah-Nya atas seluruh makhluk. Dalam firman Allah ﷻ, 

اﻟﺮﱠﺣْﻤَﻦِ اﻟﺮﱠﺣِﯿﻢِ ؛ ﻣَﺎﻟِﻚِ ﯾَﻮْمِ اﻟﺪﱢﯾﻦِ

“Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di hari pembalasan.” (QS. Al-Fatihah : 3-4)

Terdapat isyarat tentang penetapan Tauhid Asma’ wa Shifat. Karena dalam ayat tersebut, Allah menetapkan untuk diri-Nya dua sifat yang mulia, yaitu sifat ar-Rahmah dan al-Mulk, dan juga Allah tetapkan untuk diri-Nya nama yang mulia, yaitu “Ar-Rahmaan”, “Ar-Rahiim”, dan “Al-Maalik”.

Sedangkan dalam firman Allah ,

إِﯾﱠﺎكَ ﻧَﻌْﺒُﺪُ وَإِﯾﱠﺎكَ ﻧَﺴْﺘَﻌِﯿﻦُ

Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah : 5)

Terdapat isyarat tentang Tauhid Uluhiyah / Ibadah. Karena ayat tersebut menunjukkan kewajiban memurnikan ibadah dan isti’anah (meminta pertolongan) hanya kepada Allah . Dan hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah makna dan kandungan dari tauhid ibadah.

Demikianlah kalau kita merenungkan isi dan kandungan ayat-ayat dalam Al- Qur’an, maka tidak akan lepas dari tiga jenis tauhid di atas. Sehingga sebagai kesimpulan, pembagian tauhid menjadi tiga itu berdasarkan atas istiqra’ (penelitian dan telaah) dari dalil-dalil Al-Qur’an sehingga disimpulkan bahwa terdapat tiga jenis tauhid, yaitu tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah dan tauhid asma’ wa shifat. 6
6. Disarikan dari kitab Duruus minal Qur’anil Kariim, hal. 21-25 karya Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan hafidzahullahu Ta’ala, penerbit Daarul ‘Ashimah KSA, cetakan pertama tahun 1421.

Syaikh Muhammad Aman bin ‘Ali Al-Jaami rahimahullahu ta’ala berkata,

Dalil pembagian tauhid (menjadi tiga) ini disebut dengan al-istiqra’. Maksud al-istiqra’ adalah kita menelusuri dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan kita jumpai pembicaraan tentang ketuhanan itu terbagi ke dalam tiga pembahasan ini:

Pertama, dalil-dalil yang menyeru hamba untuk mentauhidkan Allah ﷻ (dalam ibadah) dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dari dalil-dalil yang mengandung makna ini, kemudian diambillah tauhid yang disebut dengan “Tauhid Uluhiyah / Ibadah”.

Kedua, dalil-dalil yang mengabarkan bahwa Allah ﷻ yang menciptakan segala sesuatu, Dia-lah yang mengatur semua urusan, Dia-lah yang Maha memberi dan menahan (mencegah). Dari kandungan ini disebutlah “Tauhid Rububiyyah”.

Ketiga, dalil-dalil yang mensifati bahwa Allah ﷻ itu Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, atau Maha Mendengar dan Maha Melihat, atau Maha Menjaga dan Maha Bijaksana, dan penyebutan nama dan sifat Allah ﷻ yang lainnya. Ini kemudian disebut dengan “Tauhid Asma’ wa Shifat”.

Oleh karena itu, pembagian tauhid menjadi tiga itu tidaklah keluar dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal ini membantah perkataan orang-orang yang menentang bahwa pembagian tauhid menjadi tiga adalah pembagian yang baru, dan tidak ada asal usulnya.

Dalil berdasarkan al-istiqra’ itu diterima oleh para ulama. Mayoritas yang membahasnya sebagai bagian dari cara berdalil adalah para ulama ahli ushul. 7
7. Al-Hukmu bighairi Maa Anzalallah, hal. 80-81 karya Syaikh ‘Abdussalam bin Barjas bin Naashir ‘Abdul Karim.

2. Pembagian Tauhid dan Maknanya

Tauhid itu ada 3 bagian :

Pertama : Tauhid Rububiyah, yaitu mengesakan Allah ﷻ dalam penciptaan, kekuasaan, dan pengaturan.

Allah berfirman :

أَﻻَ ﻟَﮫُ ٱﻟْﺨَﻠْﻖُ وَٱﻷَْﻣْﺮُ ۗ ﺗَﺒَﺎرَكَ ٱ ﱠُ رَبﱡ ٱﻟْﻌَٰﻠَﻤِﯿﻦَ

“Ketahuilah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah, mahasuci Allah Rabb semesta alam.” (QS : Al-A’raf : 54)

Kedua : Tauhid Uluhiyah, yaitu mengesakan Allah dengan ibadah, dengan kata lain agar manusia tidak menyekutukan Allah dengan seorang pun, baik dengan menyembah atau mendekatkan diri kepadanya, sebagaimana ia menyembah dan mendekatkan diri kepada Allah .

Allah berfirman :
إِﯾﱠﺎكَ ﻧَﻌْﺒُﺪُ وَإِﯾﱠﺎكَ ﻧَﺴْﺘَﻌِﯿﻦُ

“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. “ (QS : Al-Fatihah : 4)

Ketiga : Tauhid Asma’ wa Ash-Shifat, yaitu mengesakan Allah ﷻ sesuai dengan Nama dan Sifat yang Dia sandangkan sendiri kepada Diri-Nya dalam Kitab-Nya atau melalui lisan Rasul-Nya Muhammad , yaitu dengan menetapkan apa yang ditetapkan Allah dan menafikkan apa yang dinafi’kan-Nya dengan tanpa tahrif (mengubah), ta’thil (menafikan), takyif (menetapkan bentuk dan caranya), dan juga tanpa tasybih ( menyerupakan-Nya dengan makhluk).

Allah berfirman :
اﻟﺮﱠﺣْﻤَﻦِ اﻟﺮﱠﺣِﯿﻢِ ؛ ﻣَﺎﻟِﻚِ ﯾَﻮْمِ اﻟﺪﱢﯾﻦِ

“Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di hari pembalasan.“ (QS : Al-Fatihah : 3-4)

2.3 Hal-Hal Yang Dapat Bepengaruh Pada Tauhid Seseorang

1. Pengaruh Buruk

Syirik dalam ibadah kepada Allah ﷻ

Pengaruh terbesar terhadap tauhid seseorang adalah syirik. Karena dapat menjadikan seseorang murtad (keluar dari agama islam). Seperti menyembelih untuk selain Allah , nadzar untuk selain Allah , sujud kepada selain Allah , meminta pertolongan kepada selain Allah dalam perkara yang tidak mampu melaksanakannya melainkan hanya Allah . Ini adalah sebesar-besar jenis kemurtadan.

Allah berfirman:

اِنﱠ ﷲَّٰ ﻻَ ﯾَﻐْﻔِﺮُ اَنْ ﯾﱡﺸْﺮَكَ ﺑِﮫٖ وَﯾَﻐْﻔِﺮُ ﻣَﺎ دُوْنَ ذٰﻟِﻚَ ﻟِﻤَﻦْ ﯾﱠﺸَﺎۤءُ ۗ وَﻣَﻦْ ﯾﱡﺸْﺮِكْ ﺑِﺎ ِّٰ ﻓَﻘَﺪْ ﺿَﻞﱠ ﺿَﻠٰﻼً
ﺑَﻌِﯿْﺪًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (An Nisaa’: 116)

Mengolok-olok perkara agama

Kemudian yang dapat mempengaruhi tauhid seseorang yaitu, memperolok-olok terhadap yang telah Allah ﷻ turunkan atau menghina sesuatu yang dibawa Rasulullah ﷺ meskipun hal itu termasuk perkara-perkara yang disunnahkan dan dianjurkan seperti bersiwak, memotong kumis, mencabut bulu ketiak dan memotong kuku.

Dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah firman Allah ﷻ :

وَﻟَﻦْ ﺳَﺎَﻟْﺘَﮭُﻢْ ﻟَﯿَﻘُﻮْﻟُﻦﱠ اِﻧﱠﻤَﺎ ﻛُﻨﱠﺎ ﻧَﺨُﻮْضُ وَﻧَﻠْﻌَﺐُۗ ﻗُﻞْ اَﺑِﺎ ِّٰ وَاٰﯾٰﺘِﮫٖ وَرَﺳُﻮْﻟِﮫٖ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﺴْﺘَﮭْﺰِءُوْنَ

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu) tentulah mereka akan menjawab: ”Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian berolok-olok? Tidak usah kalian meminta maaf, karena sungguh kalian telah kafir sesudah beriman.” (QS : At Taubah: 65-66).

Sihir

Kemudian Sihir, dan termasuk dari sihir adalah ash-shorf (memalingkan seseorang dari perkara yang disukainya) dan al-athfu (menjadikan seseorang mencintai apa yang tidak disukai).

Sihir itu ada 2 (dua) jenis:
1) Sihir hakiki (secara hakikatnya)
2) Sihir takhyili (pengkhayalan).

Dalilnya firman Allah :

فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ ١٠٢

“Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu”(QS. Al-Baqarah :102)

2. Pengaruh Baik

Memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar.

Pengaruh yang dapat menguatkan tauhid yaitu, kita harus memahami dan mengamalkan yang baik dan benar terhadap dua kalimat syahadat, Memenuhi rukun dan syaratnya. Serta tidak pula menerjang larangan Allah ﷻ berupa menyekutukan-Nya dengan selain-Nya, yaitu berbuat syirik.

Allah berfirman :
ﯾُﺜَﺒﱢﺖُ ﷲُّٰ اﻟﱠﺬِﯾْﻦَ اٰﻣَﻨُﻮْا ﺑِﺎﻟْﻘَﻮْلِ اﻟﺜﱠﺎﺑِﺖِ ﻓِﻰ اﻟْﺤَﯿٰﻮةِ اﻟﺪﱡﻧْﯿَﺎ وَﻓِﻰ اﻻْٰﺧِﺮَةِۚ وَﯾُﻀِﻞﱡ ﷲُّٰ اﻟﻈّٰﻠِﻤِﯿْﻦَۗ وَﯾَﻔْﻌَﻞُ ﷲُّٰ ﻣَﺎ
ﯾَﺸَﺎۤءُ

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS.Ibrahim :27)

Mengkaji al-Qur’an dengan menghayati dan merenungkannya

Pengaruh yang baik selanjutnya adalah, mengkaji Al Qur’an dengan menghayati dan merenungkannya. Allah  menceritakan bahwa Al Qur’an dapat meneguhkan hati orang-orang beriman dan Al Qur’an adalah petunjuk kepada jalan yang lurus.

Allah ﷻ berfirman:

ﻗُﻞْ ﻧَﺰﱠﻟَﮫٗ رُوْحُ اﻟْﻘُﺪُسِ ﻣِﻦْ رﱠﺑﱢﻚَ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖﱢ ﻟِﯿُﺜَﺒﱢﺖَ اﻟﱠﺬِﯾْﻦَ اٰﻣَﻨُﻮْا وَھُﺪًى وﱠﺑُﺸْﺮٰى ﻟِﻠْﻤُﺴْﻠِﻤِﯿْﻦَ

Katakanlah, “Rohulkudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan kebenaran, untuk meneguhkan (hati) orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS.An-Nahl :102)

Maka inilah hal-hal yang dapat mempengaruhi tauhid seseorang, akan tetapi masih banyak perkara-perkara yang dapat mempengaruhi atau merusak tauhid seseorang.

2.4 Korelasi Antara Tauhid dan Al - Qur’an

Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber utama dalam pensyariatan, dan al-Qur’an merupakan kalamallah yang tidak ada keraguan di dalamnya. Maka al-Qur’an memiliki korelasi yang kuat dengan tauhid, di karenakan tauhid merupakan bagian dari kandungan al-Qur’an.

Al-Qur’an merupakan cahaya petunjuk yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba dan menuntunnya menuju keselamatan, Allah ﷻ berfirman:

ﯾَٰٓﺄَﯾﱡﮭَﺎ ٱﻟﻨﱠﺎسُ ﻗَﺪْ ﺟَﺂءَﻛُﻢ ﺑُﺮْھَٰﻦٌ ﻣﱢﻦ رﱠﺑﱢﻜُﻢْ وَأَﻧﺰَﻟْﻨَﺂ إِﻟَﯿْﻜُﻢْ ﻧُﻮرًا ﻣﱡﺒِﯿﻨًﺎ

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Quran).” (QS. An-Nisa’ :174)

Maka tauhid merupakan inti sari ajaran al-Qur’an karena di dalam al-Qur’an mengandung sebuah perintah, larangan, hukum-hukum, pengabaran, kisah-kisah, dan balasan pahala serta ancaman.

1. Perintah dan Larangan

Diantara perintah dan larangan Allah yang paling agung adalah untuk beribadah kepada-Nya, dan meninggalkan sesembahan selain-Nya. Allah ﷻ berfirman:

۞ وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ ٣٦

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. an-Nisa’:36)

2. Hukum-Hukum

Hukum-hukum di dalam al-Qur’an meliputi peribadatan dengan hati atau lisan atau perbuatan yang di cintai dan di ridhai oleh Allah ﷻ seperti: bertaubat, berdzikir, shalat. zakat, puasa, haji, ketaatan kepada rasul, jujur, dan semua peribadatan yang di ridhai oleh Allah. Maka pengamalan peribadatan ini yang sesuai dengan tuntunan Allah dan rasul-Nya merupakan buah hasil dari tauhid atau pengesaan kepada Allah ﷻ.

3. Pengabaran

Diantara pengabaran Allah di dalam al-Qur’an adalah Allah ﷻ mengabarkan bahwasanya makhluk di ciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Allah ﷻ berfirman:

وَﻣَﺎ ﺧَﻠَﻘْﺖُ ٱﻟْﺠِﻦﱠ وَٱﻹِْﻧﺲَ إِﻻﱠ ﻟِﯿَﻌْﺒُﺪُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. ad-Dzariyat :56)

4. Kisah-Kisah

Di dalam al-Qur’an cukup banyak ayat-ayat yang mengisahkan para rasul dan nabi serta orang-orang shalih dan musuh-musuhnya, maka diantara kisah yang terdapat di dalam al-Qur’an adalah kisah dakwah para rosul dan nabi. seperti Nabi Nuh, Hud, Shalih, dan Syuaib kepada kaumnya.Allah ﷻ berfirman:

ﯾَٰﻘَﻮْمِ ٱﻋْﺒُﺪُوا ٱ ﱠَ ﻣَﺎ ﻟَﻜُﻢ ﻣﱢﻦْ إِﻟَٰﮫٍ ﻏَﯿْﺮُهُۥٓ

"Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya" (QS. al-A’raf : 59, 65, 73, 85)

5. Balasan dan Ancaman

Allah mengabarkan di dalam al-Qur’an balasan bagi orang yang mentauhidkan Allah serta ancaman bagi orang yang berbuat syirik.

Allah ﷻ berfirman:

اِنَّهٗ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوٰىهُ النَّارُ ۗوَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ ٧٢

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. al-Maidah:72).

Sedangkan orang-orang yang beriman kepada Allah dan tidak berbuat syirik maka balasan bagi mereka adalah surga.

Allah berfirman

جَزَاۤؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗ ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهٗ ࣖ ٨

“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya” (QS. al-Bayyinah:8)

Maka al-Qur’an memiliki korelasi sangat kuat dengan tauhid, karena jika seseorang mempelajari al-Qur’an berarti ia akan mempelajari tauhid dan sebaliknya jika seseorang mempelajari tauhid maka ia akan mempelajari al-Qur’an. jika tidak ada korelasi diantara keduanya maka bisa di pastikan kesalahan atau kerusakan pada aqidahnya.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

وَﻗَﺎﻟُﻮا اﻟْﺤَﻤْﺪُ ِﱠِ اﻟﱠﺬِي ھَﺪَاﻧَﺎ ﻟِﮭَٰﺬَا وَﻣَﺎ ﻛُﻨﱠﺎ ﻟِﻨَﮭْﺘَﺪِيَ ﻟَﻮْﻻَ أَنْ ھَﺪَاﻧَﺎ ﷲﱠُ ۖ ﻟَﻘَﺪْ ﺟَﺎءَتْ رُﺳُﻞُ رَﺑﱢﻨَﺎ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖﱢ ۖ
وَﻧُﻮدُوا أَن ﺗِﻠْﻜُﻢُ اﻟْﺠَﻨﱠﺔُ أُورِﺛْﺘُﻤُﻮھَﺎ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮنَ أﻣﺎ ﺑﻌﺪ

Bertauhid atau mengesakan Allah ﷻ atau menunggalkan dalam beribadah ialah sebesar-besar kewajiban seorang hamba didunia. Hal ini karena tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah ﷻ semata, dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun karena jika seseorang menyimpang aqidahnya atau sesat pemahamannya maka resikonya sangat besar yaitu dapat keluar dari agama islam dan dikekalkan didalam api neraka.

Dan agar tauhid tersebut menjadi benar dan tidak menyimpang maka, dibutuhkan ilmu yang benar pula. Yang demikian karena tauhid memiliki kedudukan yang urgensi didalam mengenal, mempelajari dan merelasasikannya dalam kehidupan didunia serta mendakwakannya karena para rasul diperintahkan untuk menyerukan pengikhlasan dalam beribadah dan menjauhi perbuatan syirik.

Maka sebagai seorang muslim kita berusaha meluruskan tujuan kita yang diperintakan oleh Allah ﷻ dan tidak menyelisihinya sehingga kita mendapatkan kebahagian didunia dan diakhirat. dengan kebaikan yang kita lakukan maka inilah, kebahagian didunia dan diakhirat, serta kita berdoa untuk diberi kebahagian tersebut.

وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ ٢٠١
اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ نَصِيْبٌ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَاللّٰهُ سَرِيْعُ الْحِسَابِ ٢٠٢

Dan di antara mereka ada orang yang berdo’a, “Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akherat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari (amal) yang mereka usahakan; dan Allâh sangat cepat perhitungan-Nya (QS Al-Baqarah/2: 201-202)

DAFTAR PUSTAKA

▪️ Abu Hamzah Abdul Majid, November 12, 2008, Terjemah Syarh Nawaqidul Islam
▪️ Al-Qur’an Terjemah
▪️ https://muslim.or.id/43836-pembagian-tauhid-menjadi-tiga-ide-siapa-bag-1.html
▪️ https://rumaysho.com/731-kiat-agar-tetap-istiqomah-seri-1
▪️ Ibnu Taimiyyah, 2019, Syarah Aqidah Washithiyah, Bogor, Media Tarbiyah.
▪️ Jama’ah min ulama’ At-tafsir, 1438 H, Al-Mukhtashoru fi Tafsiri Al-Qur’ani al-Karim, Riyadh, 
▪️ Markas Tafsir Liddirasaatil Qur’aniyati.
▪️ Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, 1435 H, Syarh Tsalatsatil Ushul, Riyadh, Muassasa Asy-▪️ Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Ustaimin Al-Khairiyah.
▪️ Said Yai Ardiansyah Lc,MA, 2020, Cara Mudah Menghafal 100 Hadist, Martapura, Miftahul Khair.
▪️ Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan, Syarah Kitab Tauhid, Yogyakarta, Penerbit Cahaya Ilmu Press.
▪️ Yazid bin Abdul Jawas, 2016, Syarah Kitab Tauhid, Jakarta, Pustaka Imam Asy-Syafi’i


Tidak ada komentar:

Posting Komentar